NovelToon NovelToon

[Horror] Ghost In A Flower

Prolog - Diary Rio

10 Mei 2020

Namaku Rio, Siswa SMA violet kelas 2,

tujuanku menulis buku harian ini adalah karena kupikir waktuku tidak akan lama

lagi, entah besok atau lusa aku tidak tau kapan ‘giliranku’ akan tiba. Satu

persatu teman dekatku menghilang tanpa jejak, dan setiap hal itu terjadi selalu

muncul surat aneh didalam kamarku lebih tepatnya dibawah pintu kamarku, kupikir

hal ini hanya iseng atau kebetulan belaka namun setelah 3 kasus yang terjadi

pada temanku akhirnya aku paham ini bukanlah sekedar iseng belaka. Untuk surat

yang kutemukan akan kusimpan didalam buku diary ini, bagi yang menemukan buku

ini tolong.....tolong selamatkan aku. Tidak ada yang mempercayaiku orang tuaku,

kakakku, bahkan polisi mereka semua tidak bisa diandalkan satu – satunya

harapanku hanyalah kamu....tolong selamatkan aku

11 mei 2020

Hari ini tatapan jatam terus mengikutiku,

dikelas,dikantin, diperpustakaan,di perjalanan pulang, di rumahku, bahkan aku

masih bisa merasakannya saat menulis pesan ini. Aku bisa merasakannya ia sedang

berada diluar rumahku menatap tajam kearah jendela kamarku. Apa yang harus

kulakukan?! Siapapun tolonglah aku! Kumohon!

12 mei 2020

Pada pagi ini ada siswi kelas 1 mengungkapkan

perasaannya padaku, yang kutau tentangnya adalah namanya Rina ia sangat ceria,

suka olahraga, baik hati, serta sabar. Benar – benar tipe ku, ia meminta

jawabanku besok pagi – pagi sekali di taman kota dekat sekolah, apalagi hari

ini aku tidak merasakan tatapan horror itu lagi, aku jadi tidak sabar untuk

segera berkencan dengan gadis itu.

13 mei 2020

Hari ini aku

masih tidak merasakan tatapan mengerikan lagi semoga hal ini terus berlanjut

namun Rina tidak ada di taman sesuai perjanjiannya, mungkin ia sedang sibuk

besok akan kucoba lagi

14 mei 2020

Syukurlah

sepertinya terrorku sudah hilang tapi mengapa aku merasa gelisah, aku punya

perasaan tidak enak bukan tentang rina yang tidak datang lagi namun ada sesuatu

yang janggal

15 mei 2020

Rina ditemukan tewas gantung diri dipohon

taman kota, polisi setempat menyelidikinya dan telah di konfirmasi itu adalah

aksi bunuh diri tak ada bekas serangan fisik di tubuhnya, tak ada tanda – tanda

ia terkena bahan – bahan kimia lainnya. Saat aku pulang lagi – lagi kutemukan

surat terror ini lagi didepan kamarku dan lagi – lagi aku tidak membuka dan

membaca surat itu.

16 mei 2020

Terrorku kembali berlanjut, sejak malam

kematian Rina sampai saat aku menulis pesan ini aku masih merasakan ada yang

mengawasiku terus menerus, apakah dia pelaku dari semua kejadian ini? Apa yang

dia mau dari ku?! Siapapun tolong aku!

17 mei 2020

*

18 mei 2020

*

19 mei 2020

*

20 mei 2020

*

Sebuah buku diary

yang ditemukan oleh pihak kepolisian ditemukan diatas mayat yang di

indentifikasi sebagai Rio, pemilik buku diary tersebut. Rio ditemukan

tergeletak dibangku taman saat pagi hari, hasil pemeriksaan menyebutkan bahwa

Rio meninggal akibat gagal jantung.

Kabar tentang

kematian Rio serta buku hariannya menjadi sebuah berita besar, banyak yang

percaya dan banyak juga yang tidak.

