Garis kehidupan manusia tidak ada yang tahu, begitu juga dengan Candy Nur Aini ibu memberikan nama itu untukku, beliau berharap kehidupan yang akan aku hadapi dan aku jalani semanis permen (candy), siapapun pasti sukakan sama permen.
Tapi sayang ibu lebih dulu pulang untuk menghadap pemilik kehidupan, tampa melihat tumbuh kembangku apa sesuai harapan dan keinginan beliau.
Saat ini aku tinggal dengan ayah dan kedua masku, walaupun ibu tidak bersamaku lagi tapi aku tidak kekurangan kasih sayang, ayah berperan juga sebagai ibu dalam mendidikku sebab aku adalah anak perempuan satu-satunya di keluargaku.
Didikan ayah sangat disiplin, terutama dalam agama dan pendidikkan, kami bersyukur walaupun ayah hanya seorang karyawan swasta biasa tapi pendidikan yang ayah berikan cukup membanggakan, Iqbal kusuma adalah masku yang pertama dia seorang dosen di universitas negeri yang ternama, Dimas kurniawan adalah masku yang nomor dua dia insinyur teknik sekarang bekerja di perusahaan pertambangan.
Kalau Candy sendiri saat ini XI ipa1 SMA negeri semester akhir, ayah sendiri memilih tidak menikah lagi bagi ayah ibu adalah cinta pertama dan terakhirnya.
Candy adalah gadis biasa saja, tapi dia ramah, aktif di sekolah, manis, postur tubuh yang mungil, yang paling menarik dari dirinya Candy memiliki mata yang indah yang tidak semua orang memilikinya, kilau mata itu membuat siapa saja melihatnya akan hanyut dalam pesonanya, dia juga salah satu siswa pandai dan berprestasi di sekolahnya.
Ujian semester akhir sudah selesai beberapa hari yang lalu tinggal menunggu pembagian rapot untuk kelas X, XI sedangkan yang kelas XII sudah melaksanakan kelulusan, kegiatan sekolah biasanya diisi dengan lomba antar kelas yang biasanya diadakan oleh OSIS.
Cuaca siang ini cukup berawan, Candy dengan seragam sekolahnya yang berbalut kerudung menutupi kepalanya, yang selalu ditemani sepeda setianya setiap Candy pergi ke sekolah.
Jalan yang Candy lalui saat ini terlihat sepi tidak seperti biasanya yang ramai kendaraan lalu lalang juga pelajar yang ikut memenuhi jalan, Candy mengayuh sepedanya dengan santai sepeti biasanya, namun terdengar samar-samar suara seseorang meminta tolong yang membuat Candy menghentikan laju sepedanya, untuk memastikan pendengarannya, atau hanya suara halunya di siang hari ini.
Candy meletakan sepedanya di sisi jalan untuk memastikan dan betapa terkejutnya dia setelah mendekat ke sumber suara yang ada di balik pohon yang cukup besar di pinggir jalan raya itu.
Seorang lelaki muda yang umurnya hanya satu, dua tahun berbeda darinya, terlihat tubuhnya penuh luka lebam sepertinya dia salah satu korban tawuran antar sekolah sebab letak sekolah Candy tidak jauh dengan sekolah yang lain.
Dengan sedikit keberanian yang ada, Candy memaksakan diri mendekat untuk membantunya keluar dari tempat itu untuk membantu menolongnya.
Setelah Candy membantu memindahkan ke tempat yang cukup nyaman, Candy berusaha mencari bantuan tapi hasilnya nihil walaupun Candy sudah menengok kanan dan kiri tetap saja jalanan sepi, setelah diperhatikan dengan seksama, ternyata seragam yang dikenakan pemuda ini beralmamater yang sama dengan Candy menandakan dia seorang siswa dan kakak kelas di sekolahnya.
Dengan memecah keheningan candy mulai membantu membersihkan luka yang terlihat dan memulai menanyakan apa yang bisa dibantu untuk menolongnya.
"Apa ada yang bisa dibantu kak?" ucap Candy sambil memberikan botol minuman miliknya.
