Hening... Ruang tamu terlihat pegitu sepi ruang keluarga juga masih sama terlihat sepi. Semua masih gelap sinar mentari tidak bisa menembus gorden apartemen mewah itu.
"Astaga! Pukul berapa ini. Tuhan aku pasti terlambat bangun lagi. " Nadira mencari ponselnya di meja. Setelah mendapatkanya dia langsung melihat jam di layar ponselnya.
Waktu menunjukkan pukul 07:10 . Itu tandanya Nadira tidak begitu kesiangan hari ini.
Nadira turun dari ranjang, berjalan membuka pintu sambil menguap. Dia berjalan menuju dapur untuk membuat sarapan pagi.
'ah ' gumam Nadira setelah meliat Sagar duduk di bartender di dapur. Nadira sangat enggan untuk bertemu denganya apa lagi berpapasan karena itu sama saja membuatnya sesak tidak bisa bernafas. Nadira membuang nafas degan kasar dan melewati Sagar begitu saja, menganggap di sana tidak ada orang. Karena lebih baik begitu dari pada hatinya terluka.
"Kamu tau kan, hari ini ada acara pertemuan keluarga bulanan. Aku akan kirimkan mobil jam lima untuk menjemputmu. " Kata Sagar yang tetap fokus pada kopi di tanganya yang segera di sruput.
"Iya." Jawab Nadira singkat, Sambil tetap mengaduk teh di hadapannya.
"Restoran sakura, tempatnya bagus kamu akan menyukainya. " Sagar meletakkan cangkir kosong bekas minumannya ke dalam westafel cuci piring.
"Semua keluarga besarku akan datang dan berkumpul. Sebaiknya kita juga harus pergi kesana."
Sagar meninggalkan Nadira sendirian. Nadira hanya bisa terpaku antara terbiasa dengan sikapnya yang acuh atau harus menahan sakit hati.
Kehidupan mereka bagaikan terhalang tembok, hidup berdua tapi seperti sendirian. Yah bisa di bilang seperti itu.
Jarak yang Sagar buat, dan semua peraturan yang di buatnya membuat Nadira hanya bisa mematuhinya. Peraturan yang sudah ada semenjak kakinya menginjak apartemen ini.. Kamar sebelah kiri adalah kamar Sagar dan semua areanya hanya Sagar yang bisa menginjakkan kakinya di sana terkadang pelayan yang dia sewa paruh waktu untuk membereskan apartemen ini yang bisa masuk kesana. Sedangkan kamar sebelah kanan adalah kamar dan wilayah kekuasaan Nadira yang tentu nya Sagar tidak pernah menginjakkan kakinya di sana semenjak ada Nadira di apartemen ini.
Tinggal bersama laki-laki ini membuat tekanan batin tersendiri untuk Nadira. Nadira hanya bisa bersedih jika mengingat keadaan pernikahan yang seperti ini, pernikahan yang dulu di impikannya untuk menjadi ratu. Tapi nyatanya dia hanyalah orang asing untuk suaminya.
*****
Nadira melangkahkan kakinya di restoran sakura dia di sambut hangat oleh pelayan restoran.
"Selamat malam nona, ada yang bisa saya bantu." Sapa pelayan wanita begitu ramah.
"VIP mawar." Jawab Nadira.
"Oh silakan nona, mari saya antar."
Nadira mengangguk dan mengingkuti di belakang pelayan itu.
Sebuah ruangan terbuka, sangat cantik dengan pemandangan di bawah lampu pernak pernik.
"Saya permisi nona."
"Trimakasih ya." Senyum Nadira.
Nadira melihat sekeliling dan menarik nafas panjang sudah saatnya bagi dirinya untuk ber akting.
Nadira melihat saudara sepupu dari Sagar yang baru saja di karuniai seorang putri yang cantik, mereka tengah sibuk dan terlihat hangat. Nadira terus menatapnya.
"Sehangat itu kah pernikahan sesungguhnya? Apakah sebahagia itu. " Pikir nadira datar. Nadira langsung berjalan mendekati tempat Sagar berada dan langsung duduk di sampingnya.
Pelayan, meletakkan piring di depan Nadira dan memberikan steak di dekatnya.
"Makanlah." Kata Sagar
Tanpa berbicara Nadira langsung memotong daging di hadapanya.
"Kalian belum memiliki momongan juga ya." Tanya bibi Sagar.
Nadira hanya diam terpaku mendengar pertanyaan itu. Dia merasa tidak enak dan sangat tidak nyaman.
