Rose Veronica POV..
Rose Veronica yang biasa dipanggil dengan rose oleh semua orang yang mengenal diriku, tentu saja mereka mengenal diriku karena aku adalah seorang artis nomor satu di negara ku sendiri yaitu Indonesia.
Berbagai macam julukan telah diberikan oleh para fans kepada diriku. Seperti Dewi Kejujuran, Ice Princess maupun First Love Indonesia.
Buka tanpa alasan mereka memberikan diriku julukan seperti itu karena memang benar aku adalah seorang artis yang mengagumkan.
Oh baiklah, maafkan diriku yang terlalu pede ini tapi memang itulah kenyataannya.
Pertama...
Mereka memberikan diriku julukan Dewi Kejujuran karena memang aku adalah salah satu artis yang sangat jujur atau dapat dikatakan hanya akulah satu-satunya artis yang jujur dimuka bumi ini.
Karena apa??
Karena aku tidak akan pernah membintangi iklan apapun jika aku tidak memakai atau menyukai produk tersebut. Mungkin bagi sebagian orang akan menghujatku dan mengatakan aku adalah seorang artis yang munafik. Tapi memang begitulah kenyataannya.
Alasannya cukup sederhana, karena aku tidak ingin membohongi fans ku sedikitpun. Karena menurutku itu hanya akan membuat diriku merasa bersalah, toh dengan aku menolak produk tersebut tidak akan membuat ku langsung jatuh miskin.
Dan ya, itulah mengapa aku tidak terlalu banyak membintangi iklan-iklan produk tapi jangan salah, sekali aku membintangi sebuah produk maka dapat dipastikan bahwa produk tersebut akan laris dipasaran.
Kedua...
Julukan kedua diriku yaitu Ice Princess. Oke baiklah aku tidak akan mengelak dari julukan tersebut karena memang julukan tersebut sangatlah cocok untuk wajah dingin dan jutek ku tetapi tidak untuk hati ku.
Wajah ku memang sangatlah dingin untuk siapa saja yang belum mengenal dan mengetahui diriku yang sebenarnya. Dan tidak sedikit juga para haters ku yang akan menyebut diriku sebagai artis yang sombong.
Dan yang terakhir..
Julukan untuk diriku yaitu First Love Indonesia. Aku juga tidak tahu awalnya mengapa para fans menyebut ku sebagai cinta pertama Indonesia dan ternyata alasan mereka sangatlah bagus dan tentu saja membuat diriku yang begitu cantik ini tambah bahagia lagi.
Julukan itu lantas diberikan karena beberapa tahun yang lalu diriku sempat membintangi sebuah film yang juga berjudul First Love dan didalam film tersebut aku berperan sebagai pemeran utama wanita yang menjadi cinta pertama dari pemeran utama laki-lakinya. Bukannya sombong tapi aku hanya ingin memberitahu jika film ku tersebut sangatlah laris manis.
Namun julukan itu bukan hanya diambil dari film tersebut tetapi juga dari sebuah pandangan pertama.
Karena kata netizen, ketika mereka pertama kali melihat diriku yang akan mereka rasakan adalah sebuah cinta pada pandangan pertama.
Entahlah... Diriku juga bingung harus mempercayai atau tidak dengan apa kata para netizen dan juga para fans beratku tersebut.
* * *
Baiklah mari kita kembali pada keseharian cara hidupku sebagai seorang artis ternama dan yang pasti adalah artis nomor satu.
Uppsss maaf, sifat pede ku kembali lagi.
Yah sebenarnya hidupku tidak berbeda jauh dengan kebanyakan cara hidup masyarakat pada umumnya hanya yang membedakan ialah pekerjaan ku saja yaitu sebagai seorang publik figur.
Oh iya aku hampir lupa, diriku tidak akan bisa menjadi seorang artis yang sukses seperti sekarang jika bukan tanpa bantuan manager ku sendiri.
Ahh, aku lebih suka memanggilnya Kakak dibandingkan harus memanggilnya secara formal karena pekerjaan kami. Sering kali aku memanggilnya Kak Jessi meskipun saat itu kami sedang dalam pekerjaan dan sering kali juga diriku akan mendapatkan sebuah pukulan darinya karena ketidaksopanan aku dalam memanggil namanya.
Dialah Jessica, namun aku lebih suka memanggilnya Kak Jessi atau bisa dikatakan hanya aku saja yang boleh memanggilnya seperti itu. Manager, orang tua, Kakak dan sahabat, begitulah dirinya di mata ku. Karena dirinya sangatlah mempunyai sifat dewasa dalam menyikapi segala hal. Yah, mungkin memang karena usia kami yang terpaut 2 tahun dan memang pada hakikatnya kami harus saling menguatkan.
Kami sadar kalau sekarang kami berdiri ditempat yang sangat rapuh, karena apa?? Karena dunia Entertainment tidak bisa dikatakan sebagai dunia yang mudah, disini adalah tempatnya persaingan dalam berbagai hal hanya untuk mendapatkan ketenaran meskipun dengan menghalalkan berbagai macam cara.
