Rama adalah seorang bos dari perusahaan ternama di kotanya.Tak jarang banyak orang yang ingin berinvestasi dengan nya. Sebagai bos besar tentunya ia kerap kali sibuk dengan pekerjaannya. Hal itu membuat Rama jarang ada waktu bersama keluarga kecil nya.
Sementara Sania istri dari Rama itu bekerja sebagai seorang desainer. Meski pekerjaan yang menyibukkan, Sania tidak lupa dengan tugasnya sebagai seorang istri dan mengurus anak.
Sepuluh tahun menikah,rumah tangga mereka terlihat baik-baik saja dan terlihat begitu harmonis.
Namun seperti yang kita ketahui,perjalanan rumah tangga tidak selamanya berjalan dengan mulus.
Hubungan rumah tangga Rama dan Sania mulai mengalami sedikit keretakan dari hari ke hari. Hal itu berawal ketika Sania mulai merasakan perbedaan dan perubahan Rama yang akhir-akhir ini sangat jarang menghabiskan waktu bersama ia dan putrinya .Tak hanya itu, Rama juga kerap telat pulang ke rumah.
Terdengar pula isu dari salah satu sahabat Sania yang bernama Nayla mengatakan bahwa ia sempat melihat suaminya sedang bersama Rika di salah satu cafe.
Rika sendiri adalah sosok wanita yang tak kalah cantik dari Sania. Dia adalah bawahan dari Rama.
Setiap kali Sania menanyakan alasan semuanya pada Rama, Rama hanya memberikan jawaban dan alasan yang sama bahwa sekarang ia memiliki banyak urusan di kantor. Rama juga mengatakan pada Sania bahwa ia tidak usah berpikir yang bukan-bukan tentang nya, karena ia tidak memiliki hubungan apapun terhadap Rika yang hanya sebatas rekan kerja.
Rama yang tak ingin membuat istrinya berpikiran negatif tentangnya pun, langsung menenangkan Sania.
Seminggu kemudian terlewatkan. Hubungan rumah tangga Rama dan Sania semakin menjadi dingin.Rama tidak seperti dulu lagi, ia semakin hari semakin sibuk dengan pekerjaan nya. Bahkan sekarang ia sangat jarang memperhatikan istrinya sendiri.
Perubahan Rama tersebut membuat Sania lupa rasanya di perhatikan. Tapi siapa sangka, semenjak hubungan rumah tangga ia retak, Sania ternyata diam-diam menjalin hubungan asmara dengan seorang pria di masa lalu yang bernama Brian.Yah, mereka saling menyukai sejak bertemu kembali saat acara reuni tempo lalu.
Dulunya Bria dan Sania sempat menjalani hubungan sejak mereka masih duduk di bangku SMA. Hubungan itu sempat berlanjut kejenjang yang lebih serius yaitu pernikahan.
Namun sayangnya, orang tua Bria sangat tidak menyukai Sania. Bahkan ketika Brian meminta restu untuk menikahi Sania, orang tua Brian malah tidak merestui nya sama sekali. Hingga suatu hari, hubungan mereka harus berakhir karena Brian sendiri yang memutuskan Sania dengan alasan akan menikahi wanita lain pilihan orangtuanya.
Brian adalah sosok pria yang tampan dan cerdas sama seperti Rama. Dia sendiri juga adalah bos di salah satu perusahaan di kotanya. Brian sudah memiliki istri yang bernama Tiara dan seorang putri yang bernama Talisa.
🥀
Pagi ini sama seperti hari biasanya, sarapan pagi bersama. Sebelum Rama dan putrinya bangun, Sania sudah bangun terlebih dahulu untuk menyiapkan sarapan karena ia menggantikan pembantu nya yang sedang pulang kampung hampir semingguan ini.
"Mas.....aku sudah menyiapkan sarapan untuk mu,ayo!" Seru Sania pada Rama yang baru saja menuruni anak tangga.
"Maafkan aku Sania, tapi aku harus buru-buru pergi ke kantor karena ada urusan mendadak," Ujar Rama sambil melirik ke jam tangan nya.
"Oh ya dimana Alif?" Tanya Rama.
"Itu di meja makan, dia sarapan lebih dulu," Jawab Sania.
"Baiklah, tolong katakan pada Alif untuk tetap semangat sekolah nya! Sekarang aku pergi dulu ya sayang!" Ucap Rama berpamitan. Tak lupa ia juga mengecup kening istrinya.
"Hati-hati dijalan mas!" Ujar Sania lalu membuang nafas kasar.
