NovelToon NovelToon

Suami Pilihan Oma

SATU

"Oma, aku berangkat."

Teriakan kencang hingga suaranya terdengar ke penjuru rumah mewah ber-cat maroon serta gold membuatnya menjadi menawan. Gadis itu berlari tanpa mempedulikan tatapan dari maid dan satpam menahan tawa melihat tingkahnya, dari arah dapur suara memarahinya tapi di hiraukan, dirinya sudah terbiasa dengan sang Oma yang cerewet.

Menggayuh sepeda dengan cepat membiarkan ujung khimarnya bertebangan terbawa angin, saat di lampu lalu lintas terlihat bewarna merah yang artinya berhenti, tapi dirinya tidak berhenti malah menaikki jalan trotoar. melaju sangat cepat, sekarang jam menunjukkan pukul 07:12 WIB. ia sudah terlambat, bel masuk jam 07:00 WIB.

Sampai di gerbang, gadis itu tidak melihat pak satpam yang selalu baik hati kepadanya.

"ALMIRA SAYYIDA ALINDRA." panggil seseorang membuat si gadis menoleh.

Gadis itu cengengesan menatap seseorang yang memanggilnya. dia ROY SAPUTRA sang ketua Osis dan pacar Almira sekaligus.

"Eh, hai Roy. Selamat pagi." sapa Almira melambaikan tangan kanannya.

Roy hanya mengusap dadanya sabar dengan sifat pacarnya. untung sayang, pikir Roy.

"Buka dong gerbangnya." melas Almira dengan menyatukan kedua tangannya di depan dada.

Roy menuruti ucapan sang pacar membuka gerbang dengan pelan, "kamu telat Al, hormat di tiang bendera sampai jam istirahat." ujarnya.

Almira yang mendengar melotot seketika dan dibalas dengan tatapan datar, Almira menghela nafas panjang lalu berjalan ke lapangan sekolah untuk mengerjakan hukuman tersebut sambil menampilkan raut wajah melas. Almira langsung hormat menghadap ke atas menatap bendera merah putih indonesia.

Roy tersenyum menatap punggung Almira, ia sangat beruntung Almira menjadi pacarnya. Almira dan Roy tidak pernah bersentuhan tangan ataupun melakukan yang lebih. keduanya hanya berpacaran wajar tanpa aneh-aneh. seperti berbicara, berhadapan, dan WhatsApp.

Banyak keringat dari kening Almira dan sesekali mengusap dengan tangan punggung kanan, Roy yang mengetahui langsung berjalan mendekatinya dari arah samping memberikan sapu tangan bewarna putih dengan bertulis ROY di ujung. Almira langsung mengambil dan mengusap peluh keringat yang bercucuran.

"Terima kasih." ujar Almira tulus disertai senyuman.

Roy hanya berdehem dan senyum nya Almira menular di Roy. mereka sama-sama tersenyum saling menatap.

Kring...

Bel berbunyi membuat kedua nya memutuskan kontak mata dan menggaruk tengkuk yang tidak gatal.

"Sana ke kantin." suruh Roy.

"Kamu, kemana?" tanya Almira menaikkan satu alisnya.

"Ke ruang Osis dulu, sana kamu." ujar Roy memasukkan kedua tangan di saku celana seragam.

Almira mengangkat kedua jempolnya dengan senyum, membuat Roy ikut tersenyum dan Almira melengang pergi ke kantin meninggalkan Roy yang geleng-geleng kepala lucu melihat Almira.

Sampai di kantin, Almira mengedarkan ke penjuru mencari kedua sahabatnya. Dan, dapat. mereka berdua berada di pojok dengan memakan mie ayam dan minumannya es jeruk. Almira berlari menghampiri dan langsung menggebrak meja mereka cukup keras membuat salah satu tersedak dengan mie ayam nya dan malah di tertawai oleh si pelaku.

Salah satunya memberikan minuman ke temannya dan langsung di minum hingga tandas. kedua temannya melirik tajam kearah Almira yang nyengir tanpa dosa. hingga mereka ingin melemparkan sepatu ke wajah tengilnya Almira.

Almira langsung duduk di tempat mereka dan menyambar mie ayam yang mereka pesan buat dirinya, emang the best dan kalau Almira the laknat, pikir mereka.