"Boleh carikan ojek untukku" tangannya menerima botol minuman yang diberikan oleh Candy, ucap pemuda itu ke Candy dengan masih merasakan sakit disekujur badannya.
"Ya" ucap candy sambil mengambil hp yang didalam tasnya, sambil memesan ojek dan menanyakan kemana alamat yang akan di tujuhnya.
Ojek yang di tunggu belum kunjung datang, Candy membantu membersihkan baju dan luka yang terlihat nampak pada pemuda itu tampa di sadari Candy, pemuda itu terpesona akan mata indah yang dimiliki Candy.
"Oh...indahnya mata itu" ucapnya dalam batin, takut si pemilik mata itu mengetahuinya, karena mencuri-curi pandang tanpa sengaja.
Sesaat pemuda itu lupa akan rasa sakitnya saat curi pandang ke pemilik mata indah itu yang pesonanya tidak banyak dimiliki oleh orang, dan karena pesonanya juga seakan hanyut dalam pesona mata indah itu.
Tidak beberpa lama ojek pun datang, tapi sayang abang ojeknya menolak membawa pemuda itu untuk diantar ke rumahnya, dengan alasan yang cukup masuk akal.
"Maaf, batalin aja...ya..neng, abang takut sebab nanti di tanya-tanya soal luka-lukanya" dengan muka terlihat sedikit rasa takut.
"Bang, tolonglah" ujar Candy membujuk agar abang ojek mau mengantarnya.
"Apa abang tidak kasihan" Candy memohon, tapi abangnya tetap dengan pendiriannya walaupun Candy sudah berusaha meyakinkannya, agar mau menolong kakak kelasnya untuk di antar pulang.
Usaha untuk menyakinkan abang tidak dapat membuahkan hasil tapi candy terus berusaha mencari pertolongan orang disekitarnya namun sia-sia, orang yang biasa lewat lalu lalang pun tidak ada tidak seperti biasanya.
Akhirnya dengan terpaksa Candy harus mengantarnya sampai ke rumah pemuda itu walaupun hanya dengan sepeda milik Candy, di jalan keduanya tidak banyak yang perbincangkan.
Kecepatan sepeda dan tubuh mungil Candy tidak mampu mempercepat laju sepedanya serasa perjalanan yang Candy lalui lama sampai ke tempat ditujunya.
"Masih jauh, kak.." ucap Candy dengan rasa mengkhawatirkan keadaan kakak kelasnya.
"Ga, rumah yang besar itu rumahku" jawabnya dengan suara terdengar lemahnya dan menunjukkan salah satu rumah besar dan megah yang tidak seberapa jauh.
Mata Candy terus mencari rumah besar yang di sebutkan pemuda itu dengan terus mengayuh sepedanya walaupun dengan rasa lelah sudah dirasakan oleh seorang Candy yang memiliki tubuh mungil.
Sebab pemuda yang duduk di belakang sepedanya berpostur tubuh tinggi dan tegap cuma saat ini terlihat sangat lemah dan rapuh karena terluka.
"Sabar ya..kak sedikit lagi sampe" ujar Candy menenangkan kakak kelasnya.
"Hmmm.." hanya itu yang terdengar Candy "sesakit itu kah yang dia rasakan sampai hanya suara (Nisa Sabya) yang terdengar" gumam Candy dalam batinnya berucap tapi dia tidak mau ambil pusing dengan hal itu.
Sesampainya depan gerbang rumah besar itu, Candy hentikan laju sepedanya disisi jalan dan membantu pemuda itu agar mendekat ke depan gerbang rumah besar itu dan menekan bel, agar pemilik rumah membukakan gerbangnya.
Sesaat sebelum gerbang terbuka, Candy berkata dalam batinnya rumah yang mewah, besar ini baru gerbangnya bagaimana didalamnya (membayangkan saja sudah bikin merinding takjub apa lagi melihatnya langsung dalam rumahnya) tampa sadar Candy mengangkat bahunya turun naik.
Suara gerbang terbuka menyandarkan Candy dari halunya walaupun sesaat, dan sedikit terkejut mendengar suara gerbang dibuka.
