NovelToon NovelToon

Cinta Dalam Diam

Bab 1. Pertemuan Pertama

Peringatan!! Novel ini sedang di revisi 👩‍💻🙏

Halo teman-teman terima kasih sudah mampir di karya pertama saya, mohon dukungan dan saranya ya😊🙏

Pengenalan tokoh :

Amira Anatasya

Seorang wanita cantik berusia 26 tahun yang bekerja sebagai seorang dokter umum di salah satu rumah sakit dikota B. Kehidupanya sangat sempurna, mempunyai keluarga yang sangat harmonis dan bisa dibilang berada. Tapi berbeda dengan nasip percintanya, Amira selalu menutup hatinya untuk laki-laki yang mendekatinya karena masih terbayang-bayang dengan cinta pertamanya. Setelah 10 tahun berlalu, Amira dipertemukan kembali dengan cinta pertamanya. Tapi lagi-lagi kenyataan membuatnya kecewa, laki-laki itu sudah dijodohkan dan bertunangan dengan sahabatnya sendiri.

Jerry Abraham Pramana

Seorang laki-laki berusia 29 tahun yang bekerja sebagai seorang Polisi. Pria dingin jarang bicara tapi sangat taat dalam beragama dan tipe anak yang menghormati orang tua nya. Selain pria yang mapan, dia termasuk pria yang tampan tak heran banyak wanita yang mendekatinya. Namun satu yang tak bisa dia tolak yaitu menikahi wanita pilihan orang tua nya, karena mereka sudah terikat perjodohan. Walupun pertemuan mereka singkat dan karena perjodohan Jerry menerima dan berusaha mencintai wanita itu dengan tulus, walaupun tidak di pungkiri dia juga menyukai wanita pilihan orang taunya.

🍁 🍁 🍁 🍁

Kembali ke 10 tahun yang lalu

Gadis kecil yang cantik bernama Amira itu masih duduk dibangku SMA, saat ini dia bersekolah di SMA Sint Calorus adalah salau satu sekolah menengah atas terfavorit dikota B. SMA tersebut bisa dibilang sekolah untuk kalangan menengah keatas dan anak pengusahan ataupun pejabat tinggi, termasuk juga dengan orang tua Amir a mereka juga dari keluarga berada.

"Tingggg....." (Bunyi bel pulang sekolah ).

Jam pulang sekolah sudah tiba, banyak anak-anak yang keluar menuju gerbang sekolah untuk pulang. Begitu juga dengan seorang gadis cantik bertubuh mungil dan berkulit putih itu, kini dia sedang berlari menuju gerbang sekolah untuk pulang dan bisanya sopirnya sudah menunggu didepan.

Saat keluar dia melihat Pak Joko supirnya sudah menunggu diseberang jalan, dengan terburu-buru gadis itu pun bergegas ingin menyeberang jalan tapi tanpa dia sadari ada motor Ninja berwarna merah sedang melaju kencang. Sontak saja membuat gadis itu terpekik, dia saat ini sedang berdiri di tangah jalan dan semua orang menoleh kearahnya.

"Aaghh....!!" teriaknya kencang.

Setelah itu motor tersebut langsung menyenggol tubuhnya, hingga dia terjatuh keaspal. Kakinya terluka, siku tanganya juga berdarah. Pengendar motor itu pun sempat menghindar dan tidak menabrak gadis itu dan beruntung dia hanya menyenggol tubuhnya sedikit. Mungkin karena syok jadi dia terjatuh ke aspal, salahnya juga berkendara dengan kecepatan kencang dia jalanan.

"Neng Amira...!!" Teriak Pak Joko dari sembrang jalan.

Tubuhnya seketika lemas saat melihat anak majikanya itu keserempet motor, Pak Joko buru-buru ingin menyeberang jalan untuk menghampiri Amira yang sudah terjatuh. Sebelum Pak Joko sampai kesana, pengendara motor itu pun berhenti menepikan motornya dan menghampiri Amira. Dia membuka helemnya dan berlari membantu Amira, sudah banyak orang yang berkerumun disana juga.

"Kamu nggak papa? apa ada yang luka?" tanyanya dengan sedikit khawatir, membantu Amira untuk berdiri.

"Saya tidak apa-apa, tapi lutut saya sakit!" jawab Amira sambil melihat lututnya yang terluka tapi hanya tergores saja.

"Lutut kamu terluka, siku tangan kamu juga berdarah. Mari saya antar ke klinik terdekat!" sambung laki-laki terebut saat Amira sudah berdiri.

