NovelToon NovelToon

My First Night With My Boss

1. Kenyaatan Pahit

Lyra adalah seorang gadis 24 tahun yang pada bulan depan akan meninggalkan masa lajangnya. Enam bulan yang lalu kekasihnya yang bernama Daniel melamarnya. Betapa bahagiannya ia saat kekasih yang sudah empat tahun ia pacari mengajaknya menikah. Prosesi pelamaran yang di lakukan kekasihnya membuat geger para karyawan di perusahaaan. Bagaimana tidak geger, dengan romantisnya Daniel melamar Lyra secara langsung di tempatnya bekerja. Kebetulan keduanya memang bekerja di tempat yang sama. Lamaran yang di lakukan Daniel membuat iri semua wanita yang bekerja di perusahaan. Saat itu Lyra sangat bahagia, ia merasa bagaikan seorang putri yang tengah di lamar oleh sang pangeran. Semua mata tertuju padanya, hingga membuat haru para saksi yang melihat prosesi lamaran yang di lakukan Daniel pada Lyra.

Lima bulan setelah lamaran.

Lyra yang sangat di sibukan dengan persiapan pernikahannya pergi ke apartemen Daniel untuk mengajaknya fitting baju. Saat itu Daniel sulit sekali di hubungi, oleh sebab itu Lyra memutuskan pergi ke apartemennya. Dalam perjalanan menuju apartemen Daniel, beberapa kali Lyra menghubungi ponsel Daniel. Namun, Daniel tak kunjung mengangkat teleponnya.

"Ada apa dengannya? Sudah dua bulan ini ia sering tak mengangkat teleponku. Bahkan persiapan pernikahanpun, aku sendiri yang menyiapkannya. Dia sering sekali membuat alasan bahwa dia sedang sibuk dengan pekerjaannya," gumam Lyra di batinnya.

Dua puluh menit kemudian, taxi yang di tumpanginya telah sampai di depan gedung apartemen milik calon suaminya. Lyra langsung saja membayar ongkos taxi, dan segera bergegas turun untuk memasuki gedung apartemen. Dan untuk sampai ke apartemen calon suaminya, Lyra perlu naik lift ke lantai tiga.

Lyra memasuki pintu lift, namun entah mengapa tiba-tiba perasaan Lyra sedikit kurang nyaman. Apa karena memang beberapa hari ini pikirannya di kacaukan oleh rasa gugup dan gelisah menjelang pernikahan yang akan berlangsung pada bulan depan. Entahlah, yang di rasa Lyra saat ini hanyalah perasaan tidak enak yang sangat tidak jelas. Padahal ia hanya sekedar akan menemui Daniel, tapi sudah seperti akan bertemu orang penting yang belum pernah di temuinya.

Beberapa menit kemudian lift sampai di lantai apartemen milik Daniel. Lyra melangkah keluar dari lift. Kemudian ia menghampiri pintu kamar apartemen milik calon suaminya itu. Ia menekan beberapa tombol angka di bawah knock pintu. Karena memang Lyra sudah biasa masuk apartemen Daniel, oleh sebab itu ia tahu pasword pintu tanpa harus menekan tombol bel terlebih dahulu.

Ia memasuki apartemen, namun ia di buat terheran-hera saat menatap sepasang higheel di rak sepatu. Lyra sendiri tak mengenali sepatu hak tinggi tersebut, bahkan Lyra tak pernah memiliki sepasang sepatu yang di lihatnya itu. Dan lagi, ia pun semakin saja di buat terheran-heran, saat mendengar suara wanita bernada rendah yang menyebutkan nama calon suaminya dari arah kamar.

Karena suara tersebut, Lyra pun terburu-buru melangkahkan kakinya ke kamar milik pria yang pada bulan depan akan berstatus sebagai suaminya.

Tepat di depan pintu kamar, Lyra terdiam sejenak. Perasaan tak enak yang di rasanya semakin saja menjadi-jadi, saat suara dari Daniel dan juga wanita yang suaranya tak di kenal itu semakin jelas terdengar.