Sania lalu kembali ke meja makan. Di meja makan Sania sejenak termenung sambil menatap sarapan yang sudah ia siapkan untuk suaminya. Menurutnya sudah beberapa hari ini Rama sama sekali tidak menghargai dirinya. Mulai dari sarapan yang ia buatkan tidak pernah lagi di makan.
Sania menelan ludah, ia mengambil piring tersebut lalu membuang makanan nya ke tong sampah karena merasa jengkel.
"Kenapa di buang, mah?" Tanya Alif.
"Tidak apa-apa sayang, ayo lanjutkan sarapan mu. Habis ini mamah akan mengantar mu!" Ucap Sania tersenyum.
Selesai sarapan, Sania pun mengantarkan Alif ke sekolah nya. Di depan gerbang sekolah sania menghentikan mobil nya.
"Semangat belajar nya sayang. Papah mamah sangat menyayangimu!" Ucap Sania ketika Alif berpamitan.
"Iya mah, Alif pamit dulu!"
Sania lalu menyalakan mobilnya kembali dan pergi menuju ke butik nya. Di tengah perjalanan menuju kantor, ia menerima telepon dari Brian.
"Hallo.......Sania!" Seru Brian.
"Hei....Brian tumben sekali kamu menelpon ku di pagi hari." Kata Sania.
"Aku rindu padamu......bisakah kita bertemu siang ini?" Tanya Brian.
"Ya,tentu saja bisa!" Jawab Sania sambil tersenyum sendiri.
"Baiklah, aku akan menghubungi mu lagi nanti," Ucap Ardian lalu memutuskan sambungan telepon.
Siang harinya,sesuai janji mereka bertemu di salah satu restoran ternama yang berada di tengah kota.
"Tahukah kamu,aku sangat merindukan mu dari kemarin malam!" Ucap Brian sambil memegangi tangan Sania.
"Haa...benarkah?" Tanya Sania tersipu malu.
"Aku serius Sania. Lihatlah, kamu jauh semakin cantik semenjak kita sudah lama tidak bertemu." Puji Brian terus menerus.
"Aku sangat merasa malu karena kamu terlalu berlebihan," Tutur Sania yang terbawa perasaan.
"Tapi sayangnya sekarang kamu sudah memiliki suami...." Kata Brian membuat Sania merasa tak enak.
"Iya...aku memang sudah memiliki suami.Ta-tapi akhir-akhir ini dia sangat berbeda dan sangat berubah jauh dari sebelumnya." Jelas Sania.
"Apa maksudmu?aku tidak mengerti." Tanya Brian.
"Aku pikir suamiku memiliki wanita lain dibelakang ku," Jawab Sania.
"Berarti maksudmu, suami mu juga berselingkuh?"
"Entahlah, tapi aku rasa seperti itu. Dia tidak lagi memperhatikan ku dan dia selalu menyibukkan diri dengan alasan pekerjaan," Tutur Sania.
"Kamu sendiri bukankah juga sudah menikah?" Tanya balik Sania.
"Ah....aku, aku sudah menikah dengan wanita yang dipilihkan orang tuaku.Tapi asal kamu tau Sania,aku sama sekali tidak mencintainya dan jujur aku sangat terpaksa menikah dengan nya. Kalau tidak karena permintaan orang tuaku,mana mungkin aku mau menikah dengan selain dirimu," Jelas Brian.
"Yang benar saja,kamu tidak mencintainya tapi kau mempunyai anak darinya! Kata Sania tertawa kecil.
"Dengar Sania......itu juga permintaan orang tua ku. Mereka sangat menginginkan seorang cucu dariku, mana mungkin juga aku menolak nya." Ucap Bria.
"Baiklah,........em....tapi Brian, apa kamu tidak takut jika kamu ketahuan istrimu sedang menjalin hubungan dengan wanita lain?" Tanya Sania.
"Tidak Sania....akan ku pastikan istriku tidak mengetahui hal ini. Lagipula dia adalah seorang wanita yang sibuk. Lalu bagaimana denganmu jika suami mu tahu?" Tanya balik Brian.
"Sama seperti mu, akan ku pasti kan dia tidak mengetahui bahwa aku menjalin hubungan dengan mu!"
Kata Sania.
Brian menghembuskan nafas kasar nya. "Aku sungguh bersyukur karena kita dipertemukan kembali!"
"Apa perusahaan kita mengalami kerugian yang sangat besar?" Rama mendongak sangat terkejut saat Rika menyampaikan kabar buruk itu.