Dari dalam gerbang keluarlah seorang bapak paru baya berseragam satpam dengan muka sangat khawatir, dengan melihat keadaan orang yang bersamaku.
"Kenapa....den.." ucapnya dengan penuh rasa kekhawatirannya, terlihat dari tatapan matanya ke pemuda yang di panggilannya den itu.
Satpam itu mendekat dan mendekap pemuda yang dia panggil den itu, untuk dibawa ke dalam masuk ke rumah besar itu dan melewati gerbang besar itu.
"Terimakasih, non.." ucap satpam itu ramah.
"Sama-sama.." ucap Candy terdengar asing dengan panggilan non untuknya.
Tapi sudahlah dalam hati Candy siapapun itu tidak jadi soal baginya, toh hanya sebuah panggilan tidak begitu penting juga.
"Terima kasih " ucap kakak kelas sambil menahan sakit dan melanjutkan langkah kakinya yang tertati.
"Sama-sama.." ucap Candy berniat melanjutkan jalan pulang, sesaat langkahnya terhenti mendengar suara orang berkata pada dirinya.
"Siapa namamu, aku Rendra Himawan wijaya" sambil melanjutkan langkahnya memasuki gerbang.
"Aku Candy Nur Aini" tampa melihat lawan bicaranya, melanjutkan laju sepedanya ke arah jalan pulang.
Pertemuan itu, merupakan pertemuan yang pertama dan terkhir buat Candy dan Rendra, hingga candy lulus juga dari SMA negeri itu.
keduanya pun seakan lupa akan kejadian itu atau melupakan, seakan tidak ingin mencari tahu siapa dia dan bagaimana keadaannya setelah kejadian itu dan bagaimana keadaan masing-masing di antaran mereka.
Kejadian itu seakan lenyap tertiup angin lalu tanpa ada kesan yang tertinggal sedikitpun untuk mengenangnya.
Liburan kenaikan kelas telah berakhir, rutinitas anak sekolah akan di mulai kembali, suasana sekolah akan ramai lagi dengan aktifitas siswanya yang beragam, dari yang cool, konyol, jail, iseng , tebar pesona tapi semuanya akan jadi kenangan yang indah untuk di kenang di waktu yang akan datang sebagai memori SMA yang indah bagi yang menikmati masa itu atau nyebelin buat yang punya kesan kurang mengenakkan selama melaluinya, yang jelas masa itu harus dilalui sebagai proses ke masa yang akan datang.
Di kelas Candy
Saat ini kelas Candy ada pelajaran fisika yang gurunya lumayan killer menurut anak-anak, belum lagi cara mengajarnya bikin siswa bosen dan jenuh.
"Bapak harap salah satu dari kalian ada yang dapat mengerjakan soal ini" ucap pak Samsul.
Suasana kelas sepi sesaat, sebagian siswa menunduk karena tahu akan kemampuanya.
"Ayo...permen maju" ujar malik salah satu siswa yang terkenal iseng bin jail menunjuk Candy.
**Permen sapaan akrab yang di berikan Malik untuk Candy yang di kenal dekat**
Semua mata tertuju ke Candy yang tersenyum santai seperti biasanya tidak pernah marah mendapat panggilan itu oleh malik yang super jail dan usil.
"Ayo...Candy "semua siswa bersuara berharap Candy dapat menyelesaikan tugas dari pak Samsul yang terkenal killer itu.
"Aku..." ucap Candy dengan jari telunjuknya diarahkan ke dadanya, sambil tersenyum meminta penjelasan dari kawan-kawannya.
"Kan ada....yang lain juga kenapa harus aku" jawab Candy merendahkan diri ke kawan satu kelasnya.
"Siapa lagi, yang bisa" berbisik ke teman sebelanya Reza yang duduk di belakang Candy.
"Kalau tidak ada yang dapat menyelesaikan tugas ini, semua bapa hukum" pak Samsul dengan suara penuh ketegasan.
"Ayo...candy " suara siswa berharap Candy menyelesaikan tugas itu, teman-teman Candy percaya akan kemampuan Candy.