Tangan Lyra bergetar ketika tangannya mulai menyentuh knop pintu. Namun, entah mengapa ia merasa ragu untuk membuka pintu kamar. Lyra menggeleng lalu menarik nafas terlebih dahulu, dan menghembuskannya sembari membuka pintu kamar.

"Deg...

Mata Lyra terbuka lebar, mulutnya menganga, dengan spontan Lyra menutupi mulutnya dengan tangan. Ia di buat terkejut setengah mati saat menatap Daniel tengah bersama wanita dalam satu ranjang yang sama.

"Lyra," seru Daniel kaget saat pintu kamarnya di buka oleh wanita yang jadi calon istrinya itu.

Lyra sangat syok dengan perbuatan Daniel di belakangnya, ia yang tengah berdiri mematung itu harus merasakan sakit yang teramat di hatinya. Lyra kemudian melangkah maju menghampiri ranjang yang tengah di tiduri Daniel dengan seorang wanita. Kemudian mengambil bantal di ranjang, dan sekuat tenaga Lyra memukuli Daniel menggunakan bantal.

"Dasar pria gila. Kamu berani selingkuh di belakangku. Pantas saja dua bulan ini kamu selalu sibuk jika ku ajak menyiapkan pernikahan. Ternyata kamu sedang sibuk bermain dengan wanita lain di belakangku," ucap Lyra dengan isak tangis.

Tak puas jika Lyra hanya memukuli Daniel saja, ia pun juga menjambak wanita yang jadi selingkuhan Daniel tersebut.

"Dasar wanita kotor, berani sekali kamu tidur dengan pria yang akan menikah," ucap Lyra meninggikan suaranya.

Karena Lyra sangat bruntal menjambak dan memukulinya, Daniel langsung saja menarik tangan Lyra.

"Berhenti menyakitinya," bentak Daniel.

"Kamu bahkan berani membentakku setelah kamu melakukan kesalahan."

"Iya, aku sangat berani jika harus membentakmu. Karena saat ini wanita yang sangat ku cintai bukanlah kamu tapi dia," ucap Daniel sembari menunjuk selingkuhannya.

Tangis Lyra pecah atas ucapan Daniel yang sangat menusuk hatinya. Ia tak menyangka bahwa Daniel akan memilih wanita yang tengah menunduk di atas tempat tidurnya di bandingkan dengan Lyra.

"Arti dari hubungan kita selama empat tahun itu apa? Mengapa kamu melamarku jika kamu tak mencintaiku."

"Karena saat itu aku sangat takut kehilanganmu, oleh sebab itu aku melamarmu secepatnya. Kamu tahu apa yang aku rasakan tiap kali kamu bersama Axel, hatiku sakit. Aku sudah beberapa kali melarangmu untuk dekat dengannya, tapi kamu tak pernah mendengarkanku. Dua bulan setelah aku melamarmu, kamu malah jadi lebih dekat dengan Axel," ucap Daniel memalingkan pandangannya dari Lyra.

"Axel itu hanya sekedar sahabat bagiku. Kami bahkan tak menyimpan perasaan satu sama lain. Aku jadi lebih dekat dengannya karena dia sedang kesulitan setelah perusahaan keluarganya bangkrut. Jika kamu berpikir seperti itu, berarti kamu tidak mempercayai aku yang sangat tulus mencintaimu." Tangisnya semakin pecah, hingga membuatnya berjongkok sembari menutupi wajahnya dengan tangan.

"Di mataku Axel tak pernah menganggapmu hanya sekedar sahabatnya saja. Aku yakin dia memendam perasaan terhadapmu." Daniel pun membantu Lyra berdiri. "Maaf, saat ini aku lebih bahagia bersama dia. Aku tak bisa melanjutkan hubungan ini." Daniel mendekap erat tubuh wanita yang tengah menangis tersedu-sedu itu.

