NovelToon NovelToon

Menikah Kontrak Dengan Tuan Muda

Pengenalan Tokoh dan Prolog

Pengenalan Tokoh

Eylina Riyanti atau lebih akrab dipanggil Eylin, adalah seorang gadis telat dewasa berusia 24 tahun, tidak pernah mengenal cinta karena setiap hari, siang malam ia hanya sibuk bekerja dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, membayar sekolah adiknya dan juga biaya berobat ibunya. Semua rutinitasnya membuatnya tak pernah punya kesempatan untuk mengenal cinta. Walau hanya sebentar saja.

****

Ibu Eylina bernama Santi, wanita cantik berusia 45 tahun.

Sudah 5 tahun lebih Ia tidak bisa beraktivitas banyak, karena penyakit ginjal yang di deritanya. Karena penyakit itu pula ia harus menjalani cuci darah setiap seminggu sekali.

Suaminya meninggalkannya dan menikahi perempuan lain saat ia baru saja melahirkan anaknya yang kedua.

****

Dara Cintya, adalah adik dari Eylina. Gadis kecil berusia 14 tahun yang masih duduk di bangku SMP.

Hidup yang begitu keras membuatnya tumbuh menjadi gadis yang tangguh.

Untuk membantu kakaknya, Ia memutuskan untuk berjualan kue saat pulang sekolah. Meski Eylina sudah sering melarangnya, tapi ia tak mau mendengarkannya.

****

Morgan Wiratmadja, adalah seorang pria kaya raya yang memiliki segalanya. Ia tidak percaya akan cinta, kehidupan merenggut cintanya dengan begitu tragis. Dan untuk alasan itu ia juga menolak untuk jatuh cinta. Baginya cinta hanya akan merepotkannya saja. Hanya meninggalkan luka yang tak pernah ada penawarnya.

Saat ini, wanita, baginya hanyalah koleksi semata. Ya, Morgan suka bergonta - ganti wanita setiap malam. Menyukai dunia malam, berfoya - foya dan memperbudak wanita bersama teman - temannya.

****

Suatu hari Ayah Morgan memintanya untuk menikah, jika ia ingin menggantikan Ayahnya memimpin perusahaan.

Ibu Morgan berniat menjodohkannya dengan Bella Fellisha, yang merupakan anak dari salah satu sahabatnya.

Namun ditolak mentah - mentah oleh Morgan.

Morgan memilih untuk mencari sendiri wanita yang akan dinikahinya. Tentunya hanya sebatas status saja. Tapi Ia tetaplah manusia biasa, yang hanya bisa menjalani takdir dari Sang Maha Pencipta. Siapa sangka ia akan terjerat dalam permainan yang diciptakannya sendiri.

Jatuh cinta begitu dalam pada sesosok gadis yang menjadi tawanannya

*****

Suatu Pagi

Seorang gadis berambut lurus sebahu sedang berlari setelah turun dari bis. Ia menuju ke sebuah cafe kecil dipinggir jalan tempat dirinya bekerja.

Aaa tidak, gue hampir telat lagi. Eylina mempercepat laju larinya setelah menengok arloji yang melingkar ditangannya, dan ....

Ting ....

Nyaris saja, kurang 1 detik lagi dirinya hampir dipotong gajinya karena sudah lebih dari tiga kali telat.

"Lo darimana aja sih Lin?" Sista hanya menggeleng - gelengkan kepalanya melihat sahabatnya yang berantakan dan terduduk di bawah mesin finger.

"Pakai nanya lagi lo, gue baru pulang kerja lah," jawab Eylina dengan nafas masih ngos - ngosan. Selain bekerja di cafe, Eylina juga bekerja di sebuah klub malam.

"Yaudah lo istirahat aja dulu sana, biar gue yang beresin ini," usir Sista kemudian. Sista adalah sahabat terbaik bagi Eylina. Ia yang selalu ada saat Eylina susah. Sista juga yang bersedia menjadi tempat peminjaman uang bagi dirinya.