"Iya pak....karena perusahaan **** telah membatalkan kontrak dengan perusahaan kita secara sepihak," Ujar Rika dengan kepala menunduk.
"Argh......bisa-bisanya perusahaan tersebut membatalkan secara sepihak!" Pekik Rama dengan wajah kesal.
"Baiklah kalau begitu, aku akan mengadakan meeting nanti. Siapkan jadwal nya!" Titah Rama.
"Baik pak, kalau begitu saya undur diri!" Kata Rika.
Baru saja membalikan tubuh, Rika tiba-tiba hampir saja jatuh. Untung saja Rama langsung menopang tubuhnya.
"Hah....ada apa dengan mu Rika?" Tanya Rama menatap Rika.
"Apakah kamu sedang tidak enak badan hari ini? Lihatlah wajah mu sangat pucat sekali!" Ujar Rama.
"Em....tidak apa-apa pak, saya hanya sedikit pusing dan tidak enak badan saja hari ini," Jawab Rika dengan tatapan gugup.
"Rika.....jika kamu memang tidak enak badan, seharusnya kamu beristirahat saja di rumah!" Ucap Rama.
"Tidak apa-apa pak. Lagipula mana mungkin saya meninggalkan pekerjaan saya," Tutur Rika.
"Kalau begitu saya pergi dulu pak...." Rika tersenyum lalu berlalu dari hadapan Rama.
"Em....baiklah kalau begitu,silahkan!" Kata Rama.
Rika pun melangkah keluar sambil memegangi kepalanya.
Sore menjelang malam, hujan turun dengan begitu lebat disertai dengan angin kencang. Suara petir menyambar dengan sangat keras hingga membuat Alif ketakutan. Untung saja Sania segera menenangkan putra tercintanya.
"Jangan takut sayang, mamah akan ada terus di sampingmu," Kata Sania memeluk Alif sambil mengusap rambutnya.
"Hah....astaga badan kamu kok tiba-tiba panas!" Seru Sania panik.
"Papah dimana mah, Alif ingin bersama papah!" Lirih Alif.
"Sabar ya sayang, papah belum pulang.Tunggu sebentar, mamah akan menelpon papah dulu," Ucap Sania beranjak dari ranjang tempat tidur.
Sania mengambil ponsel nya,ia lalu menghubungi suaminya. Sudah berulang kali Sania menelpon, namun sama sekali tidak ada jawaban dari Rama.
"Mas Rama angkat dong!" Gerutu Sania. "Kemana mas Rama,padahal sudah jam segini!" Ucap Sania mondar mandir.
Karena telepon nya tidak diangkat oleh Rama, Sania pun kembali masuk kedalam kamar Alif.
"Sayang....mamah sudah menghubungi papah kamu, tapi papah kamu tidak bisa di hubungi. Lebih baik sekarang kamu minum obat ya, terus tidur." Ucap Sania.
Alif hanya mengangguk menuruti perkataan mamahnya.
Sementara Rama saat ini baru saja menyelesaikan pekerjaan nya. Ketika hendak pulang,ia tak sengaja melihat Rika yang sedang berdiri seperti menunggu seseorang.
"Rika....kamu belum pulang,em nunggu siapa disini?" Tegur Rama.
"Em....belum pak,saya lagi nunggu jemputan dari adik saya.Tapi sudah dari tadi adik saya tidak juga mengangkat telponnya," Kata Rika dengan sopan.
"Oh ya....kalau begitu sekalian saja bareng sama saya! saya juga ingin pulang!" Tawar Rama.
"Tidak usah pak, paling sebentar lagi saya juga di jemput!" Tolak Rika secara halus.
"Tidak apa-apa Rika, lagian sebentar lagi hari sudah mulai gelap dan kantor sebentar lagi sepi," Ujar Rama.
Rika memandangi suasana sekitar. Dengan rasa gugup ia pun menerima tawaran Rama untuk mengantar nya pulang. Di tengah perjalanan mengantar Rika, tampak suasana di dalam mobil terasa hening.
Untuk mencairkan suasana, Rama pun mulai membuka suara untuk basa basi terhadap Rika yang sejak tadi hanya diam saja.
"Rika....kenapa kamu hanya diam saja?" Tanya Rama sambil fokus menyetir
"Ah....tidak apa-apa pak,saya hanya sedikit gugup jika bersanding dengan laki-laki," Jawab Rika.
"Santai saja Rika, tidak usah merasa gugup." Rama tersenyum mendengarnya.
