NovelToon NovelToon

Revenge Of The Hidden Heir

Kota Florence

Di sebuah negara italia terdapat keluarga kecil yang mendirikan rumah sederhana di pinggiran kota Florence.

Pemilik rumah itu memiliki seorang istri yang cantik serta anak laki-laki yang cukup tampan dan cerdas.

Pada malam hari, sang istri tengah menunggu kepulangan anaknya, saat sang anak masuk, ia mendekat lalu mengelus pundak anaknya "Leo, kenapa kamu pulang selarut ini?, mama sudah memperingati mu untuk tidak perlu bekerja lagi," ucap Alesa sambil mengusap bahu Leo.

Leo menghela napas pelan, "Ma, Leo bisa mengatasi masalah pekerjaan sekaligus dengan tugas kampus, percayalah pada Leo," ucap Leo mencoba meraih kepercayaan Alesa.

Mendengar itu Alesa menghembuskan nafasnya, ia memeluk sang putra dan menyalurkan rasa hangat agar putranya tetap kuat untuk menghadapi kejamnya dunia.

Alesa sangat mengetahui jika Leo bekerja keras untuk menghidupi keluarganya, bahkan sejak sekolah menengah, Leo sudah mencari pekerjaan agar bisa membiayai sekolahnya sendiri.

Jika mengingat itu, Alesa sangat ingin mengeluarkan air matanya, tapi ia tidak boleh memperlihatkan sisi lemahnya dihadapan Leo.

Sedangkan Leo membalas pelukan Alesa dengan sangat erat "sekarang pergilah ke dapur, mama sudah menyiapkan berbagai makanan" ucap Alesa sambil melepas pelukannya dan mengelus kepala sang putra.

Leo juga melepas pelukannya, baginya mama adalah sumber energi dan penyemangat dikala dirinya sedang menghadapi cobaan yang begitu berat.

"Oh iya ma, kenapa daritadi Leo tidak melihat papa?," tanya Leo sambil menoleh ke kanan dan kekiri.

"Papa ada didalam kamar, dia sedang beristirahat. Sudahlah berhentilah mencari papa, mama tau kamu sudah kehabisan energi jadi pergilah makan dan kamu juga harus beristirahat dengan cukup" ucap Alesa sambil tersenyum dan menepuk pundak Leo.

Leo tertawa pelan dan mengangguk, ia pun pergi meninggalkan Alesa sendiri di ruangan itu "andai saja kehidupan mama seperti dulu, maka kamu tidak akan pernah mengalami situasi sulit seperti ini" gumam Alesa sambil menatap punggung Leo.

Alesa berusaha untuk tidak menitikkan air mata "sudahlah Alesa, mereka bukan keluargamu lagi, yang terpenting sekarang adalah kamu harus menjaga keluarga kecilmu ini." lanjut Alesa menyemangati dirinya sendiri..

Alesa pergi ke kamar dan melihat suaminya sedang tertidur pulas "maafkan aku, karena menikah denganku kamu menjadi seperti ini" gumam Alesa sambil mengelus pucuk kepala sang suami.

Saat pagi tiba, para keluarga itu bangun dan mengerjakan pekerjaan mereka masing-masing.

Sang suami merapikan diri untuk pergi bekerja, Alesa menyiapkan sarapan untuk suami dan putranya, sedangkan Leo baru saja akan berangkat ke kampus.

"Ma, Leo akan berangkat ke kampus, setelah itu akan pergi bekerja dan pulang sedikit terlambat, Mama tidak perlu menunggu Leo." ucap Leo sambil tersenyum dan melangkah pergi.

Alesa yang melihat itu mengeluarkan jurus mautnya agar putranya itu berhenti melangkah "sebelum kaki mu keluar dari pintu itu, kamu harus sarapan dulu Leo" ucap Alesa dengan mengerutkan dahinya hingga hampir menyatu.

Leo menghela nafas dan membalikkan tubuhnya "baiklah, ma" ucap Leo sambil melangkah dengan cepat.

Saat Leo duduk, Alesa mencoba membuka suara "Leo, bagaimana kehidupan di kampus,? tanya Alesa dengan hati-hati.

Leo yang tengah menyantap makanan menaruh kembali sendok yang ada di tangannya "semua baik-baik saja, apa mama masih tidak percaya pada Leo,?"