"Padahal kaliankan sudah menikah hampir tiga tahun. Lihat tuh henry baru menikah satu tahun sudah memiliki momongan."
Klankkk !!
Garpu yang di pegang Nadira terjatuh dan mengenai bajunya. Nadira segera berjongkok untuk mengambil garpu yang terjatuh.
"Kan masih baru tiga tahun. Kami saja masih merasa seperti pengantin baru." Kata Sagar santai
'Aku saja tidak pernah berfikir ke arah situ' pikir Sagar.
"Wahh, kalau masih pengantin baru hubungan kalian tidak ada bosan-bosanya ya." Kata pamannya.
" Bosan gimana? "
" Sudahlah mari kita lihat seberapa naifnya si Sagar ini." Paman Sagar tertawa mencairkan suasana tapi tetap saja membuat Nadira tetap tidak nyaman. Nadira hanya bisa tersenyum toh dia sudah terbiasa melakukan seperti ini.
'Dasar tukang drama yang pintar akting. Kalau bukan karena perusahaan. Mungkin kamu tidak akan melakukan ini semua kan. Dan aku tidak akan mungkin ada di sini.' Batin Nadira.
"Oiya Nadira, kalau tidak memiliki anak gimana dengan belajar bekerja, biar bisa mendampingi suami." Kata pamanya.
" Iya biar bisa mendampingi suami yang sekarang menjadi CEO di Departemen Vos. " Timpal bibinya.
"Bibi, Nadira sekarang masih berusia 25 tahun. Dia masih sangat muda untuk menjadi ibu dan juga untuk apa dia harus sibuk bekerja." Jawab Sagar.
"Lagian dia juga masih ingin belajar." Sagar memeluk Nadira dari samping.
"Memangnya mau belajar apa."
"Aerkologi." Jawab Nadira
"Untuk apa belajar seperti itu. Hanya membuang - buang waktu saja dengan mempelajari hal-hal yang tidak jelas. Lagian belajar kan bisa kapan saja. Tapi memiliki anak kan tidak. "
" Sudah sudah.. Di sini kita tidak harus membicarakan soal anak." Kata bibi prada bibinya Sagar juga.
"Iya, jangan mengintimidasi keponakan kita. Kasian nanti dia merasa tidak nyaman." Timpal suami bibi prada.
Semua berhenti dan mulai membicarakan hal-hal lain seperti fashion, mulai dari baju, tas, sepatu branded dan bisnis.
Nadira hanya bisa mendengarkan dan melihat orang-orang hebat di sekelilingnya.
Nadira merasa kecil.
' memang aku sangat tidak pantas untuk berada di tengah-tengah orang seperti ini. ' batin Nadira degan sedih.
"Maaf permisi, saya mau ke toilet untuk membersihkan baju saya yang kotor terkena noda."
Nadira langsung pergi meninggalkan meja menuju toilet.
Nadira membasuh dan mengucek-ucek pakaiannya. Tapi nodanya masih belum bisa hilang juga.
"Sepertinya aku salah memilih baju ini." Pikir Nadira.
"Kamu tidak ada masalah kan dengan Sagar." Tanya bibi Sofiya, dia adalah kakak dari ibunya Sagar. Yang tiba-tiba muncul mengagetkan Nadira.
"Ya." Jawab Nadira bingung.
"Jadi wanita itu harus pintar sih, tidak harus cantik doang. Bisa mengendalikan suami tuh juga termasuk keahlian." Bibi Sofiya langsung keluar dari toilet setelah berbicara seperti tadi.
Nadira hanya bisa terpaku mendengar ucapan dari bibinya Sagar. Sedih dia berfikir tidak ada satupun yang mengerti dia dan menyukai kehadirannya.
Nadira keluar menuju Rooftop restoran. dia bersandar di pagar besi dan melihat gemerlapnya bintang yang tengah menemani terangnya bulan.
"Mengendalikan suami katanya. Boro-boro, bisa2 aku jatuh terlalu dalam nantinya." Gumam nadira.
"Yah lebih baik aku di sini, tidak kembali ke mereka. Toh mereka tidak akan mencari keberadaan ku." Pikir Nadira.
Angin terus berhembus kencang menembus gelapnya malam. Semakin terasa jika beradi di atas seperti yang nadira lakukan.
" Sedang apa kamu di sini. " Nadira langsung menoleh setelah mendengar suara yang tidak asing baginya.
" Tidak. Kamu ngapain kesini. " Tanya balik Nadira.