Namun aku Rose dan Jessica berani berdiri ditempat ini hanya dengan mengandalkan kemampuan dan keberuntungan, tidak mempunyai latar belakang keluarga hebat yang mendukung kami berdua.
Kami berdua memang hanyalah seorang yatim piatu yang dipertemukan sedari kecil didalam sebuah panti asuhan yang sama, hingga ketika kami beranjak dewasa mulai memberanikan diri untuk hidup mandiri tanpa mengandalkan belas kasih orang lain, dan ternyata perjuangan kami selama ini tidak mengkhianati hasil.
Ketenaran, kekayaan, kemewahan serta kecantikan yang membuat perempuan mana saja akan iri kepada kami berdua dan tidak sedikit para pesaing kami yaitu artis lain juga iri. Wajarlah, kami memang memiliki segalanya sekarang namun kami selalu mengingatkan diri agar hidup tidak selalu merasa diatas dan karena itulah kami selalu memandang sesuatu dengan sederhana.
Entah itu makanan, pakaian atau apapun yang kami rasakan setiap harinya. Jikalau kami memakai pakaian serta hal-hal yang berbau kemewahan itu hanya semata-mata karena tuntutan pekerjaan.
* * *
Dan disini aku ingin berbagi sedikit kisah dengan kalian, tentang seorang laki-laki yang selalu mengisi hari-hari ku selama ini. Selalu berbagi cerita tentang banyak hal yang terjadi didunia ini dan aku pun sangat merasa nyaman dengan menjadi temannya selama ini.
Meski kami hanya bertukar kabar melalui sebuah surat saja.
Apakah kalian bingung mengapa aku dan lelaki itu hanya bertukar kabar lewat surat namun tidak menggunakan dan memanfaatkan kecanggihan telekomunikasi jaman sekarang atau bahkan mengapa kami tidak bertemu secara langsung saja pasti itu lebih mudah dibandingkan harus menulis surat setiap harinya.
Karena kami adalah Sahabat Pena.
Ya mungkin itu adalah julukan yang tepat untuk kami berdua.
Kami pernah berjanji tidak akan saling memberikan informasi tentang diri kami sendiri seperti nama lengkap, alamat, pekerjaan dan berbau hal pribadi lainnya.
Yang kami bagi ialah hanya sebuah hobby, makanan kesukaan dan beberapa hal yang sangat kami tidak sukai. Berbekal informasi sederhana itulah kami berjanji agar bisa menemukan satu sama lain dikemudian hari. Sungguh aneh dan lucu.
Dan kalian tahu apa yang lebih lucu??
Si sahabat pena ku itu pernah berkata jika dikemudian hari dia menemukan diriku maka ia akan langsung menikahi ku saat itu juga.
Aku pun hanya tertawa ketika membaca suratnya yang ketika itu aku sudah duduk di bangku SMA begitupun dirinya karena yang aku tau kami memanglah seumuran.
Entahlah apa aku bisa berharap atas kata-kata yang ia tuangkan di surat tersebut, namun ketika membaca itu tidak sedikitpun aku pungkiri jika diriku juga bahagia dibuatnya dan aku pun sangat berharap hal itu terjadi karena semenjak dulu aku sudah menaruh perasaan kepadanya.
Kalian bisa menyebutnya cinta monyet atau apalah, tapi yang bodohnya perasaan itu masih ada dan masih bertambah hingga sekarang diusia ku yang sudah menginjak 25 tahun ini.
Aku sangat dan sangat berharap jika dia akan menemukan diriku nanti, aku berdoa semoga harapan ku itu terkabul.
"Rose.. ada surat untukmu, sepertinya itu dari Steve kesayanganmu" ledek Jessica kepada ku sembari membawa sepucuk surat yang dilapis oleh sebuah amplop di luarnya.
Aku pun dengan cepat beranjak untuk menerima surat tersebut.
Dengan wajah yang bahagianya tidak dapat aku sembunyikan lagi, aku pun segera membuka surat tersebut.
"*Hai, bagaimana kabarmu hari ini aku harap kamu selalu sehat dan baik-baik saja. Maaf kalau beberapa hari belakangan aku tidak mengirim surat karena pada saat itu pekerjaan ku sangatlah banyak, aku mohon maafkan aku.
Kamu tidak marah kan??
Aku sungguh-sungguh minta maaf.
Kamu mau kan maafin aku.
Sampai kapan kita seperti ini, aku udah tidak sabar untuk bisa bertemu dengan mu, aku sudah berusaha menemukan seseorang dengan ciri-ciri yang kamu berikan kepadaku tetapi hingga saat ini aku belum bisa menemukan mu.
Ingat, kamu tidak boleh menikah dengan siapapun karena hanya aku yang boleh menikahi kamu, tunggu sebentar lagi karena aku akan segera menemukan mu. Tunggulah pendamping masa depan mu ini untuk menjemput mu."