"Tidak, bukan seperti itu, mama hanya sedikit khawatir padamu" elak Alesa sambil memulai memakan hidangan yang ada didepannya.

Jam tangan Leo berbunyi dengan sangat keras, Leo yang mendengar itu merasa terkejut "gawat, sudah hampir terlambat, Leo berangkat dulu ma." ucap Leo dengan pergi tergesa-gesa.

Sedangkan sang suami baru saja keluar dari kamar, ia melihat ke kanan dan kekiri untuk mencari anak semata wayangnya itu "dimana Leo?" tanya Marvin pada Alesa.

"Dia baru saja berangkat dengan terburu-buru," ucap Alesa sambil menghidangkan makanan pada Marvin.

"Haha ... dia tidak pernah berubah" ucap Marvin sambil menarik kursi dan segera duduk.

***

Leo mengayuh sepedanya dengan tergesa-gesa, ia sedikit takut dengan dosen yang dirumorkan sebagai dosen killer.

Saat sudah mencapai gerbang depan, sebuah mobil menerobos masuk dan membuat Leo jatuh dari sepedanya.

Brakkk

Leo yang tidak sigap menabrak dinding pagar dan membuat punggung, siku dan lututnya berdarah "kenapa disaat seperti ini malah mendapatkan kecelakaan," gumam Leo sambil berusaha berdiri.

Orang yang di dalam mobil itu turun dan menghampiri Leo "hei kau!, berikan uang ganti rugi padaku, lihatlah, karena perbuatanmu, mobilku terkena goresan!" teriak orang itu dengan keras.

Leo berdiri dan membungkuk untuk membersihkan debu yang menempel di pakaiannya "ck, apa kau tidak bisa melihat?, kau lah yang lebih dulu menabrak ku" ucap Leo dengan datar.

Orang itu melihat Leo dari ujung kepala sampai ujung kaki, ia menatap Leo dengan remeh karena pakaian yang di gunakan Leo terlihat sangat lusuh "pantas saja perilaku mu buruk, ternyata hanya orang miskin yang sedang mengandalkan keberuntungan" ucap orang itu dengan nada sombong.

Leo yang mendengar itu langsung berdiri dengan tegap "ah ... ya, walau aku tidak mempunyai harta, tapi aku bangga bisa memasuki kampus ini dengan usahaku, tidak seperti seseorang yang tidak memiliki kecerdasan, selalu menghamburkan duit keluarga dan dia sama sekali tidak berguna dalam keluarga itu." ucap Leo sambil menatap datar orang yang ada di hadapannya.

Orang itu menatap Leo dan ia harus mendongakkan wajahnya, karena Leo sangatlah tinggi untuknya.

Leo memiliki proporsi tubuh yang bagus, ia mempunyai tinggi 180 cm, serta berkulit putih dengan mata berwarna biru, hidung mancung dan memiliki rambut berwarna silver keemasan dengan perpaduan hitam.

Walau memakai 3 warna rambut, Leo bahkan jauh terlihat lebih tampan dengan warna rambut yang seperti itu, menurut teman sekelasnya, rambut itu tidak bisa ditiru oleh siapapun, seolah warna itu memang diturunkan untuk Leo, dan siapapun yang melihat akan terpesona oleh ketampanan yang dipancarkan oleh Leo.

Orang itu begitu marah ketika mendengar perkataan Leo, ia tidak perduli dengan perbedaan tinggi badan yang sedikit jauh dari Leo, baginya Leo adalah hama yang harus di singkirkannya "kau!, orang miskin berani-berani nya melawanku!" teriak orang itu dengan marah.

Mahasiswa lain berkumpul dan ingin melihat siapa yang berkelahi dan ternyata mereka semua mengenal orang itu "lihatlah, dia menindas orang lagi"

"Sudahlah, jangan ikut campur jika kau tidak ingin terkena masalah"

Orang-orang yang awalnya melihat langsung membubarkan diri karena mereka tau siapa yang sedang di hadapi oleh Leo.

"Aku tidak perduli, itu urusanmu" ucap Leo dengan datar sambil mengambil sepedanya dan meninggalkan orang itu sendirian di depan gerbang.