Kabarnya polisi

masih menelusuri kasus yang ada di buku harian tersebut namun tak pernah

membuahkan hasil.

Karena gosip ini

menyebar sangat cepat dan membuat masyarakat menjadi resah ketakutan dan bahkan

ada yang memanfaatnya untuk melakukan tindak kejahatan di balik ketakutan

masyarakat tersebut.akhirnya  tim

penyidik khusus mengambil alih kasus buku diary itu dan menganggapinya dengan

serius.

1 bulan

berlangsung, tiba – tiba tim penyidik menutup kasus buku diary dan menjelaskan

semua itu hanya omong kosong bahkan mereka tidak menemukan surat yang

disebutkan didalam buku diary itu.

Masyarakat sekitar tak ada yang percaya,sebab saat tim penyidik mengatasi kasus tersebut mereka kehilangan 2  dari tim, dan 1 orang lagi dirawat karena kondisi mentalnya yang rusak.

Akhirnya kasus

ini menjadi sebuah legenda mistis di kota Lando ini, konon katanya jika ada

yang menemukan surat itu dan membaca isinya maka ia akan menjadi korban

selanjutnya.

Chapter 1 - Cahaya Penuntun Kehancuran

Waktu menunjukkan

pukul 9 malam, lagi – lagi aku merasakan kehadirannya. Kedua orang tuaku sedang

sibuk dan tidak akan pulang malam ini dengan kata lain dirumah ini hanya ada

aku seorang diri. Ku turun dan mengunci semua jendela serta pintu yang ada dan

kembali naik ke kamarku yang berada dilantai 2.

‘aneh’ padahal

aku sudah mengecheck setiap sudut ruangan dirumah ini namun aku tak menemukan

siapapun, tapi perasaan apa ini. Aku bisa merasakan ada orang lain disini.

*crak

Terdengar suara

percikan listrik dan membuat seisi rumah ditelan oleh kegelapan. Kuraba – raba

di atas meja belajarku dan menemukan sebuah senter,

*tak tak

Berkali – kali ku

coba menyalakannya namun tak ada hasil, nampaknya baterainya sudah habis, ku

beralih ke rencana B yaitu mencoba memanggil bantuan dari teman –temanku.

‘dimana ya Hpku’

gumamku sambil meraba – raba isi tasku,

‘ini dia!’

Tanpa berlama –

lama kuhidupkan hpku dan mencoba menelpon teman – temanku,

‘tidak ada

sinyal?’

‘Mungkin ini

pemadalam jadi sinyal juga ikut hilang, iya, pasti itu.’ gumam kecil demi

menghibur diriku

Ku intip dari

balik jendela kamarku,

Rumah tetangga

dan lainnya bersinar terang, lampu – lampu di jalan juga sangat menyilaukan,

hanya dirumahku dipenuhi kegelapan. Kulirik ke sekitar hingga ku menyadari

sesuatu.

Sebuah bayang –

bayang hitam berdiri menatapku dengan tajam tak bergerak sedikitpun,

‘a-a-a-ap-apa

itu?’

Dengan cepat

kututup jendela dan tirainya serapat mungkin,

*Brrrr.....Brrrrr....BRrrr

Hpku bergetar

menerima sebuah pesan,

[AKU DISINI!]

[AKU AKAN SELALU DISISIMU!]

[AKU MENCINTAIMU!]

Tubuhku bergetar,

saat melihat nama pengirim pesan itu hanya kotak kosong tanpa nama dan bahkan

bagaimana ia mengirim pesan yang bahkan tak ada sinyal sedikitpun

*Brrr...BRrrrr....Brrrr

Sebuah pesan

beruntun masuk tiada henti dengan nama pengirim kosong

[AKU MERINDUKANMU!]

[JANGAN KHAWATIR AKU DISINI!]