Salam sayang dariku.
Steve kesayanganmu*.
Ahh aku sungguh tidak bisa berkata apa-apa lagi, dengan kata-kata begini saja aku sudah bahagia tidak terkira, aku juga sangat mencintai dirinya dan aku sungguh menanti hari itu. Hari dimana dia akan menemukan diriku.
Aku mencintaimu Steve kesayanganku.
Jadi, sampai disini kalian paham kan mengapa kami memang memutuskan untuk tidak bertemu meskipun itu hal yang sangat mudah untuk kami lakukan.
Karena disini juga aku ingin membuktikan apakah dia benar bersungguh-sungguh kepadaku melalui cara yang tidak biasa seperti ini.
Kadang aku merasa kami ini seperti orang yang sedang ta'arufan sebelum melangkah ke jenjang pernikahan.
Ah membayangkannya saja sudah membuatku bahagia.
Demikian lah sedikit cerita tentang hidup yang sedang aku jalani saat ini dengan berbagai macam masalah yang ada.
Steven David Brawijaya POV
Baru saja aku selesai menulis dan mengirim surat untuk sang pujaan hati ku yang sudah sangat aku cintai sedari kecil dulu.
Bagaimana aku bisa menyebutnya cinta padahal kami tidak pernah bertemu sama sekali, jangankan bertemu secara langsung bahkan melihat fotonya saja aku tidak pernah namun mengapa hatiku sangat bahagia sekali itu jika menyangkut dirinya.
Sungguh konyol, hingga sekarang aku belum bisa menemukan dirinya padahal kami masih berada di kota yang sama namun mengapa untuk menemukannya sangatlah begitu sulit.
Bagaimana tidak sulit.
Kalau dia hanya memberi sedikit saja ciri-ciri tentang dirinya.
Dia bilang kalau dirinya itu mempunyai sebuah tanda lahir di pipi sebelah kanan berupa tahi lalat kecil. Kalian pasti tahu tidak sedikit orang yang mempunyai tahi lalat di pipinya.
Arrgghh, dia sungguh membuatku frustasi tetapi aku tetap menyukainya.
Dia juga tidak suka coklat, takut dengan boneka dan sangat membenci bunga mawar. Sungguh kebiasaan yang aneh untuk seukuran wanita, karena yang aku tahu hampir semua wanita sangat menyukai coklat, boneka dan bunga tetapi dia malah membencinya.
Pujaan hatiku itu juga mempunyai alergi terhadap bawang putih dan cuaca yang berlebihan karena akan mengakibatkan dirinya bersin tiada henti. Dia juga sangat tidak menyukai sayuran dan lebih condong suka makanan yang agak asin.
Dia juga tidak bisa memakan berbagai macam daging kecuali daging ayam, tidak suka daun kemangi, daun seledri, maupun daun bawang.
Sungguh kebiasaan yang aneh untuk perempuan seperti dirinya di masa sekarang. Bagaimana tidak aneh jika hendak semua jenis makanan dirinya tidak menyukainya, lalu selama ini dia makan apa.
Sepertinya aku harus membuka bisnis baru yaitu Restoran, agar dapat memudahkan diriku untuk mencarinya.
Ahh ide yang bagus, sepertinya ini cara yang efektif.
* * *
Suara ketukan dari luar pintu ruangan ku terdengar setelah beberapa saat masuklah seseorang yang mengetuk pintu tadi.
Iya, orang tersebut ialah Sekertaris sekaligus sahabat ku yang bernama Renaldy Permana atau yang akrab dipanggil Sekertaris Ren.
Kami bukanlah teman dari kecil atau teman saat masih sekolah, aku dan Rendi bertemu ketika diriku pertama kali menjabat sebagai CEO disini, dia melamar pekerjaan dari bagian bawah hingga aku melihat kinerja dirinya yang semakin baik dari hari ke hari hingga aku memantapkan diri untuk mengangkat posisi dirinya menjadi Sekertaris Pribadi ku.
Aku juga sangat menyukai sifatnya yang tidak banyak bicara dan tidak pernah mempertanyakan apapun perintah yang ku berikan padanya.
Bahkan aku mempercayakan anak buah yang selama ini aku didik kepadanya, anak buah itu kami gunakan jikalau dalam permasalahan yang mendesak.
Karena kalian pasti tahu jika dalam berbisnis kita tidak dapat hanya mengandalkan otak namun juga kekuatan, sebelum musuh menyerang dengan cara yang licik, maka kami yang akan terlebih dahulu melumpuhkan mereka.
Menurut pandangan ku, Renaldy atau Sekertaris Ren itu tidak kalah tampan dengan diriku meskipun tetap aku yang lebih tampan. Hanya saja wajahnya lebih memiliki sepatu keimutan sedangkan wajahku terlahir dengan tegas dan dingin.
Tetapi jangan salah, wajah yang imut itu akan berubah menjadi mengerikan jika menyangkut sesuatu yang aku perintahkan dan melibatkan kerugian untuk Perusahaan ku.