" Bosan di sana. "
" Oh. "
" Angin malam tidak bagus untuk kesehatan, apalagi kamu memakai baju lengan pendek seperti itu. "
Nadira hanya mengamati baju yang ia kenakan. Memang bajunya sangat tipis.
" Ayo turun ke bawah, atau kamu akan terkena flu karena kedinginan." Sagar langsung pergi turun di susul dengan Nadira.
"Sagar, dari mana saja. Sini kumpul dengan kami." Teriak David melambaikan tanganya.
" Sebentar, aku bicara dulu dengan Nadira. "
" Hai Nadira... Apa kabar? " Teriak David.
" Panggil dia kakak. " Hardik Sagar.
" Lebih baik kamu pulang sekarang. Pakai ini biar tidak dingin. " Sagar melepas jasnya dan menyelimutkan di badan Nadira. Setelah itu Sagar menghampiri David dan yang lainya.
' Seandainya mereka tau... Betapa aku sangat takut saat berada di dekat orang ini.. Dan betapa tersiksa nya aku dengan kehidupan seperti ini. Entah sampai kapan aku akan menjalankan hidup seperti ini. Kehidupan yang setiap hari mencekik ku. ' gumam Nadira. Saat melihat punggung Sagar yang mulai melangkah pergi.
" Tunggu." Nadira menoleh saat Sagar menghentikan langkahnya.
"Apa bibi bicara sesuatu padamu di toilet."
Nadira bingung mengapa Sagar bisa tau.
"Dia hanya bertanya apa kita ada masalah."
" Kenapa kamu tidak menggertak mereka sedikit sih.. Kenapa kamu selalu diam saja."
" Sudah, cepat kembali.. Mereka semua menunggu mu."
Sagar mendekati Nadira dan langsung memeluknya.
" Para bibi dan paman melihat ke arah kita." Sagar memeluk Nadira semakin erat Nadira tidak bisa melihat ke depanya karena tubuh Sagar yang lebih tinggi dari nya.
" Apa kamu tau. Mereka bilang jika kita tidak memiliki anak itu tidak akan enak. Memangnya mereka pikir hubungan kita ini seperti apa? "
" Apa mereka masih melihat ke arah kita." Nadira sudah tidak tahan berpelukan terlalu lama dengan Sagar.
Sagar melepas pelukanya. Lalu memegang pipi kanan nadira dengan begitu lembut.
" Sepertinya mereka ingin memastikan sesuatu di antara kita."
" Apa? " Tanya Nadira bingung
Sagar menarik pinggul Nadira hingga jarak mereka sangat dekat sekali. Tanpa banyak bicara sagar langsung mencium bibir Nadira di depan keluarganya. Nadira tersentak dengan apa yang barusan Sagar lakukan. Ciuman pertamanya. Bahkan Sagar merampas ciuman itu juga.
Setelah melepas ciumanya, Nadira hanya bisa tertunduk sedih.
" Kenapa kamu tidak terlihat bahagia. "
" Tidak. " Nadira mengangkat kepalanya, merangkul leher Sagar dan cuup... Nadira mencium bibir Sagar.
'Sudah saatnya berakting untuknya.. Ya ini untuk yang terakhir kalinya... Sudah tiga tahun dari perjanjian itu... Sudah saatnya. Sudah waktunya aku akan menceraikanmu' kata hati Nadira.
****
Bersambung....
Nadira mengambil sebuah album foto yang masih tersimpan rapi di dalam laci kamarnya. Nadira membukanya dan melihat satu persatu foto itu. Nadira menatap dengan tatapan kosong. Dia masih tidak menyangka pria yang menikah dengannya, yang ia anggap sebagai dewa penolong. Yang datang melamarnya tiga tahun yang lalu dan berjanji akan menikahinya. Bahkan membuat jantungnya berdebar hingga tidak bisa tidur.
Tiga tahun yang lalu Nadira hanyalah wanita biasa. Dia hanya menganggap semua kehidupan hanya bisa berdasarkan level kekayaan. Nadira sama sekali tidak pernah terfikir kan akan menjalani kehidupan seperti saat ini. Hingga saat itu, dia tengah berlari dan berpapasan dengan Sagar yang saat itu berada di kantor Hairim Tang. Hairim tang adalah anakan perusahaan Vos. Yang di kelola oleh direktur ji Hairim. Hari ini Nadira akan bertemu dengan istri ji Hairim, Karina Hairim.
"Permisi nyonya, hari ini saya akan menggantikan ibu saya." Sapa Nadira ngos-ngosan karena habis berlari menuju ruangan Karina.