Lyra melepaskan dekapan Daniel, dengan spontan ia pun menampar keras pipi Daniel. "Brengsek!!" ucapnya sembari menangis, lalu terburu-buru beranjak pergi dari apartemen Daniel.

Lyra tak bisa menghentikan tangisannya, hatinya terlampau sakit saat menerima kenyataan, bahwa Daniel telah menghianatinya. Dua bulan sudah ia bersusah payah mempersiapkan pernikahannya. Namun, pria yang melamarnya dengan cara romantis itu, lebih memilih wanita lain di bandingkan dengan Lyra yang sudah menemaninya selama empat tahun lebih. Cinta yang telah di bangunnya harus roboh dan terjatuh hingga merubahnya jadi perasaan benci yang teramat dalam. Kini ia hanya bisa membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan tangis yang tak mau berhenti.

Dua jam sudah ia menghabiskan air matanya. Tiba-tiba saja dering ponselnya berbunyi, iapun segera meraih ponsel di samping bantalnya. Nomor yang di beri nama Nata menghubunginya lewat benda kecil berbentuk persegi panjang itu. Lyra menekan tombol hijau di layar ponselnya.

"Bagaimana fitting bajunya lancar? Aku penasaran dengan baju yang akan kamu kenakan nanti. Bisa kirimkan fotonya padaku."

"Hikss."

"Lyra, kamu menangis?" Tanya Nata panik.

"Daniel selingkuh dariku, Ta."

2. Bersenang-senang Di tengah Kesedihan

Seharian Lyra berbaring di tempat tidur dengan mata bengkaknya, ia sudah tak punya semangat dalam melakukan hal apapun. Perasaannya yang tengah sakit serta pikirannya yang kacau, membuat Lyra enggan turun dari tempat tidurnya. Yang ia lakukan hanyalah berbaring dengan mata dan pikiran yang tenggelam dalam lamunannya.

Empat tahun ia menaruhkan segalanya untuk Daniel, namun balasan yang di berikan Daniel hanyalah sebuah luka yang mungkin akan sulit untuk di lupakan. Terlebih lagi, perselingkuhan Daniel terlihat langsung oleh mata kepalanya sendiri. Sesak dadanya bila teringat perkataan Daniel yang lebih memilih wanita lain di bandingkan dengan kekasih yang sudah empat tahun menemaninya dalam suka maupun duka.

Sebuah figura foto yang terdapat wajah Daniel terletak di meja samping tempat tidurnya, di buat terbalik oleh Lyra.

"Pria brengsek!" Gerutu Lyra.

Matanya sudah lelah karena menangis, Lyra sudah kehilangan banyak air mata hanya karena menangisi pria brengsek seperti Daniel. Ia berangsut dari tempat tidurnya. Lalu, tiba-tiba saja suara bel di pintunya berbunyi. Lyra beranjak membuka pintu rumahnya. Pintunya terbuka, ia mendapati kedua temannya yang bernama Nata dan Agni berada di balik pintu.

Agni tiba-tiba saja memeluk Lyra sembari menangis. "Apa kamu baik-baik saja? Daniel memang pria brengsek. Saat itu seharusnya kamu menolak lamarannya."

Karena Agni, Lyra kembali lagi teringat dengan Daniel. Lyra pun jadi ikut menangis dengan suara yang cukup keras.

"Hiks.. pria jahat."

Seketika Nata menarik Agni. "Jika kalian terus seperti ini, kapan aku masuknya."

Lyra dan kedua temannya pun masuk ke rumah. Di rumah Lyra menceritakan semua kejadian yang terjadi di apartemen Daniel serta mencurahkan semua isi hatinya.

Dengan menceritakan dan mencurahkan semua isi hatinya, yang di pikir Lyra akan membuatnya merasa lebih baik. Namun, nyatanya malah membuat Lyra semakin terisak karena terus mengingatnya. Terlebih lagi, bila ia teringat dengan kebersamaannya bersama Daniel selama empat tahun lebih.