Aku pun awalnya tidak percaya ketika melihat wajah bringas Sekertaris ku sendiri tapi lama kelamaan aku menjadi terbiasa dengan perubahan wajahnya yang sangat cepat seperti bunglon yang sedang beradaptasi.
Sekertaris Ren juga yang sekarang memegang kendali penuh atas geng yang aku bentuk sedari dulu dengan mengumpulkan anak terlantar dan di didik sehingga bisa menjadi seperti sekarang, aku menamakannya The King.
"Maaf Pak, ini sudah waktunya untuk kita rapat". ucap Sekertaris Ren.
"Baiklah".
Lalu kami berdua pun pergi melangkahkan kaki meninggalkan ruangan ku untuk pergi keruangan rapat yang tersedia.
Ketika memasuki ruangan rapat tersebut, sudah dapat ku lihat wajah-wajah peserta rapat kali ini yaitu para Manager artis yang ku pekerjakan untuk menjaga Artis dari Manajemen ku.
Rapat kali ini akan membahas tentang bagaimana cara mereka dalam menjaga para Artis yang berada didalam naungan Agensi ku yaitu Brawijaya Entertainment Group.
Iya, aku adalah CEO dari sebuah agensi yang menaungi banyak Artis.
Jadi sudah menjadi hal yang lumrah untuk diriku agar dapat menjaga keselamatan para Artis yang berada didalam naungan Agensi ku.
Sengaja rapat kali ini dengan peserta rapat adalah para Manager dari berbagai macam Artis, karena sudah beberapa kali aku lihat banyak berita miring yang menyangkut para Artis ku, hingga pernah yang paling parah ialah mempengaruhi harga saham dari Perusahaan ku yang mengalami penurunan secara signifikan.
Lantas saja hal itu membuat diriku sangat marah. Bagaimana bisa para Manager itu tidak dapat mengawasi satu orang manusia saja, hanya satu orang dan itu sangat berdampak bagi Perusahaan.
Sungguh melihat wajah mereka saja bisa membuat amarah ku yang sempat lenyap kini kembali lagi.
Aku pun duduk di kursi Pimpinan rapat sedangkan Sekertaris Ren setia berdiri disamping diriku.
Tanpa banyak bicara, aku pun langsung saja berbicara menuju ke inti permasalahan yang menjadikan rapat ini dilaksanakan.
"Ada yang bisa menjelaskan kenapa hal ini bisa terjadi??" Tanyaku to the point.
Hening mengambil alih situasi semenjak diriku berbicara barusan, aku tatap satu per satu wajah yang berada disana yang tidak berani menatap balik kearah ku.
Begitulah setiap kali rapat dilangsungkan, tidak ada yang berani untuk beradu argumen dengan diriku karena mereka memang yakin kalau diri merekalah yang salah karena menyebabkan perusahaan mengalami kerugian dan pengeluaran untuk membereskan masalah yang dibuat oleh Artis dari Agensi ku sendiri.
Rapat seperti ini sering terjadi dan hal yang kami bahas tidak jauh dari pemberitaan di media tentang para Artis dibawah naungan ku karena memang bisnis ku berjalan di bidang Keartisan atau Entertainment.
* * *
Setelah selesai rapat aku pun kembali ke ruangan ku diiringi dengan Sekertaris Ren yang mengikutiku dari belakang, setelah Sekertaris Ren membukakan pintu dan aku pun masuk kesana dan masih diikuti oleh dirinya.
"Saya hanya ingin mengingatkan kalau besok kita akan melakukan penandatanganan dengan Manager dari Artis Rose Veronica Pak, mereka ingin bekerjasama dengan Agensi kita" Sekertaris Ren mengingatkan diriku.
"Apakah kamu sudah menyelidiki tentang mereka terlebih dahulu, karena kamu tau saya tidak ingin mengalami masalah dikemudian hari" Aku pun bertanya kepada Sekertaris ku itu.
"Bapak tenang saja, saya sudah menyelidiki latar belakang mereka dan selama ini tidak ada kabar buruk tentang sepak terjang mereka di dunia keartisan ini" jawab Sekertaris Ren lagi.
Aku pun menganggukkan kepala tanda mengerti akan setiap kata yang diucapkan Sekertaris
"Kamu siapkan saja semua keperluan untuk besok"
"Baik Pak"
Sekertaris Ren pun undur diri dengan menundukkan sedikit tubuhnya kearah diriku sebelum melangkah pergi meninggalkan ruangan.
Setelah Sekertaris Ren itu pergi dari ruangan ku, aku pun mencoba mengingat wajah dari Artis yang bernama Rose Veronica itu namun sedari tadi otak ku tidak dapat menggambarkan sedikitpun sketsa wajah tentang dirinya hingga membuat dirimu menyerah dan lebih memilih untuk mengetahuinya lewat google.