"Hmmm yaaah, saya tau." Jawab Karina meletakkan cangkir teh di meja depanya dengan lagak angkuh.
" Ikuti di belakang ku. " Nadira menurut dan mengikuti karina dari belakang.
Keluarga Nadira sudah lama sekali bekerja untuk keluarga Hairim. Ayahnya bahkan sudah bekerja menjadi sopir di keluarga ini selama tiga puluh tahun. Dan kemudian ibunya ikut bekerja menjadi juru masak di rumah itu.
****
Nadira tidak berfikir jika ia akan di ajak menemani Karina ke mall untuk berbelanja baju dan sepatu. Karena sepulang kuliah Nadira langsung pergi menemui Karina tanpa menaruh buku-bukunya.
'Bagaimana ini, bagaimana aku bisa membawa barang-barang itu dan juga bukuku' pikir Nadira.
Karina masih sibuk mencoba sepatu yang ini dan itu.
" Permisi, apa saya boleh minta kantong kresek untuk menaruh buku-bukuku? " Tanya Nadira kepada pelayan boutique.
" Oh iya nona, pasti sangat merepotkan ya dengan membawanya seperti itu." Pegawai tersenyum ramah dan pergi mengambilkan kantong untuk Nadira.
" Nyonya kamu sangat beruntung memiliki anak yang sangat cantik dan juga pandai, lihat dengan melihat nya kamu pasti bangga anak nyonya bisa kuliah di universitas J"
" Ahh.. Bukan saya bukan putrinya. Saya hanya staff biasa yang bekerja pada nyonya Karina."
Para pelayan toko sangat tidak menyangka dia berfikir Nadira adalah anak dari Karina.
" Aku sudah selesai. " Karina berdiri dan langsung keluar dari boutique. Nampaknya dia sangat marah dan tersinggung. Nadira mengejar Karina yang berjalan begitu cepat penuh emosi.
" Nyonya. " Panggil Nadira.
Seketika Karina berhenti dan langsung berbalik.
Plakkkkk!! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Nadira.
Nadira langsung tersungkur kebawah.
" Belagu sekali ! Kamu pikir dengan pamer tempat kuliahmu itu akan merubah hidupmu! Dasar ****** ! Kamu pikir kamu bisa sukses jika bisa keluar dari Universitas J. " Hardik Karina.
Nadira hanya bisa menangis mendengar omongan Karina yang tanpa memikirkan betapa malunya Nadira saat ini. Di kelilingi tatapan bingung semua orang.
" Kamu pikir kamu siapa? Kalian hanya seorang sopir dan pembantu! Gaji kalian tidak akan sanggup untuk membiayai kuliahmu! Harusnya kamu tau diri dan malu."
Karina langsung masuk lift meninggalkan Nadira sendirian.
Nadira memungut i buku-bukunya yang jatuh berserakan.
Nadira mendongakkan kepalanya saat melihat ada saputangan di hadapanya.
" Lap air mata mu Nadira. " Kata laki-laki tampan dan gagah dengan balutan jaz berwarna navy.
Yah laki-laki ini, yang Nadira anggap dan pikir adalah penyelamat hidupnya.
*******
Dear suamiku Sagar.
Hari ini aku memberanikan diri untuk menulis surat pertama dan terakhir untukmu.
Sudah tiga tahun aku melalui kehidupan bersamamu. Dan kamu sudah mendapatkan apa yang kamu mau.
Mungkin ini sudah saatnya untuk kita mengakhiri hubungan kita ini.
Saat pertama kali kita menikah, kamu mengatakan padaku untuk mendaftarkan pernikahan kita dan juga mengadakan resepsi pernikahan untuk kita. Kalau tidak ada yang terjadi atau perubahan apa pun semua keputusan ada di aku.
Entahlah....
Sejak kapan omongan itu menjadi harapan untukku.
Tapi....
Aku memutuskan untuk berpisah denganmu bukan karena orang lain atau bahkan karenamu.
Aku memutuskan ini karena alasaku sendiri itu masalah ku aku tidak ingin menyalahkan siapapun.
Biarlah aku menghadapi ini sendiri.
Karena aku tidak bisa menikmati kehidupan ini.
Bahkan setelah menikah aku tidak pernah bahagia sedikit pun.
Rumah mewah ini. Tidak ada sentuhan kehangatan untukku dan membuat ku merasa sangat tidak nyaman.
Dan aku rasa kamu pun merasakan itu juga.
