I Love You, UNCLE
Prolog
Nama Lengkap : Zac Adelard
Panggilan : Zac
Usia : 25 Tahun
Tinggi badan : 191 cm
Karakter :
Susah di atur, bebas, urakan, pembuat onar, pemberontak, keras kepala, seenaknya sendiri, playboy.
Pekerjaan :
Mahasiswa abadi.
Bukan karna bodoh, tapi karna malas.
Status :
Single tapi bukan single kesepian.
Nama Lengkap : Alan Ainsley
Panggilan : Alan
Usia : 45 Tahun (tapi Baby Face)
Tinggi badan : 185 cm
Karakter :
Tegas, perfeksionis, disiplin, dingin, datar dan kaku, dan cinta kebersihan.
Pekerjaan :
CEO di Ain's Corporotions, perusahaan raksasa di bidang barang dan jasa.
Status :
Single, akibat trauma cinta pertama.
Nama Lengkap : Borra Laya Queen
Panggilan : Laya
Usia : 45 Tahun
Tinggi badan : 180 cm
Karakter :
Ambisius.
Pekerjaan :
Model Internasional.
Status :
Single Parent.
_______________________________
Menjelang pagi dini hari.
Terdengar suara motor sport berhenti di pelataran rumah.
Kemudian di ikuti dengan suara tapak kaki yg menaiki anak tangga teras rumah.
Dari suaranya, jelas terdengar jika itu suara sepatu boots pria.
Langkah tegas itu terus menapaki anak tangga dan semakin mendekat kearah pintu utama.
Masuklah seorang pemuda dengan jaket motornya, juga sebuah helm yg ditenteng di sebelah tangannya.
Wajahnya tampak lelah serta jaket yg sedikit basah oleh rintik hujan yg memang sedang turun disana.
Tapi baru saja ia melangkah kedalam rumah, ia sudah mendapatkan sambutan yg sama sekali tidaklah ramah.
Borra Laya Queen
Wah.. Wah.. Waaah...
Dari arah tangga, seorang wanita cantik dan anggun setengah baya datang mendekat sambil bertepuk tangan dengan senyum dan tatapan sinis kearahnya.
Dialah Laya, ibu dari Zac.
Zac Adelard
Aku lelah, Mom.
Zac merasa malas dan terlalu lelah untuk kembali berdebat dengan ibunya. Kemudian lebih memilih untuk melewati sang ibu yg sudah sampai di ujung bawah anak tangga lalu menaiki anak tangga untuk menuju ke kamarnya.
Tapi baru beberapa anak tangga ditapakinya, seruan sang ibu sudah kembali menghentikannya.
Borra Laya Queen
Tunggu..!
Langkah Zac terhenti seketika, namun ia hanya berdiri tanpa menolehkan kepalanya.
Borra Laya Queen
Sampai kapan kau akan bertingkah seperti ini, Hah?
Borra Laya Queen
Tidak bisakah kau menjadi anak yg pantas untuk di banggakan..?!
Nyeri sekali dada Zac mendengarnya.
Biar bagaimanapun ibunya adalah satu_satunya orang yg ia miliki sekarang. Tapi bahkan wanita itu tak pernah bisa bersikap selayaknya seorang ibu yg lembut dan hangat pada anaknya.
Tapi ia sudah bahagia dengan istri dan keluarga barunya.
Zac juga tidak bisa menyalahkan ayahnya. Karna seiring bertambahnya usia, Zac juga semakin paham dan mengerti bahwa perpisahan kedua orang tuanya adalah karna kesalahan dari ibunya yg terlalu ambisius terhadap karier cemerlang yg dijalaninya. Sehingga wanita itu lupa serta abai pada keluarganya.
Borra Laya Queen
Kalau kau bertingkah seperti ini terus menerus, bisa habis kesabaran mommy padamu..!
Borra Laya Queen
Zac..! Mommy sudah lelah mengurusi semua masalah yg timbul karna ulahmu yg urakan itu..!
Zac tetap diam dengan mata terpejam serta tangan mengepal.
Borra Laya Queen
Teman_temanmu bahkan telah lulus kuliah dan sudah bekerja.
Borra Laya Queen
Tapi kau..
Zac Adelard
Aku bukan mereka, Mom.
Zac Adelard
Karna orang tua kami juga berbeda.
Zac Adelard
Jadi, jangan pernah mommy samakan aku dengan anak_anak yg mendapatkan kasih sayang serta perhatian dari orang tuanya.