[TIDAK AKAN KUBIARKAN KAMU SENDIRI!]

[KENAPA KAU MENUTUP JENDELA KAMARMU?]

[AKU INGIN MELIHATMU!]

*brak

Tanpa sadar Hpku

sudah terjatuh dari tanganku yang terus bergetar ketakutan, didalam ruangan

gelap ini hpku terus bergetar menerima pesan,

Takut,bingung,panik,

tak dapat bergerak, kedua pandanganku tertuju pada Hpku yang terus berbunyi

dibawah kakiku,

[150 pesan belum

dibaca]

Dan terus

bertambah...

5 menit kemudian

Hpku terdiam, tak ada pesan masuk lagi.

Kesunyian lagi –

lagi tercipta dalam kegelapan dan kesendirian ini.

Kuraih Hpku dan

langsung mematikannya dan mencabut baterainya.

Dengan hilangnya

satu – satunya peneranganku maka kuputuskan untuk tidur lebih awal malam ini,

Kuberanjak naik

ke atas tempat tidur dan menatap langit – langit,

Dengan kegelapan

ini bahkan aku tak bisa membedakan apakah aku sedang memejamkan mata atau

tidak.

*krek.....krek....

Terdengar suara

langkah menaiki tangga menuju lantai 2 tempat dimana kamarku berada,

Suara siapa itu?

apakah mama atau papa sudah pulang? Enggk!......Enggk mungkin! Dijam segini

harusnya tidak ada transportsi yang berjalan bisa dibilang mustahil mereka disini.

Apakah itu

temanku? Enggk! Aku yakin sekali sudah mengunci segala pintu masuk dan jendela

tidak mungkin ada yang bisa menerobos masuk.

*krek...krek....

Suara langkah

kakinya semakin dekat....

Ku intip dari

balik selimutku terlihat sebuah cahaya dari bawa pintu kamarku,

Cahaya yang

bergerak – gerak bagai diterpa angin, tak salah lagi itu pasti cahaya dari

lilin,

Namun dirumah ini

tak pernah ada lilin!

*Krek...

Suara langkah

kaki berhenti,

Kuintip sekali

lagi cahaya lilin itu berada tepat di depan pintu kamarku berserta bayang –

bayang kaki diantara cahaya tersebut.

*tok..tok...tok

Ketukan kecil

dari balik pintu,

Kututup telingaku

dengan bantal yang ada dan bersembunyi didalam selimut 10 menit berlalu suara

ketukan itu tak kunjung berhenti, semakin lama ritme ketukan itu semakin cepat.

Ku coba menghiraukannya dan berusaha untuk tidur

*tok..tok...tok..tok..tok.tok

tok tok tok

Tiba – tiba

hening kembali,

‘apakah dia sudah

pergi?’

Dengan lega

kulanjutkan tidurku....

*Brak...Brak...Brak...

Hantaman keras

terdengar dari balik pintu,

Semakin lama

semakin ku berusaha untuk mengabaikannya suara itu semakin menjadi – jadi,

Rasa takutku

semakin pudar dan muncullah rasa emosi,

Kulempar selimut

serta bantal disekitarku dan langsung melompat ke arah pintu,

Dengan emosi

tinggi kuputar gagang pintu dan membukanya dengan kuat,

Seketika saat

melihat dibalik pintu emosiku langsung sirna dan tubuhku kembali dikuasi oleh

rasa takut,

Dibalik pintu itu

tak ada apapun padahal saat aku membukanya suara ketukan keras itu sedang

berlanjut, namun  tak ada siapapun

dibalik pintu ini, tak ada kecuali sebuah lilin kecil berdiri sendirian.

Saat kudekati

lilin itu tiba – tiba mati dengan sendirinya,

Tak ada angin

atau apapun yang bisa mematikan api lilin itu,

Rasa takutku pun

memuncak,

Kututup pintu

kamarku dan menguncinya dengan rapat bahkan mengganjal pintu dengan kursi,

Kuberlari kearah

tempat tidur dan langsung kembali masuk kedalam selimut.