Almira menatap kedua temannya. yang satu bernama SYAINERA DWI DULLOND, sifatnya pendiam dan tidak banyak tingkah. tapi, sangat dingin sekali bila sama orang yang tidak dikenal dan seorang cowok.

Ia beralih menatap teman yang satunya bernama DANERA KUILAND, sifatnya banyak bicara dan suaranya seperti toa. tapi, sangat perhatian kepada sahabat-sahabatnya.

Almira bangga mempunyai sahabat seperti Nera dan Danera.

Neng Almira, passwordnya apa... Imut Lucu Menggemaskan...

Suara deringan telfon sangat nyaring hingga semua mencari dimana suara itu, dan Yap. mereka menemukan ada di genggaman Almira yang menyengir menampilkan gigi putihnya. Nera langsung menutupi wajahnya dengan buku novel yang ia baca. dia malu, sangat malu.

"Wah... nada dering Lo bagus juga Al, nanti kirim ya." pekikan heboh dari mulut Danera sambil mengipasi dirinya sendiri dengan kipas bewarna merah muda.

Almira hanya membalas dengan jempolan ke arahnya, Almira menggeser tombol bewarna hijau dan menempelkan ke telinga kirinya dengan penyangga tangan kanan yang berada di bawah dagunya.

'Oma Sang Cerewet' itulah tulisan, membuat Almira mendengkus malas. pasti akan mengoceh banyak sekali.

"Assalamualaikum, Oma ku tersayang dan tercinta. apa kabar? lagi apa? udah makan? udah minum? kenapa telfon? kangen? udah berak? udah—"

"Heh, cucu laknat. diem kau, kalau gak diem Oma mu ini akan memotong uang jajan mu. mau?"

"Eh, jangan dong Oma ku. Oma belum jawab salam ku lho, hayo."

"Waalaikum salam, cucuku."

"Oma kenapa telfon saat aku di sekolahan, tak seperti biasanya. ada yang kangen nih, cie..."

"Gak pernah kangen kamu. Oma cuman mau bilang, nanti kalau udah pulang langsung pulang, jangan mampir ke mana-mana."

"Iya..."

"Awas kamu ya, kalau enggak—"

"Assalamualaikum, Oma."

Sambungan di putuskan sepihak oleh Almira lalu cekikikan tidak jelas membuat kedua sahabatnya heran. Nera dan Danera saling tatap dan secara bersamaan mereka menggelengkan kepala tanda tidak mengerti.

Nera langsung melemparkan kuaci kearah Almira yang membuat sang punya makanan favorit marah besar, "KUACI... GUA NERA... HUWAAA..." teriak histeris dari mulut si toa dengan keluar air mata, siapa lagi kalau bukan Danera.

Nera dan Almira menepuk jidatnya lupa dengan kesukaan sahabat yang sangat-sangat posesif melebihi pasangan.

"Gua gak bisa hidup tanpa kuaci, hiks- sroot." tangis Danera dengan mengusap ingusnya di tangan Almira yang ia pegang.

Almira langsung teriak heboh karena itu, baginya itu sangat menjijikan. dirinya saja pakai tisu atau sapu tangan, malah ini temannya memakai tangannya.

Nera hanya tersenyum kecil hingga tidak ada yang menyadarinya, Nera sangat senang mendapatkan sahabat seperti mereka. hari-harinya selalu bewarna dengan tingkah konyol mereka. ia sangat beruntung.

Nera memberikan tisu kepada Almira dan langsung di sahut secepat kilat untuk membersihkan punggung tangannya dari ingus, "Terima kasih." ucap Almira tulus dengan senyuman dan dibalas senyuman tak kalah manis juga.

"Sorry." ucap Danera menundukkan kepalanya menatap Almira.

Almira menghela nafas pelan lalu mengangkat tangan kepada puncak kepala Danera dan mengelus pelan membuat si empu mendongakkan kepalanya.

"Gua gak marah kok, tadi cuman bercanda doang. ya gak Ner?" ujar Almira minta persetujuan dari Nera yang hanya membalas mengangguk.