Bahkan sudah tak terhitung lagi, berapa jumlah yang sudah ia pinjam dari sahabatnya itu.

"Sis, thankyou banget ya. Lo emang sahabat gue yang terbaik. Muah ...." Eylina merangkul lalu mencium pipi sahabatnya. Hal yang sudah menjadi kebiasaannya saat menerima kebaikan dari gadis manis berkulit kuning langsat dan berambut ikal itu.

"Iya ... iya, yaudah sana. Muka lo pucat tuh." Sista melakukan gerakan mengusir dengan tangan agar sahabatnya segera pergi dan memanfaatkan waktu yang ada dengan baik. Biasanya Eylina akan tidur sebentar sebelum cafe buka. Dan juga sebelum atasan mereka datang tentunya.

Saat pagi hari cafe memang biasanya hanya dijaga dua orang staf saja, dan empat orang waktu sore. Karena pengunjung di waktu sore jauh lebih banyak, terlebih lagi saat weekend.

Sista melanjutkan pekerjaannya, menyiapkan segala yang dibutuhkan, merapikan meja, mengelap kaca,menyapu, mengepel lantai dan lain - lain.

Dddrrrrttt ... ddrrrrttt

HP di dalam saku celananya bergetar. Matanya terbelalak saat sebuah notifikasi masuk dari grub yang ia ikuti di media sosialnya.

Haaaahhh?

Ini nggak salah?

Gila apa? Putra dari konglomerat paling kondang di negri ini sedang mencari jodoh?

Emangnya nggak ada yang mau sama dia apa? Gue juga mau ....

Eh tapi kan gue udah punya Rony ....

Ahh iya, Eylin. Eylin harus tau ini. Siapa tau jadi takdirnya. Batin Sista. Ia sangat bersemangat untuk memberitahu sahabatnya itu.

Ia lalu meninggalkan pekerjaannya dan berlari ke ruangan tempat penyimpanan bahan baku, tempat dimana Eylina sedang merajut mimpi.

Ceklak ....

Sista membuka pintu dengan keras, tapi gadis berkulit putih itu tak terganggu sedikitpun.

Ahh Eylin ... segitu ngantuknya lo ya? Sista memandangi sahabatnya yang tidur pulas di lantai. Ia heran, Eylina bisa tidur sepulas itu walau hanya beralaskan kardus bekas.

Ia lalu menggoyang - goyangkan bahu sahabatnya agar bangun dan bersiap - siap karena sebentar lagi cafe akan buka.

"Eylin, Lin bangun Lin." Sista sebenarnya kasihan melihat hidup Eylin yang begitu keras. Ia tahu betul bagaimana sahabatnya menjalani hidupnya.

Meski ia sendiri juga hidup susah dan tinggal sebatang kara, tapi baginya hidupnya masih lebih mudah ketimbang sahabatnya itu.

"Hhhoooaammm ...." Eylina berusaha bangun lalu mengucek matanya.

"Sorry ya Sis, gue selalu bikin lo susah." Ia sadar karena dirinya, Sista setiap pagi harus bekerja menyiapkan segalanya sendiri. Sedangkan mereka sama - sama mendapat gaji dengan jumlah yang sama.

"Apaan sih lo? Eh iya lihat nih! Lo tau kan anak dari konglomerat kondang yang sering masuk TV itu?" Sista antusias menunjukkan foto seorang laki - laki tampan menawan dengan dibalut setelan jas hitam mewah nan berkelas.

"Siapa dia?" Eylina mengernyitkan dahinya, berusaha mengenali sosok dalam foto. Dunianya yang begitu keras membuatnya tidak pernah menonton TV ataupun hanya bermain media sosial. Baginya memiliki waktu untuk tidur saja itu sudah cukup.

"Astaga ... itu lho Lin, Morgan Wiratmadja. Anak konglomerat nomer satu di Indonesia," ucap Sista dengan penuh penekanan.