Aku pun mengetikkan nama Artis tersebut dan langsung saja muncul berbagai macam berita tentang dirinya beserta fotonya. Lama aku memandang foto tersebut, entahlah apa ini pertama kalinya aku melihat wajahnya atau aku sudah sering melihat namun melupakannya. Karena aku tipe orang yang tidak akan mengingat dan memikirkan sesuatu yang tidak penting untuk diriku.
Sudah tau Artis tersebut tidak penting untukku namun entah mengapa mata ku ini tidak bisa lepas memandangi foto dirinya, ada semacam magnet yang menarik diriku untuk berlama-lama menatap foto tersebut hingga sebuah nama seseorang menyadarkan dari kegiatan ku tersebut.
Entah mengapa nama Vero kesayanganku jadi terlintas di pikiranku ketika memandang foto Artis tadi, tidak mungkin kan kalau Vero kesayanganku itu adalah Artis ini, itu sungguh sesuatu yang diluar nalar atau bahkan tidak mungkin terjadi.
* * *
Keesokan harinya..
Pagi ini aku sudah berada didalam mobil dengan Sekertaris Ren yang mengemudikannya, namun hal diluar dugaan terjadi. Entah mengapa jalanan menjadi macet sekarang dan aku sangat tidak menyukai itu, bagiku waktu sangatlah berharga dan tidak untuk dibuang percuma.
"Ada apa??" tanyaku kepada Sekertaris Ren yang berada didepan ku.
"Sepertinya sedang ada demo Pak" jawab Sekertaris Ren.
Aku mengerutkan keningku.
"Demo apa??" tanyaku lagi.
"Demo tentang Pengesahan Undang-undang yang baru Pak, sepertinya masyarakat maupun para buruh tidak menerima dengan undang-undang tersebut" tutur Sekertaris Ren.
"Oh aku baru ingat, ternyata itu yang menyebabkan mereka berunjuk rasa seperti ini" aku menjeda kalimaya ku sebenar karena sedang memikirkan sesuatu. "Apakah para karyawan di Perusahaan ku juga merasakan hal seperti mereka" tanya ku lagi.
Sekertaris Ren nampak terdiam sebentar seperti sedang mengingat sesuatu. "Sepertinya iya Pak, karena beberapa hari ini saya melihat dan mendengar para karyawan tetap maupun kontrak sangat serius membicarakan hal ini, saya takut ini akan berakibat pada kinerja mereka nantinya" jelas Sekertaris Ren.
"Baiklah, kamu hubungi semua karyawan dan staf kita suruh mereka berkumpul di aula, karena saya akan mengumumkan sesuatu setelah ini" perintah ku kepada Sekertaris Ren.
Sekertaris Ren pun merogoh ponselnya yang berada dibalik jasnya dan terlihat sedang menelpon seseorang untuk memberitahukan perintah ku tadi.
Kami pun memutuskan memutar arah mencari alternatif jalan lain untuk menghindari kemacetan agar dapat dengan cepat sampai ketempat tujuan ku yaitu gedung Brawijaya Entertainment Group.
Mobil telah berhenti menandakan jika kami telah sampai, Sekertaris Ren pun membukakan pintu mobil ku dan kami berjalan bersama memasuki Perusahaan milikku dengan Sekertaris Ren dibelakang ku.
"Apakah semuanya sudah siap" tanyaku kembali.
"Sudah pak"
Kami pun melangkahkan kaki menuju tempat pertemuan yang sudah dipersiapkan tadi, begitu memasuki ruangan tersebut disana telah banyak para Manager para Artis beserta para staf yang lain seperti bagian make up, busana, supir maupun para pengawal yang bertugas para bagian masing-masing.
Ketika beberapa langkah aku memasuki aula tersebut nampak semua staf berbisik-bisik dengan wajah yang kebingungan, mungkin mereka bingung mengapa mereka semua dikumpulkan disini.
Deheman Sekertaris Ren membuat ruangan aula ini menjadi sepi senyap, rupanya mereka lebih takut dengan Sekertaris Ren dari paku diriku yang notabenenya CEO disini.
"Sebelum saya menyampaikan maksud dari mengumpulkan kalian semua disini, saya harap kalian mengeluarkan handphone kalian sekarang, gunakan handphone tersebut untuk merekam suara atau membuat video ketika saya berbicara nanti agar kalian dapat mempercayai ucapan saya ini nantinya" tutur diriku.
Nampaknya para staf ku masih kebingungan namun lagi-lagi Sekertaris Ren menatap mereka dengan tajam lalu mereka pun satu persatu menurut akan instruksi ku tadi, mereka mengarahkan handphone mereka kepadaku.
"Tanpa perlu basa basi, disini saya hanya ingin menyampaikan tentang pemberitaan yang sedang marak sekarang yaitu Undang-undang Cipta Kerja. Terlepas dari bagaimanapun isi dari undang-undang tersebut, disini saya hanya ingin menyampaikan jika kalian yang bekerja kepada saya tidak akan terpengaruhi oleh dampak tersebut.