Amira pun hanya diam sambil menatap wajah laki-laki itu, sangat tampan ucap Amira didalam hatinya. Laki-laki itu bertubuh tinggi dan kulitnya putih bersih membuat Amira sangat terpesona, apa lagi dengan rambut yang berantakan ala anak jaman sekarang.

"Tidak usah Kak! saya sudah dijemput. Saya akan langsung pulang saja" jawab Amira dengan muka yang memerah, dia cukup malu saat ditatap dengan laki-laki tampan didepanya.

"Nggak boleh gitu, kamu terluka karena saya jadi saya tidak enak. Biarkan saya membawa kamu untuk berobat!" ucapnya lagi, memaksa Amira untuk mengobati lukanya.

Tiba-tiba Pak Joko datang dan sangat khawatir langsung memeriksa seluruh tubuh Amira karena saking paniknya, dia juga merasa bersalah karena menunggu di seberang jalan. Seharusnya dia menunggu Amira langsung kedepan gerbang, jika terjadi apa-apa pasti majikanya akan marah takut Pak Joko.

"Neng nggak papa, ada yang sakit?" tanyanya sambil membolak balik tubuh Amira dan laki-laki didepanya hanya memperhatikan.

"Tidak apa-apa Pak, maaf membuat Pak Joko khawatir. Ayo kita pulang Pak!" jawab Amira pada Pak Joko.

"Dan maaf juga Kak, saya menyeberang jalan sembarangan!" sambung Amira lagi, sambil menundukan kepalanya kepada laki-laki itu.

"Iya lain kali hati-hati jika ingin menyeberang jalan! bisa saja kamu celaka kalau saya lebih ngebut dari tadi" jawabnya sambil mengelus kepala Amira.

Setelah itu dia mengelurkan beberapa lembar uang seratus ribu, lalu diberikan kepada Pak Joko. Dia juga merasa bersalah karena membuat Amira terluka, sekalian untuk membeli obat karena dia tidak mau dibawah ke klinik.

"Ini ada uang sedikit untuk membawah adek ini berobat Pak, saya permisi!" ucapnya memberikan uang tersebut.

"Assalamualaikum..." setelah pamit dia langsung menuju motornya dan berlalu pergi dari sana.

"Walaikumsalam " jawab Pak Joko, yang masih mematung ditempatnya, tidak lama kemudian Amira memanggilnya.

"Pak Joko...!!" panggil Amira membuat Pak Joko langsung tersadar.

Pak Joko membantu Amira berjalan menuju mobil, kemudian mereka pun bergegas pulang kerumah. Saat diperjalanan Amira memohon agar Pak Joko tidak memberitahu Papanya, karena pasti Papanya akan marah dan sangat khawatir. Pak Joko juga tau kalau Tuanya sangat over protektif pada Amira, apa lagi jika tau Amira terluka seperti ini.

"Pak jangan bilang Papa dan Mama ya! Nanti Amira yang akan bilang sendiri" ucap Amira memohon pada Pak Joko.

"Tapi kan Neng terluka, saya juga merasa bersalah karena tidak dapat menjaga Neng" jawabnya takut.

"Bapak nggak usah khawatir, nanti Amira akan bilang ke Mama kalau Amira yang cerobo. Tenang saja Pak Joko tidak akan kena marah!" ucapnya dengan penyesalan karena telah membuat masalah.

Pasti jika Papa tahu, Pak Joko akan dimarahi juga karena Papa itu sangat lah posesif kepada putrinya. Dia sangat menyayangi Amira dan adiknya, mungkin juga karena mereka hanya dua bersaudara dan tidak ada laki-laki. Jadi dia menganggap mereka seperti putri kecilnya, Amira juga kadang heran dengan perlakukan Papanya.

.

.

.

Beberapa menit kemudian Amira dan Pak Joko sudah sampai dirumah, Pak Joko memarkirkan mobilnya di garasi. Setelah mobil berhenti Amira turun dari mobil, lalu menuju pintu masuk rumah dari depan. Amira melihat Mamanya duduk dikursi depan rumah, kursi depan itu memang tempat bersantai. Mama duduk bersama adiknya yang terlihat sedang bermain boneka, Amira takut dan cemas berjalan kearah Mamanya. Sedangkan Pak Joko pergi kedepan menuju Pos Satpam rumahnya, sebenarnya dia juga takut nanti Nyonya akan marah.

"Assalamualaikum Ma..." ucap Amira menghampiri Mamanya.