Borra Laya Queen
ZAC.! KAU..!
Zac Adelard
Aku lelah, Mom.
Zac Adelard
Selamat malam.
Tanpa berbalik sama sekali, dengan dingin Zac buru_buru memotong kekesalan ibunya.
Kemudian kembali melanjutkan langkahnya, mengabaikan sang ibu yg sedang mati_matian menahan amarahnya.
Zac melangkah lebar, melewati beberapa anak tangga sekaligus.
Hati dan pikirannya bergemuruh dan gusar tidak karuan rasanya.
Sampailah Zac di kamarnya.
Zac langsung duduk di tepi ranjang dengan sedikit membanting bok0ngnya.
Zac Adelard
AAAAAAAARGHHHH...!
Helm di tangannya melayang begitu saja, dan berakhir hancur setelah membentur keras dinding yg ada di hadapannya.
Zac Adelard
Kapan mommy bisa bersikap hangat pada Zac, Mom..?
Zac Adelard
Kapan mommy akan memeluk Zac seperti ibu yg lain?
Gumamnya penuh kesedihan dan kekecewaan.
Zac Adelard
Zac hanya butuh perhatian, Mom.
Zac Adelard
Bukan cacian..!
Mungkin tidak semua anak korban perceraian akan memiliki cerita yg sama.
Masih banyak anak yg sukses dan tetap tumbuh dengan bahagia, karna mendapatkan porsi kasih sayang dan perhatian yg cukup dari kedua orang tuanga meskipun keduanya telah berpisah.
Tapi sayangnya, Zac tidak dalam posisi yg sedikit lebih beruntung seperti mereka.
Karna Zac berada pada sisi ketidak beruntungan dari sebuah kisah perceraian orang tua.
Zac adalah korban broken home yg sangat nyata.
Dimana semua kasih sayang yg dibutuhkannya, tidak ia dapatkan bahkan jauh sebelum kedua orang tuanya berpisah.
Dan puncaknya, setelah keduanya telah benar_benar berpisah.
Alan dan Laya
Berada di sebuah restoran mewah salah satu hotel bintang lima yg ada di kotanya.
Terlihat seorang pria tampan yg begitu rapih penampilannya, sedang berbincang serius dengan beberapa orang rekannya.
Alan Ainsley
Baiklah. Kalian selesaikan masalah ini segera.
Alan Ainsley
Saya tidak ingin masalah ini berlarut_larut hingga mengganggu kestabilan perusahaan.
Tuturnya dingin pada dua orang pria lain yg duduk di hadapan.
Alan Ainsley
Oh iya, satu lagi.
Alan Ainsley
Singkirkan mereka sejauh mungkin. Karna tidak ada tempat untuk para pengkhianat.
Imbuhnya mutlak penuh ketegasan.
Sahut kedua anak buahnya bersamaan.
Alan Ainsley
Sekarang kalian boleh pergi.
Kedua anak buahnya pun segera bangkit dari kursinya, membungkuk hormat sebelum kemudian pergi dari sana.
Kini tinggalah Alan sendiri disana, menikmati pemandangan langit sore dengan di temani secangkir kopi yg tersaji diatas mejanya.
Terjadi sebuah keributan yg tak jauh darinya.
Sebuah suara cangkir yg hampir jatuh dari tatakanya setelah menabrak sesuatu yg ada dihadapannya.
Yg disusul oleh suara pekikan kaget sekaligus marah dari seorang wanita.
_
Apa kau tidak punya mata?! Hah..!!
Sejenak Alan tertegun begitu suara itu sampai di telinganya.
Suara itu terdengar seperti tak asing dan sangat familiar baginya.
Tapi untuk menoleh ke sumber suara, entah kenapa kepala Alan begitu enggan rasanya.
_
Kau lihat..! Kau telah mengotori pakaianku, bodoh..!
Alan Ainsley
*Suara itu..?*
(gumamnya dalam hati)
Lagi_lagi jantung Alan tersentak saat suara itu kembali mengusik indera pendengarannya.
_
Kau harus bertanggung jawab..!
_
Pelayan tidak becus sepertimu tidak pantas bekerja disini..!
"Maaf, Nyonya. Saya tidak sengaja."
Terdengar suara seorang gadis menyahutinya dengan suara yg bergetar penuh ketakutan.
_
Cih..! Tidak sengaja kau bilang..?!!!
Tapi wanita itu tetap saja marah dengan suara tingginya.