Kupejamkan mata

dengan kuat, ku hiraukan segala sesuatu dan berfokus untuk tidur,

Kututup telingaku

dengan bantal,

5 menit....

10 menit....

15 menit telah

berlalu....

Rasa kantuk mulai

masuk dalam jiwaku

Saat hendak pergi

kealam mimpi aku menyadari sesuatu yang jangal,

Aku terlalu fokus

untuk tidur sampai – sampai tak menyadari bahwa lilin itu telah berpindah ke

samping tempat tidurku,

Cahaya redup dari

lilin kecil itu cukup untuk menyusir sebagian kegelapan didalam kamar kecilku

ini,

Ku berbalik

berlawanan arah dari lilin itu dan menghadap tembok,

Kubuka sedikit

kedua mataku dan mengintip ke arah tembok.

Seketika keringat

bercucuran dari kepala dan tubuhku dikuasai oleh ketakutan.

Sebuah bayang –

bayang seseorang tercipta dari cahaya lilin itu dan memantul ke tembok,

Tubuh seukuran

denganku  tanpa kepala berjalan kesana

kemari mengitari kamar kecilku seperti sedang mencari sesuatu,

‘disini!’

Terdengar bisikan

kecil dari bawah tempat tidurku,

Bayang – bayang itu

langsung menghilang tak terlihat,

Tak lama kemudian

muncul kembali bayang – bayangnya

Terlihat bayang –

bayang tersebut sedang mengambil sesuatu dari bawah,

Dengan kaget saat

aku melihat pemandangan tersebut,

Tak lain ternyata

benda yang diambil berbentuk sebuah kepala dengan ramput panjang,

Ku menjerit namun

langsung kutahan kedua tanganku dengan sekuat tenaga,

Dengan gerkan

tiba – tiba dariku tubuh beserta kepalanya menghadap dan menatapku,

*krek...krek...

Suara langkah

kaki yang mendekat,

Sebuah bayang –

bayang yang semakin mengecil mendekat kearahku,

Kututup erat

kedua mataku dan pura – pura tertidur,

Sebuah tangan

dingin sedingin es meraba – bara wajah dan kepalaku,

Ingin ku

berteriak namun kutahan dengan sekuat tenaga,

Di saat yang sama

aku merasakan sebuah rambut dan tetesan air melewati kepalaku,

‘selamat malam,

Dionku.” Bisikan kecil yang tepat berada didepan wajahku

Tanpa melihatnya

aku yakin sekali didepanku saat ini adalah kepala yang ia bawa tadi, walau aku

ingin mengintipnya namun sekujur tubuhku tak dapat kugerakkan bahkan jari –

jariku tak dapat kugerakkan sesuai kehendakku,

Kepala itu terus

membisikkan hal – hal kepadaku,  namun

tak ada satu katapun yang sampai pada diriku, dalam kegelapan dan ketakutan

berlebih ini aku tak bisa mencerna setiap kata yang ia bisikkan padaku, hingga

tanpa sadar aku sudah terlelap.

Sebuah cahaya

terang bersinar dari balik jendela dan membangunkanku dari tidur..

‘HAAAaaaa...!!!!’

Kulihat ke

sekitarku,

Hp yang tadi

malam kulepas baterai nya saat ini malah terpasang kembali,

Kursi yang tadi

malam kugunakan untuk mengganjal pintu kembali ke posisi semula,

Semua pesan di

Hpku tidak ada sama sekali,

‘mungkin tadi

malam hanya mimpi, baiklah sekarang saatnya membereskan tempat tidur dan

bersiap sekolah!’ ucapku sambil menarik selimut yang hendak kulipat,

Hingga diriku

kembali menggigil ketakutan saat melihat tempat tidurku, atau lebih tepatnya

bercak darah yang tepat berada disamping bantalku,

‘apakah ini hanya

mimpi? Atau ini adalah suatu pertanda?’