Wajah antusias Sista lalu berubah, saat menyadari bahwa sahabatnya tidak mungkin tau yang dia maksud.

"Ya udah lupain tentang siapa dia, yang perlu lo tau tuh ini nih." Sista menunjukkan slide selanjutnya yang berisi pengumuman jika laki - laki tampan dan kaya raya itu sedang mencari jodoh.

"Apa - apaan sih lo Sis? Maksud lo, lo mau nyuruh gue daftar jadi calon istrinya dia gitu?" Eylina tak habis pikir dengan jalan pikiran sahabatnya itu.

Jangankan menjadi jodohnya, melihat gue aja dia bisa muntah - muntah. Batin Eylina.

"Ya nggak papa kali Lin, siapa tau dia milih lo." Masih berusaha dan bersikeras merayu Eylina.

"Lo nggak lihat dia siapa? gue siapa? lo bilang dia anak dari konglomerat kondang. Nah gue? Gue cuma serpihan debu Sis. Saingannya juga pasti banyak, mereka juga pasti cantik - cantik. Gak bulukan kayak gue gini." Sadar jika dirinya hanya rakyat jelata. Eylina tak berani bahkan hanya untuk mencoba - coba.

"Urusan itu gampang, gue akan pinjemin lo gaun terbaik yang gue punya. Lo tuh udah cantik, cuman perlu dandan dikit doang pasti sempurna deh. Lo tinggal datang aja ke gedung ini nih. Besok lo bolos aja, biar kerjaan ntar gue yang urus." Sista berusaha keras membujuk sahabatnya.

Eylina terlihat berpikir sejenak, Ia manggut - manggut sendiri.

Baiklah, akan kucoba. Eylina.

"Oke baiklah, gue bakal coba daftar jadi calon istri tuan muda yang kata lo anak konglomerat paling kaya itu. Tapi lo harus tanggung jawab ya, kalau gue dilempar sama para penjaga gedung itu. Ada - ada aja!" Eylina melirik kesal pada sahabatnya. Terkadang memang saran dari Sista suka tidak masuk diakal. Sejak dulu Sista yang selalu heboh mencarikan jodoh untuk dirinya. Hal yang terkadang membuat Eylina jengkel setengah mati.

Tapi hanya Sista satu - satunya sahabat yang sangat mengerti keadaannya.

Ketika semua orang memandang rendah dan hina pada dirinya, maka Sista seperti seorang peri penjaga yang selalu menguatkannya.

Ikatan persahabatan dirinya dan Sista sudah begitu erat.

Begitulah hubungan mereka, sudah seperti keluarga.

Bahkan tak jarang Sista juga yang mengantarkan dan menemani Santi ke rumah sakit untuk cuci darah.

💗💗💗💗💗💗

Pertemuan Tak Terduga

Sore itu setelah pulang kerja, Sista membawa Eylina ke rumahnya. Rumah kecil yang merupakan peninggalan dari mendiang orang tuanya.

Ia sengaja mengajak Eylina untuk memilihkan baju yang pas untuk dipakai gadis itu besok.

"Nih Lin lo buka pintunya." Sista menyerahkan kunci rumah pada Eylina. Sementara dirinya memasukkan motornya ke dalam garasi kecil khusus motor.

Ceklak ....

Tanpa menunggu Sista, Eylina masuk dan merebahkan tubuhnya di kursi ruang tamu.

"Ya elah, lo nggak bisa apa nggak rebahan gitu. Capek banget lo ya?" Gadis dengan rambut ikal dan lebih cenderung keriting itu lalu duduk di kursi tak jauh dari sahabatnya.

"Gue kadang capek banget sama hidup gue Sis, gue kerja keras siang malam tapi gue tetep nggak punya duit kayak gini. Nyusahin lo, banyak utang sama lo. Dan lagi, adek gue si Dara. Dia harus berjualan kue keliling buat uang saku dia tiap hari. Gue kadang nggak tega lihatnya." Eylina menarik nafas dalam dan menghembuskannya, lalu menatap kosong langit - langit atap ruang tamu Sista.