Bahkan suaranya itu sontak mencuri perhatian beberapa pengunjung lain yg ada disana.
Alan Ainsley
*Telingaku tidak mungkin salah mendengar. Yah..itu suaranya.*
(ujarnya dalam batin)
Kali ini Alan benar_benar yakin pada pendengarannya.
Tidak salah lagi, itu pasti suara wanita yg dulu sangat di kenalnya.
Bahkan dulu sangat dekat dengannya.
Dan kemudian, Alan pun memberanikan dirinya untuk menoleh kearah sumber suara yg tak jauh di belakangnya.
Lirihnya menatap tak percaya.
Ternyata memang benar dugaannya, jika itu adalah suara wanita yg sangat dikenalnya.
Yah, dialah Borra Laya Queen.
Wanita yg dulu pernah hadir di masa lalunya. Dan kini wanita itu jelas_jelas ada didepan matanya.
Terlihat masih cantik, anggun, menawan meskipun usianya tak lagi muda.
Hanya saja, sekarang wanita itu tampak begitu angkuh dengan penampilannya yg glamour dan juga mewah.
Borra Laya Queen
Panggilkan managermu..!
Bahkan ia sama sekali tak merasa berempati pada gadis dengan seragam pelayan yg kini menangis sambil menunduk takut di hadapannya.
"Hiks.. Maafkan saya, Nyonya. Tolong jangan laporkan saya. Saya bisa kehilangan pekerjaaan saya, Nyonya.*
Borra Laya Queen
Apa dengan minta maaf, kau bisa mengembalikan pakaianku yg rusak karna ulahmu.? HAH..!
Tanpa peduli pada banyak mata yg memperhatikannya. Laya semakin meninggikan suaranya, sambil menunjuk pakaian yg terkena sedikit noda kopi di bagian dadanya.
Noda kopi yg bahkan hanya terciprat sedikit saja disana.
Alan Ainsley
Ck..! Bukankah dia terlalu berlebihan..?
Melihat itu Alan pun mulai menggerutu dari tempat duduknya, karna tak tahan dengan tingkah Laya yg sudah sangat berlebihan rasanya.
Alan juga mencintai kebersihan, sangat malah.
Tapi tetap saja, hati nurani selalu diutamakannya. Jadi sekesal apapun itu, Alan pasti akan tetap memberikan toleransi jika memang itu perbuatan yg sama sekali tidak disengaja.
Apalagi melihat pelayan itu yg sudah menangis dan berkali_kali meminta maaf kepada Laya, Alan pun jadi tak tega.
Borra Laya Queen
Sekarang panggil managermu kemari..!
Laya semakin berteriak murka, sama sekali tak peduli pada tangis gadis pelayan yg menunduk ketakutan di hadapannya.
Dan hal itu benar_benar mengusik hati nurani Alan yg langsung bangkit dari kursinya.
Kemudian menghampiri Laya yg semakin menatap nyalang gadis yg ketakutan dibuatnya.
Borra Laya Queen
APA KAU TULI..?! HAH..!
Laya semakin murka saja, karna pelayan itu justru hanya menangis dan tak segera beranjak untuk memanggilkan managernya kesana.
Hingga kemudian amarah itu teralihkan begitu saja, ketika suara Alan menyapa telinganya.
Laya pun langsung mengalihkan pandangannya kearah suara yg memanggil namanya.
Lirih Laya tersentak tak percaya.
Berdiri di sampingnya seorang pria dengan wajah yg tidaklah asing baginya.
Bahkan wajah itu sama sekali tidak berubah, masih sama seperti 20 tahun yg lalu saat terakhir kali ia melihatnya.
Hanya bedanya, sekarang pria itu tampak begitu elegan dan dewasa dengan penampilannya yg rapih serta sebuah kaca mata yg bertengger di hidung mancungnya.
Alan Ainsley
Apa ada masalah?
Tanyanya dingin dan penuh dengan wibawa.
Borra Laya Queen
Ah..! Tidak..!
Borra Laya Queen
Bukan apa_apa.
Sahutnya sedikit gelapan dengan menunjukkan senyum kakunya.
Alan Ainsley
Tapi sepertinya bajumu kotor.
Ujar Alan seraya menunjuk noda kopi di baju Laya dengan matanya.
Meskipun Alan telah menyaksikan dan mendengar semuanya. Tapi ia berusaha untuk memancing Laya agar bisa membaca karakternya, dengan cara berpura_pura seolah ia tak tau apa_apa.