"Waalaikumsalam sayang" jawab Mama saat Amira sudah mendekat dan memeluk Mamanya sangat Manja, kemudian setelah itu Amira mencium pipi gembul adiknya.

"Kakak ganti baju dulu ya Ma" ucap Amira lagi dan ingin pergi dari sana.

Amira pun berpamitan untuk kedalam mau ganti baju, Mama pun menganggukan kepalnya. Tapi saat Amira berjalan kearah pintu masuk kakinya agak sakit jadi dia berjalan agak pelan, tentu saja Mama curiga dan menghampiri Amira dan memeriksa kaki putrinya itu.

"Tunggu...!" ucap Mama membuat Amira berhenti.

"Kaki kakak kenapa, kok jalanya gitu?" Tanya Mama lalu menghampiri Amira, kemudian memeriksa kakinya.

Saat melihat kakinya Amira, Mama sangat terkejut lutut Amira lecet. Pasti Amira ceroboh lagi pikir Mamanya, belum lagi siku tanganya juga berdarah.

"Astaga kakak kok bisa lecet kayak gini, udah Mama bilang hati-hati. Duduk disana biar Mama ambil kotak P3k dulu!!" ucap Mamanya kemudian masuk kedalam rumah mengambil obat untuk Amira.

Amira pun menuruti Mamanya duduk disana, beberapa menit Mama keluar membawa kotak P3k. Setelah itu mengobati luka Amira dengan telaten, sambil bertanya kenapa Amira bisa jatuh.

"Coba cerita sama Mama, kenapa kakak bisa jatuh?" tanya Mama lembut kepada Amira.

Mama adalah wanita yang sabar dan jarang sekali marah kepada putrinya. Amira dan adiknya selalu dimanjakan oleh kedua orang tuanya, walaupun begitu Amira tetap meghormati kedua orang tuanya.

"Tadi kakak jatuh didepan sekolah Ma, saat kakak mau menyeberang jalan ingin menghampiri Pak Joko ada motor lewat. Jadi kakak keserempet motor Ma" Cerita Amira pada Mamanya.

"Kan udah Mama bilang hati-hati kakak, apa lagi kalau mau nyeberang jalan liat-liat dulu!" ucap Mamanya lembut.

"Iya lain kali kakak akan lebih berhati-hati Ma" jawabnya sambil menundukan kepalanya.

Setelah Mama selesai mengobati luka Amira, Mama menyuru Amira istirahat dan mengganti pakaiannya.

"Udah selesai, sana kakak istirahat dulu dan ganti bajunya" ucap Mama dan Amira menganggukan kepalanya, setelah itu pergi menuju kamarnya.

Amira pun pergi menuju kamarnya, setelah itu Mama memanggil Pak Joko untuk menayakan kenapa Amira bisa sampai kena serempet motor. Bisa-bisanya Pak Joko juga hanya diam saja saat pulang tadi, Mama benar-benar tidak habis pikir.

"Pak Jok.....!!" Ucap Mama memanggil Pak Joko.

Pak Joko yang mendengar majikanya memanggil pun langsung datang, pasti akan kena marah Nyonya karena Neng Amira terluka pikir Joko.

"Iya ada apa Nyonya memanggil saya?" tanya Pak Joko sedikit takut.

"Benar Amira tadi jatuh karena keserempet motor, Apa dia jatuh sendiri karena bandel?" tanya Mama kepada Pak Joko.

"Benar Nyonya, itu juga kesalahan saya tidak menjaga Neng Amira dengan baik. Maafkan saya Nyonya " jawabnya.

"Baiklah, berarti kakak memang tidak bohong. Sudah lah tidak usah minta maaf namanya juga musibah Pak Joko, tapi saya cuma mau mengingakan Pak Joko agar lebih berhati-hati lagi saat menjaga Amira. Bapak tau sendiri kan kalau kakak itu agak ceroboh" sambum Mama memberikan sedikit nasehat pada Pak Joko.

"Iya Nyonya saya akan lebih berhati-hati lagi dan Ini adalah uang yang diberikan pemuda yang menabrak Neng Amira tadi Nyonya" jawab Pak Joko kemudian mengelurkan uang dari saku celananya.

"Simpan saja untuk keperluan Pak Joko, siapa tau bisa membeli barang untuk cucu bapak. Saya dengar dari Mbok Yem kemarin putri pertama bapak baru melahirkan. Selamat ya!" jawab Mama sambil memberikan selamat pada Pak Joko.

"Iya terima kasih banyak Nyonya, semoga rezeki Nyonya semakin lancar" sambung Pak Joko.