"Sial!, dia meninggalkanku begitu saja?, dia meremehkan ku?," gumam orang itu sambil menatap punggung Leo yang semakin menjauh

"Kali ini kau bisa lolos, tapi tidak untuk yang kedua kalinya, aku akan membuatmu keluar dari kampus ini" gumam orang itu dengan kesal sambil mengepalkan kedua tangannya.

Bersambung ...

Leo Varrow Z

Leo yang memiliki sifat cuek tidak memperdulikan perkataan orang lain, ia hanya ingin belajar dan masuk ke perusahaan besar agar bisa menghasilkan uang yang banyak.

Tapi sepertinya, keinginan itu tidak mungkin bisa terkabul dengan mudah, karena dirinya baru saja menyinggung seorang tuan muda kaya raya. Dan kebetulan orang itu adalah anak pemilik kampus tempat dimana Leo menimba ilmu.

Leo menaruh sepedanya, dan pergi menuju ruang kelas, "huft, aku tidak perduli apa yang akan dia lakukan, tetapi yang pasti, aku tidak akan membiarkannya menghancurkan semua kerja kerasku." gumam Leo yang berjalan masuk kedalam kelas.

Beruntung saat masuk kelas, dosen yang menyandang gelar killer belum terlihat di dalam kelas dan hal itu membuat Leo merasa lega.

Pelajaran yang di ambil oleh Leo adalah mengenai bisnis, ia yang baru saja bergabung dalam kelas ini ingin memperdalam ilmu bisnis agar bisa ahli dalam bidang bisnis.

Leo yang hidup dalam keadaan sulit, belajar mengenai berbagai bidang, hal-hal yang tidak mungkin di lakukan oleh orang miskin, mampu di terobos oleh Leo. Bagi Leo tidak ada hal yang tidak mungkin untuk di capai jika seseorang itu memiliki kegigihan yang tinggi.

Saat dosen itu masuk, matanya menyusuri seluruh ruangan, dan pandangannya terhenti pada Leo.

Deg

"Terlihat sangat familiar" batin dosen itu

"Perkenalkan, saya Axel Austin V, mulai hari ini saya akan mengajar dalam pelajaran ini, jadi untuk kedepannya semoga kalian bisa lulus dalam pelajaran saya, dan ya ... sekarang kalian bisa memperkenalkan diri," ucap Axel sambil berdiri di tempatnya.

"Apa ini?, tidak biasanya dosen meminta hal seperti itu, walaupun kita memperkenalkan diri hari ini, belum tentu besok kita akan masuk ke kelas ini lagi"

"Sudahlah, ikuti saja kemauannya, kau tidak mungkin tidak masuk ke dalam kelas ini, karena ini adalah SKS yang sangat kita butuhkan"

"Kau benar, aku tidak ingin mengambil resiko karena aku mendengar gelar yang disandang nya yaitu Axel si dosen killer"

Para mahasiswa tidak ingin mengambil resiko apapun, mereka tidak membantah dan mulai memperkenalkan diri satu persatu.

Kini sampailah giliran yang ditunggu-tunggu "Leo Varrow Z" Leo berdiri dan memperkenal kan dirinya, seluruh mata mahasiswa tertuju padanya.

Ketampanan Leo mampu membuat seluruh mahasiswa terkagum-kagum.

Axel terkejut ketika Leo memperkenalkan diri "Varrow?, dia juga memiliki nama belakang Z, atau jangan-jangan dia ... ?" batin Axel

"Boleh saya tau dari mana kamu mendapat nama Varrow?, dan apakah Z itu nama keluargamu?" tanya Axel sedikit penasaran

Leo yang mendengar itu mulai mengeryitkan dahinya, "Pak, sebelumnya saya meminta maaf, sepertinya saya tidak punya kewajiban menjawab pertanyaan itu, faktanya ini tentang keluarga saya dan itu adalah hal yang sangat sensitif untuk di katakan didepan umum" jawab Leo dengan sopan sambil membungkuk sebagai permintaan maaf.

Para mahasiswa terkejut mendengar Leo menolak untuk menjawab, mereka bahkan mulai berbisik-bisik mengenai kepribadian Leo.

"Wah, aku mengaku dia sangat tampan tapi darimana keberanian itu muncul, dia bahkan dengan santai menolak menjawab pertanyaan pak Axel"

"Dia orang pertama yang menolak menjawab pertanyaan pak Axel, menurutmu bagaimana hari-harinya didalam kelas ini?"