Masih dengan senyum palsunya, Laya menunjuk noda kopi di bajunya.
Borra Laya Queen
Ini hanya kecelakaan kecil saja.
Alan Ainsley
*Cih..! Ternyata kau masih belum berubah, Laya.*
(decihnya dalam hati)
Alan tau benar, gadis seperti apa Laya dulu.
Dan ternyata setelah 20 tahun berlalu, wanita itu ternyata sama sekali belum berubah.
Bahkan sepertinya, semakin bertambahnya usia keangkuhan itu menjadi semakin parah saja.
Borra Laya Queen
Ya sudah. Kau boleh pergi sekarang.
Ujarnya pada si pelayan yg hari ini sepertinya memang sedang sial.
"Terima kasih, Nyonya. Sekali lagi, saya minta maaf atas keteledoran saya."
Kemudian gadis pelayan itupun beranjak pergi dari sana.
Meninggalkan Alan dan Laya yg tiba_tiba sedikit melembutkan suaranya.
Mungkin dalam hati pelayan itu sekarang, Alan adalah penyelamatnya.
Karna seandainya tadi Alan tak datang menghampirinya, pasti sekarang sudah tamat riwayatnya.
Persahabatan 2 Generasi
4 hari telah berlalu setelah pertemuan tak terduga itu.
Tak banyak pembicaraan yg terjadi di restoran saat itu, karna Alan yg harus pergi untuk mengurus sesuatu.
Tapi satu hal yg pasti, tak ada kesan atau apapun yg tertinggal setelah pertemuan itu. Bahkan Alan sama sekali tak terusik oleh bayangan Laya ataupun tentang masa lalunya.
Mungkin, itu karna memang Alan sudah tak memiliki perasaan apa_apa pada Laya. Atau memang karna kesibukannya yg luar biasa, hingga membuat Alan sama sekali tak sempat untuk memikirkan hal_hal yg lainnya.
Padahal jam masih menunjukkan pukul setengah 9 pagi, tapi Alan sudah tampak sibuk sekali.
Banyak berkas_berkas yg bertumpuk diatas meja kerjanya.
Jari_jemarinya juga terus bergerak lincah diatas keyboard laptopnya.
Sesekali ia juga menyempatkan diri untuk membenarkan posisi kaca matanya, atau sekedar memijat pangkal hidungnya untuk sedikit meredakan pening di kepala.
Hingga tiba_tiba telfon kantor yg ada diatas mejanya berdering dan mengusik konsentrasinya.
Tak perlu menunggu lama, Alan pun lantas menekan salah satu tombol yg ada disana. Kemudian menjawabnya tanpa mengangkat terlebih dahulu gagang telfonnya.
Alan Ainsley
Hmm.. Ada apa?
Tanyanya to the point tanpa menghentikan aktivitas jari jemarinya.
Hingga terdengarlah suara seorang wanita yg menyahut formal dari dalam telfonnya.
☎️Maaf, Tuan. Ada tamu yg ingin menemui anda.
Alan Ainsley
*Tamu?*
(tanyanya dalam hati)
Jari_jarinya seketika berhenti diatas keyboard laptopnya, dengan alis yg mengernyit penuh tanya.
Alan cukup heran. Karna seingatnya, hari ini ia tidak mempunyai janji temu dengan siapapun.
Tapi entah siapa yg tiba_tiba saja ingin bertemu dengannya.
Alan Ainsley
Siapa yg ingin menemuiku..?
☎️Namanya Nyonya Borra Laya Queen, Tuan.
Alan Ainsley
*Laya?*
(batinnya semakin heran)
Alan Ainsley
*Dari mana dia tau kantorku..? Dan.. Untuk apa tiba_tiba dia menemuiku..?*
(batinnya bertanya_tanya)
Tentu saja terasa aneh baginya.
Pasalnya, ia sama sekali tidak pernah memberitahukan apapun pada Laya.
Tapi entah bagaimana, hingga Laya bisa sampai di perusahaannya.
Alan Ainsley
Biarkan dia masuk.
Dan tak lama kemudian, pintu ruangannya pun terbuka dari luar.
Lalu masuklah seorang wanita yg terlihat begitu anggun didalam balutan baju semi formalnya.
Borra Laya Queen
Hai, Alan..
Masih di ambang pintu, Laya langsung menyapa sang pemilik ruangan dengan senyuman yg hangat dan penuh keramahan.