Danera langsung memeluk keduanya yang menjadi pusat perhatian seluruh penghuni kantin. ada yang iri bisa mendapatkan sahabat seperti mereka, ada pula yang baper.

Ada seseorang yang dari tadi menatap ketiganya, tapi yang menjadi objek kesukaannya adalah Almira.

"Baik. Saya cinta kamu, Almira. tunggu saya menjemput sebagai ratu di kehidupan saya." gumamnya dengan tersenyum sambil memegang dadanya yang sudah berdetak tak karuan. apalagi kalau berbicara dengannya, apa gak langsung pingsan kah?

***

Seluruh kelas sekarang sudah berlari berbondong-bondong untuk keluar kelas, karena pulangnya lebih cepat dari biasanya. berbeda dengan ketiga gadis remaja yang masih meng-gibah di koridor kelas sambil berjalan sangat santai seperti tanpa beban. lebih banyak tawa dari pada ceritanya.

Saat tiba-tiba ada yang memanggil dari belakang membuat ketiganya menoleh, padahal hanya nama Almira saja. dan saat menoleh mendapati Roy sang ketua Osis atau pacar dari Almira membuat si empu tersenyum melihat pacarnya menghampiri.

"Pulang bareng yuk, nanti mampir di kedai ice cream yang ada di taman seperti biasa." ajak Roy kepada Almira.

Almira menepuk jidatnya lupa, "Maaf, gak bisa untuk sekarang." ujarnya.

Roy langsung melunturkan senyumannya, "Kenapa?" tanyanya dengan wajah datar membuat Almira meringis pelan.

"Oma suruh aku—"

"Oma lagi?" tanya Roy memotong ucapan Almira dan dibalas hanya anggukkan kepala.

"Oma, Oma, dan Oma. selalu aja alasan kamu Oma." ujar Roy dengan nada datar.

"Roy, apaan sih kamu. emang bener kok." tegur Almira.

Bagaimana dengan Nera dan Danera, mereka hanya menatap saja tanpa ikut pembicaraan keduanya yang pribadi.

"Selalu aja alasannya Oma. udah lah, males." ujar Roy suara dingin lalu pergi begitu saja tanpa menghiraukan teriakan Almira.

Danera langsung memeluk Almira erat dan diikuti Nera juga memeluk tak kalah erat sambil mengelus punggungnya yang tertutup hijab. Ada seseorang yang dari tadi hanya menatapnya dari jauh di balik pintu kelas sebelah tanpa ada yang tau.

Seseorang itu mengepalkan kedua tangannya menahan emosi karena orang yang dia cintai sudah di buat oleh orang lain menangis. dia berjanji, kalau mereka sudah bertemu, Almira akan selalu dirinya jaga dari apapun dan akan memperlakukan seperti ratu kerajaan.

"Yuk pulang, lo pasti udah di tunggu sama Oma." ajak Danera dengan bernada lembut.

"Lo gak cocok banget karena suara Lo lembutin, lebih cocok kalau suara Lo merusak dunia."  ujar Almira tertawa membuat seseorang yang melihat itu ikut tersenyum juga.

"A. S. U." ujar Danera kesal dengan mengeja perkata.

Almira makin tertawa sangat kencang sampai memegang perutnya yang kram karena capek tertawa. Danera yang kesal langsung meraup wajah Almira yang tertawa dan membuat tawa nya berhenti.

Lalu dia langsung merangkul bahu Almira melengang pergi begitu saja meninggalkan Nera yang menatap seseorang itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

Seseorang itu menyengir menampilkan kedua jarinya sebagai tanda peace kepada Nera dan mengusirnya pakai tangan kanan yang ia gerakkan maju mundur.

Nera membalas dengan mengangkat jari tengahnya lalu berlalu pergi dan seorang itu mendengkus kesal kepada Nera.

DUA

Dilain tempat, sang Oma menunggu di ruang tamu dengan sesekali menghela nafas. dirinya tau kalau hari semakin hari, usianya sudah makin tua. rencananya harus dilaksanakan sekarang dan tidak ada waktu lagi.

Oma sangat kesal dengan Almira yang sudah mempunyai pacar.

Suara kegaduan dari arah depan rumahnya, dia yang kepo dengan hal itu langsung berjalan keluar rumah. betapa kagetnya saat kegaduhan itu dari Almira dan Danera yang heboh. kasihan Nera yang diam melihat mereka dengan wajah jengah.