"Sabar ya Lin, percaya deh ... suatu saat lo juga pasti bahagia. Gue yakin kok roda kehidupan itu berputar."

Sista tau, Eylina adalah gadis yang kuat dan pantas untuk bahagia. Dirinya percaya, Tuhan akan memberikan yang terbaik di waktu yang tepat.

Seperti Rony yang hadir dalam hidupnya.

Saat ia dalam kondisi sangat terpuruk karena harus kehilangan kedua orang tuanya dalam waktu yang bersamaan, Tuhan mengirimkan sosok Rony dalam hidupnya.

Memberi warna dan meramaikan hari - harinya.

Rony adalah calon suami Sista, seorang supervisor di salah satu restoran yang letaknya tidak jauh dari tempat kerja Sista.

"Ya udah ke kamar gue yuk, lo pilih sendiri gaunnya." Sista menarik tangan Eylina.

Membuat sahabatnya mau tidak mau harus bangun.

Eylina berjalan gontai mengikuti langkah kaki sahabatnya.

"Nih, lo pilih yang mana aja." Sista menunjukkan koleksi gaunnya pada Eylina.

Sementara gadis berkulit putih bersih itu hanya membolak balikkan baju yang tergantung di lemari dengan malas.

"Gue nggak yakin deh Sis, kita batalin aja ya?" pinta Eylina dengan putus asa, ia berjalan mendekati Sista yang sedang duduk di atas tempat tidurnya.

"Lo gimana sih? Pikirin tuh yang positif - positif dong. Nih ya, siapa tahu tuan muda tampan itu terpesona sama lo." Sista memegang kedua pipinya sambil menghayal.

"Itu cuma ada di sinetron kali Sis, dalam dunia nyata mana ada? Suka nggak masuk akal kalau ngomong." Eylina memonyongkan bibirnya.

"Ya, kan gue bilang siapa tahu? Sensitif amat jadi orang," ledek Sista.

Akhirnya setelah perdebatan panjang antara dua sahabat itu, mereka memilih gaun panjang berwarna tosca dengan bahu terbuka.

****

"Gue pamit dulu ya Sis." Dengan malas Eylina keluar dari rumah sahabatnya.

Tubuhnya masih sangat lelah setelah bekerja seharian. Dan sebentar lagi ia masih harus berangkat kerja lagi di klub malam.

"Mau gue anterin?"

Sista yang tidak tega melihat sahabatnya berjalan gontai itu pun akhirnya menawarkan diri.

"Nggak usah Sis, gue pulang naik angkot aja." Eylina lalu berjalan semakin menjauh. Sampai tak terlihat oleh mata Sista.

Berjalan menyusuri jalanan yang mulai sepi.

Ia beberapa kali menengok arloji murahan yang melingkar di tangannya.

Ya Tuhan, udah jam segini aja sih. Kalau harus pulang dulu, nanti bakal telat ke klub. Tapi kalau nggak pulang, kasian Ibu sama Dara. Mereka pasti nyariin. Batin Eylina.

Ia lalu merogoh ponsel butut miliknya yang ada di dalam tas.

Menekan nomor untuk menghubungi adiknya.

Ia menempelkan ponsel itu ke telinganya.

Tiiinn ... Tinnn ....

Sebuah suara klakson mobil mengagetkannya, dan ponsel yang ia pegang pun terlempar dan terlindas mobil tersebut.

Ciiiitttt ....

Mobil mewah dengan warna hitam itu kemudian mengerem dan berhenti tak jauh dari tempat Eylina berdiri. Namun pemilik mobil tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

"HEY! Keluarlah!" teriak Eylina seraya menggedor kaca pintu mobil.