Sahutnya setengah canggung, sambil menghentikan pekerjaannya.
Alan Ainsley
Silahkan masuk, Laya.
Ujarnya kemudian setelah mematikan laptop dan bangkit dari kursi kebesarannya.
Borra Laya Queen
Apa aku mengganggumu?
Tanyanya sambil berjalan masuk dengan gayanya yg anggun dan elegan.
Alan Ainsley
Ah, tidak juga.
Alan Ainsley
Silahkan duduk.
Dengan sopan, Alan mempersilahkan Laya untuk duduk di sofa mewah yg ada di ruangannya.
Borra Laya Queen
Hem.. Terima kasih.
Sahutnya sambil mendudukkan dirinya di sofa, yg kemudian disusul oleh Alan yg juga ikut mendudukkan dirinya disana.
Borra Laya Queen
Oh iya, Alan. Maaf, jika kedatanganku membuatmu terkejut.
Ujar Laya sedikit sungkan, setelah ia mendudukkan dirinya dengan nyaman.
Alan Ainsley
Kau benar, aku memang sedikit terkejut. Haha..tapi itu tidak masalah.
Gurau Alan sedikit berterus terang.
Alan Ainsley
Lalu? Apakah ada sesuatu yg penting, sampai model sebesar dirimu mau menyempatkan diri untuk datang kesini..?
Tanyanya kemudian dengan menyelipkan sedikit basa_basi yg sarat akan pujian.
Borra Laya Queen
Hahaha.. Aku hanya model biasa saja, Alan.
Masih dengan gayanya yg anggun dan elegan, Laya juga menampilkan citranya sebagai wanita yg rendah hati. Walaupun sebenarnya, didalam hati ia sedang berbangga diri.
Alan Ainsley
Kau terlalu merendah, Laya. Bahkan seluruh dunia juga tau, siapa itu Laya Queen.
Alan Ainsley
Seorang model besar berkelas internasional.
Puji Alan apa adanya, karna memang begitulah kenyataannya.
Siapa yg tidak kenal Laya? Wanita yg sukses di dunia modelingnya. Wanita yg menjadi model paling di cari dan paling banyak di perbincangkan dalam dunia modeling, bahkan di usianya yg sudah tak lagi muda.
Kecantikan dan pesonanya, memang telah di akui oleh hampir seluruh dunia. Jadi, tidak heran jika Alan juga mengenalnya sebagai model berkelas dunia.
Borra Laya Queen
Terima kasih atas pujianmu, Alan. Suatu kehormatan mendapat pujian dari pengusaha besar dan sukses sepertimu.
Alan Ainsley
Ck..! Itu sangat berlebihan. Aku bukan apa_apa kalau dibandingkan denganmu.
Alan berusaha bersikap sewajarnya. Walau sejujurnya ia begitu penasaran, bagaimana Laya bisa tau alamat perusahaannya.
Padahal selama ini, identitasnya sebagai pemilik perusahaan selalu ia rahasiakan dari khalayak ramai.
Hanya orang_orang tertentu sajalah yg tau identitasnya yg sebenarnya.
Bahkan Alan juga menyembunyikan identitasnya dari beberapa klien yg bekerjasama dengan perusahaannya.
Hal itu ia lakukan, semata_mata untuk melindungi privasinya. Terutama dari para wanita yg mengincarnya hanya karna harta kekayaannya saja.
Tapi hari ini, Laya tiba_tiba datang entah tau alamatnya dari mana.
Alan Ainsley
Oh iya. Apakah ada sesuatu yg bisa kubantu?
Tanyanya lagi setelah sedikit berbasa_basi.
Borra Laya Queen
Mmm. Sebenarnya tadi aku harus menghadiri meeting untuk proyek pemotretanku, yg diadakan di gedung seberang perusahaanmu.
Borra Laya Queen
Jadi.. Aku berfikir untuk mampir dan menyapamu sebentar.
Borra Laya Queen
Kuharap.. Kau, tidak masalah dengan itu.
Tuturnya sedikit sungkan.
Alan Ainsley
*Jadi dia kesini dan menganggu pekerjaanku, hanya untuk sekedar mampir dan menyapa saja? Ck..! Apa_apaan dia? Mengganggu saja.*
(sahutnya dalam hati)
Alan Ainsley
Oh..tentu saja itu bukan masalah, Laya.
Dan pada akhirnya, hanya itulah yg bisa keluar dari bibirnya. Walau didalam hati, ia mengatakan hal yg sebaliknya.