Terpergoknya perselingkuhan Daniel masih hangat terjadi, mana bisa Lyra merasa baik-baik saja, biarpun ada kedua teman yang mendengarkan curahan hatinya.

"Agar membuatmu lupa dengan Daniel, bagaimana kita pergi ke klub malam saja," saran Nata.

Seketika Agni memukul pelan lengan Nata. "Mana bisa dia pergi kesana. Lyra perempuan polos yang tak pantas kamu kotori seperti itu.

"Memangnya kenapa? Bukankah dengan bersenang-senang akan membuatnya merasa jauh lebih baik."

"Bukan seperti itu untuk mengajaknya bersenang-senang. Mengajaknya pergi berlibur ke tempat bagus malah akan jauh lebih baik, dari pada harus mabuk-mabukan sambil menari tidak jelas di klub."

Lyra menghembuskan nafas panjangnya, lalu berdiri dari duduknya. "Ku pikir saran Nata ada benarnya. Mana ada waktu aku pergi berlibur di tengah padatnya pekerjaan. Dan hari liburku hanya ku gunakan untuk membantu orang tuaku di rumah makan."

Nata tersenyum girang."Benar kan, dia pasti akan setuju." Nata lalu ikut berdiri dari duduknya. "Untuk menghilangkan wajah sendumu, akan ku tutupi dengan riasan."

Agni menggeleng. "Jika kamu ingin pergi maka pergilah, karena aku tak akan ikut bersama kalian."

"Tentu saja kamu tak boleh ikut, perempuan kelas atas sepertimu tak boleh terekspos media bila tengah mabuk. Bisa-bisa perusahaan ayahmu akan ikut jelek karena ulahmu.

Agni beranjak dari tempat duduk. "Lyra, jika kamu kenapa-kenapa kamu bisa hubungi aku, karena orang seperti Nata tak akan bisa mengatasinya."

Lyra Mengangguk. "Iya pasti."

"Kalau begitu aku pulang sekarang ya," pamit Agni.

Setelah Agni pamit, Nata langsung membuka lemari pakaian milik Lyra. Satu persatu-satu pakaian yang menurutnya tampak modis dan cocok untuk di pakai pergi ke klub malam, di keluarkan Nata dari lemari. Ada enam pakaian yang di nilainya cocok dan di jejerkan Nata di atas tempat tidur.

"Aku sudah menemukan bawahan yang akan kau kenakan. Tapi atasanya, apa ada yang lebih terbuka dengan sedikit memperlihatkan belahan dada."

Sontak Lyra pun langsung saja menyilangkan lengannya di dada. "Apa kau pikir yang seperti itu pantas di perlihatkan."

"Tentu saja, kau akan terlihat lebih elegan bila belahan dadamu terlihat. Dan itu namanya style amerika."

Lyra menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mau memperlihatkannya, pilih saja yang ada.

"Hm, baiklah jika tidak ada."

Nata mengambil satu blouse lengan pendek dengan gaya pundak terlihat. Blouse yang akan di pakai Lyra di padukan dengan rok pendek di atas lutut.

Setelah Lyra mengenakan pakaiannya, Nata mulai merias wajah dan menata rambutnya. Lyra meminta Nata meriasnya dengan riasan tipis yang natural.

"Padahal aku akan meriasmu ala kylie jenner. Tapi kamu malah ingin riasan natural," ucap Nata.

"Aku tidak sepertimu yang menyukai style amerika, aku lebih suka gaya korea yang riasannya terlihat natural."

"Baiklah, karena aku ahlinya dalam merias. Gaya amerika maupun gaya korea aku bisa melakukannya," ucap Nata tersenyum.

Satu jam lebih Nata merias dan menata rambut Lyra, mereka pun beranjak pergi ke klub malam menggunakan taxi.