Aku tidak pernah berpikir bahwa kita ini sepasang suami-istri.
Kamu membutuhkanku dan kamu juga telah menolong ku.
Persatuan ini akan berjalan tanpa arah.
Jadi mari kita akhiri sampai di sini.
Aku hanya menginginkan satu permintaan untumu.
CERAIKAN LAH AKU SAGAR!
Tolong! Aku mohon Sagar lepaskan aku.
Izinkan aku untuk bahagia.
Untuk masalah uang yang sudah kau keluarkan untukku, aku akan berusaha mengembalikan padamu beri aku waktu aku pasti melunasi nya. Selama ini aku juga sudah berusaha jadi istri yang baik untukmu. Jadi aku mohon pertimbangkan soal hal ini.
~Nadira~
Nadira menghala nafas panjang dan memasukkan surat itu ke amplop putih.
Nadira melihatnya dan ingin meremasnya.
Tidak terasa air matanya mulai terjatuh membasahi pipinya.
'Kehidupan ini sangat kosong. Seperti cangkang tidak ada isinya. Semua hanya di landasi hukum dan selembar kertas.' Nadira mengusap air matanya.
'Kenapa aku jadi seperti ini. Aku tidak mencintai nya. Aku tidak menyayanginya juga tapi kenapa? '
******
"Aku sudah membaca suratmu." Kata sagar yang menyadari kehadiran Nadira. Sagar langsung meneguk es kopi terakhir nya.
" Apa kamu sudah melihat dokumen di mejamu ?"
" Dokumen? "
" Aku menaruhnya di sana? Aku tau kamu ingin bercerai secara baik-baik. "
" Aku minta maaf, ini pertama kalinya aku berani mengutarakan pendapatku."
" Ya aku tau. Ini sudah hampir tiga tahun."
" Itu benar, aku sudah berusaha menyesuaikan diri dengan kakak selama ini."
" Menyesusaikan diri? " Sagar tersenyum kecut.
" Cobalah untuk berfikir lagi selama satu minggu. Setelah satu minggu jika kamu tidak berubah pikiran kita bisa membicarakannya lagi. "
" Apa yang perlu kita bicarakan? Gimana kalau kita serahkan dulu dokumenya ke pengadilan. "
" Meskipun begitu kita tidak akan bisa langsung bercerai dengan begitu saja. Kita masih harus di suruh berfikir ulang dan itu membutuhkan waktu sekitar satu bulan."
" Justru itu, ayo lebih baik tanda tangan sekarang setelah itu kita juga bisa berfikir ulang. "
" Kenapa sih kamu keras kepala sekali. Apa tidak bisa menunggu beberapa hari saja? Hanya satu minggu. Kamu begitu yakin ingin bercerai ya. "
Nadira menggertakkan giginya dan mencoba memberanikan diri.
" Untuk apa berfikir lagi dan bertahan jika tidak ada perasaan cinta. "
Sagar terkejut mendengar penuturan Nadira.
" Kita bisa memulai dan mencobanya mulai sekarang. " Kata sagar
" Baru sekarang kata-kata itu terucap. " Nadira membuang muka.
" Kakak apa pun yang terjadi aku ingin kita bercerai. Lagi pula kita minum teh bersama saja tidak pernah. Kita bertegur sapa jika bukan di depan keluarga saja. Kakak tidak perlu berusaha lagi. "
" Tunggu tiga bulan, sebentar lagi akan ada ulang tahun ayah. Semua akan kacau jika mereka semua tau kita akan berpisah. " Sagar menaruh gelasnya di westafel.
" Setelah tiga bulan, mari kita serahkan dokumen itu ke pengadilan bersama - sama. Seperti apa yang kamu inginkan. "
Sagar berjalan mendekati Nadira.
" Untuk masalah itu, izinkan aku untuk menyimpan dokumen itu. Dan ini. " Sagar meraih tangan Nadira.
" Simpan, walau kamu tidak akan memakainya. " Sagar memberikan cincin pernikananya di tangan Nadira.
" Kita tidak akan pernah tau Nadira, kapan kita akan membutuhkan ini. Lagian selama kita belum ke pengadilan. Kamu itu masih istriku. Kita masih sepasang suami dan istri. "
" Suami istri " Kata hati Nadira.
" Kalau begitu mulai sekarang aku akan pergi dari sini. "
" Untuk apa? Kamu harus tinggal di sini. Atau orang - orang akan tau tentang kita. "
" Kakak tenang saja, selama kita belum ke pengadilan aku akan tetap bersembunyi agar tidak ketahuan. Dan ya, Aku akan datang di hari ulang tahun ayah. "
Sagar baru menyadari Nadira sudah membawa sebuah koper.