Bagi kalian yang masih bekerja dalam masa training ataupun kontrak, dalam waktu 3 bulan jika kinerja kalian bagus dan memuaskan maka saya tetap akan mengangkat kalian menjadi pegawai tetap, begitupun dengan kalian yang sudah berstatus sebagai pegawai tetap saya akan selalu melihat kinerja kalian.
Saya tidak akan langsung memecat kalian, tetap akan ada surat peringatan terlebih dahulu dan jika dikemudian hari saya memecat kalian maka saya akan tetap membayar pesangon kepada kalian dihitung dengan lama waktu kalian bekerja selama ini.
Kalian paham???"
Para staf dan pegawai ku masih terbengong beberapa saat setelah diriku selesai berbicara namun hitungan detik setelah itu mereka pun bersorak gembira akan pengumuman ku barusan.
Lalu aku pun tersenyum kepada mereka semua dan melangkah pergi meninggalkan mereka yang masih bersorak gembira, tidak lupa juga mereka meneriakkan terima kasihnya kepada diriku yang perlahan berjalan menjauh meninggalkan mereka semua.
Aku sungguh menyukai itu, saat dimana diriku berguna bagi orang lain.
Ditempat lain saat ini masih sangat pagi dengan kesibukkan Rose yang masih berada diatas tempat tidur sembari bermain dengan handphonenya, sepertinya ia sedang melihat akun instagramnya yang semakin hari semakin bertambah banyak jumlah pengikutnya. Entah itu benar-benar fansnya atau hanya seseorang yang tidak suka dengan dirinya dan ingin mengetahui kesehariannya lewat akun media sosial pribadinya.
Ketukan pintu dari kamar Rose terdengar namun sang pemilik kamar tidak mau beranjak sedikitpun dari tempat ternyaman nya saat ini yaitu kasur, atau mungkin dirinya sudah tau siapa yang mengetuk pintu tersebut.
Dan benar saja, yang mengetuk pintu itu ialah Jessica yaitu Managernya sendiri. Mereka tinggal memang satu rumah karena memang dari awal mereka tidak memiliki siapapun atau tempat untuk bergantung maka dari itu mereka berdua hidup saling bergantung satu sama lain dan juga saling menjaga.
Meskipun tidak ada ikatan darah sedikitpun diantara mereka namun persaudaraan yang mereka jalin sedari kecil mengalahkan hubungan darah tersebut. Mereka sangat menyayangi dan mencintai satu sama lain lebih dari apapun yang ada didunia ini.
"Bersiap-siaplah, sebentar lagi kita akan pergi ke Brawijaya Entertainment Group, kita akan melakukan penandatanganan kontrak disana karena aku ingin kita berada di agensi itu" ucap Jessica.
"Kenapa kita harus ikut agensi seperti itu, bukankah selama ini kita hanya berdiri berdua dan kita dapat melaluinya tanpa bantuan siapapun" tanya Rose.
Jessica yang semula hanya berdiri diambang pintu lalu melangkahkan kakinya mendekati ranjang tempat Rose sekarang berada.
"Aku hanya ingin kita merasa terlindungi, kamu tau kan sekarang ini jamannya lebih mengerikan dari pada dulu, semua berita dapat langsung beredar hanya dalam hitungan menit tanpa tau kebenarannya dan para pembaca hanya ingin berita yang menarik tanpa ingin tau kebenarannya" Jessica menjeda kalimatnya sebentar sembari menarik nafas. " Aku tidak ingin hanya karena berita-berita seperti itu membuat karirmu hancur, aku tau kamu sangat menyukai pekerjaan mu sekarang dan aku sebagai Kakak mu akan selalu berjuang untuk membuatmu selalu bahagia" jelas Jessica panjang lebar.
Rose tertegun. Sesuatu yang sama sekali tidak ia pikirkan namun hal yang besar seperti itu sudah lebih dahulu Jessica pikirkan untuk masa depan karirnya. Rose sekarang paham kalau semua ini demi kebaikannya.
Karena dengan mereka memiliki agensi maka otomatis mereka juga memiliki tameng andai kata sesuatu yang buruk dikemudian hari menimpa mereka, agensi itulah yang akan membantu mereka menyelesaikan masalah tersebut.
"Iya Kak, Rose paham maksud Kakak, dan terima kasih Kakak selalu ada disamping Rose hingga sekarang dan selamanya" Rose pun memeluk Jessica yang duduk dipinggiran ranjang tidak jauh dari tempatnya rebahan tadi.
Mereka berdua pun saling memeluk erat seakan menyalurkan dan saling memberikan semangat satu sama lain.
"Baiklah, sekarang ayo siap-siap" Jessica melepas pelukan mereka dan menepuk pantat Rose seperti seorang ibu kepada anaknya.
"Kakak..!!!" keluh Rose kepada Jessica yang senang sekali memukul pantatnya itu, namun orang yang ia teriaki tadi sudah pergi berlari dengan suara tawa yang masih tersisa ditelinga Rose.