Namun karena tak kunjung mendapat respon ia pun semakin berani. Bagaimanapun benda yang baru saja terlindas mobil itu adalah benda yang berharga bagi seorang Eylina.

"Hey, apa kalian tuli?" Ia memeriksa ke dalam mobil dengan mengintip dari kaca mobil

Lalu seorang dengan jas rapi, berambut klimis menurunkan kaca mobilnya. Menatap dingin pada Eylina.

Dialah sekertaris Rey, sekertaris pribadi Morgan Wiratmadja.

"Ada kepentingan apa Nona? Beraninya anda menggedor kaca mobil ini? Apa anda tidak tahu siapa yang sedang anda ganggu?" Tatapan dingin yang menakutkan dari sekertaris Rey membuat nyali Eylina menciut.

"Sa ... saya hanya minta pertanggungjawaban atas kejadian tadi! Apa anda tidak merasa bersalah? Anda telah merusakkan ponsel saya dan sekarang anda membuang waktu saya yang sangat berharga dengan sia - sia." Dengan penuh keberanian akhirnya Eylina mengutarakan segalanya.

Sementara Morgan yang ada di kursi belakang hanya memandangi gadis itu dengan ekspresi datar. Gadis yang sama sekali tidak menarik dimatanya.

"Rey, berikan dia sejumlah uang dan suruh dia segera pergi." Morgan berkata acuh. Ia sudah menebak apa yang dimau gadis itu.

"Baik Tuan." Rey lalu membuka koper kecil dan mengambil selembar kertas dan menuliskan sejumlah nominal dan memberikannya pada gadis tersebut.

"Hey? Apa - apaan ini? Ambil kembali uangmu dan minta maaflah!" Eylina mengumpat tapi mobil itu semakin menjauh darinya.

Ia lalu memeriksa cek tersebut.

Matanya membulat sempurna dan mulutnya menganga lebar melihat yang ada di depan matanya.

Seratus juta? Dia memberiku ganti rugi sebanyak ini? Ahh tidak, tidak. Dia bahkan tidak meminta maaf padaku.

Tapi jika ini ku buang? Ahh ... tidak mungkin.

Baiklah, ku simpan saja. Eylina lalu berjalan menyusuri malam yang dingin.

Tidak ada satupun angkot yang melintas.

Jalanan yang sepi dan hanya diterangi cahaya lampu yang temaram membuatnya bergidik ngeri.

"Eyliiiin ...." panggil seorang perempuan dari arah belakang Eylina. Perempuan itu lalu berhenti di depan Eylina.

"Sista? Ngapain lo kemari? Bukannya tidur, ehh besok lo musti kerja dan musti gantiin gue juga kan?" Eylina menatap heran pada sahabatnya.

"Lo sih, gue telpon nggak nyambung - nyambung". Dengan nafas ngos - ngosan Sista mencoba menjelaskan.

"Tuh, ponsel gue." Eylina menunjuk ponselnya yang sudah remuk dan berantakan karena terlindas mobil.

"Hah? Kok bisa hancur gitu? Pantesan Dara nelpon gue, dia cemas banget tau Lin nanyain lo kenapa nggak pulang - pulang. Yaudah naik gih, gue anterin pulang. Gue nginep dirumah lo sekalian ya?" Sista melajukan motornya menembus kegelapan malam setelah yakin Eylina sudah naik ke atas boncengan motornya.

Di perjalanan pulang, Eylina menceritakan semua kejadian yang menimpanya dengan detail pada Sista. Termasuk cek yang ia terima dari laki - laki yang tak dikenalnya tersebut.

"Gila kali lo, nggak mungkin ada orang kayak gitu! Masa iya dengan mudahnya ngasih duit seratus juta ke orang yang nggak dikenal?" Sista hampir kehilangan fokus karena mendengar cerita Eylina.

"Nggak percaya? Ya udah! Ntar gue tunjukin sama lo. Awas lo kalau ngiler."

