Pacar Idiot Bab 1
Oleh Sept September
July, 2008
SMA N 5 Tunas Bangsa, Jakarta.
Suasana kelas X-A sangat ricuh. Masih jam istirahat, baru pukul 9 pagi tapi anak-anak berpakaian seragam putih abu-abu itu terdengar berisik. Beberapa anak-anak tetangga kelas malah ikut keluar, semuanya kepo, penasaran ingin tahu. Mereka lantas mengintip apa yang sedang terjadi di kelas X-A tersebut.
"TERIMA! TERIMA! TERIMA!" seru anak-anak satu kelas begitu kompak.
Mereka semuanya bersorak saat seorang anak laki-laki bertubuh jangkung, berkulit putih, gaya rambut belah pinggir disisir sangat rapi. Anak laki-laki berusia 16 tahun itu menyerahkan sebuah surat serta bunga pada seorang gadis yang duduk di depannya. Gadis itu jelas kaget, karena tiba-tiba dihampiri seorang cowok kemudian mengulurkan setangkai mawar plus surat merah muda.
'Mati aku!' pekik Septa dalam hati. Dia tidak menyangka bakalan ditembak oleh cowok saat masih awal masuk SMA. Gila, Septa yang sering disapa Tata itu, tidak menyangka sebelumnya, akhirnya ada yang menyatakan cinta padanya. Meskipun cinta monyet sih. Ya, ini adalah tembakan pertama bagi Tata.
Tata bahkan tidak tahu nama pria itu, mengapa tiba-tiba menyatakan cinta padahal mereka tidak saling kenal.
"Udah, Ta! Terima .... Terima!" seru anak-anak yang tidak mengerti dengan hati Tata yang sedang galau segalaunya.
Mana mungkin Tata menerima pernyataan cinta dari cowok yang bahkan tidak ia kenal, tidak ia ketahui siapa namanya. Seperti membeli kucing dalam karung, jelas Tata tidak mau menerima dengan asal.
"Buat kamu!" ucap cowok bermata sipit tersebut pada si gadis.
'Aduh!' Tata pun mengambil benda yang diulurkan padanya itu. Karena sejak tadi tidak ia sambut. Tidak enak juga, semua mata kini tertuju padanya.
Begitu Tata menerima bunga dan selembar amplop warna merah muda, teman-teman Tata serempak bersorak.
"YEEEE!"
Tepuk tangan terdengar riuh, seolah merayakan pasangan baru.
'Aku sudah gila! Ngapain aku terima?' batin Tata. Ia seperti orang ling-lung mendadak.
KRING ... KRING ....
Bel sekolah berbunyi nyaring sebanyak 2 kali, artinya jam istirahat telah usai. Semua anak-anak kembali ke ruang masing-masing. Sedangkan teman sekelas Tata, mereka langsung mencari duduk mereka, sebelum guru datang.
"Aku masuk kelas dulu!" ucap si cowok yang baru nembak Tata tersebut.
Dengan wajah aneh, Tata hanya mengangguk. Ia benar-benar tidak bisa berpikir jernih saat ini.
"ASTAGA, apa ini?" gumam Tata ketika melihat cowok itu pergi meninggalkan kelasnya.
"CIE ... CIE ... yang baru jadian!" ledek teman satu bangku Tata.
Bukankah bahagia, Tata malah bengong. Matanya kini tertuju pada selembar kertas dengan tulisan I LOVE You.
"Bener-bener gila!" gumamnya.
"Apanya yang gila?" celetuk Dian, teman sebangku Tata.
"Kamu kenal cowok ini?"
Dian langsung mengangguk pelan.
"Jangan bilang kamu gak kenal?" tanya Dian balik.
Tata jelas menggeleng, sebab ia benar-benar tidak kenal cowo yang menembak dia barusan dan memberikan surat cinta pandanya.
"Dia Dimas! Anak kepala sekolah di SMP dulu," ujar Dian dengan mata melotot.
"Kamu yakin?"
"Lah? Lihat saja buku album kenangan pas SMP. Tuh, ada nama Dimas di sana."
"Masa sih? Kok aku gak pernah tahu dia?"
"Dia murid pindahan."
"Oh, pantes."
"Jadi bener nih, kamu gak tahu dia?"
"Enggak."
"Astaghfirullahaladzim. Trus ngapain kamu terima bunga sama suratnya?" tanya Dian sampai tidak bisa berkata-kata.