"Tamat sudah, berani-beraninya dia menyinggung pak Axel"

Axel yang mendengar itu tersenyum canggung "ah ... maafkan saya sudah bertanya terlalu jauh, baiklah, kamu bisa duduk kembali" ucap Axel sambil membuka bukunya dan mulai mengejar.

Seluruh mahasiswa yang ada di kelas itu terkejut mendengar Axel meminta maaf dengan sangat mudah, sebelumnya mereka mendengar bahwa dosen killer itu bahkan tidak membiarkan siapapun menolak menjawab pertanyaannya, jika tidak, mereka akan mendapat hukuman dari Axel.

Leo yang mendengar permintaan maaf itu mengangguk dan kembali duduk, ia tidak memperdulikan bisikan-bisikan didalam kelas itu, menurutnya yang paling penting adalah belajar dan terus belajar.

Setelah pelajaran selesai, Leo langsung keluar dari kelas dan saat dirinya berada didepan pintu, ia dihadang oleh seseorang

"Minggir lah, kamu menghalangi jalanku, " usir Leo dengan nada dingin.

Orang itu terlihat sangat kesal, ia tidak terima Leo dengan berani memerintahnya, "kau sungguh berani memerintah ku? kau tidak tau siapa pemilik kampus ini?" tanya orang itu dengan nada sombong.

"Jika aku tidak tau, maka aku tidak akan pernah masuk kedalam kampus ini" jawab Leo dengan datar.

Axel yang melihat para mahasiswa tidak keluar langsung menoleh kearah pintu, ia melihat Leo sedang di cegat oleh anak pemilik kampus, ia ingin menghentikan perdebatan itu, tapi siapa sangka Leo berani melawan mereka.

"Artinya kau tau siapa aku, lalu kenapa anak miskin sepertimu bisa bersikap sombong di hadapanku?" tanya orang itu dengan nada sombong.

"Kau bukanlah pemegang kendali kampus ini, jadi untuk apa aku takut padamu?," tanya Leo dengan sorot mata tajam.

"Kau ini!" ucap orang itu dengan kesal lalu melemparkan pukulannya di ke wajah Leo.

Axel terkejut dan ingin menghentikan pertengkaran itu, tapi ia justru melihat hal yang tak terduga lainnya.

Leo menangkap tangan orang itu dengan sangat cepat "walaupun aku miskin, aku mempelajari berbagai hal, jangan pernah meremehkan orang miskin sepertiku" ucap Leo dengan datar dan menghempas tangan orang itu dengan kasar.

Walaupun Leo bisa mengatasinya, Axel sebagai dosen tidak akan membiarkan sesama mahasiswa saling membenci "Lakrain Ziler, aku akan memberimu tugas tambahan" ucap Axel yang muncul di belakang Leo.

Rain terkejut mendengar suara itu, ia tidak menyangka kelas yang di tangannya adalah kelas sang dosen killer.

"Sial!, kenapa harus dia!" batin Rain takut

Pasalnya tidak ada yang bisa membantah peraturan atau hukuman yang di berikan oleh Axel, termasuk keluarga Ziler sendiri.

"Ta-tapi pak, bagaimana bisa aku mendapat hukuman kalau aku tidak mengikuti kelasmu?" tanya Rain dengan sedikit takut.

"Rain, kau tidak lupa aku mengajar di kelas apa saja bukan?" tanya Axel sambil tersenyum.

Rain teringat, dosen yang ada di hadapannya ini sangatlah multi talenta, di usia muda, ia sudah bisa menjadi dosen bahkan dosen yang sangat di takuti di universitas Standziler.

"Sekarang pergilah!" usir Axel dengan senyuman di sertai tatapan tajam.

Rain pergi dengan ketakutan, sedangkan Leo menoleh kebelakang "terimakasih pak Axel" ucap Leo sambil membungkukkan tubuhnya dan pergi dari hadapan Axel.

Para mahasiswa yang belum keluar tidak berani ikut campur jika itu menyangkut Rain, karena itulah mereka hanya diam dan setelah mendapat bantuan Axel, mereka bernapas lega membubarkan diri.

Tidak hanya itu, mereka juga menyebarkan rumor tentang Axel yang mendisiplinkan anak dari pemilik kampus.