"Ya...baiklah...tapi maaf bila salah ya..." Candy melangkahkan kakinya ke arah papan tulis.
"Kamu pasti bisa " ucap Rahma teman sebangku Candy memberi semangat kawannya yang terkenal pandai bukan hanya di kelas tapi di satu angkatannya.
"Kalau sampe salah, semua saya hukum" dengan muka santainya pak Samsul seakan-akan menakuti siswanya yang mulai terlihat tegang.
"Kok...di hukum sih pa, baru juga bapak memberikan pelajarannya" jawab Bima juga di sertai suara siswa lainnya" ha....".
Tidak butuh waktu berapa lama Candy menyelesaikan tugas dari pak Samsul dengan cermat dan teliti dalam menghitung.
Candy berharap dapat menyelesaikan tugas dari pak Samsul dengan benar supaya teman- teman sekelasnya tidak mendapatkan hukum dari pak Samsul.
Selama dalam mengerjakan tugasnya candy bedo'a untuk di berikan kemudahan dari Allah.
"Mohon di periksa pak" Candy menyerahkan spidolnya ke pada pak Samsul yang berdiri disisi meja guru dan Candy melangkah menuju kursi untuk duduk kembali, hati Candy masih belum tenang.
Pa samsul memeriksa tugas yang di kerjakan Candy dengan teliti, untuk sesaat suasana kelas hening semua siswa berharap soal yang di kerjakan Candy benar tampa ada kesalahan.
"Selamat candy, hasilnya benar" pak Samsul dengan santai duduk di kursi guru, tersenyum puas akan hasil kerja Candy.
"Horee.... " selamat kita dari hukuman suara Malik mendominasi kelas terdengar gaduh.
Tampak wajah gembira seisi kelas dengan hasil kerja Candy, yang berarti tidak ada hukuman dari pak Samsul.
"Alhamdulillah" Candy mengusap dadanya, dalam benaknya bersyukur Allah memberi kemudahan untuknya juga teman satu kelasnya.
"Permen...terimakasih ya...kamu penyelamat" ucap Malik dengan menunjukkan jari jempolnya ke arah Candy tanda berhasil tampah ada hukuman.
Hanya senyuman yang Candy berikan kepada semua temannya sebagai tanda kerendahan hatinya.
"Hebat kamu, can..." Rahma menyikut tangan Candy yang terlihat biasa saja tidak membanggakan dirinya.
"Hanya kebetulan bisa" Candy dengan muka memerah karena malu dipuji cahma teman satu bangkitnya.
"Ini berkat do'a kalian semua juga, sehingga Allah kasih aku kemudahan" itulah Candy dengan segala kebaikkan dan kerendahan hatinya.
"Siapa yang belum paham bisa tanya Candy" pinta pak Samsul, meminta Candy membantu temannya yang belum paham materi yang di disampaikannya.
"Siap...Candy " ucap pak Samsul memberi ketegasan agar Candy mau membantu temannya dan meminta kesanggupannya.
"Siap, saya bantu pak" jawab Candy dengan malu menundukkan mukanya yang tidak ingin dilihat kawan-kawannya.
"Tolong tugas dari saya juga dikerjakan, biar tambah pinter "ujar pak Samsul terdengar jelas penuh penekanan.
"Kapan santainya pak tugas terus" tambah Malik mengeluarkan jurus usilnya dengan tangan menggaruk kepalanya yang ga gatal.
"Saat istirahatkan...kalian santai" tegas pak Samsul dengan nada sedikit tinggi agar terdengar oleh semua muridnya.
"Santai aja kali, pak ga usah ngegas " Malik dengan muka tanpa dosa berucap ke pak Damsul.
"Kalian ini kalau ga di gas kapan jalannya " pak Samsul dengan muka seriusnya.
"Hebat bapak... bisa juga kaya kita" ucap Malik mulai berdamai dengan ucapan pak Samsul.
"Motor saja, ga jalan kalau ga di gas apa lagi kalian kalau ga di tegasin kapan bisa menyelesaikan tugas dari saya" pak Samsul mulai ikut santai dan berkata seperti mengikuti gaya muridnya.