Namun bukannya bersiap-siap Rose malah kembali berbaring dan memainkan handphonenya, ia pun sengaja membuka google untuk mengetikkan sesuatu yang ingin ia ketahui hingga muncullah halaman hasil dari pencariannya tadi.
Bahkan yang mengejutkan adalah sekarang CEO Brawijaya Entertainment Group itu sedang viral sekarang, namanya menjadi nomor satu dalam pencarian dikarena video yang diunggah oleh banyak orang yang kemudian dibagikan oleh ratusan hingga jutaan orang.
Penasaran dengan video tersebut lalu Rose pun berinisiatif membuka video tersebut dan mendengarkan sang CEO berbicara hingga sampai akhir dari kata demi kata itu memunculkan sebuah senyuman dibibir Rose bahkan matanya pun tidak henti memandang sang CEO yang sebentar lagi akan bekerjasama dengan dirinya.
"Sepertinya Kak Jessica tidak salah dalam memilihkan agensi untukku, karena dapat aku lihat dari sorot matanya jika orang ini adalah seorang pria yang baik, yang tidak akan mau mengambil kesempatan dalam keadaan yang tidak baik seperti ini" batin rose.
Awalnya Rose hanya kagum dengan kharisma dan jiwa kepemimpinan yang dimiliki David namun lama-kelamaan Rose seperti menemukan sesuatu yang lain pada diri David, entah apakah itu.
"Tampan, apakah Steve ku juga setampan dan sehebat dirinya" Rose berbicara dalam hati.
Hingga dirinya tersadar dengan apa yang barusan ia ucapkan dan pikiran tadi.
"Aaaaa... Apa yang aku pikirkan barusan, mengapa aku membandingkan dirinya dengan Steve ku, bahkan Steve pasti lebih segala-galanya darinya" ucap Rose berbicara kepada dirinya sendiri seperti orang gila dengan mengacak-acak rambutnya agar pikiran tadi hilang dari otak dan kepalanya.
"Sepertinya aku harus mandi sekarang, dengan itu mungkin bisa menjernihkan otakku yang sempat hilang arah ini" Rose kembali berbicara dalam hati dengan telunjuk yang mengarah keatas seperti seseorang yang telah menemukan ide baru.
Rose pun dengan cepat melangkahkan kakinya menuju kamar mandi yang berada didalam kamarnya itu.
* * *
Sedangkan saat ini David dan Sekertaris Ren sedang membahas beberapa agenda kerja yang akan mereka lakukan hari ini, disela kegiatan tersebut David mengajukan pertanyaan kepada Sekertaris Ren.
"Apa alasan kamu mau menerima Rose Veronica itu untuk masuk ke agensi kita, aku tau kau bukan seseorang yang dengan mudah percaya dengan sesuatu yang belum kamu buktikan sendiri" ucap David.
Sekertaris Ren mengalihkan pandangannya yang semula menatap kertas didepannya kini beralih kearah samping tempat atasannya yang juga sedang duduk seperti dirinya.
"Semenjak mereka mengajukan kontrak kerjasama kepada Perusahaan ini, saya sudah menyelidiki semua tentang mereka dan hasilnya memuaskan" jawab Sekertaris Ren seadanya.
"Apakah hanya itu alasannya"
"Saya juga suka karena Artis itu tidak munafik seperti kebanyakan Artis yang lain dimana mereka akan menjilat dan melakukan segala cara agar dapat mempertahankan posisi mereka didunia hiburan ini" jawab Sekertaris Ren lagi.
Sepertinya jawaban barusan dapat memuaskan atasannya tersebut karena dapat dilihat dari ekspresi wajah David yang meskipun masih terlihat datar namun Sekertaris Ren yang memang sudah hafal betul dengan garis wajah David yang mengartikan jika David saat ini telah puas akan jawabannya.
"Baiklah, aku percaya padamu karena kamu tidak akan mengecewakan kepercayaan yang telah aku berikan" David menepuk bahu sebelah kiri Sekertaris Ren dan beranjak berdiri meninggalkan sofa yang semula ia duduki bersama Sekertaris Ren tadi.
Setelah pembicaraan itu selesai sekarang hanya keheningan yang mengambil alih situasi, nampaknya kedua pria yang tampan rupawan itu asik dengan urusan dan pikirannya masing-masing tanpa saling mempedulikan satu sama lain.
Hingga suara ketukan di pintu membuat mereka sadar dan mengalihkan pandangan kearah pintu tersebut, setelah David berkata masuk lalu lah seseorang yang mengetuk pintu tadi masuk.
Aurelia Sarah dan sang Managernya yang bernama Dion Anugerah itu pun masuk kedalam ruangan David, Sekertaris Ren pun beranjak berdiri dari tempat duduknya dan mempersilahkan Artis dan Managernya itu untuk di sofa yang telah disediakan itu.