"Dia sangat mirip dengan seseorang, aku harus memberitahukan hal ini pada papa " gumam Axel sambil menatap punggung Leo.

Bersambung ...

Nasib Sial dan Nasib Baik

Leo berjalan dan duduk di kursi taman, ia sempat termenung karena memikirkan kehidupan yang menurutnya tidak adil "kenapa nasibku sangat berbeda dengan orang-orang yang ada di kampus ini?" batin Leo sambil menengadahkan kepalanya sambil menatap langit.

Sesekali ia selalu berpikir demikian, hidup yang dijalaninya sungguh sangat sulit, jika itu orang lain, mereka akan langsung melompat dari tepi jurang.

Leo juga hampir memikirkan hal yang sama, lalu seseorang menolongnya dan memberinya arahan untuk selalu mengingat kehidupan orang tuanya sangat sulit untuk menghidupi anak semata wayang mereka. Sejak saat itu juga Leo berpikir untuk belajar apapun agar bisa membuat kedua orang tua bangga padanya.

"Tidak Leo, kamu tidak boleh menyerah, kamu bukanlah orang pengecut. Ingat, kehidupan yang pernah kamu jalani bahkan jauh lebih sulit dibandingkan masalah yang kamu hadapi sekarang ini. Jadi kamu tidak boleh menyerah begitu saja," gumam Leo memberi semangat untuk dirinya sendiri.

Di sudut dinding, seseorang tengah menatap Leo dengan sangat dalam "kenapa dia mirip sekali dengan orang itu?, aku benar-benar penasaran, apa mereka masih hidup atau sudah tiada?, informasi yang aku dapatkan dulu mengatakan bahwa mereka masih belum memiliki anak, tapi bagaimana bisa pria itu mirip sekali dengan mereka?" gumam orang itu sambil berpikir, lalu dengan cepat mengambil gambar Leo dan mengirimkan nya pada seseorang.

"Baiklah Leo, sekarang waktunya untuk masuk kelas, setelah itu kamu harus berangkat bekerja," gumam Leo sambil beranjak lalu berjalan kearah kelas yang akan diikutinya

Leo adalah mahasiswa yang paling populer di kampus, tapi ia mengajukan cuti untuk bekerja agar bisa membantu keuangan keluarga.

Hari itu adalah hari pertama Leo kembali ke kampus dan keesokan harinya ia justru bersitegang dengan anak pemilik kampus.

Memikirkan masalah itu saja sudah membuat Leo semakin pusing, tapi ia harus menjalankan rutinitas dengan normal agar tidak mengganggu konsentrasi belajarnya.

Leo masuk kedalam kelas berikutnya, setelah dua jam berlalu, akhirnya kelas berakhir dengan tenang.

Semua orang sudah keluar dari kelas, sedangkan Leo tidak beranjak dari tempat duduknya, ia justru menempelkan wajahnya di meja sambil memejamkan mata.

Rain dan teman-temannya yang melewati ruangan itu melihat Leo sendiri yang sedang tertidur pulas, ia tersenyum smirk seperti memiliki ide licik.

Brakkk

Rain menggebrak meja Leo, sedangkan Leo tidak bereaksi sama sekali, ia bahkan tidak terlihat seperti ada kejadian apapun.

Rain merasa kesal karena melihat Leo tidak meresponnya "hei anak miskin, aku belum memberimu pelajaran karena pak Axel melindungi mu, tapi sekarang dia tidak ada disini, jadi kau tidak akan lolos dengan mudah" ucap Rain sambil tersenyum.

Leo terlihat sangat kesal, ia benci berurusan orang-orang yang menyulitkan nya, bahkan ia tidak suka memakai jalur kekerasan.

Leo terbangun dan mengangkat tasnya, namun lagi-lagi Rain menghalangi langkah kaki Leo "minggir!" ujar Leo dengan tegas. Wajah kesalnya bahkan terlihat tampak sangat jelas.

Namun, Rain dan teman-temannya justru semakin bersemangat untuk mengganggu Leo.

"Aku tidak perlu memperjelas statusku disini, jika kau tidak ingin aku mengganggumu maka segera keluar dari kampus ini." ucap Rain dengan nada sombong.

"Aku tidak perduli!" ucap Leo tegas sambil memutar bola mata dengan malas.