Setelah itu tidak ada percakapan lagi diantara keduanya, sampai motor itu membelok di halaman rumah kecil milik Eylina.

Ibu dan Dara sudah ada dihalaman saat motor Sista tiba.

Santi yang sedari tadi dihinggapi rasa cemas dan khawatir memikirkan putrinya itupun tersenyum melihat kedatangan Eylina.

"Kamu dari mana aja sih Nak? Ibu sama Dara cemas sekali dari tadi. Dara mencoba menelepon tapi tidak tersambung." Santi langsung memeluk putri pertamanya. Biasanya Eylina selalu pulang kerumah dulu sebelum berangkat bekerja di klub.

"Tadi Eylina mampir di tempat Sista buk," jawab gadis itu secara singkat.

Setelah makan malam, Eylina menjelaskan semuanya. Hingga kejadian yang membuatnya kehilangan HP butut kesayangannya. Tapi ia tidak menceritakan perihal cek yang ia terima dari lelaki tersebut.

Ia menyimpan kertas itu dan berniat mengembalikannya jika suatu saat bertemu dengan pria itu lagi.

💗💗💗💗💗💗

Tinggalkan jejak kalian ya gais

Awal Masalah

Eylina memutuskan untuk membolos dari pekerjaannya malam itu.

Jika dipaksa masuk bekerja pasti ia akan jatuh sakit.

Sudah hampir 1 bulan ia bekerja di klub malam. Dan sejak itu pula ia menjadi kurang istirahat dan kurang terawat.

Wajahnya kusam, begitu juga dengan kulit tubuhnya.

Badannya pun juga menjadi lebih kurus.

Malam itu ia tidur dengan sangat lelap karena tubuhnya terasa lelah sekali.

****

"Eylin, Lin bangun!" Sista menggoyangkan bahu Eylina.

"Apaan sih Sis?" Eylina mengerjapkan matanya dan menggeliat.

"Lo lupa ya? Hari ini kan hari terakhir pendaftaran calon jodoh Tuan Muda!" Sista yang tak sabar segera meraih tas besar berisi alat make up, sepatu, tas dan segala keperluan untuk sahabatnya hari ini. Ia menyiapkan segala yang dibutuhkan Eylina.

Sementara Eylina masih tenggelam di balik selimutnya yang sudah usang.

"Ayo dong Lin! Gimana sih lo? Udah gue bela - belain ijin masuk siang hari ini biar bisa nganterin lo ke salon buat make over wajah lo." Sista mulai merajuk.

"Astaga, iya ... iya. Nggak sabaran banget sih lo. Kayak emak - emak tau nggak." Eylina lalu bergegas bangun dan menyambar handuk yang ada di pintu. Ia lalu pergi mandi.

****

Salon

"Jadi mau model yang mana mbak?" tanya salah satu pegawai salon seraya menunjukkan beberapa model tatanan rambut pada Eylina.

Sementara Eylina hanya menggaruk kepalanya, ia bingung harus pilih yang mana. Ia sama sekali tidak tahu hal - hal seperti ini.

"Sis, yang mana?" Tak ada pilihan lain, ia

terpaksa memanggil sahabatnya yang sedang duduk di sofa tunggu.

Sista lalu mendekat dan membolak balikkan katalog salon.

"Eemm ... yang kayak gini aja mbak, kan pas tuh sama rambut Eylina." Akhirnya Sista menemukan satu tatanan rambut yang dirasa pas untuk sahabatnya.

Pegawai di salon itupun langsung mengerjakan tugasnya.

Sementara di tempat lain.

Rumah Keluarga Wiratmadja

Seluruh anggota keluarga Wiratmadja sedang sarapan bersama.

Wiratmadja atau yang sering dipanggil Tuan Besar atau Tuan Wira adalah ayah dari Morgan. Ia memiliki satu putra dan dua orang putri yang bernama Emily dan Luna.

"Jadi bagaimana hasil pencarianmu itu Morgan?" Wiratmadja meletakkan sendok makannya.