Oma langsung menjewer telinga Almira lumayan kencang dan melampiaskan kekesalannya kepada sang cucu.

"Aw! siapa sih ini, aw! gua akan lapor ke ladoo sing eh ralat, ke polis—" Almira menoleh dan berhenti bicara saat sang pelaku ialah Oma cerewetnya.

Danera mengejek Almira dengan menjulurkan lidahnya membuat si empu cemberut kesal. Oma membawa Almira ke ruang tamu yang hanya ada mereka tanpa ada maid ataupun satpam, Almira sedikit heran tapi tak dihiraukan.

Dengan santainya, kedua kaki diselojorkan dan kepala disenderkan ke kursi empuk bewarna biru. Oma hanya bisa geleng-geleng kepala melihat cucunya.

"Oma mau bicara penting sama kamu, Almira Sayyida Alindra." ujar Oma membuat Almira langsung duduk serius. bila Omanya sudah memanggil dengan nama lengkapnya, itu pasti sangat penting.

Almira mengangguk ingin mendengarkan ucapan Oma selanjutnya. Oma tahu, sebelum bicara dirinya menghembuskan nafasnya.

"Oma akan men-jodohkan kamu dengan anak dari sahabat ayah kamu." lanjutnya.

Almira menganga, dia tidak percaya dengan pengakuan Omanya. apa-apaan ini? dirinya mempunyai pacar dan sekarang bukan zaman siti nurbaya.

Almira berdiri dan menatap Oma nyalang, "Al, gak mau." ujarnya.

"Kamu tidak bisa menolaknya, Almira." ucapan Oma menjeda dan berdiri membelakangi Almira.

"Dulu, Oma dan teman Oma saling berjanji untuk menikahkan anak kami suatu saat nanti saat udah keluar. tapi, kita berdua mempunyai anak laki-laki. lalu saat kamu sama anak sahabat ayah kamu lahir, kami semua sangatlah senang dan gembira dan kalian harus menikah." ungkap Oma.

Almira hanya diam tidak menjawab apa-apa.

"Sana tidur, besok malam kita bertemu sama calon suami kamu." ujar Oma mengelus puncak rambut cucunya dan melengang pergi.

Almira langsung meluruh kebawah dengan pandangan kosong didepan, "Gua dijodohin?" tanyanya kepada dirinya sendiri.

Didalam pikiran Almira dirinya bertanya-tanya tentang perjodohan ini, dia saja belum lulus sekolah dan belum siap untukmenikah. lalu apa ini? Almira berdiri mengepalkan kedua tangan dengan wajah kesal.

Seketika senyum melebar, "Lihat saja nanti, wahai calon suami." ujarnya dengan wajah senang.

Almira berlalu ke kamar dengan senang di hatinya, ada seseorang yang dari tadi menatap dengan sendu, ada rasa sakit di hatinya melihat Almira.

Dia menghembuskan nafas kasar, "Aku akan terima kamu apa adanya, aku akan selalu menjaga kamu, Almira." ujarnya lalu melengang pergi menggunakan sepeda lipatnya meninggalkan rumah mewah itu.

Almira menatap atap kamarnya yang banyak sekali foto dirinya dengan Ayah dan Bunda saat mereka masih hidup. ada rasa kangen dalam lubuk hati dan ujung matanya berair.

"Al kangen Ayah sama Bunda." ujarnya menatap sendu.

"Kenapa kalian meninggalkan Al secepat ini?" racaunya.

"Seandainya dia gak tinggalin Al, pasti Al gak kesepian. Ayah, Bunda, dia tinggalin Al. dia jahat sama Al." ujar Almira meneteskan air mata yang tidak bisa berhenti saat mengingat dia.

Almira merubah menjadi duduk dan mengepalkan tangan kiri untuk menyalurkan kekesalan. "Lo jahat, gua benci lo." ujarnya.

Flashback On

Seorang gadis kecil bermain ayunan di taman kompleksnya, dia sendiri tidak punya teman. gadis kecil menangis karena ditinggalkan Ayah dan Bunda karena kecelakaan. tiba-tiba dia terjatuh dri ayunan gara-gara di dorong anak laki-laki, dia sangat kesal dengan anak laki-laki itu.