Saat Leo hendak melangkahkan kakinya lagi, Rain kembali menghadang Leo "sudah ku katakan, kau harus setuju dengan perkataanku." ucap Rain dengan sombong.

Leo yang tidak ingin terlambat pergi bekerja, langsung memegang tangan Rain dan membantingnya.

Brukkk

Bunyi itu terasa sangat kuat, orang yang mendengarnya bahkan menutup mata mereka lalu mengintip dan melihat Rain tengah terbaring di lantai.

"Aku peringatkan sekali lagi!, jangan pernah menggangguku!" Leo mengatakannya dengan sorot mata yang tajam.

Orang-orang tercengang melihat keberanian Leo melawan anak pemilik kampus, mereka tidak tau harus menampilkan wajah bahagia atau menangis, faktanya, siapapun yang tidak menuruti perkataan Rain, maka kehidupannya di kampus akan sangat sulit.

Leo melangkahi tubuh Rain, lalu saat temen-teman Rain ingin membalas, Leo melirik mereka dengan tajam hingga mereka takut dan memilih untuk membantu Rain.

Rain termenung karena terkejut, ini adalah pengalaman pertama kali untuknya "sialan!, lihat saja, aku akan membuat hidupmu menderita!" geram Rain sambil melihat punggung Leo.

Leo mengambil sepedanya dan mengayuhnya dengan perlahan, sampai di sebuah cafe, Leo menaruh sepedanya di parkiran lalu masuk kedalam.

Barista cafe yang melihat Leo tiba, ia pun langsung menghampiri Leo "bos baru sudah berada disini, ia mengatakan ingin menemui seluruh pegawai cafe, jadi cepatlah pergi untuk menemuinya," ujar Virly sambil memukul pelan pundak Leo.

Leo mengangguk dan bergegas menuju ruangan sang pemilik cafe "permisi pak" ujar Leo sambil mengetuk pintu.

"Masuk" sahut pemilik cafe.

Leo membuka pintu dan ketika melihat postur tubuh orang itu, betapa terkejutnya Leo "bapak?" ucap Leo mematung di depan pintu.

Sang pemilik cafe yang sedang menunduk segera menengadahkan kepalanya, lalu ia pun juga ikut terkejut melihat Leo berada di cafe miliknya "Leo?, kamu bekerja disini?" tanya pemilik cafe yang tak lain ada Axel.

Leo tidak menjawab, ia hanya mengangguk dan segera duduk didepan Axel.

Walau sudah terpisahkan oleh meja Axel tampak terlihat canggung, ia yang sedari awal sangat penasaran, kini memiliki kesempatan untuk membuat Leo berbicara sendiri mengenai keluarganya.

Axel memiliki ide cemerlang, ia memiliki rencana yang super bagus "Leo, sudah berapa lama kamu bekerja di cafe ini?" tanya Axel dengan wajah serius.

"Sudah satu tahun pak" jawab Leo dengan santai.

"Baiklah, karena kamu sudah berpengalaman, bagaimana jika saya menunjuk kamu sebagai manager cafe ini, apa kamu setuju?"

Leo terlihat binggung "tapi pak, bagaimana bisa seperti itu?, bapak bahkan belum mengenal saya" ucap Leo dengan binggung.

"Kamu masuk kedalam kampus elit di negara ini dan itu bukanlah hal yang mudah untuk di capai, jadi tentu aku bisa mempercayakan cafe ini padamu. Tenang saja, saya akan menaikkan gaji kamu" ucap Axel sambil tersenyum.

"Jika aku menahannya disini, otomatis aku bisa menyelidiki semuanya dengan sangat mudah," batin Axel.

Leo yang mendengar itu terlihat sangat bahagia "baik pak, terimakasih." ucap Leo sambil berdiri dan membungkuk.

Axel beranjak dari kursi lalu berdiri di samping Leo "Ini nomorku, mulai sekarang aku mempercayakan cafe ini padamu," ucap Axel sambil menyerahkan nomor ponselnya dan menepuk pelan pundak Leo.

"Sekali lagi terimakasih pak" ucap Leo sambil tersenyum tipis.

Dalam satu hari, Dirinya bisa mendapatkan 2 hal yang sangat berbeda, yaitu nasib sial dan nasib baik.

Bersambung ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!