Ini merupakan pertama kali bagi Lyra pergi ke klub malam, ia merasa tak nyaman ketika menginjakan kakinya di sana. Terlebih lagi, banyak pria nakal yang menggodanya. Lyra sampai harus memegang tangan Nata.

"Jangan pernah lepaskan aku. Aku takut dengan pria mabuk di sini."

Nata tergelak. "Kamu harus merasa nyaman dan mulai terbiasa karena klub malam memang seperti ini." Nata menunjuk ke arah tempat duduk yang terdapat orang berkumpul. "Kita gabung kesana, mereka semua adalah teman kerjaku."

Lyra mengangguk, lalu mengikuti langkah Nata. Di sana Nata memperkenalkan semua teman kerjanya.

"Perkenalkan mereka semua teman kerjaku. Yang berbaju putih, Arya. Yang dua orang tengah memegang gelas, mereka adalah Dhea dan Dika. Lalu, yang tengah duduk di pojokan adalah Denis dan Vika."

Semuanya mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Lyra.

"Salam kenal, saya Lyra."

"Lyra cantik, apa dia sudah memiliki pria," Lontar Denis.

"Sekarang dia single, tapi dia tak pantas dengan pria playboy sepertimu," ucap Nata.

Vika tergelak. "Tentu saja jangan mau, Lyra.

Oh ya Nata, apa kamu tahu jika kita pergi kesini dengan CEO tampan kesayangan."

Seketika Nata kegirangan. "Benarkah, apa yang kamu maksud itu pak Rigel Callisto."

"Tentu saja, siapa lagi CEO kesayangan kita selain pak Rigel." Vika lalu menunjuk pria yang di sebut CEO olehnya. "Lihat di sebelah sana, dia tengah duduk di meja bar."

Nata pun menatap ke arah yang di tunjukan Vika, begitupun dengan Lyra yang juga ikut melirik karena penasaran dengan sosok wajah dari orang yang membuat temannya itu kegirangan.

"Siapa dia? Aku tak dapat melihat wajahnya," ucap Lyra memicingkan matanya.

"Dia tengah duduk memunggungi kita, mana mungkin wajahnya terlihat. Apa kamu ingin melihat wajahnya, biar ku panggil agar dia menengok. Jika kamu sudah melihat wajah tampannya, kamu mungkin akan ikut tergila-gila seperti kita," ucap Nata.

"Jangan menganggunya, hari ini moodnya sedang tidak baik. Bisa-bisa kamu di pecat, dia itu terkenal beringis bila sampai membuatnya marah," lontar Denis sembari menuangkan bir ke gelas kosong, lalu mengulurkannya kepada Lyra. "Dari pada kamu sibuk menatapnya, lebih baik kamu minum terlebih dahulu. Karena kamu dari tadi belum minum sedikitpun."

Lyra meraih gelas yang di ulurkan Denis, lalu meneguknya sampai habis. Rasanya memang sangat asing di lidah Lyra, karena ia minum baru pertama kalinya. Biarpun rasanya tidak enak bagi orang yang pertama kali meminumnya, Lyra malah ketagihan. Ia terus-menerus meneguk bir hingga menghabiskan satu botol.

Sontak Nata pun sampai merebut gelas bir yang tengah di pegang Lyra. "Berhenti meminumnya, sepertinya kamu sudah mabuk."

Sektika Lyra berdiri dari duduknya dengan mata sayu karena mabuk.

"Aku memang sudah mabuk, bagaimana jika menari saja di sana." Lyra menarik Nata ke tengah kerumunan orang-orang yang tengah menari.

Lyra menari dengan hebohnya, sampai Nata pun di buat menggelengkan kepalanya.

"Perempuan polos seperti dia bisa juga menari."

Mabuknya benar-benar sudah sangat parah, ia menari di tengah kerumunan sampai terpisah dari Nata. Wanita cantik mabuk sendiri sambil menari, sudah pasti di manfaatkan para pria. Lalu, seorang pria datang meraih pinggangnya sembari menari.