Chapter 2 - Black Heart

Mentari bersinar

terang, angin bertiup lembut melewati jendela kelas dan mengisi ruang hampa

yang kami sebut dengan kelas, burung – burung bernyanyi diatas ranting- ranting

pohon, begitu hari yang cerah nan indah sangat berbeda dengan hati dan

pikiranku yang sedang diterror kegelapan. Setiap ku mengedipkan mata aku selalu

teringat bayang – bayang makhluk semalam.

“dion...”

apakah itu mimpi?

Apakah itu ilusi? Apakah itu hanya halusinasi? Entahlah tak ada yang tau apa

arti dan makna dibalik hal itu, apakah itu sebuah ‘akhir’ atau sebuah

‘permulaan’.

“DION!”

“HAA?!! Oh

ternyata diana, ada apa diana?”

“ada apa?

Seharusnya itu pertanyaanku padamu, kamu baik – baik saja? Wajahmu terlihat

sangat pucat seperti itu, aku sebagai petugas kesehatan enggk bisa tinggal diam

dong.”

wanita berambut pirang

dengan pita diatasnya ini adalah Diana, dia duduk disebelahku, ia juga menjadi

petugas kesehatan di kelasku. Bisa dibilang ia adalah teman pertamaku dan ia

lah yang membantuku mengenalkan semua orang dikelas dan mengantarku berkeliling

sekolah sampai membuatku terbiasa berada disekolah ini walau aku baru saja 1

minggu disini. Dia adalah teman yang sangat baik dan pengertian, aku beruntung

bisa berteman dengannya.

Aku jadi teringat

pada saat pertama kali memasuki kelas ini, iya itu adalah hari dimana aku

memulai segalanya termasuk cinta ini. Pertama kali masuk kekelas ini

pandanganku tak pernah lepas dari gadis yang duduk dipojok belakang, gadis

berambut hitam panjang, tinggi, putih, dengan mata birunya sebiru langit itu

berhasil menumbuhkan rasa cinta ini dalam pandangan pertama. Gadis itu tidak

pernah berbicara atau berbaur dengan sekitar, ia hanya duduk membaca suatu buku

entah mengapa tak ada seorangpun yang mendekatinya mungkin karena ia terlihat

aneh atau ia memang tidak suka berbaur.

pertama kali aku

berbicara dengannya yaitu saat hari pertamaku dikelas ini, aku tertidur karena

terlalu lelah mengurus pindahanku ini, saat itu aku terbangun hari sudah

menjelang sore tak ada murid yang tersisa dan yang membuatku kaget ialah gadis

yang kusukai itu sedang duduk didepanku dan menatapku dengan lembut, sebelum

aku berbicara ia langsung berdiri dan beranjak pergi.

“Tunggu!”

teriakku dan ia pun berhenti

“apakah kau

sedang menemaniku selama aku tertidur ini?” tanpa jawaban apapun ia melanjutkan

langkah kakinya

“Tunggu!!....setidaknya

beritau namamu dulu! Namaku Dion!” ia menghentikan langkahnya

“Imelda.” Ia

langsung meninggalkan kelas

Itulah saat –

saat pertama kali aku berbicara dengan imelda,

Kulihat sekitar

kelas sudah tidak ada murid yang tersisa, hanya ada hanya tas milik Diana yang

berada disampingku yang berarti dia masih belum pulang. Beberapa saat kemudian

Diana datang dan mengajakku pulang bersama.

Kalau dipikir –

pikir lagi sudah 1 minggu berlalu tapi aku ataupun imelda tidak pernah

berbicara lagi.

“DION!!”

“HAA?! Kau

membuatku kaget, Diana.”

“Hey, apa kau

baik – baik saja?”

“tenang saja, aku

baik – baik saja kok.”