Pak Joko pun berterima kasih, Tuan dan Nyonya tempat dia bekerja sangat lah baik. Pak Joko dan Istrinya sangat beruntung bisa bekerja disini, mereka sudah bekerja selama 7 tahun. Walupun hanya bekerja sebagai supir dan istirnya Art dirumah ini, tapi mereka sangat menghormati Pak Joko dan Mbok Yem dan menganggap mereka seperti keluarga sendiri.

#Bersambung....

Bab 2. Jerry Abraham Pramana

Sudah 10 tahun berlalu, kini gadis kecil yang bernama Amira itu sudah tumbuh menjadi wanita dewasa yang cantik dan anggun. Saat ini Amira berusia 26 tahun dan bekerja sebagai seorang dokter di salah satu rumah sakit ternama, namun di usianya yang sekarang dia masih betah sendiri.

Pada awal tahun ini, Amira selalu ditanya kapan menikah oleh orang tuanya. Jangankan untuk menikah punya pacaran saja tidak, Amira masih yakin jika suatu saat nanti dia akan dipertemukan dengan cinta pertamanya. Walaupun sudah bertahun-tahun berlalu, bahkan Amira tidak tau siapa nama laki -laki itu tapi dia masih mengingat jelas bagaimana wajahnya.

Rumah Sakit Medika Sentral

Jam pulang kerja pun suda tiba, Amira memutuskan untuk langsung pulang kerumah. Sebelum pulang Amira berpamitan kepada teman-temanya.

"Saya duluan pulang semuanya, nanti dr.Lina yang akan menggantikan saya shift sore " Ucap Amira berpamitan kepada teman-teman perawat yang satu shift dengan dia pagi ini.

"Iya dr.Amira hati-hati dijalan" jawab mereka kompak dan terus memperhatikan Amira yang keluar dari ruangan tersebut.

Amira pun mengangukan kepalanya dan terus berjalan keluar ruangan. Setelah Amira keluar dari ruangan itu, banyak perawat laki-laki yang membicarakanya. Amira adalah salah satu dokter tercantik bisa dibilang kembang ruangan tersebut, bahkan anak dari drektur rumah sakit ini saja terus mengejarnya tapi Amira selalu menolaknya.

"dr.Amira tipe aku banget Yo, cantik banget sempurna untuk dijadikan istri hehe" Ucap Angga salah satu perawat cowok diruangan itu.

"Udah lah Nga jangan banyak menghalu kamu, mana mau dr.Amira sama kamu. Anak pak drektur aja dia tolak apa lagi modelan kayak kamu" jawab Diyo yang juga sama-sama perawat sambil menepuk kepala Angga.

"Awww sakit...!! hobby banget mukul kepala orang. Lagian apa salahnya menghayal dulu siapa tau jadi kenyataan." Jawab Angga yang tak mau kalah.

"Rasakan sakitkan, makanya jangan mengahalu terlalu tinggi nanti jatuh sakit baru tau rasa" lanjutnya lagi sambil tertawa mengejek.

Semua yang ada diruangan itu pun tertawa mendengar perdebatan antara Angga dan Diyo, memang benar yang mereka pikir mana mungkin dr. Amira mau dengan orang sembarangan anak pemilik rumah sakit ini saja terus mengejarnya tapi dia selalu menolak.

Mereka juga mendengar jika Amira bukan orang sembarangan, Papanya adalah seorang CEO perusahaan ternama dikota mereka. Bisa dibilang jika Amira adalah orang berada, namun semua itu tidak membuat Amira sombong karena Amira selalu diajarkan hidup sederhana oleh orang tuanya.

Amira masih selalu ramah dan rendah hati kepada semua orang, dia juga sangat baik hati dan banyak orang mengaguminya. Hanya satu yang sangat disayangkan dari dirinya, Amira selalu memakai pakaian terbuka dan pendek karena dia selalu berbicara tidak nyaman jika memakai pakaian tertutup seperti seorang muslimah pada umumnya.

.

.

.

Setelah menempuh perjalanan 15 menit, akhirnya Amira sampai kerumahnya. Pak Joko membuka gerbang rumahnya, saat Amira sudah memarkirkan mobilnya dia melihat ada satu mobil Pajero sport berwarna hitam terparkir didepan rumanya. Amira sangat tau itu bukan punya Papanya, pasti ada tamu dirumah pikirnya.

Sebelum memasuki rumah, Amira menyapa Pak Joko terlebih dahulu dan menayakan mobil siapa yang terparkir didepan rumahnya.