Morgan hanya menggelengkan kepalanya lalu menghentikan aktivitasnya.

Tidak bisakah Papa membicarakan hal lainnya. Menikah? Hah, permainan apa itu? Batin Morgan.

"Jika kau belum juga menemukan wanita yang pas menurutmu, papa dan mama terpaksa menikahkanmu dengan Bella." Wiratmadja mengatakannya dengan tegas.

Hal itu bukan tanpa alasan, sudah berkali - kali orang tua Morgan mencoba untuk mencarikan jodoh untuk puteranya, namun selalu ditolak dengan berbagai alasan.

Hingga sekarang usia Morgan yang menginjak 32 tahun. Usia yang terlalu tua menurut Wiratmadja dan Ayu.

Wiratmadja tidak bisa mentolerir lagi ketidaksiapan puteranya tersebut. Karena sejak lama puteranya itu hanya bermain - main saja. Menolak dijodohkan namun tak pernah memiliki hubungan serius dengan wanitanya. Ia hanya asik dengan dunianya sendiri.

Wira tentu tidak ingin perusahaan yang ia besarkan dengan susah payah itu hancur hanya karena puteranya yang tidak bisa diandalkan.

Wira berpikir jika puteranya menikah, hal itu akan mampu membuat seorang Morgan sedikit berubah dan lebih bertanggung jawab. Serta menjadi orang yang bisa mengurus perusahaan dengan baik.

Namun entah kapan harapannya akan segera terkabul, rasanya tahun sudah silih berganti namun putranya hingga kini tak kunjung membuka hatinya pada perempuan manapun.

Morgan meninggalkan meja makan dan melangkahkan kakinya ke kamar yang ada dilantai atas.

Ia lalu meraih ponsel dan menghubungi sekertarisnya.

"Rey, cepat kemari!" Perintahnya pada sekertarisnya saat telepon tersambung. Ia lalu menutup teleponnya tanpa menunggu jawaban apapun dari Rey.

Braakkk ... !!!

Tangannya memukul meja yang ada didekatnya.

Sial! Hingga saat ini belum ada wanita yang benar - benar membuatku tertarik. Aku tidak ingin menikahi Bella. Cihh ... gadis licik sepertimu jangan harap akan menjadi istriku. Aku tidak sudi menjadi suamimu walau hanya satu detik.

Morgan mengeratkan giginya.

****

Sementara di tempat lain.

"Gila Lin, lo cantik banget." Sista melihat sahabatnya dengan mata membulat.

Gadis berkulit putih dengan rambut sebahu, memakai gaun berwarna tosca dengan hells dan tas hitam itu seperti bukan sahabatnya.

Make up yang tipis membuat wajah Eylina menjadi lebih menawan.

"Nggak rugi gue ngeluarin duit banyak buat lo." Sista berjalan mengitari Eylina.

Itu beneran gue? Gilaaa ... ternyata gue bisa secantik itu juga ya kalau di make over. Hihihi.

Eylina mengagumi dirinya sendiri.

"Yaudah yuk buruan, keburu ditutup ntar pendaftarannya! Tuh taksinya juga udah nungguin." Sista lalu menggamit lengan Eylina, membantunya berjalan.

Eylina tidak terbiasa menggunakan sepatu berhak tinggi, oleh karena itulah Sista berinisiatif membantunya berjalan.

Eylina dan sista lalu masuk ke dalam mobil taksi berwarna putih.

Semoga lo di lirik sama Tuan Morgan Lin. Gue berharap dengan ini hidup lo akan lebih mudah. Sista.

Dia memang sahabat yang tulus. Kadang sudah seperti kakak kandung bagi Eylina.

"Pak, ayo jalan." Sista menepuk pundak sang sopir yang masih melongo menatap Eylina dari kaca.

"Ehh ... iya Neng, kita mau kemana ini?" Pengemudi taksi itu gelagapan karena kepergok memandangi penumpangnya.