"Pasti kalian akan nembak terus, tar...tar" ujar pak samsul.
"Betul....betul...betul" jawab siswa kompak diiringi gelak tawa ha....ha...ha...
"Bapa berharap jangan ada yang tidak menyelesaikan tugas dari saya" pak Samsul dengan mata menyapu ke sepenjuru kelas.
"Siap....pak" jawab semua siswa kompak.
"Kalian harus banyak latihan karena udah kelas XII sebentar lagi lulus jangan sampe ada yang ga lulus " pak Samsul memberikan penjelasan.
"Permen...kapan bisa bantu kita" Malik dengan suara menyerupai toa musholah.
"Kapan pun kalian minta saya bantu" ucap Candy santai terdengar.
"Kalian kapan bisanya " Bima meminta kawan sekelasnya kompak.
"Besok, pulang sekolah gimana ?" ucap Reza mengusulkan.
"Ya..." kompak jawab semua siswa.
"Jangan ada yang sampai ga ikut" ucap Bima memberi penegasan.
"Seharusnya kalian bisa manfaatkan kepandaian kawan kalian untuk membantu yang lain" ucap pak Samsul menjelaskan.
"Candy ga pelit ilmu bapak rasa" ucap pak Samsul sambil merapikan buku yang akan dibawa ke ruang guru sebab waktu mengajar di kelas Candy cs akan berakhir beberapa saat lagi.
Ya...itulah sedikit banyak gambaran kelas Candy juga teman-temannya yang cukup bisa jadi cerita dengan keisengan juga kekonyol ala anak sma yang di bilang abg ga mau menjelang dewasa tapi juga belum bisa mandiri seperi mangga yang setengah matang ada manis tapi mendominasi asem.
Suara bel sekolah jadi tanda yang sangat di nantikan semua siswa bahkan sangat di tunggu-tunggu dan saat itu telah tiba, tanpa terkecuali Candy saat ini yang butuh asupan nutrisi untuk tubuhnya yang mulai merasakan lapar setelah banyak mikir dikelasnya dengan banyak tugas dari guru.
Seperti biasa kantin jadi tempat favorit siswa bukan untuk cari makan aja, banyak fungsinya dari tebar pesona adik kelas sampe kakak kelas, bolos saat jam pelajaran yang ga disukai dengan alasan sebab yang ngajar ga asik apalagi buat nongkrong lebih asyik lagi walaupun hanya sekedar cuci mata ga bayar, ternyata gunanya kantin banyak ya ...dari yang manfaat sape yang tidak guna ada.
Dari yang punya duit sampe yang minta di gratisan alias minta traktiran, kantin di sekolah Candy dan kantin sekolah yang lainnya mungkin ga beda fungsinya.
Di rumah candy
Seperti biasa Candy dan ayahnya saling membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah yang tanpa pembantu rumah tangga, sebab mereka hanya berdua, kedua mas Candy tinggal diluar kota hanya sesekali di waktu libur atau ada hal penting baru mereka berkumpul di rumah.
"Rencana mau lanjut kemana, cantik" ayah memulai berbicara ke Candy.
Saat ini ayah dan Candy sedang di dapur merapikan piring bekas selesai makan bersama karena hanya ada mereka berdua saat ini dirumah.
Candy tahu kemana arah pembicaraan yang ayahnya saat ini tanyakan, untuk kelanjutan pendidikan sekolahnya
"Minta do'anya, yah...inshaallah Can..akan masuk ke sekolah kedokteran....yah" dengan muka sedikit kecewa Candy menghindari tatapan mata ayahnya.
"Tapi...." Candy tidak melanjutkan bicaranya ke ayahnya.
"Ayah tahu, tidak usah cantik pikirkan itu" ayah mengajak Candy duduk di kursi makan, tangan ayah masih mengusap rambut Candy dengan rasa sayang.
"Itu udah ayah pikirkan, tidak usah dikhawatirkan" ayah menyakinkan Candy tentang biaya kuliahnya.
"Inshaallah...ada" ayah tersenyum menghilangkan rasa khawatir yang Candy rasakan bila berbicara tentang kuliah.