"Selamat sore Pak, Oh ya itu mobil siapa Pak?" Ucap Amira kepada Pak Joko sambil menunjuk mobil tersebut.

"Sore juga Neng, Itu mobilnya tamu Tuan Neng. Saya juga tidak kenal karena baru pertama ini melihatnya" jawab Pak Joko.

"Tumben Papa bawah tamu ya, biasnya kan Papa selu ketemu temanya di luarkan" sambung Amira, memang Papanya jarang membawa teman kerumahnya paling kalau ketemu dikafe atau ditempat olaraga.

"Saya juga kurang tau Neng" jawab Pak Joko jujur karena dia juga tidak berani bertanya tadi.

"Begitu ya Pak, Oh iya Mama udah pulang dari butik belum Pak? Tanya Amira lagi.

"Sudah Neng tapi Ibu lagi ada acara arisan sama teman-temanya dan sekalian pulang barengan dengan Neng Marsa pulang Les Bahasa Inggris " Ucap Pak Joko menjelaskan kegiatan Mama.

"Iya Pak, Amira masuk dulu ya Pak" Sambung Amira ingin pergi masuk kedalam.

"Iya Neng" ucap Pak Joko menganggukan kepalanya.

Amira memasuki rumah dengan santai saat melewati ruang tamu, Papa nya sedang duduk bersama dua laki-laki satu nya seumuran Papa dan satu nya lagi sepertinya masih muda mungkin anaknya kali pikir Amira.

"Assalamualaikum....." ucap Amira.

"Walaikumsalam " jawab mereka berasamaan, mereka melihat kearah Amira yang baru saja masuk.

"Hay sayang! kamu udah pulang. Sini dulu Papa mau kenalin kamu sama teman Papa dan anaknya" ucap Papa sambil mengisyaratkan tanganya memanggil Amira dan dengan terpaksa Amira menghampiri tamu Papanya itu.

"Iya Papa " Ucap Amira dengan sopan memperkenalkan dirinya kemudian duduk disamping Papanya.

"Wahh kamu nggak bilang kalau anak kamu sudah dewasa sekarang, terakhir aku melihatnya waktu dia kecil dulu Pindo. Berarti sudah lama sekali kita tidak bertemu!" sambung orang tersebut sambil memandang Amira.

"Iya kamu tu yang selalu berpindah-pindah dari dulu, beruntung kita bisa saling menukar kabar lagi" jawab Papa.

"Ya mau gimana lagi, namanya juga mencari nafka, eh ternyata ujung-ujungnya balik kesini lagi" jawab orang itu sambil tertawa.

"Iya kamu memang selalu benar, Oh iya perkenalkan sayang ini Om Surya dan yang disampingnya itu anaknya nya Jerry!" sambung Papa sambil memperkenalakan temanya.

"Iya Pa, salam kenal Om dan Kak. Saya Amira Antasnya, panggil saja Amira" ucap Amira sopan dan terus memandang kearah laki-laki yang bernama Jerry itu.

Amira sedikit terkejut saat mengetahui siapa tamu Papanya, Iya laki-laki itu yang dia tunggu selama ini. Amira dapat melihat secara jelas name tag di baju seragam polisi berwarna coklat itu bertuliskan Jerry Abraham Pramana.

Jadi namanya Jerry ucap Amira didalam hatinya, sekarang dia semakin dewasa dan tampan. Apa Tuhan benar-benar mengambukan doaku, hingga dia datang sendiri kesini. Amira tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya, sambil sesekali tersenyum.

"Salam kenal juga cantik" jawab Om surya, sepertinya Om surya memang orangnya humoris.

"Iya Om, saya biasa saja. Tapi terima kasih atas pujianya" jawab Amira sambil tersenyum.

"Saya suka orang seperti kamu! cantik dan lucu" sambung Om Surya memuji Amira.

"Om Surya dan Jerry ini akan menjadi tetangga baru kita sayang, mereka baruh pindah dari luar kota" sambung Papa menjelaskan bahwa mereka akan menjadi tetangga.

"Iya benar sekali Amira, saya dan Papa kamu sudah berteman sejak kami kuliah di universitas M. Kamu tau Papa mu waktu masih mudah itu sangat tampan, banyak sekali cewek-cewek yang menyukainya!" ucap Om Surya mengingat masa kuliah mereka.

"Benarkah Om, Papa jarang cerita jadi Amira nggak tau hehe" Jawab Amira, sedangkan Jerry hanya diam saja.