"Aku duluan yang main disini, kenapa kamu dorong aku?" tanya gadis itu.

"Aku mau main, kamu pergi aja." jawab laki-laki kecil yang umurnya lebih satu tahun dengan gadis kecil itu.

Gadis langsung menangis kencang membuat laki-laki tadi bingung, "Kamu kenapa? tadi sakit?" tanyanya sambil mengelus lengan gadis kecil.

"A-aku udah gak punya Ayah sama Bunda, dan aku juga gak punya teman. lalu kamu usir aku." jawab gadis kecil sesenggukan, hidung memerah, pipi yang cubby.

Laki-laki itu langsung memeluk gadis kecil, "maaf ya! kita harus berteman. nama ku Kenzo Segara Samudra, nama kamu?" ujarnya.

Gadis kecil mendongakkan kepala menatap laki-laki itu dan tersenyum melupakan nangisnya, " Aku, Almira Sayyida Atmaja. kita teman." ujarnya.

Almira dan Kenzo, mereka selalu bersama. dimana ada Almira disitu juga ada Kenzo, mereka tidak bisa dipisahkan. hingga mereka sudah kelas dua SMP ada suatu masalah menerpa mereka dan mengakibatkan persahabatan menjadi retak dan terpisah dengan jarak.

Kenzo membenci Almira membuatnya pergi darinya dan sampai sekarang Almira tidak mengetahuinya.

Flashback Off

"Gua benci lo, Gara." guman Almira menajam lalu menghela nafas dan tertidur.

***

"ALMIRA... BANGUN LO..."

Teriakan sangat nyaring membuat si punya nama terpaksa membuka mata dan keluar dari kamarnya yang masih memakai baju tidur bergambar Doraemon bewarna biru. Almira menampilkan kepalan tangannya kearah sang teriak tadi, siapa lagi kalau bukan Danera si toa.

"Cepat siap-siap." suruh Nera datar.

Almira mendengus kesal dan menuruti apayang dibilang sahabat pendiamnya.

"Oma." panggil Nera kepada Omanya Almira.

Oma mengangguk paham yang akan disampaikan sama Nera, "Nanti malam." ujarnya dan dibalas anggukkan kepala.

Danera yang berada disitu bingung. dia hanya menatap mereka dengan mulut menganga sambil menggaruk rambut yang tidak gatal. Selang beberapa menit datanglah Almira yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya dan seperti biasa sangat terlihat kecantikannya yang terpancar.

"Ayok berangkat." ajak Almira diangguki yang lainnya.

Ketiga sepeda lipat berlalu meninggalkan rumah mewah dengan canda ria dari Almira dan Danera saja, Nera hanya menyimak tanpa mengeluarkan ucapan konyol yang seperti mereka. tiba-tiba di lampu lalu lintas ada dua polisi yang berjaga untuk operasi kendaraan yang tidak mentaati aturan.

Almira langsung merubah raut wajahnya menjadi datar membuat kedua sahabatnya bingung, lalu mereka mengikuti arah pandang Almira yang menatap dua polisi dan Danera hanya ber-O ria saja. teman-temannya mengetahui kalau Almira sangat membenci polisi. tapi, tidak ada yang tahu apa alasannya.

Saat ketiganya akan melewati lampu lalu lintas itu, sepeda Danera di cegah oleh salah satu polisi dan membuat ketiga cewek terpaksa berhenti.

Polisi yang gagah, rambut hitam legam klimis, kulit yang putih, dan memakai pakaiannya rapi. membuat visualnya sangatlah sempurna bagi emak-emak yang menginginkan menantu.

Tangannya sedikit gemetar gugup karena ada yang memandang intens dan tajam, sebenarnya itu baginya lucu tapi tidak bagus untuk hatinya yang berdisko.

"Ada apa ya pak?" tanya Danera menaikkan satu alisnya.

"Kalian bertiga saya tilang." ujar polisi itu.

"HAH?"

TIGA

"Kalian bertiga saya tilang." ujar polisi itu.

"HAH?"