Saat itu, perasaan Lyra sangat senang karena mabuknya mampu melupakan kejadian yang terjadi di apartemen Daniel. Ia menari dengan pria yang tak di kenal. Namun, pria tersebut memanfaatkan Lyra yang tengah mabuk, ia menyentuh bagian terlarang di tubuh Lyra.

Hingga membuat Lyra sangat marah, spontan Lyra pun mendorongnya sampai membuat pria tersebut terjatuh.

"Brengsek!!

Seketika pria tersebut akan melayangkan tamparan ke wajah Lyra, namun tiba-tiba saja di tahan oleh seorang pria berpakaian setelan kerja berwarna hitam.

"Berani sekali kamu akan menampar wanita," lontar si pria yang tengah memagang pergelangan tangan orang yang akan menampar Lyra.

"Memangnya kamu siapa?"

Pria tersebut menyeringai. "Dia kekasihku," ucapnya meninggikan suaranya.

3. Kejadian Tergila

Wajah si penolong tampak samar terlihat di mata Lyra. Yang terlihat jelas olehnya hanyalah tubuh tinggi dengan perawakan kekar, dan kulit putihnya.

Lyra meraih lengannya. "Terima kasih sudah menolongku."

Pria tersebut mengangguk, lalu beranjak melangkahkan kakinya. Hanya berterima kasih saja menurut Lyra itu tak akan cukup. Lyra perlu membalas budi atas perbuatan baik pria tersebut. Lyra mengikuti dan kembali meraih lengan si penolong.

"Aku tak suka berhutang budi. Jadi, aku harus membalas kebaikanmu agar aku tak memiliki hutang budi."

"Jadi, apa yang akan kau berikan untukku?"

Lyra lalu meraih dompet di dalam tasnya. "Bagaimana jika kau pergi makan menggunakan uangku."

Pria tersebut memiringkan senyumnya "Aku tak butuh uang receh yang berada di dompetmu itu."

"Aku tidak akan memberikanmu uang receh. Karena di dompetku hanya terdapat uang pecahan seratus ribu."

"Aku sudah banyak uang. Aku bahkan bisa membeli gedung restoran di tempatku ingin makan."

"Benarkah? Kalau begitu kau mau apa dariku, agar aku bisa membalas hutang budiku padamu."

"Apa kau ingin melakukan apapun untukku?"

"Tentu saja, aku akan melakukan apapun untuk membalasnya."

Seketika pria tersebut menarik pinggang Lyra, hingga membuat tubuh Lyra mendekat padanya.

"Bagaimana jika malam ini kamu berdansa denganku."

"Tentu saja aku akan bersedia." Dengan spontan, tangan Lyra melingkari leher si penolong tersebut.

Mereka menari sembari saling menatap satu sama lain. Namun karena mabuknya, wajah dari pria yang tengah melingkari pinggangnya itu masih samar telihat. Lyra memicingkan matanya untuk memperjelas pandanganya. Dan anehnya wajah tersebut tampak terlihat seperti Daniel. Apa karena mabuknya, atau mungkin karena Lyra tak bisa melupakan Daniel, hingga sosok yang tengah berdansa dengannya menyerupai wajah Daniel

Seketika gerakan langkah kaki Lyra terhenti.

"Mengapa berhenti?" Tanya si pria heran.

Lyra tak bisa membohongi perasaannya, jika dia masih sangat mencintai Daniel. Terlebih lagi, ia baru putus dengan Daniel tadi siang. Mana bisa Lyra melupakan Daniel dalam sekejap.

Lyra menatap dengan kedua matanya yang mulai tergenang.

"Daniel," ucap Lyra dengan nada rendah.

Lalu seketika, dengan cepatnya Lyra mengecup bibir pria tersebut.

Si pria tersentak kaget setelah di kecup oleh Lyra. Namun tiba-tiba saja, ia merapatkan tubuh Lyra dengan tubuhnya, lalu mendekatkan bibirnya ke arah bibir Lyra.