"Iya pak!"
"Omong-omong berapa usiamu sekarang?" Tanya Rama.
"Dua puluh delapan tahun pak,"
"Em....apakah kamu sudah menikah?"
"Belum,saya masih lajang!"
"Kenapa tidak menikah,padahal usia segitu sudah pantas untuk berumah tangga,"
"Iya benar seharusnya usia segitu sudah sepantasnya untuk menikah.Saya sangat trauma sekarang karena saya hampir saja ingin menikah tapi gagal," as Rika.
"Gagal? kenapa bisa gagal?"
"Calon suami saya ketahuan berselingkuh dengan wanita lain saat itu,"
"Oh....maafkan saya Rika, karena saya sangat lancang untuk bertanya seperti itu," Tutur Rama.
"Tidak apa-apa pak," Rika tersenyum.
Selang beberapa saat Rama pun sampai di depan rumah Rika.
"Terimakasih pak karena sudah mengantarkan saya. Sekali lagi terimakasih!" Seru Rika pada Rama.
"Sama-sama Rika, lain kali jangan sungkan apabila ingin pulang bersama!" Ujar Rama tersenyum.
"Baik pak,kalau begitu saya turun dulu!" Ucap Rika lalu turun dari mobil.
Tak terasa hari sudah malam, hujan masih tak hentinya membasahi permukaan bumi.
🥀
Beralih ke cerita Brian dan istrinya Tiara, malam ini Tiara sedang menyeduh secangkir kopi untuk suaminya. Dari sedikit kejauhan, Tiara yang sedang menyeduh kopi tatapan nya terus saja mengarah kepada Brian yang sedang duduk asik sambil bermain ponsel dengan wajah tersenyum.
"Tumben sekali mas Brian seperti itu. Seperti orang yang sedang senang," Batin Tiara.
Ia pun kemudian melangkah menghampiri Brian yang sedang duduk dengan membawakan secangkir kopi.
"Mas....ini kopi nya!" Seru Tiara membuat Briam gelagapan memasukan ponsel nya ke saku.
"Ah iya terimakasih!" Ucap Brian.
Tiara lalu duduk di samping suaminya sambil bertanya mengapa ia seperti orang yang sedang bergembira. Briam pun menjawab dengan bohong bahwa ia sedang senang karena perusahaan nya sekarang sedang untung banyak. Padahal ia sebenarnya sedang asik membalas pesan dari Sania.
"Benarkah, kalau begitu aku ikut senang mendengar nya!" Kata Tiara tersenyum.
"Mas aku ke atas dulu ya,aku ingin ke kamar Talisa soalnya!" Ujar Tiara.
"Iya.....baiklah!"
Tiara pun bangun dari duduknya lalu berjalan menuju anak tangga. Brian menatap ke arah tangga untuk memastikan istrinya benar-benar pergi. Ia kemudian mengeluarkan ponsel nya lagi dan kembali tersenyum ketika membuka pesan dari Sania.
Tanpa ia sadari, Tiara ternyata menatap nya sambil mengamatinya dari atas.
"Seperti ada yang aneh, tidak sepertinya dia seperti itu.Apakah dia membohongi ku?" Batin Tiara bertanya-tanya.
"Tidak mungkin dia membohongi ku, sebaiknya aku jangan berpikiran negatif tentang nya!" Tiara menghembuskan nafas nya lalu pergi ke kamar Talisa. Dia mencoba membuang jauh-jauh perasaan negatifnya.
🥀
Sementara saat ini, Rama baru sampai di rumah nya. Baru saja menginjakan kaki di rumah, Sania sudah berdiri menyambutnya dengan wajah datar.
"Dari mana saja kamu? kenapa jam segini baru pulang? dan mengapa telepon ku tidak diangkat?" Tanya Sania dengan melipat kedua tangan di dada.
"Sania......apakah kamu menelpon ku?" Tanya Rama.
"Iya aku menelpon mu dari tadi tapi mengapa kamu tidak bisa dihubungi? kamu tahu, badan Alif sangat panas sekarang. Dia demam!" Jelas Sania dengan sedikit kesal.
"Maafkan aku Sania, aku baru saja menyelesaikan pekerjaan ku dan ponsel ku mati karena kehabisan baterai," Ujar Rama.
"Halah omong kosong,cepatlah pergi ke kamar Alif. Dari tadi dia memanggil namamu!" Titah Sania kemudian pergi.