Tidak lupa David juga ikut beranjak dari kursi kebesarannya dan melangkah menuju sofa tempat Aurel dan Dion duduk. David pun duduk didepan mereka dengan penghalang meja ditengah mereka, Sekertaris Ren pun dengan sigap mengambil posisi berdiri dibelakang David dengan posisi tegap seperti bodyguard.
"Ada keperluan apa kalian kesini, tidak mungkin sesuatu yang tidak penting kan??" tanya David tanpa basa basi.
Bukannya menjawab Aurel malah mengangkat salah satu kakinya untuk ia tarus bertumpu di kaki satunya, hal itu membuat gaun pendek dan ketat yang sedang ia gunakan menjadi terangkat dari tempatnya semula. Sungguh pemandangan yang membuat David jenuh apalagi Sekertaris Ren, dia bahkan menatap tajam kearah Aurel seperti ingin memperingatkan jika yang dilakukannya itu adalah perbuatan yang memalukan.
Namun Aurel dengan sikap tanpa tahu malunya itu tidak akan perduli dengan siapapun karena sedari awal masuk agensi ini misi utamanya adalah untuk mendapatkan sang CEO dari Brawijaya Entertainment Group ini, namun hingga sekarang hal tersebut belum dapat tercapai sama sekali dikarenakan sifat David yang dingin membuat para wanita menjadi segan untuk mendekatinya.
"Apakah harus saya ulangi perkataan saya tadi" ucap David kembali, dirinya seperti sedang menahan emosi yang sekarang ini siap untuk diluapkan.
"Aku ingin mendapatkan projek film terbaru yang saat ini banyak diperbincangkan menjadi milikku, aku ingin menjadi bintang utama di film tersebut" Aurel sangat ingin menjadi bintang utama di film tersebut karena para penulis maupun sutradaranya yang memang sudah ternama dan Aurel yakin kalau film ini nantinya akan booming dan laris dipasaran.
David membuang nafasnya kasar.
"Saya tidak bisa menjamin hal tersebut karena para tim produksi sendiri yang akan menentukan siapa pemain yang akan mereka pilih nantinya" David memberi penjelasan kepada Aurel.
"Aku tidak mau tau, pokoknya projek film tersebut harus menjadi milikku" Aurel tetap pada pendiriannya dan tidak mau kalah.
Lagi-lagi David menghela nafasnya, menghadapi manusia seperti Aurel ini sungguh harus mempunyai tenaga yang ekstra jika tidak ia tidak akan menang melawannya. David tidak membayangkan nanti siapakah yang akan menjadi pasangan hidup Aurel karena yang David tau pastinya orang itu harus mempunyai mental yang sangat kuat.
Untung saja Vero kesayangannya itu sangat baik, lembut dan penurut membuat David selalu betah bersama dirinya meskipun hanya sepucuk surat yang mewakili perasaannya tersebut.
"Baiklah. Saya akan mengusahakannya tapi saya tidak dapat memberi kepastian, jadi saya harap kalian tidak akan kecewa dengan hasilnya nanti" sahut David.
Aurel yang sedari tadi hanya memandang kearah David tanpa mau mendengarkan sedikitpun apa yang ia ucapkan membuat David geram.
"Kalau tidak ada yang ingin kalian sampaikan lagi, saya harap kalian dapat meninggalkan ruangan ini karena saya masih sangat sibuk" David mengusir Aurel dengan cara halus.
Aurel yang merasa terusir pun mau tidak mau melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut meskipun dengan hati yang dongkol karena ia tidak diberikan jawaban yang ia diinginkan disana.
Sungguh David dapat bernafas lega setelah Aurel meninggalkan ruangannya, dirinya sangat jijik melihat perempuan itu dan akan sangat tidak betah jika berlama-lama dengannya dalam satu ruangan yang sama.
"Ren, kenapa kau bisa memasukkan manusia seperti itu ke agensi kita, aku sungguh tidak habis pikir dengan dirimu" David menghina Sekertaris Ren.
Dengan cepat Sekertaris Ren membantah.
"Perlu saya ingatkan Pak jika yang memasukkan Nona Aurel ke agensi ini adalah Bapak sendiri karena paksaan dari Tuan Besar yang merupakan teman dari ayahnya Nona Aurel" jawaban Sekertaris Ren sungguh menohok dan menjatuhkan harga diri David yang tinggi.
Sungguh konyol, bagaimana dirinya bisa melupakan sesuatu yang penting itu, bahwa dirinya sendiri lah yang membawa perempuan jadi-jadian itu ke agensinya.
"Benarkah, aku sudah lupa, karena menurutku itu tidak terlalu penting" ucap David sembari berdiri dari sofa dan kembali berjalan menuju kursi kebesarannya.
Lihatlah David berjalan meninggalkan Sekertaris Ren dengan wajah tanpa dosa sedikitpun dan berpura-pura tidak mengetahuinya agar tidak memalukan untuk dirinya sendiri.
"Saya sangat menikmati saat-saat kebodohan anda Pak" Sekertaris Ren berbicara dalam hati dengan menertawakan atasannya sendiri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!