"Kamu masih tetap sama seperti dulu Surya, sudah lah jangan dengarkan Om surya ada-ada saja" sambung Papa malu mengungkit tentang masa lalu mereka.

"Iya Pa takut sekali nanti Amira bilang sama Mama, Oh iya semoga betah tinggal di perumahan ini ya Om. Kota B adalah kota yang sejuk pasti Om suka dengan udara disini sangat sehat!" jawab Amira sambil mentap kearah Jerry karena Jerry terlus sibuk memainkan ponselnya dan terus menundukan kepalanya.

"Terima kasih cantik dan karena kita sudah jadi tetangga jangan sungkan main kerumah Om ya, pasti Ami istri saya akan senang jika bertemu dengan kamu. Habisnya kalian sama!" jawab Om Surya mengingat istrinya.

"Rumah Om paling ujung sebelah kiri, rumah no 18 C. Pokonya setelah sampai perempatan ujung sana kamu pasti tau" sambung Om Surya menjelasakan letak rumahnya sambil tersenyum pada Amira.

"Tentu saja Om, bila ada waktu luang Amira pasti main kerumah Om" jawab Amira sambil menganggukan kepalanya.

"Amira dari mana sayang sepertinya kamu baru pulang kerja ya. Amira kerja dimana?" Tanya Om Surya lagi dan Jerry masih tetap diam dan menyimak pembicaraan dari tadi.

Sepertinya Jerry sama sekali tidak mengingat Amira dan pertemuanya 10 tahun yang lalu, Iya Amira juga tidak boleh berharap lebih. Mana mungkin dia ingat, kenal aja nggak pikir Amira sambil menghembus napasnya.

"Amira dokter umum dirumah sakit kota, sore baru pulang mungkin dia masuk pagi" Jawab Papa memberitahu jika Amira adalah seorang dokter.

"Wah hebat sekali, sudah cantik dokter lagi. Udah punya calon suami belum? " Tanya Om Surya sambil bercanda dan tertawa.

"Om bisa saja, untuk saat ini belum ada yang cocok Om" Jawab Amira lagi sambil menundukan kepalanya.

"Mau sama anak Om ini nggak?" tanyanya lagi sambil menunjuk Jerry.

"Ayah...!!" akhirnya Jerry bersuara karena kalau tidak dia akan malu dengan ucapan ayahnya.

"Hehehe Ayah becanda, santai saja!" ucap Om Surya sambil tertawa dan menepuk pundak Jerry.

"Sepertinya Jerry anak nya pendiam, dari tadi dia diam terus beda ya sama kakaknya." Sambung Papa lagi karena memang Juan tipe orang yang irit bicara.

"Kamu benar sekali Pin, kamu tau Pin Mamanya sering menjulukinya dengan sebutan Kulkas berjalan. Sikapnya sangat dingin, aku juga bingung menurun dari siapa? " jawab Om Surya sambil tertawa dan diikuti senyuman Papa dan Amira.

"Udalah Yah jangan bikin Abang malu" jawab Jerry dengan muka datarnya.

"Iya-iya " jawab Om Surya agar Jerry tidak marah padanya.

"Maaf Om dan kakak saya mau ganti baju dulu, soalnya mau bersih-bersih dulu" sambung Amira ingin pergi dari sana.

Bukan dia tidak mau tapi dia masih gugup saat melihat Jerry ada dihadapanya, dia juga canggung dalam situasi ini.

"Iya silahkan!" ucap Om surya sambil tersenyum.

"iya sudah istirahatlah pasti kamu capek baru pulang kerja" Sambung Papa lagi sangat perhatian kepada putri sulungnya itu.

"Iya Pa, Mari Om dan Kak saya mau keatas dulu" ucap Amira dan dibalas angukan oleh keduanya.

Amira pun bergegas naik keatas karena kamarnya terletak dilantai dua, dengan perasaan tak karuan Amira memasuki kamarnya dan langsung merebahkan tubuhnya diatas ranjang empuknya. Mukanya memerah dan jantungnya berdetak tak karuan, apa ini namanya jatuh cinta setelah sekian lama.

"Jerry Abraham Pramana itu namanya, aku senang sekali bertemu kakak lagi" Ucap Amira sambil menutupi mukanya dengan bantal.

#Bersambung...

Bab 3. Menghabiskan Waktu Bersama

Malam ini adalah malam minggu jadi kami memutuskan untuk pergi makan malam direstoran langganan keluarga Amira, walaupun mereka sibuk dengan urusan pekerjaan tapi diakhir pekan selalu menyempatkan waktu berasama keluarga. Apa lagi Papa yang sibuk kadang pergi keluar kota, jadi dia sangat menikmati mengahabiskan waktu bersama.