"Kau yang memulainya, maka kau tak bisa menghentikanku untuk melakukannya."

Si pria tersebut mendaratkan bibirnya di bibir mungil milik Lyra. Ia mencium panas bibir Lyra, mengelumutinya, dan memasukan lidah ke dalam mulutnya.

Lyra memang cukup kaget dengan aksi pria tersebut. Tapi Lyra malah menikmatinya, ia memejamkan matanya dan mengikuti alur dari pergerakan bibir si pria.

Sampai akhir ciuman, mabuknya Lyra tak kunjung reda. meninggalkan Lyra seorang diri di klub malam, itu tak mungkin. Lyra bahkan hampir di lecehkan dan lukai oleh pria nakal. Sementara, si pria tak tahu Lyra datang ke klub malam dengan siapa.

Si pria sudah menanyakan ke beberapa orang di klub, siapa tahu ada yang mengenal Lyra. Namun, ia tak menemukan orang yang mengenalnya. Bahkan bertanya pada Lyra pun, ia tak berbicara dengan jelas, karena mana mungkin orang mabuk akan berbicara dengan benar.

Si pria pun akhirnya membawa Lyra pergi dari klub, dan memasukan Lyra ke dalam mobil miliknya.

Bagaimana dengan Nata? Tentu saja Nata juga sama mabuknya dengan Lyra. Ia mencari Lyra di klub dalam keadaan mabuk. Berkeliling dari setiap tempat di klub, namun Lyra tak dapat di temukan. Kepalanya sudah sangat pusing karena efek dari mabuknya, berjalanpun sampai sempoyongan. Nata akhirnya di bawa pulang oleh semua teman-teman kerjanya tanpa Lyra.

...****************...

Si pria yang entah siapa dia, membawa Lyra pergi ke hotel. Bukan karena ia memiliki niat lain, tapi ia tak tahu di mana rumah Lyra berada. Pria tersebut memapah Lyra pergi ke kamar yang sudah di pesannya.

Di saat pria tersebut memasuki kamar, tiba-tiba saja Lyra menciumnya secara bruntal. Si pria kembali tersentak kaget, ia di buat menganga saat Lyra menghentikan ciumannya.

"Dia terlalu berani atau memang bodoh," gerutu si pria.

Lyra tersenyum manis sembari menatapnya, dan lagi-lagi ia menyebutkan nama Daniel.

"Ternyata, setelah ku pikir-pikir kamu masih terlihat manis seperti dulu. Tapi aku bukanlah pria yang selalu kau sebutkan itu."

Si pria menarik pinggang Lyra, mendekatkan tubuh Lyra dengan tubuhnya.

"Aku bukanlah orang yang kau sebutkan. Jangan salahkan aku, jika malam ini aku menerkammu. Karena kamu yang lebih dulu memulainya."

Dengan cepat si pria kembali mencium panas Lyra, kali ini jauh berbeda dari sebelumnya. Ia menciumnya dengan agresif, dan menuntunnya menuju tempat tidur.

"Akan ku buat kau jadi wanita milikku yang seutuhnya."

Si pria membuka kemeja yang di kenakannya, lalu mencium leher jenjang wanita yang tengah mabuk di bawah tubuhnya itu. Memberikan bekas merah di lehernya, lalu membuka setiap helai kain yang menutupi tubuh Lyra. Kali ini bukan hanya leher saja yang di berikan tanda olehnya, tapi setiap tubuhnya pun di berikan tanda merah oleh bibir si pria.

Setelah puas mencium, pria tersebut akhirnya melakukan hal yang lebih panas lagi yang lebih dari sekedar dari ciumannya.

Si pria membelai lembut wajah Lyra. "Setelah malam ini berakhir, kau tak akan dapat melupakannya, dan sepenuhnya kau akan menjadi miliku."