"Lah anak-anak tadi heboh banget, aku kan jadi ... em. Eh ... Bu Ana sudah datang!" seru Tata kemudian memasukkan surat cinta pertamanya ke dalam tas.
Sepanjang pelajaran, semua murid-murid fokus memperhatikan mata pelajaran Kimia. Sejak tadi, bu Ana menulis beberapa kuis di atas whiteboard untuk dikerjakan oleh anak-anak.
"Tata, kamu maju. Kerjakan soal nomor 1."
Tata yang melamun, langsung mendongak. Kemudian berjalan ke depan saat guru Kimia tersebut memintanya mengerjakan rumus senyawa.
Meskipun tadi dilihat bu Ana, Tata sedang melamun. Ternyata anak itu bisa mengerjakan soal di depan kelas. Alhasil, ia tidak kena ceramah panjang lebar dari bu Ana yang terkenal suka memberikan kultum tersebut.
"Yang lain! Kerjakan LKS halaman 35-37. Di kumpulan hari ini."
"Yaaaa!" suara riuh menggema. Namun, saat bu Ana melepaskan kaca mata, dan menatap anak-anak, seketika ruangan sunyi seperti kuburan.
Beberapa jam kemudian. Pelajaran pun berganti. Saatnya bahasa English. Ini adalah pelajaran kesukaan Tata. Hingga 2 jam berlalu, tapi tidak terasa. Karena gadis itu menyukai bahasa asing tersebut.
KRING ... KRING ... KRING ...
Pukul 2 siang. Tidak terasa anak-anak pun saatnya pulang. Ketika kelas mulai sepi, Tata masih merapikan meja. Ia kemudian memasukkan semua buku dan bunga yang tadi ada dalam laci.
Tap tap tap
"Lama sekali? Yang lain bahkan sudah keluar dari tadi."
"Aduh!" gumam Tata yang mengenali suara itu.
"Pulang bareng ya?"
'Waduh!'
BERSAMBUNG
Follow IG author
IG Sept_September2020
Ada puluhan judul TAMAT dengan berbagai genre. Yuk cek langsung IG untuk infonya. Terima kasih bestiana bestiani hehehhe.
Pacar Idiot Bab 2
Oleh Sept September
'Gawat! Mati aku. Gimana nih ... aduh!' Tata mengeryitkan dahi. Gadis itu mendesis. Ia jelas bingung, tapi lebih baik ia menolak saja.
"Aku naik bus aja!" ucap Tata kemudian untuk menghindar dari ajakan Dimas. Tata sudah pasti takut, plus canggung karena mereka bahkan tidak saling mengenal.
"Naik motor saja, aku anter!" kata pria dengan rambut klimis tersebut. Masih SMA, tapi cara pakaian Dimas, dan gaya rambutnya memang terbilang sangat rapi.
Panik, sudah pasti. "Sorry, ya. Lain kali saja."
Buru-buru Tata meninggalkan ruang kelasnya, tidak peduli pada Dimas yang menatap kepergian Tata dengan tersenyum tipis.
"Kalau gugup begitu, dia semakin menarik!" gumam Dimas. Cowok itu kemudian berbalik, berjalan keluar sambil memasukkan tangan ke dalam saku celananya.
Dimas melewati banyak kelas yang sudah kosong, dan tatapan matanya tidak beralih dari Tata yang berjalan di depan sambil memeluk buku paket yang berat. Sampai di tempat parkir, Dimas kemudian bergegas mengambil motor. Kemudian dengan cepat ia menyusul Tata yang jalan kaki ke halte.
Tin tin tin ...
Tata yang kala itu berjalan seorang diri, ia pun menepi ke pinggir jalan.
"Ayo naik, biar aku antar!"
'Ya ampun cowok ini! Maksa banget!' gerutu Tata.
Gadis 15 tahun yang masih pakai seragam abu-abu itu pun langsung mempercepat langkah kakinya. Ia menghampiri teman-teman satu sekolanya yang bahkan namanya saja dia tidak tahu. Tata hanya mau menghindar dari Dimas yang gencar ingin mengantar dia pulang.
Tin tin tin
"Ish!" desis Tata kesal.
"Eh, ada yang ngikut tuh di belakang. Lagi berantem ya?" goda gerombolan cewe-cewe SMA yang kini berjalan dengan Tata menuju halte. Sedikit lagi mereka akan sampai, karena halte sudah terlihat.