Saat sampai direstoran tersebut Papa mengajak kami semua turun, sebelumnya Papa sudah memesan tempat untuk kami makan malam ini.

"Sudah sampai ayo turun" ucap Papa mengajak mereka turun.

"Ayoooo.... adek sudah tak sabar mau makan laper" Sambung Marsa yang tergesa-gesa turun dari mobil.

"Astaga adek pelan-pelan dong! nanti jatuh baru tau rasa" Lanjut Amira, kini adek kecilnya sudah menjadi gadis remaja yang cantik.

"Dasar kakak sewot deh, lihat Ma kakak marahin Adek terus dari kemarin" Jawab Marsa sambil bersembunyi dibelakang Mamanya.

"Kakak benar, lain kali adek nggak boleh gitu gak sopan" Ucap Mama dengan lembut.

"Iya-iya adek minta maaf" jawabnya kemudian.

Kami pun memasuki restoran dan menuju meja yang telah Papa pesan. Semua makanan hari ini Papa yang pesankan, karena Papa nggak pernah pelit kalau soal jalan dan membeli makanan. Seperti sekarang ini menurut Papa menghabiskan waktu berasama kelaurga adalah hal yang paling berharga.

Beberapa menit kemudian pesanan makananya sudah datang, terlihat sekali jika Marsa sangat senang.

"Makananya sudah datang" Ucap Marsa sangat antusias.

"Karena makanannya sudah datang ayo kita makan perempuan - perempuan kesayangan Papa" Sambung Papa yang mulai mengambil makanannya.

"Astaga Papa sangat romantis bikin Mama tambah cinta" jawab Mama sambil memberikan tanda love menngunakan kedua tanganya.

"Papa sama Mama kayak Abg lagi jatuh cinta aja" Ucap Amira sambil mengambil makanannya juga.

"Ngomong aja kalau kamu iri kan, makanya udah Papa bilang sana cari pacar, jangan bilang ke Papa kalau Kakak nggak laku makanya jomloh terus" Lanjut Papa dengan nada bercanda.

"Lah kok Amira lagi yang kena, bukanya Papa yang bilang kalau kakak masih seperti putri kecil kesayangan Papa. Jadi nggak usah buru-buru!" ucapnya bangga sambil tersenyum.

"Jangan ngomong gitu kak, kalau nggak dicari mana dapat ingat tu umur kakak aja udah 26 tahun berarti kakak udah dewasa dan siap untuk menikah. Mama juga udah siap kok punya cucu iya kan Pa?" sambung Mama sambil menyenggol lengan suaminya itu.

"Papa juga setuju karena tahun ini kakak udah benar-benar dewasa, jadi Papa nggak akan melarang kakak buat pacaran lagi" Ucapnya dengam nada sedikit sedih, banyak hal yang dia pikirkan tentang putrinya itu.

"Tumben sekali kali ini Papa sama Mama kompak kakak jadi sedih kalau bayain mau nikah pisah sama Papa, Mama dan Adek jika kakak menikah nanti" Jawab Amira dengan nada agak sedih sambil memghembuskan napasnya.

"Jangan sedih sayang pacar aja nggak punya bagaimana mau nikah, apa mau nanti Mama kenalkan kamu sama anak teman Mama anaknya keren-keren loh sayang" Mama membuju Amira untuk kesekian kalinya.

Ada-ada saja Mama, emang ini masih jaman apa jodoh-jodohan. Jadi bosen kalau bahas masalah jodoh ucap Amira dalam hatinya.

"Udah lah, jurus Mama udah nggak mempan lagi. Mama dari kemarin mengenalkan anak teman Mama tapi tidak ada satu pun yang benar" Amira merengek pada Mamanya.

"Bisa nggak bahas yang lain aja, Adek kan masih kecil jadi nggak nyambung ceritanya" Sela Marsa yang mulai berbicara karena sudah bosen mendengar perdebatan mereka bertiga.

"Uhhh kecilnya adekku ini, jangan bohong kamu kemarin kakak lihat ponsel kamu ada laki-laki yang chat tu." Jawab Amira gemas sambil mencubit pipi adiknya.

"Mana ada, Kakak kok suka buka ponsel orang tampa pamit si" jawab Marsa marah.

"Sudah lah jangan berdebat, ayo lanjutkan makanya" sambung Mama.