**

Esok paginya, Lyra terbangun dalam keadaan mata setengah terbuka, kepala yang sedikit pusing, lalu tenggorokan yang terasa kering. Matanya berkeliling menata langit-langit yang sangat terasa asing di lihatnya.

Lalu, ketika kepalanya berbalik menatap ke arah samping, Lyra terkejut setengah mati menatap pria yang tengah tertidur pulas dalam keadaan bertelanjang dada.

"Siapa dia, dan dimana aku sekarang?" Gumam Lyra sembari meraba-raba tubuhnya yang saat ini tak mengenakan sehelai kain kecuali selimut.

Dan di buat tekejut lagi saat beberapa kepingan ingatan yang terjadi semalam muncul di kepalanya.

"Aku pasti sudah gila telah menganggap orang ini sebagai Daniel."

Lyra terburu-buru beringsut dari ranjang, lalu mengambil pakaiannya yang tergeletak di lantai. Ia mengenakan pakaian dengan terburu-buru, tak peduli mau berantakan yang penting Lyra segera pergi dari tempat asing tersebut.

Sebelum si pria terbangun dari tidurnya, Lyra mengambil dompet dari dalam tasnya. "Aku hanya memiliki sisa uang empat ratus ribu. Tiga ratus ribu untuknya, dan sisanya akan ku pakai untuk naik taxi."

Lyra meraih tiga pecahan uang seratus ribu dari dompetnya. Sebelum meletakannya, Lyra menuliskan sepenggal kalimat di salah satu uangnya. "Untuk yang semalam, aku minta maaf. Lupakanlah semuanya, karena itu hanyalah sebuah kesalahan di saat ku mabuk." Lyra meletakan uang tersebut di samping bantal si pria.

Setelah itu ia pun terburu-buru beranjak pergi dari kamar hotel. Tampilannya sungguh sangat berantakan, rambut, riasan, serta pakaiannya sudah tak enak di pandang.

Lyra keluar dari hotel sembari di pandang dan di tertawakan oleh orang-orang yang lewat di dekatnya. Lyra sudah benar-benar sangat malu, ia menyembunyikan wajahnya dari balik tasnya.

Di saat ia tengah menunggu taxi, tiba-tiba seseorang memanggilnya dari balik mobil.

"Lyra."

Seketika Lyra pun menengok ke arah mobil tersebut.

"Axel," seru Lyra.

Dia adalah Axel Azkara, yang merupakan sahabat Lyra sedari kecil. Di bandingkan dengan Nata yang bertemu saat SMA, dan Agni yang bertemu Lyra saat menjenjang pendidikan di Cambrige Amerika, Axel jauh lebih dulu dan lebih lama bertemu dengan Lyra. Karena orang tua dari mereka berteman, mungkin sudah dari bayi Lyra dan Axel di pertemukan.

Axel melajukan mobilnya ke tempat Lyra berdiri.

"Sedang apa pagi-pagi di sini?"

Seketika Lyra terburu-buru membuka pintu mobil, lalu memasuki mobil milik sahabatnya itu.

"Bawa aku pergi dari sini secepatnya?"

"Memangnya kenapa? Kenapa terburu-buru ingin pergi."

"Jangan banyak bertanya!! Cepat lajukan kembali mobilnya."

"Baiklah." Sesegera mungkin Axel kembali menancap gas mobilnya.

"Mau ku antar pulang atau mau ke tempat lain?" Tanya Axel.

"Antar aku pulang saja."

Axel sangat keheranan dengan gelagat Lyra yang nampak gelisah dan panik. Sampai-sampai ia mengerutkan kedua alisnya.

"Pagi-pagi berada di depan hotel dengan tampilan yang sangat berantakan. Lalu terdapat tanda merah di lehermu," lontar Axel.

Spontan Lyra pun menutupi lehernya. "Memangnya kenapa? Aku tak seperti apa yang kamu pikirkan."

Axel tersenyum. "Memangnya apa kau sudah tahu isi pikiranku?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!