Tin tin tin
"Ta!" teriak Dimas kencang sambil membunyikan klakson.
"Eh, dipanggil tuh!"
"CIE ... sana, mending naik motor dari pada jalan kaki!" ledek gadis-gadis remaja tersebut.
Tata makin masam, kemudian memilih jalan dengan cepat. Meninggalkan segerombolan teman-teman SMA nya itu.
CHITTTT
Gadis itu hampir terperajat, kaget tidak terkira karena motor Dimas langsung berhenti di depannya.
"Naik!"
Tata mendengus kesal, kemudian terpaksa ia naik.
"Pakai ini!" titah Dimas sambil mengulurkan helm warna merah.
"Nggak usah, antar sampai halte saja!" cetus Tata yang sedikit jengkel.
Dimas lantas memarkir motornya, kemudian turun dan berbalik memakaikan helm untuk Tata. Awalnya Tata kaget, ia menjauh. Akan tetapi cowok itu tidak menyerah. Langsung saja memakaikan helm merah di kepala Tata.
'Apa-apaan nih orang?' gerutu Tata dalam hati.
"CIE .... CIE ...!" sorak anak-anak yang kini berjalan melewati mereka. Tata sampai malu, karena jadi bahan ledekan semua anak-anak yang lewat.
"Pegangan!" seru Dimas kemudian menyalakan mesin motor lagi.
Mbremmm ... mbremmm ... Wushh
Tata mulai panik saat mereka melewati halte bus tapi motor masih jalan terus.
"Stop! Haltenya kelewatan!" teriak Tata di balik helem agar Dimas mendengar suaranya.
"Pegangan yang kuat!" seru Dimas kemudian malah menambah kecepatan. Tata yang duduk menyamping, seketika berpegangan pada jaket yang Dimas kenakan. Ia jelas takut jatuh sampai berpegangan kuat. Sementara itu, bibir Dimas mengembang. Ia tersenyum puas.
"Turun di sini saja, tuh ada angkot ngetem!" teriak Tata saat melewati balai desa tepi jalan. Di sana ada angkutan umum yang kebetulan berhenti mencari penumpang.
"Aku antar sampai rumah!"
'What?' Tata panik. Bisa-bisa ayahnya akan marah kalau tahu dia diantar cowok.
"Stop! Stop! Kalau nggak, aku lompat!" ancam Tata. Ia tidak mau ayahnya sampai marah karena hal ini. Sebab Tata ini dilarang keras pacaran oleh kedua orang tua mereka.
"Denger nggak? Aku turun beneran!" teriak Tata. Ia kembali mengancam keras karena Dimas tidak merespon.
CHITTTT
Seketika motor itu berhenti di tepi jalan. Tata pun melepaskan helm, dan langsung turun. Tanpa menata Dimas, ia menyerahkan helm kemudian berlari menuju mobil angkutan umum yang tidak jauh dari tempat mereka berhenti.
"Jalan, Pak!" ucap Tata pada sopir.
Mobil angkutan umum yang sudah tua itu pun berjalan, meskipun ngebut, tetap saja jalannya pelan.
"Ta ... Tata!"
Tata langsung menoleh ke jendela, dia tidak menyangka Dimas masih menguntit. Buru-buru Tata memalingkan wajah, karena Dimas malah mengendarai motor dekat dengan jendela tempatnya duduk.
Hingga sampai di sebuah persimpangan jalan, di lampu merah. Dimas sudah tidak kelihatan. Tata pun merasa lega sekali, akhirnya ia lepas dari cowok aneh tersebut.
Saat turun dari angkot, Tata pun menyeberang jalan. Ia sangat kaget ketika Dimas lewat di depannya. BERSAMBUNG
Ada 25 judul TAMAT di berbagai platform. Sepertinya si biru Dan si kuning. Untuk info cuss Instagram Sept
IG Sept_September2020
fb Sept September
terima kasih sudah mampir. lope lope hehhehe
Pacar Idiot Bab 3
Oleh Sept September
"Nyesel banget! Kenapa kemarin aku terima bunga sama suratnya?" gerutu Tata yang kembali menyeberang jalan meskipun sempat fokusnya terganggu karena kehadiran Dimas.
Kakinya berlari cepat ketika jalan di depannya sangat sepi. Tidak jauh dari sana, sang ayah sudah menunggu. Tata pun naik motor yang dikendarai sang Ayah.