Kaget kedua cewek dengan suara yang cempreng dan tinggi membuat mereka berdua menjadi pusat perhatian perkendara lainnya. Danera masih menganga lebar dan Nera hanya diam dengan raut kalemnya. berbeda dengan Almira yang menatap tajam dan mengepalkan kedua tangan di belakang punggung tasnya.

Almira maju dua langkah membuat sang polisi refleks mundur membuat Almira tersenyum seringai kearahnya. Dan,

Bugh...

Bogeman mentah ke pipi polisi tadi yang membuat semua menganga tak percaya melihat Almira membogem pak Polisi. raut wajah Polisi itu menjadi datar tidak ber-ekspresi membuat semua meringis kecuali Almira yang tersenyum sinis kearahnya. keduanya berpandang tajam dengan menusuk satu sama lain.

"Kamu—"

"Apa, Hah?" potong Almira dengan suara tinggi sambil melototkan matanya.

"Baik, kalau seperti itu kalian bertiga saya tilang, silahkan hari senin mengikuti sidang." tegas Polisi tadi tanpa melihat mereka dengan pandangan lurus kedepan.

Almira melipatkan kedua tangan di depan dada dengan wajah datar. "Bodo, amat." tegas Almira berani.

Polisi tadi sangatlah terkejut melihat cewek yang ada di depannya telah berani. dirinya emang baru saja menjadi polisi karena di suruh sang Ayah. tapi, dirinya tidak pernah melihat cewek seperti Almira yang di tilang.

Almira medirikan sepedanya dan langsung melengang pergi tanpa melihat ke belakang.

Danera langsung mengkuti Almira dengan men-teriaki nama Almira. berbeda dengan Nera yang menatap tajam kearah dua polisi dengan geleng-geleng kepala lalu melengang pergi sambil menaikki sepeda mengikuti kedua sahabatnya.

"Gua salah, bodoh." gumam salah satu Polisi sangat pelan sambil memandang cewek-cewek tadi.

***

Kring... Kring... Kring....

Bel istirahat berbunyi sangat nyaring membuat seluruh murid berbondong-bondong keluar menuju kantin untuk mengisi perut agar kenyang, berbeda dengan Almira yang masih tertidur melipat tangannya di meja dengan tenang.

Danera dari tadi sudah membangunkan, tapi sia-sia dan Almira masih di alam mimpi indahnya, membuat Danera mendengus kesal melihat Almira yang masih pulas.

Roy datang membuat Danera berdiri dari duduknya untuk mempersilahkan dia duduk di samping Almira yang menelungkapkan wajahnya di tumpukkan lengan kedua tangan.

"Bangun, Al." ujar Roy tanpa memegang tangan Almira, dengan cara suara sedikit di condongkan ke telinga Almira.

Masih belum terusik membuat Roy gemas dengannya. tangan Roy mematung diatas akan memegang tangan Almira. tapi, tidak jadi karena tatapan tajam dari Nera kearahnya membuat dirinya menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

Brak...

"Kebakaran." ucap dengan wajah datar.

Almira yang kaget langsung membuka matanya dan berdiri dengan rambut acak-acak.

"HUA... OMA, KEBAKARAN OMA. SELAMATKAN DIRI KALIAN." teriaknya membuat tawa Danera meledak paling kencang dan Roy hanya tersenyum kecil.

Almira yang ditertawakan seperti itu langsung merubah raut wajahnya kesal. dia langsung melempar bulpoinnya kearah Danera yang memegang perutnya, karena keasyikan tertawa membuatnya kram.

"Diem." gertak Almira membuat mereka diam.

Almira menatap si pelaku tadi yang menggebrak mejanya dan mengganggu tidur indahnya, "NERA... LO TUH YA..." teriaknya yang dibalas dengan ejekan dari Nera dengan tersenyum tipis melihat raut wajah sahabatnya yang sedang kesal.

Almira mengejar Nera yang hanya menampilkan raut wajah datar berlari, berbeda dengan Danera yang mengompori Almira diselingi tawa mengejek kearah Nera.

"Persahabatan yang sangat indah." ujar seseorang dibalik pintu dengan senyuman manis tanpa ada yang tahu.