Banyak hal yang kami bicarakan sampai tiba-tiba Papa dan Mama membicarakan keluarga Om Surya. Ya tentu saja bersangkutan dengan Juan anaknya, sebenarnya Amira cukup pensaran dengan cinta pertamanya itu.

"Bagaimana Mama udah ketemu sama Istrinya Surya? " Tanya Papa kepada Mama.

"Iya sudah Pa, kebetulan Ami mampir kebutik jadi kami sekalian makan siang bersama ternyata orangnya asik juga walapun nampaknya pendiam" jawab Mama sambil terus memberikan makanan kepada Amira dan Marsa.

"Apa kata ku, bagus lah Mama berteman denganya dari pada tetangga sebelah Papa kurang suka Ibu-ibu yang suka gosip" Sambung Papa lagi.

"Iya Pa, Jeng Mida memang ratu gosip di perumahan kita semua orang pun tau udah lah jangan bahas dia kayak nggak ada pembicaraan lain aja. Oh iya Mama penasaran berapa anaknya Surya sama Ami itu soalnya Mama tanya kemarin mereka hanya tinggal bertiga saja?" Tanya Mama lagi yang masih penasaran.

"Anak surya itu ada tiga, yang pertama Tomi bekerja sebagai TNI dia tinggal di luar kota bersama istrinya. Terus yang kedua cewek namanya Zili dia seorang guru yang bekerja di kota P dan menetap disana, yang paling bungsu ya Jerry. Papa salut sama Jerry, Mama tau sebelum tes polisi kemarin dia juga sudah pernah kuliah jurusan menajemen tentang bisnis dan mendapat gelar S1 itu kemauan Surya sebenarnya untuk meneruskan bisnisnya tapi Surya tidak ingin memaksakan Jerry katanya" Penjelasan Papa panjang lebar dan Amira terus menyimak dari tadi.

"Wah keren ya Pak Surya anaknya pada sukse semua" Jawab Mama yang memuji keluarga Om Surya.

"Iya begitu lah Ma, Surya memang tipe orang yang pekerja keras dari dulu dan kini sukses mendidik anak-anaknya. Tapi Papa baru ketemu sama Jerry aja kalau yang lain kan jarang pulang kesini" Ucap Papa lagi.

"Mama juga udah ketemu sama Jerry kemarin Pas jemput Ami dikafe, anaknya memang pendiam tapi sopan sekali. Mama liat juga keluargannya Pak Surya religius sekali ya Pa" Sambung Mama.

" Memang benar Ma, pas kami masih kuliah dulu yang paling sering ngaji sama solat ya Surya" Ucap Papa sambil tersenyum mengingat masa lalunya.

"Bagus dong, kalau Papa pasti bandel kan. Mama sudah bisa menebaknya" tebakan Mama memang selalu benar tak pernah salah.

"Mana ada Papa adalah laki-laki yang keren dan nggak banyak omong, sudah lah jangan bahas Papa" jawab Papa.

"Bilang aja Papa malu, jika anak-anak tau Papanya dulu bandel" canda Mama sambil tersenyum.

"Tu liat anak-anak diam terus, kamu si ngajak ngomong terus dari tadi. Sayangnya Papa kok diam terus?" sambung Papa lagi mengalihkan pembicaraan, sambil bertanya pada kedua putrinya.

"Lanjutin aja Pa, Amira sama Adek menyimak dengan baik kok" jawab Amira sambil senyum kepada Papanya.

Pada saat sekolah Papa memang bandel sering bolos, merokok dan lebih parahnya lagi pernah berantem dengan guru sampai guru itu babak belur sampai pingsan. Akhirnya Papa dibawah kekantor polisi selama seminggu itu perilaku yang tidak pantas dicontoh kata Papa.

"Iya Papa memang bandel tapi Mama suka kan?" Gombal Papa lagi yang tak bosan memgerjai Mama dari tadi.

"Udah-udah Mama kalah kalau harus berdebat sama Papa, Sayang ayo segera dihabiskan. Udah larut takutnya kemaleman" Jawab Mama karena memang sudah pukul 11 malam.

Setelah makan mereka pulang kerumah, Amira dan Marsa pun mengikuti Mamanya keluar dari restoran dan Papa membayar terlebih dahulu. Diperjalanan Amira masih memikirkan perkataan orang tuanya. Apa benar dirinya sudah pantas menikah tapi dalam hati nya dia benar-benar belum kepikiran untuk pacaran apalagi menikah. Hanya ada satu laki-laki yang bernama Jerry yang selalu mengusik hatinya, tapi sayangnya laki-laki itu sama sekali tak mengenal Amira.

#Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!