" Kamu hanya akan membawa itu. "
" Iya. Lagi pula ini hanya pakaian tidak banyak. Seperti yang kakak katakan sebelum aku kesini. Aku tidak perlu membawa apa apa. Dan aku keluar juga tidak akan membawa apa apa. "
" Mengapa kamu selalu memanggilku kakak? Kita sudah menikah tiga tahun. Tapi panggilan itu tidak pernah berubah. Aku sama sekali tidak terbiasa. "
" Aku pamit dulu kak, jaga diri kakak. "
Nadira membuka pintu apartemen.
" Kembalilah jika di luar tidak nyaman. "
Sekali lagi Nadira menatap Sagar, lelaki yang selama ini ia temani. Yang terkadang kehadirannya membuat jantungnya berdebar tapi tidak sehari pun ia tidak pernah merasakan perasaan sendirian dan kesepian.
Ckklik ! Nadira menutup pintu.
' mulai hari ini, aku akan memulai kehidupanku yang sudah lama terhenti. Hari ini aku adalah Nadira. Dan aku akan menjadi diriku sendiri. Bukan ber status sebagai istri Sagar Mahendra. Hidupku akan di mulai. ' batin Nadira.
bersambung....
Pagi yang cerah untuk Nadira hari ini, ia sangat bersemangat menyiapkan sarapan untuk dirinya dan adiknya. Setelah keluar dari rumah Sagar, Nadira tinggal bersama adik satu satunya.
" Fahri. " Teriak Nadira, sambil membawa dua piring ke meja makan.
" Ya kak. " Fahri keluar dari dalam kamar sambil memakai bajunya.
" Ayo sarapan dulu. "
" Woaah, ini pasti lezat. " Fahri langsung melahap makanan yang ada di hadapanya.
Setelah selesai sarapan pagi. Fahri langsung berangkat bekerja. Sedangkan Nadira kembali ke kamar untuk belajar.
Sudah tiga bulan setelah meninggalkan rumah itu. Dan selama itu Nadira hanya bertemu Sagar dua kali.
Yang pertama ketika perayaan ulang tahun ayah Sagar.
Saat itu Nadira duduk di meja ber empat, ayah mertua, ibu mertua dan juga Sagar.
Saat itu keadaan Sagar sedang tidak baik baik saja. Tangan kirinya di balut dengan perban. Dan Sagar lebih banyak diam dari pada seperti biasanya. Di pesta tidak terjadi sesuatu entah yang istimewa atau hal yang tak terduga seperti saat pertemuan keluarga tiga bulan lalu.
Yang ke dua. Saat di pengadilan, saat menyerahkan dokumen surat cerai.
Saat itu Sagar hanya bisa menatap punggung Nadira yang mulai menjauh dan menghilang di balik mobil taxi.
****
Hari ini adalah hari sidang terakhir keputusan perpisahan mereka. Sagar dan Nadira sudah sepakat akan mendatangi persidangan nanti siang.
Ting tong! Ting tong! Suara bel berbunyi.
Nadira segera turun dari kasurnya dan membukakan pintu.
' Kenapa dia tau tempat ini ' pikir Nadira yang terkejut saat mengetahui Sagar sudah ada di depan pintu.
' Mengapa dia bisa basah kuyup kehujanan? Di mana mobilnya? Dia juga tidak membawa payung? Astaga. Jangan - jangan dia ingin membatalkan perceraian atau. . . Nggak! Ini gk boleh terjadi. Aku ingin hidup sendiri. '
" Mengapa kamu bisa ada di sini? Aku tidak pernah bilang aku ada di sini dan kamu juga tidak pernah tau tempat ini kan. "
" Sebenarnya sudah lama aku tau dari adikmu. "
" Walau keadaan kakak seperti ini, aku tidak akan berubah. Dan aku tidak akan membatalkan perceraianya."
" Iya aku tau. "
Nadira tidak sengaja melihat ke arah tangan Sagar.
Cincin pernikahan mereka yang selalu melingkar di jari manis Sagar sudah tidak terlihat di sana.
' Oh ternyata Sagar sudah melepas cincinya. ' batin Nadira.
' Kenapa tangan Sagar mengepal seperti ini. Apa dia akan memukul ku? Di rumah lagi sepi. Bagaimana ini. ' pikir Nadira.