"Baiklah!"ucap Rama
"Aku sudah menemui Alif, panas nya sudah turun dan sekarang dia sudah kembali tidur." Ucap Rama yang baru saja keluar dari kamar anaknya.
"Hem....baiklah kalau begitu,"
"Aku ingin mandi dulu," Ujar Rama lalu berjalan ke kamar mandi.
Selang beberapa saat, Rama sudah selesai mandi. Baru saja keluar dari kamar mandi, ia sudah dikejutkan oleh Sania yang berdiri didepan nya dengan mengenakan baju tidur seksi.
"Hah....astaga kamu mengejutkan ku!" Seru Rama menatap Sania dari atas ke bawah.
"Maaf membuat mu terkejut....." Lirih Sania kemudian merangkul Rama dari belakang.
"Sania apa yang kamu lakukan?" Tanya Rama.
"Mas......sudah lama kita tidak bermesraan. Aku sangat rindu dengan belaian mu apalagi dengan terong mu," Rayu Sania.
"Em....baiklah,aku mengerti maksudmu.Tapi jangan malam ini, sekarang aku sangat lelah sekali sayang," Kata Rama.
"Ayolah mas,apakah kamu tidak merindukan jepitan ku?" Tanya Sania sekali lagi merayu suaminya.
"Sayang.....aku paham,tapi aku mohon jangan sekarang. Aku sangat ngantuk sekali, aku ingin tidur lebih dulu. Jangan marah ya sayangku!" Ucap Rama mengecup kening istrinya.
Sania menghela nafas, terlihat wajah nya sangat begitu kesal pada Rama yang baru kali ini menolak berhubungan intim.
"Baiklah mas,tidurlah dulu,istirahat yang cukup. Aku mau ke bawah dulu untuk minum," Ujar Sania dengan memalsukan senyuman nya. Wanita itu kemudian keluar dari kamar.
Sambil menuruni tangga, Sania terus saja bergerutu di dalam hatinya. Bisa-bisanya Rama menolak ajakan dirinya.Ia melangkah ke dapur menuju ke kulkas untuk mengambil air dingin.Tiba-tiba pikiran nya tertuju pada Brian.
"Bagaimana jika aku menghubungi mas Brian saja?" Batin Sania sambil tersenyum.
Sania kembali ke atas untuk mengambil ponsel miliknya dan sekaligus memastikan jika suaminya telah tidur.
Yah,benar saja Rama sudah tidur dengan lelap.Dengan langkah pelan,Sania pun kembali kebawah.
Kring.....Kring......bunyi ponsel berdering. Brian yang baru saja ingin tidur tiba-tiba langsung mengambil ponsel yang berada diatas nakas samping ranjang nya.
"Aish....siapa yang menelpon malam-malam begini!" lirih Brian.
"Hah,Sania menelpon ku?ada apa dia menelpon ku?" Batin nya.
Brian kemudian melirik ke samping dimana istrinya sedang terlelap tidur. Ia lalu beranjak dari ranjang nya dengan sangat pelan agar istrinya tidak terbangun.
Dengan langkah pelan, Brian pun melangkah keluar dari kamar.
"Hallo Sania....." Bisik Brian.
"Hallo mas, kenapa lama sekali kamu mengangkat telpon ku?" Tanya Sania.
"Maaf Sania, istriku berada di samping ku tadi.Em.... kenapa tiba-tiba kamu menelpon ku malam-malam begini?" Tanya balik Brian.
"Entahlah mas,rasanya aku sangat rindu denganmu," Jawab Sania.
"Hah....astaga aku kira ada apa." Brian menghela nafas.
"Padahal Sania, kita baru saja bertemu siang tadi!" Ucap Brian.
"Itukan tadi siang, lagipula kita hanya bertemu sebentar kan?" Seru Sania.
"Baik....baik...sekarang apa mau mu?apakah besok kita akan menghabiskan waktu bersama sepanjang hari," Tanya Brian tersenyum.
"Um....boleh juga, baiklah, mari besok kita menghabiskan waktu bersama," Jawab Sania dengan begitu senang.
Malam berganti tugas.Keesokan paginya, seperti biasa Sania menyiapkan sarapan untuk suami dan anaknya. Pagi ini tentu saja berbeda, Sania hanya menyiapkan sepotong roti saja untuk sarapan.
Rama tiba-tiba datang dengan penampilan yang sudah rapi. Dia menghampiri ke meja makan dengan tatapan penuh heran ia memandang Sania yang sudah berpakaian bagus dan dandanan yang sedikit glamor.