"Gimana dengan ayah nantinya" Candy mendekap ayah dengan suara sedihnya, Candy membayangkan ayahnya yang akan sendirian sedangkan anak-anaknya akan jauh dari ayahnya.
"Ayah...tahu...ayah akan seperti biasa..cantik" jawab ayah dengan santai yang di tunjukan ke Candy.
"Kedua masmu sudah mandiri dan tinggal menemukan jodohnya " ayah memberikan pengertian ke Candy agar tidak mengkhawatirkan keadaannya.
"Waktunya ayah fokus ke anak gadis ayah" ayah memeluk tubuh mungil Candy lebih erat lagi.
Tanpa di sadari keduanya meneteskan air mata, kalau ayah berpikir menggenang ibu Candy yang sudah mendahuluinya.
"Bu, anak gadisnmu sudah bukan lagi anak kecil yang mungil lagi tapi sudah akan jadi gadis yang mandiri" ayah berbicara dalam batinnya.
Tapi lain lagi Candy pikirannya saat ini" ayah adalah ayah yang hebat selalu ada buat kami anak-anaknya" dalam hati Candy bicara.
"Ayah.....terima kasih" dalam pelukan ayah Candy terisak mengeluarkan keresahan batinnya.
"Belajar yang rajin, biar tercapai harapan dan do'a ayah menyertai" kedua tangan ayah menangkup wajah imut Candy yang matanya makin meneteskan peluh beningnya.
"Aku akan berusaha ayah..." Candy mendekap ayahnya kembali penuh rasa sayang.
Ayah dan Candy makin larut dalam pikiran masing-masing yang satu sama lain, yang saling membanggakan dan tidak ingin membuat orang yang mereka sayangi kecewa.
Dimata ayah anak-anaknya sangat hebat dan membanggakan sebab mereka tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu tidak mereka dapatkan, tapi mereka tidak pernah membuat dirinya sebagai seorang ayah kecewa, mereka lebih menunjukan sikap yang mandiri, bertanggung jawab, sholeh dan sholeha, patuh, serta taat.
Sebaliknya dimata Candy ayah adalah cinta pertama seorang gadis sebelum mengenal sosok laki-laki yang akan menyayanginya suatu saat nanti.
Ayah dan kedua masnya adalah inspirasinya untuk jadi orang yang berhasil dan sukses, mereka pekerja keras bersemangat dengan kemampuan mereka sendiri dan pantang menyerah untuk meminta belas kasihan orang lain dan hanya ilmu yang mereka punya untuk mengangkat derajat mereka sendiri.
"Yah...Candy ingin seperti ayah" suara Candy memecah kesunyian diantara keduanya.
"Can...ingin seperti ayah, emang ayah seperti apa.." sambil tertawaa kecil ayah mengacak kasar rambut Candy yang tidak berkerudung.
"Ayah..kuat, tegar, penyabar dan penuh kasih sayang juga lembut " Candy dengan muka polosnya diperlihatkan.
"Ayah...se...sempurna itukah dimata Cantik.." ayah mengusap pipi Candy.
"Ya..." jawab polos Candy ke ayahnya.
"Can...ingin punya suami seperti ayah" Candy dengan malu menghindari tatapan mata ayah yang sedikit kaget.
"Ha.......ha..." tawa ayah yang merasa anak gadisnya bicara soal suami yang terdengar lucu.
"Sudah mulai gede rupanya anak ayah" ayah terus tertawa mendengar ucapan dari mulut mungil Candy.
"Ayah..." Candy malu dengan muka merah merona yang terlihat oleh ayahnya.
Sesaat kemudian suasana hening, mata Candy tertunduk malu dan tidak ingin melihat muka ayahnya karena malu.
"Cantik...ayah, ayah bukan ayah yang sempurna, ayah hanya ingin berusaha jadi ayah yang baik itu saja" ujar ayah santai menjelaskan keadaannya.
"Tapi...itu menurut ayah, di mata Candy ayah adalah ayah lelaki yang hebat setia lagi" Candy menunjukan rasa sayangnya.