" Apa kakak mau bicara sesuatu? "
" Tidak! Aku hanya ingin melihat kabarmu. Yah, hiduplah dengan baik setelah ini Nadira. " Kata Sagar yang kemudian pergi meninggalkan Nadira yang masih terpaku tidak percaya.
" Dia hanya ingin bicara seperti itu? Di tengah Hujan seperti ini? Apa tidak ada hari lain? Dia selalu datang secara tiba tiba "
Nadira masih ingat betul kejadian saat itu.
Saat Sagar memberinya sapu tangan. Dia berharap Sagar tidak mengenalinya. Tapi kenyataanya Sagar menyebut namanya dan secara tiba tiba mengajaknya untuk menikah.
Saat melihat Sagar, Nadira langsung mengenalinya. Yang tak lain adalah kakak angkatan kuliahnya dulu.
Setelah membantu Nadira berdiri, saat itu Sagar mengajak Nadira ke kantor perusahaannya.
" Nadira, aku harus segera menikah. Tapi aku tidak memiliki wanita untuk ku nikahi. "
Nadira masih mendengarkan.
" Jadi aku ingin kamu menikah dengan ku. "
" Tapi, kenapa harus aku? " Tanya Nadira heran.
" Pertama kamu wanita yang pintar dan berpendidikan. "
" Kedua kamu wanita yang berbeda dari wanita lain, jadi itu tidak akan merepotkan. "
" Ketiga kamu cantik. "
" Jujur saja. Aku butuh status pernikahan. Dan aku membutuh kan mu. Aku atau kamu juga akan membutuh kan aku. Kamu juga ingin keluargamu terbebas dari sana kan? "
Nadira nampak terkejut dengan omongan Sagar saat itu. Setiap ucapan Sagar tidak ada yang salah.
" Jika kamu menikah denganku kamu akan menyandang status nyonya Sagar Mahendra. Bonusnya kamu tidak akan di remeh kan Nyonya Karina hairim. Dan ada kalanya kluargamu tidak akan di pandang rendah olehnya dan kamu tidak di permalukan di depan orang banyak. "
Nadira masih terdiam.
' Apa benar? Keluargaku akan terbebas dari keluarga Hairim. Dan aku tidak akan merasakan tamparan seperti ini lagi? Apa benar jika aku menerima tawaran ini hidupku akan berubah kedepan nya? Mungkinkah ini takdir yang sudah di siapkan Tuhan untukku? Jika memang benar ini nyata maka aku... ' batin Nadira.
" Baiklah aku mau menikah dengan kakak. "
" Itu keputusan yang bagus. "
Nadira terbangun dari lamunanya.
" Saat itu kakak mengatakan sesuatu.. Tapi apa ya ? " Gumam Nadira.
" Sudahlah untuk apa aku berpikir. Semua hanya masalalu. Sebaiknya aku tidak perlu mengingatnya lagi. Atau aku tidak akan bisa melangkah. Lebih baik sekarang aku bersiap untuk pergi ke pengadilan.
*****
" Kalian secara resmi barcerai. " Ketuk palu tiga kali menggema di ruangan sidang.
Empat September dua ribu empat belas. Sagar dan Nadira resmi bercerai.
Setelah semua meninggalkan ruangan. Nadira keluar beriringan bersama Sagar.
Nadira menatap sejuknya pepohonan di luar bekas hujan tadi pagi.
' Aku tidak pernah menyangka di umurku yang ke dua puluh lima tahun aku sudah memiliki pengalaman sebagai seorang istri dan juga janda. Mungkin semua orang akan melihat bahwa aku adalah cinderella yang telah di buang oleh Pangeran. Tapi rasanya ini sangat melegakan untukku. ' batin Nadira. Nadira menatap ke arah Sagar yang berjalan di sebelah nya.
' mengapa dia tersenyum ' pikir Nadira saat melihat senyum santai Sagar.
" Apa kabarmu selama ini baik baik saja? "
" Iya, aku baik baik saja "
" Aku sempat sakit parah. " Nadira menghentikan langkah kakinya untuk mendengarkan Sagar.
" Aku terkena luka bakar di tanganku, dan aku juga sempat jatuh dari tangga. Sampai kaki ku harus di gips beberapa minggu. " Tutur Sagar.
" Apa dia berbohong. Sepertinya dia terlihat baik - baik saja. " Pikir Nadira.
" Oiya, sepertinya kamu juga terluka.? "
Nadira mengangkat tanganya.