"Tumben pagi-pagi dandanan mu sudah glamor?" Tanya Rama sambil menarik kursi.
"Aku hari ini ada pertemuan penting dengan klien ku mas, jadi aku berdandan seperti ini," Jawab Sania tanpa menatap ke arah Rama.
"Oh ya benarkah,"
"Em....maaf mas,hari ini aku tidak masak. Jadi kamu dan Alif sarapan dengan roti saja.Lagipula aku pikir kamu tidak akan sarapan hari ini," Kata Sania.
"Iya tidak apa-apa Sania,"
"Alif hari ini biarkan papah yang mengantar mu!" Seru Rama.
"Iya pah!" Jawab Alif. Sania hanya diam melirik.
Siang harinya, sesuai janji Sania sudah menunggu Brian di sebuah restoran. Sudah hampir setengah jam, Brian tak kunjung datang. Membuat Sania naik darah karena menunggu lama.
Wanita itu berulang kali menghubungi Briam namun tidak ada jawaban sama sekali. Dengan perasaan yang kesal ia pun melangkah pergi meninggalkan restoran tersebut.
Namun baru saja melangkah beberapa langkah, Sania tiba-tiba tak sengaja menabrak bahu seorang wanita.Yah, wanita itu adalah Tiara yang sedang bersama teman-temannya.
"Aduh mba,astaga maafin saya!" Seru Sania.
"Duh....nggak apa-apa mba,...." Kata Tiara sambil tersenyum.
"Lho....Sania ya?" Tanya salah satu teman Tiara yang juga berteman dengan Sania.
"Sinta, kok kamu ada disini?" Tanya balik Sania.
"Lho, kalian saling kenal ya?" Sambung Tiara.
"Ah iya Tiara, Sania ini juga teman aku dari dulu," Ucap Sinta.
"Kenalin namaku Sania...." Sambil mengulurkan tangan pada Tiara.
"Hai....kenalin juga namaku Tiara,"
"Sania kamu mau kemana? lagi nggak sibuk kan?" Tanya Sinta.
"Em....nggak sibuk sih, emang ada apa?"
"Kalau gitu ayo nongkrong dulu bareng Tiara. Hitung-hitung biar kalian bisa jadi teman akrab," Ujar Sinta.
"Boleh juga......ayok..." Kata Tiara. tersenyum.
"Em....tapi Sin....aku...aku...."
"Udah ayo...." Sinta langsung meraih lengan Sania.
Mereka bertiga pun duduk di restoran yang baru saja Sania duduki tadi.Tak butuh waktu lama,Sania dan Tiara sudah terlihat seperti teman dekat. Sifat keduanya yang Humble dan supel membuat mereka mudah akrab satu sama lain.
"Sania kamu kerja apa?" Tanya Tiara.
"Aku seorang Desainer!" Jawab Sania. "Em kalau kamu sendiri kerja apa?" Tanya balik Sania.
"Aku cuma ibu rumah tangga saja," Jawab Tiara yang tak ingin sombong di depan Sania.
"Kalian gak nanya aku kerja apa?" Sambung Sinta.
"Ha....aku kan udah tau pekerjaan kamu apa," Ujar Sania. Membuat Tiara tersenyum tipis.
Sudah hampir satu jam mereka duduk, Tiara melirik ke jam yang melingkar di tangan nya.Ternyata jam sudah menunjukkan pukul satu siang, dimana Tiara harus menjemput putrinya.
"Sinta, Sania....maaf aku harus pergi duluan. Aku mau jemput Talisa, kasihan dia pasti udah nunggu aku!" Seru Tiara bangun dari duduknya.
"Oh iya kalau begitu silahkan. Hati-hati dijalan ya!" Ujar Sinta. Tiara lalu berjalan cepat meninggalkan restoran tersebut.
"Hah.....dia mau jemput siapa?" Tanya Sania pada Sinta.
"Oh ya San, Tiara itu sama seperti kamu. Dia sudah bersuami dan sudah mempunyai anak. Kayaknya anak nya seusia anak mu deh!" Jelas Sinta.
"Oh gitu,hah! astaga aku juga lupa, aku harus jemput Alif soalnya supir aku lagi meliburkan diri sekarang." Ucap Sania langsung beranjak dari kursinya.
"Its okay, hati-hati dijalan!" Seru Sinta.
"Hem....mereka yang sudah menikah sekarang sibuk mengurus suami dan anaknya. Aish.... kapan aku akan menikah!" Lirih Sinta menghembuskan nafas kasar lalu menyeruput minuman nya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!