"Ke gedung ini ya Pak." Sista menunjukkan alamat di brosur yang ia pegang.

"Ohh ... siap Neng."

Mobil pun melaju menembus keramaian kota, mengantarkan para penumpangnya ke tempat tujuan.

Butuh waktu 45 menit untuk sampai ke alamat yang dituju.

"Udah sampai Neng." Sopir taksi itu menghentikan mobilnya di depan sebuah gedung besar yang terdiri lebih dari 20 lantai.

Sebuah gedung utama milik Globalindo Group. Perusahaan milik Wiratmadja.

"Ini tempatnya Sis?" Eylina terheran - heran melihat kemewahan gedung tersebut. Mulutnya menganga lebar.

"Iya ... yaudah turun yuk." Sista menarik tangan sahabatnya agar segera turun.

"Sis, ini gedung milik perusahaan keluarga? Siapa pemiliknya?" Setengah tak percaya, Eylina mencari tahu pada sahabatnya.

"Udah jangan banyak tanya Eylin, nih bentar lagi pendaftarannya berakhir." Sista melirik arlojinya.

Mereka berdua pun masuk ke dalam gedung tersebut. Eylina pergi dengan diantar oleh seorang penjaga menuju ruangan tempat seleksi para peserta. Sementara Sista hanya bisa menunggu di lobby.

****

Sebuah Ruangan di Gedung Globalindo

Robin, salah satu orang kepercayaan sekertaris Rey dan beberapa staf sedang menyeleksi satu persatu wanita - wanita cantik yang sedang mengantre untuk mendaftar menjadi calon istri Tuan Morgan Wiratmadja.

Eylina duduk dengan gelisah, karena sepanjang matanya berkeliling mengedarkan pandangan, tak ada satupun wanita yang nampak tidak menarik. Ia merasa seperti berada di ruangan tempat audisi Puteri Indonesia.

"Eylina Riyanti ...." salah seorang staf memanggil namanya.

Ya Tuhan, jantung gue kenapa deg - degan gini. Eylina berdiri, lalu mendekat ke arah meja interview. Tangannya berkeringat dingin dan sedikit bergetar.

"Namamu Eylina Riyanti?" Dengan sorot mata serius dan dingin, seorang staf mulai menggelontorkan pertanyaan.

Gadis itu hanya mengangguk. Ia meremas jemari tangannya di bawah meja.

"Apa motivasimu mengikuti ajang pencarian jodoh untuk Tuan Morgan?" Seorang dengan potongan rambut cepak itu bertanya datar tanpa ekspresi.

Membuat jantung Eylina seakan hendak melompat keluar.

"Uang." Eylina langsung membekap mulutnya. Karena ucapannya beberapa orang yang duduk dihadapannya membulatkan matanya seketika. Bahkan satu ruangan itu menatap Eylina dengan heran.

Bodoh ... bodoh, apa yang kukatakan ... aaaa ya ampun, hilang sudah kesempatanku. Maafkan aku Sis ... hiks. Kau sudah repot - repot begini, sementara aku malah bermain - main. Mereka pasti merencanakan akan menendangku sekarang.

Beberapa orang staf yang di depan Eylina itupun berbisik - bisik. Dari sekian banyak wanita yang mereka interview, semua menjawab dengan semanis mungkin dan penuh kepura - puraan agar bisa lolos seleksi. Tapi gadis dihadapannya justru mengatakan dengan lantang bahwa tujuannya hanya demi uang.

Salah seorang dari mereka akhirnya menelpon sekertaris Rey dan memberitahukan hal unik yang mereka temui hari ini.

****

Mobil sekertaris Rey memasuki gerbang utama rumah mewah tuan Wira.

Lelaki dengan postur tubuh tinggi dan tegap serta berwajah dingin dan datar itupun turun lalu melangkahkan kakinya dengan cepat menuju kamar Morgan.

💗💗💗💗💗💗

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!