Karna tidak mungkin ia berterus terang. Terlebih, Laya adalah tamunya. Dan tidak akan sopan jika sampai ia menyinggung perasaan orang yg telah menyempatkan diri untuk mengunjunginya.
Walaupun, kedatangan Laya sama sekali tak diharapkannya. Tapi Alan tetap harus menghargai dan menghormatinya.
Hingga kemudian, obrolan demi obrolanpun terjalin. Sampai kecanggungan itupun perlahan mulai mencair.
Walau awalnya Alan sedikit enggan dengan kedatangan Laya, tapi lama kelamaan obrolan mereka pun semakin hangat dan akrab selayaknya sahabat lama.
Mungkin karna memang Laya tipe orang yg mudah bergaul, mengingat dia adalah seorang model besar yg di tuntut untuk bisa berkomunikasi dengan baik pada siapapun orangnya.
Sehingga tak akan sulit baginya untuk mencairkan suasana dan mendekatkan dirinya dengan Alan yg memang sedikit sulit untuk di dekati.
Apalagi Alan adalah orang yg dulu sangat dekat dengannya. Jadi, untuk kembali mengakrabkan dirinya lagi dengan Alan..? Tentu saja, itu hal yg mudah bagi Laya.
Sedangkan di tempat lain.
Zac tampak begitu fokus pada motornya, sampai_sampai ia tidak menoleh pada sang sahabat yg berdiri di hadapannya.
Tim / Sahabat Zac
Bukankah kau bilang, hari ini kau ada ujian..?
Kembali ia menyahuti singkat saja, tanpa mengalihkan perhatiannya sedikitpun dari motor kesayangannnya.
Tim / Sahabat Zac
Terus? kenapa kau ada disini, bodoh..?
Zac Adelard
Memangnya aku harus kemana?
Tanyanya santai tanpa sedikitpun rasa bersalah.
Dan hal itu tentu saja membuat Tin selaku sahabat baiknya, menjadi kesal sendiri melihat tingkah Zac yg menyebalkannya luar biasa.
Sontak Zac mengoleh kesal, begitu telapak tangan Tim mendarat dengan telak diatas kepalanya.
Tim / Sahabat Zac
Dasar bodoh...!
Tim / Sahabat Zac
Sekarang pergilah ke kampus dan selesaikan ujianmu.
Zac Adelard
Ck..! Jangan ikut_ikutan Mommy ku.
Tim / Sahabat Zac
Hiiss.. Anak ini..!
Tim sampai mengacak rambutnya frustrasi.
Sebagai sahabat, tentu saja Tim ingin yg terbaik untuk sahabat baiknya itu.
Tapi setiap kali berdebat masalah kuliah seperti ini, pasti Zac akan membuatnya kesal sendiri.
Bagaimana tidak kesal? Jika sahabat baik sekaligus teman seperjuangannya itu, tidak pernah mengutamakan ataupun memikirkan yg namanya pendidikan.
Padahal Tim tau benar, jika Zac adalah pemuda yg mempunyai tingkat kecerdasan otak diatas rata_rata. Tapi karna kenakalannya, akhirnya Zac tertinggal jauh oleh teman_temannya yg bahkan memiliki kemampuan otak biasa_biasa saja.
Tim sendiri telah lulus satu tahun yg lalu. Dan kini telah merintis usaha bengkel motor miliknya sendiri, yg semakin berkembang pesat selama setengah tahun ini belakangan ini.
Dan bengkel motor itulah yg sekarang justru menjadi langganan sekaligus menjadi tempat Zac mangkal.
Zac Adelard
Aku hanya ingin fokus dengan pertandinganku nanti malam.
Ujarnya tiba_tiba setelah kembali serius pada motornya.
Tim / Sahabat Zac
Tapi Zac.. Mau sampai kapan kau terus begini..? Hah?
Zac Adelard
Sampai Tiger mati. Atau minimal patah kaki, sampai si brengsek itu tidak bisa berjalan lagi.
Tim pun hanya bisa menghela nafasnya pasrah.
Tim / Sahabat Zac
Terserah kau saja.
Tim menepuk bahu lebar Zac, sebagai tanda dukungan terbaik untuk sang sahabat baik.
Zac memang butuh nasehat, tapi lebih dari itu. Zac hanya butuh perhatian dan juga dukungan dari orang_orang terdekatnya. Dan Tim sangat tau itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!