"Kok agak telat, Ya? Ayah lihat tadi temen-temenmu sudah pada pulang."
'Mati aku!' batin Tata.
"Angkotnya berhenti terus, Yah!" jawab Tata mencari alasan.
"Masih belum berani bawa motor? Bulan depan Ayah sudah balik ke Kalimantan. Ibumu jelas tidak bisa antar jemput karena adikmu masih bayi."
"Masih takut, Yah. Nanti Tata bawa motor lalu titipin di sini saja."
"Kapan kamu ini beraninya."
Tata hanya tersenyum, keduanya pun mulai meninggalkan area parkir yang biasanya dipakai untuk penitipan sepeda anak-anak sekolah.
Tanpa Tata ketahui, ada Dimas yang mengikuti dari belakang. Hingga tidak sengaja, Tata kebetulan menoleh ke belakang.
'Mampusss gue!' pekik Tata dalam hati.
"Itu temenmu, Ta?" tanya pak Wisnu ayah Tata. Rupanya pak Wisnu menyadari ada motor yang sejak tadi berjalan di belakang mereka.
"Nggak tahu, Yah. Tata nggak kenal," kelit Tata tidak berani menoleh ke belakang lagi.
Sampai mereka masuk ke sebuah perumahan, Dimas masih mengikuti dari belakang.
'Gilak .. nekat banget itu bocah!' gerutu Tata.
Ketika mereka sudah sampai depan rumah, Tata buru-buru masuk. Kemudian diikuti oleh sang ayah. Saat ayahnya ke dalam, ia berbalik dan mengintip jendela.
"Ngapain dia berdiri di situ? Dasar cowok aneh!" gumam Tata yang gelisah. Takut kalau Dimas malah datang ke rumah. Beruntung, karena sesaat kemudian motor Dimas sudah tidak ada.
***
Malam harinya Tata kemudian curhat pada Dian, teman sebangku tetang apa yang terjadi siang tadi. Keduanya bertelpon sampai ponsel jadul mereka terasa panas.
"Lagian kenapa kemarin kamu terima?" kata Dian di telpon. Bukankah dapat solusi, Tata malah dapat kultum dan ceramah dari Dian.
"Aku pikir orangnya biasa saja, gak taunya kok gitu. Maksa banget," curhat Tata di telpon, sampai kupingnya panas.
"Hadeh! Kamu sih ... main terima saja."
"Gimana dong? Kan aku surprise aja, ada yang nyatain cinta ... tahu sendiri, ini pernyataan cinta pertamaku."
"Hemm ... sebenarnya aku mau jujur. Tapi kamu jangan marah, ya?"
Tata langsung membetulkan posisi, ia yang semula telpon sambil berbaring, kini sambil tidur miring.
"Ada apa?" tanya Tata penasaran.
"Emm ... tapi ini kata anak-anak. Aku sih kurang paham."
"Jangan bikin aku mati penasaran, cepet ngomong ...!"
"Sabar bestie!" ujar Dian kemudian menghela napas panjang.
"Iya ... iya. Cepet apa?"
"Kata temenku, kata temenku loh ya. Dimas itu agak aneh."
"Aneh? Iya sih, dia aneh banget. Tukang maksa. Masa aku gak mau pulang bareng, tadi dia maksa banget. Sampai ngikutin depan rumah!"
"Hemm ... kamu hati-hati deh."
"Maksudnya?" Tata makin penasaran. Sepertinya Dian tahu tentang Dimas.
"Em ... kamu jangan tersinggung."
"Ish!" Tata lama-lama kesal karena teman sebangkunya itu jadi tambah berbelit.
"Dimas itu anuu."
"Anuu apa?"
"Ya ... gimana ya bilangnya."
"Eh, lama-lama kamu ngeselin ya!"
Di kamarnya yang besar, Dian mau bicara terus terang, tapi kok gak enak dengan Tata.
"Hallo ... hallo ... Yan, Dian ... kamu masih di sana kan?"
"Hem. Iya."
"Bilang aja, aku nggak apa-apa."
Dian menghela napas dalam-dalam, kemudian mulai bicara lagi.
"Kata anak-anak, Dimas itu anaknya gitu. Em, nggak normal!"
"Maksudnya?"
Tanda tanya besar langsung muncul di kepala Tata, gadis berumur 15 tahun tersebut. Baru pertama kali ditembak cowok, eh kata temen-temennya cowonya agak anuuu!
BERSAMBUNG
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!