"Boleh ayah tanya" ayah mulai menyelidik penasaran ke Candy.
"Boleh, ayah mau tanya apa?" Candy menjawab dengan santai dan menunggu apa yang akan ayahnya tanya ke dirinya.
"Sudah ada lelaki seperti ayah yang Can...mau" ucap ayah dengan suara menggoda Candy.
"Ih...ayah, ga ada yah" Candy malu ditanya seperti itu oleh ayahnya.
"Tapi kenapa, Can bicara itu" ayah mengoda Candy yang malu.
"Can..berharap aja, ga boleh gitu" ucap Candy santai tapi malu.
"Apa...sih yang ga boleh, boleh saja tapi saat ini waktunya belajar dan kejar cita-cita ok" ayah mengusap lembut punggung Candy.
Ayah diam dan memikirkan anak gadisnya yang sudah mulai gede, lelaki seperti apa yang akan menjadi pasangan anak gadisnya ini, dan apakah sosok yang bertanggungjawab atau yang lepas tanggung jawab ada rasa takut yang ada dalam bayangannya.
"Aku berharap sosok lelaki yang baik yang akan menjadi pasangannya, sebab aku mendidiknya dan mejaganya dengan baik dan dengan kasih sayang bukan yang kasar apalagi menyakitinya " dalam batin ayah berharap.
Ayah membayangkannya saja sudah ketakutan, dan merusaha menyudahi lamunannya dengan mengeluarkan napas kasarnya.
"Ayah..ke kamar dulu cantik.." suara ayah memecah kesunyian.
Candy sendiri masih asyik duduk-duduk yang sekarang sudah pindah ke sopa yang ada di ruang keluarga.
Drrrrt ...drrrt...
Suara dari wa grup keluarga Candy.
"Kangen 😶" mas Dimas.
"Sama ☺" Candy.
"kapan ketemu🤔" mas Iqbal dan mas Dimas .
"Ayah tunggu janjimu"
"👍" kedua masku.
"💞😘👏" Candy.
Candy senyum-senyum sambil membaca chat dari keluarganya, rindu saat kebersamaan itu yang selalu Candy kangenin, memang Candy bukan gadis yang manja tapi kedua masnya yang sangat menyayanginya dan perhatian itu yang selalu di rindukan Candy, candaan dan cerita-cerita yang mereka jalani saat jauh dari kelurga akan di ceritakannya saat mereka kumpul terkadang sampai lupa waktu dan hanya kumpul di satu tempat saja, kalau tidak di ruang keluarga pasti di kamar ayah, kenapa di kamar ayah sebab kamar ayah besar dan ayah yang mau kita tidur bersama ayah saat kumpul-kumpul.
Kata ayah dan masku aku adalah kesayangan mereka jadi menurutnya aku selalu jadi anak kecil yang tidak pernah gede-gede tapi soal pendapat berbeda mereka selalu bertanya terlebih dulu padaku tidak ambil keputusan saja itu yang membuat aku bangga sama keluargaku.
kalau kumpul kerjaan rumah juga berbagi dan dengan kesadaran sendiri juga kami mengerjakannya sebab ayah sudah mengajari kami semua itu jadi semua sudah pada posisinya masing-masing.
Rasa kangen Candy akan terbayar pas kedua masnya datang dan saat-saat itu akan di nanti dengan sangat berharap segera datang, semakin diharapkan semakin terasa lamanya waktu, tampa terasa kantuk yang di rasa Candy pun datang setelah lama saling membalas chat dari group keluarganya, Candy pun tertidur dengan hp masih di tangan Candy .
Ayah yang keluar dari kamar hanya tersenyum melihat anak gadisnya tertidur di sopa bukan di kamarnya, dan ayah hanya merapikan posisi tidur candy dan mengambil hp dari tangan Candy untuk di letakkan di meja yang tidak jauh dari sopa.
Itulah Candy yang masih saja polos di mata ayah dan kedua masnya belum ada perubahan dalam dirinya yang masih sibuk belajar tidak bertingkah yang membuat ayah dan kedua masnya pusing kepala.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!