Diana menatapku

dengan serius,

“Okelah kalau

begitu....” gumam Diana

Diana menggenggam

tanganku lalu menarikku menuju UKS.

Ia langsung

melepaskan sepatu dan kaos kaki milikku serta memaksaku untuk berbaring di

ranjang.

“sudah ku bilang

aku tidak apa – apa, diana.”

“kamu kelihatan

lelah gitu, jangan bohong, tadi malam kamu kurang tidurkan?”

(bagaimana dia

bisa tau?)

“sudahlah, lebih

baik sekarang kamu tidur saja dulu sampai merasa lebih baik. Jangan khawatir

dengan kelas biar aku yang berbicara dengan guru nanti.” Ujar Diana sambil

menyelimutiku

“baiklah kalau

gitu aku terima kebaikanmu.”

“hehe, yaudah aku

bicara dengan bu guru dulu ya.” Diana pun tersenyum dan berdiri hendak

meninggalkan ruangan

“Diana!”

“hmmm?”

“Terima kasih!”

“sama – sama!”

Diana pun keluar

dan menutup pintu UKS, bersamaan dengan diriku yang mulai lelap tertidur.

Gelap

Tak ada cahaya

Tak ada suara

Semua begitu

hampa

Lagi – lagi aku

teringat wujud makhluk itu,

Sekujur tubuhku

bergetar ketakutan,

Kucoba berteriak,

Namun,

Suara tak keluar

dari mulutku,

Aku tak dapat

melihat apapun,

Sebuah tangan

dingin sedingin es memegang tanganku,

Tidak salah lagi

ini pasti dia,

Dia kembali lagi,

Hatiku berdetak

sangat kencang,

Ku pejamkan

mataku mencoba menenangkan diri,

Tiba – tiba

muncul sebuah cahaya kecil dan hangat,

Perlahan demi

perlahan mulai membesar dan mengusir kegelapan yang ada,

Perasaan hangat

mulai tercipta,

Saat kubuka

mataku makhluk itu sudah tidak ada,

Terdengar suara

gadis yang tak asing memanggil namaku,

“Dion, waktunya

kau bangun.”

Suara lembut

serta menenangkan hati ini ternyata milik Imelda,

Saat kubuka

mataku terlihat sebuah cahaya mentari yang mulai tenggelam,

(aku tertidur

sampai sore ya? Mungkin semuanya sudah pulang sekarang.)

Aku beranjak dari

tempat tidur dan kaget melihat Diana yang sedang menciumi kaos kakiku,

“D-Diana?”

Diana terlihat

begitu terkejut saat mendengar suaraku dan langsung menyembunyikan kaos kakiku

dibelakangnya,

“D-Dion? Kamu

sudah bangun ya? Bagaimana keadaanmu?”

“Maaf, sepertinya

aku harus pulang!”

“Tunggu, DION!

Maafkan aku!” Diana menahan tanganku

“maafkan aku,

kumohon jangan membenciku, aku tidak akan mengulanginya lagi, aku tidak bisa

membayangkan betapa hancurnya aku jika kau membenciku,lebih baik aku menghilang

dari pada dibenci olehmu.sebenarnya selama ini aku mencintaimu,dion! Kumohon

teruslah bersamaku!”

“Maaf aku sudah

memiliki orang yang kucinta dan itu bukan kau, terima kasih Diana kau adalah

teman terbaikku.”

Kupergi

meninggalkan UKS memakai sepatu tanpa kaos kaki. Kuberdiam sejenak didepan UKS

dan bersandar pada pintu, terdengar sebuah tangisan keras dari dalam UKS tentu

saja hal itu sangat menyakitkan bagiku karena ia sudah kuanggap sebagai

sahabatku, aku bisa saja memaafkan tindakannya tadi namun jika ia mencoba

mencuri tempat spesial di hatiku yang harusnya ditempati Imelda maka aku tidak

bisa tinggal diam, aku akan selalu menyambutmu sebagai sahabat namun aku tak

bisa memberiku lebih dari itu.