Seseorang itu menatap Almira dengan sendu dan membayangkan dirinya waktu kecil bersama Almira yang kejar-kejaran, karena dia menjahili Almira dengan mencolek ice cream ke hidungnya dan membuatnya kesal lalu terjadi saling mengejek.

"Gua kangen lo, Say." gumamnya dan berlalu pergi begitu saja.

Berbeda dengan Almira yang sudah ngos-ngosan mengejar Nera seperti tidak pernah lelah. Almira akui kalau Nera mempunyai bakat lari.

"Belum apa-apa aja udah capek aja lo." ejek Danera sambil menghampiri.

Almira mendongakkan kepala menatap sahabat laknatnya, "Lo lupa hah? Nera atlet lari." sewot Almira membuat Danera cengengesan menampilkan gigi putihnya.

"Udah, yok ke kantin." ajak Nera menghampiri mereka sambil merangkul pundak Almira dan Danera.

"Loh, mana pacar gua?" kaget Almira menoleh kanan kiri.

"Lo sih jelek saat bangun tidur, makanya Roy kabur." celetuk Danera di sertai tawa mengejek.

Almira yang mendengar itu langsung menyentil dahi Danera keras membuat si empu mengaduh kesakitan.

"Di panggil sama Rahmat tadi, katanya ada urusan penting!" jawab Nera santai dan Almira hanya mengangguk saja.

Ketiganya berjalan menuju kantin yang harus melewati koridor yang panjang, banyak pasang mata menatap mereka dan dibalas dengan senyum saja kecuali Nera yang tidak menanggapi. saat enak bercanda ria tiba dari arah katin ada kerumunan dan ramai membuat ketiganya menghampiri, Almira tahu kalau itu Ella membuat dia tersenyum smirk kearah kedua sahabatnya yang hanya dianggukki mengerti.

Almira berada di depan antara Nera dan Danera, "WEY, WEY. ADA APA NIH..." teriaknya membuat semua pasang mata mengarah kepadanya.

"Jangan ikut campur lo." bentak Ella yang sudah emosi ditambah kesal dengan Almira.

"Uh, udah berani lo sama gua." tantang Almira maju selangkah, bukan pertanyaan melainkan pernyataan.

Ella kesal dan takut kepada Almira yang makin maju, sehingga keduanya ber-hadapan hingga berjarak 5 cm. Almira menoleh menatap cewek culun yang membersihkan nasi goreng dengan tangan kanannya. "Jangan di pungut, Elsa." suruhnya dengan bersuara dingin membuat atmosfer kantin lebih mencengkam.

Si culun atau Elsa langsung berhenti dengan aktivitasnya dan berdiri menunduk takut. Almira membalikkan pandangan kearah Ella yang sedikit gemetar.

Almira memegang puncak rambut Ella dengan mengelus, "Rambut lo cantik, mau gua potong?" tanya Almira dengan seringaian.

Dibalas Ella dengan gelengan pelan.

"Tapi, gua mau potong." ujar Almira dengan wajah sok polos.

"Al..." tegur ketua Osis memperingati Almira hingga sang empu menoleh menatapnya dengan senyuman manis.

"Eh, hai Roy. oke-oke, gua peringatkan ke lo Ella, jangan pernah membully siapapun dan lo tau sendiri kan dampaknya gimana." ujar Almira sambil mengelus rambut Ella dengan sedikit menarik membuat si empu meringis kesakitan.

Almira membalikkan menoleh kearah Elsa, "Dan lo, kalau ada yang bully, Lawan." tegas Almira yang hanya dianggukki takut menatapnya.

"BUBAR SEMUA." teriak Danera membuat mereka menghilang dari kerumunan.

"Ayok." ajak Roy.

Sebelum Almira mengikuti mereka, dia menoleh kearah Ella dengan tatapan tajam menusuk dan menunjukkan jari tengah kearah Ella dengan senyuman ejekan. Almira yang melihat Ella kesal makin melebarkan senyumannya.

"Sangatlah berbeda kamu, Say." ucap seseorang di belakang tembok.

Dari awal hingga akhir, tidak luput dari pandangan seseorang yang geleng-geleng kepala melihat Almira. dia tidak menyangka kalau cewek lemah lembut dan cegeng waktu kecil menjadi cewek yang hebat dan tegas.

Dia Tersenyum.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!