" Oh ini? Ini hanya terkena pisau saat memasak tadi pagi. " Nadira tidak menyangka Sagar juga memperhatikan sampai sedetail itu.
" Hati hati." Sagar mengelus kepala Nadira.
' Huh apa urusanya denganmu? Kita sekarang kan bukan suami istri lagi. ' batin Nadira.
" Kamu tau tidak apa alasan aku mau untuk bercerai ? "
" Kenapa? "
" Karena kamu yang memintanya. "
" Kakak bisa melepas cincin itu. " Kata Nadira saat melihat cincin itu kembali melingkar di jari manis nya.
" Ah ini. " Sagar melihat cincin pernikahan mereka. Lalu melepasnya.
' padahal tadi tidak di pakai. Kenapa sekarang di pakai ' pikir Nadira sedih.
" Mau pergi ngopi bareng? "
" Ah tidak, aku masih ada acara setelah ini. " Tolak Nadira. Karena ia merasa tidak enak hati sendiri mengingat ucapanya yang dulu ia lontarkan soal tidak pernah minum teh bersama.
" Baiklah, setelah ini hiduplah dengan baik. Jaga dirimu baik baik. Hiduplah dengan perasaan lega. Dan setelah beberapa pekan barang kali kamu tidak sibuk mari kita ngopi bersama. "
" Baiklah. "
" Maaf. " Sagar mengulurkan tanganya pada Nadira.
" Terimakasih untuk semuanya. " Nadira menyambut tangan Sagar. Dan mereka kembali melanjutkan perjalanan.
" Oiya sebentar lagi ulang tahunmu kan? Apa kamu mau menerima buket bunga dariku?"
" Kamu mau membuatku jadi bahan tertawaan. "
Sagar hanya diam saja dan melanjutkan jalanya.
Setiap tahun, setiap Nadira ulang tahun Sagar selalu memberikan buket bunga. Meski pun buket itu tidak langsung di berikan kepada Nadira. Sagar selalu menempat kan buket mawar merah itu di meja depan kamar Nadira.
" Kenapa kakak masih terus ikut denganku? Parkiran kan ke arah kanan? "
" Hari ini aku tidak membawa mobil. "
" Tidak bawa mobil? "
" Iya, aku bisa naik taksi di depan. "
' apa dia takut terjadi skandal jika menggunakan mobilnya. Apa dia takut semua orang akan tau jika kita telah bercerai. ' pikir Nadira.
" Oiya, aku sudah mengirimkan hadiah perceraian kita. "
" Hadiah? "
" Sebentar lagi akan sampai. "
" Apa? "
" Sampai jumpa. " Sagar melambaikan tanganya pada Nadira.
Nadira masih bingung dengan apa yang Sagar maksud.
Tring.. Suara pesan dari handphone Nadira.
' sepuluh triliun ' tertera bahwa Sagar baru saja mentransfer uang sebanyak itu kepada Nadira.
Nadira hanya bengong di tempat melihat pesan ini
' Aku ingin bercerai bukan karena uang ini Sagar. Tapi aku hanya ingin hidup bahagia. Hidup penuh kehangatan kasih sayang. Hidup layaknya orang normal. Tapi bukan karena uang ini. Kamu sudah salah paham Sagar. ' Nadira memasukkan ponselnya ke saku.
' aku harus mengejar Sagar. Dia belum jauh. Aku tidak bisa menerima uang ini. '
Nadira berlari mengejar Sagar yang sudah ada di seberang jalan.
" Kak... " Teriak Nadira yang berlari ke arahnya.
Sagar melihat Nadira yang terus berlari tanpa melihat sekeliling.
" Nadira awas. " Sagar berlari dan mendorong Nadira.
Ckiiiittttt!!!! Braaaakkk!!
" Tidaaaaaaakkkkkk! " Nadira berteriak histeris saat melihat tubuh Sagar terpental. Setelah tertabrak mobil.
Darah bercucuran membasahi aspal.
Nadira sangat syok melihat Sagar tidak bergerak.
Tidak beberapa lama kemudian terdengar sirine ambulance dan segera membopong tubuh Sagar ke dalam ambulance. Nadira menemani dengan tangisan tiada henti melihat tubuh Sagar yang telah di tutupi kain putih.
' Hari ini aku bercerai. Dan aku berfikir aku akan memulai kehidupan baruku. Tapi nyatanya suamiku malah meninggal tepat di hadapanku. Lebih sakit lagi dia menyelamatkan aku ' Nadira masih terus terisak.
*******
bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!