Ku ambil langkah

awal menjauh dari UKS dan menuju kelas untuk mengambil tas, dalam hati ku

ucapkan ‘selamat tinggal’ pada Diana disaat yang sama air mata mulai bercucuran

melewati pipiku aku pun langsung berlari menjauh dari sana dengan perasaan

sedih,kecewa dan marah, ku berlari sambil mengusap air mataku sampai aku tak

menyadari bahwa suara tangisan keras di UKS telah menghilang.

Saat aku kembali

ke kelas Imelda tiba – tiba muncul didepan pintu dan memberikan tas milikku,

“jangan menyesal,

ini bukanlah salahmu.” Bisik Imelda saat melewatiku

Tanpa sempat

membalas perkataan imelda ia sudah menghilang, sambil berfikir maksud dari

perkataan Imelda ku berjalan meninggalkan kawasan sekolah,

(Apa yang

dimaksud Imelda ya? Jangan – jangan ia tau saat aku menolak Diana tadi? tidak,

tidak, tidak, jarak dari kelas ke UKS lumayan jauh jadi tidak mungkin dia

mengetahuinya.)

(apa aku sudah

berlebihan ya kepada Diana? Semoga dia tidak dendam padaku, besok aku harus

minta maaf padanya, aku tidak mau ikatan kita putus begitu saja!)

Saat aku sampai

di gerbang sekolah tiba – tiba ada sebuah surat jatuh dari langit, sebuah surat

dengan logo hati berwarna hitam dengan namaku dibawahnya, membuatku cukup

penasaran dan membukanya.

Sebuah pesan

dengan tinta merah tertulis rapi diatas kertas hitam,

[untuk Dion

tercintaku, aku hanya ingin mengingatkanmu untuk lebih berhati – hati lagi

jangan mudah percaya dengan seseorang, apalagi dengan orang yang berani

menciummu secara diam – diam saat kau tertidur tadi. saat aku melihatnya dadaku

terasa sangat pedih dan sakit, aku tidak kuat melihat pemandangan seperti itu

maka dari itu sebaiknya kau lebih berhati – hati mulai hari ini sayangku, aku tidak ingin ada pengkhianatan lagi darimu.]

“surat apa ini?

Benarkah ini untukku? Tunggu, ada lanjutannya dibelakangnya.”

[Ngomong –

ngomong jangan khawatirkan wanita licik itu, aku sudah mengurusnya.]

“Mengurusnya? Apa

maksudnya? Jangan – jangan!”

“DIANA!”

Kuberbalik dan

berlari munuju UKS,

Semoga diana baik

– baik saja, maaf aku terlalu berlebihan padamu, aku ingin kita kembali menjadi

sahabat lagi, tertawa bersama, berkeliling bersama, bolos bersama, kumohon

jangan terjadi apapun padamu!

Saat melewati

ruang kelas sekilas kumelihat tas milik diana dan saat sesampainya di UKS

terlihat sepatunya masih disana, ku ambil nafas panjang dan membuka pintu itu

secara perlahan.

Sebuah ruang

kosong, tak ada siapapun, hanya ada kaos kaki milikku dan bekas tangisan Diana

yang belum mengering dilantai. Ia benar – benar sudah menghilang, saat aku syok

tak sengaja surat yang kupegang terjatuh diatas air mata Diana,

“HAH?!”

Aku pun kaget

saat melihat surat itu dibahasi oleh air mata, tiba – tiba saja genangan air

mata itu berubah menjadi merah. Dengan cepat ku lihat isi surat itu.

“Ternyata aku

salah, ini bukan tinta merah......melainkan darah.....mungkin darah milik Diana

yang dipakai menulis surat ini.....jangan – jangan....Diana....sudah..........”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!