NovelToon NovelToon

Omku Suamiku

01 - Langsung Patah

"Gimana? Siap ketemu orang tuaku?" tanya Ryan sembari menyetir mobil.

Kalara tersenyum simpul, "Sebenarnya nervous, perutku dari tadi bergejolak gak karuan. lebih ke nahan buang angin."

Ryan tertawa lebar. "Mau ke kamar mandi dulu Ara? masa kesan pertama kedua orang tuaku kamu buang angin?"

"Enggak kak. Ara cuma butuh nenangin pikiran aja." Ara tersenyum ke arah Ryan.

"Everything gonna be okay. (semuanya baik baik saja)" Ryan berkata seraya menggenggam tangan Kalara.

Mobil Ryan sudah memasuki halaman rumah kedua orang tuanya. Sebuah rumah besar bergaya Victorian yang didominasi warna putih gading dan emas. Setelah mematikan mesin mobil, Ryan bergegas keluar dari mobil. Berjalan ke arah kiri mobil, dan membukakan pintu mobil untuk Kalara. Ryan menggandeng tangan Kalara menuju pintu kayu bercat coklat keemasan.

Tok

Tok

Tok

Pintu terbuka Seorang wanita paruh bayar dengan dandanan anggun membukakan pintu. "Ryan." Wanita tersebut segera memeluk Ryan.

"Iya ma, Ryan datang sama calon istri." Ryan membalas pelukan mama nya, kemudian berkata, "kenalin ma, nama nya Kalara Sinta."

Ryan menuntun lengan sang mama mendekat ke arah Kalara.

"Selamat malam tante, saya Kalara Sinta." Kalara tersenyum manis. Mengulurkan tangan ke arah Lisa, mama nya Ryan.

Lisa meraih tangan Kalara kemudian memeluk Kalara. Sejurus kemudian Lisa melerai pelukan. "Aih, manis dan cantik ya calonmu yan. Siapa namanya tadi? Kalara?"

"Iya tante, Kalara Sinta."

"Panggil mama Lisa ya."

"Iya ma."

"Ayo masuk ke dalam, papa dan kakak kakak Ryan sudah menunggu."

Lisa menggandeng Ryan dan Kalara masuk menuju ruang keluarga. Disana telah hadir papa dan kedua kakak Ryan beserta pasangan mereka masing masing. Mereka kemudian berdiri menyambut mama, Ryan dan Kalara.

"Kalara, ini Willem papanya Ryan. Kalau cowok hitam manis ini kakaknya Ryan yang nomor satu, Jamie. Ini istrinya, Marinka. Naah, kalau yang ini kakak perempuan Ryan, Mano namanya. Dan ini suami Mano, Edy.

Dengan senyum terkembang, Kalara menyalami satu persatu anggota keluarga Ryan. Setelah perkenalan, mereka me langkah ke ruang makan. Disana telah tersedia aneka hidangan yang menggugah selera. Semua orang larut menikmati hidangan yang tersaji sambil sesekali bicara santai.

" Kalara asli mana?"

"Kalau lahir dan besar di Bandung ma."

"Mojang bandung dong." seloroh Mano.

Kalara tersenyum simpul.

"Kalau Ryan bujang lapuk." Jamie dengan santai menyela. Ryan mendelik galak pada kakaknya. "Yang penting udah laku." Balas Ryan sombong.

"Emang yakin Kalara mau? Lo kan kaku, pendiam, garing lagi. Cewek yang hidup sama elo bakalan bosen." Jamie bicara sambil tersenyum miring.

"Ara cinta kok sama gue. Iya kan, Ra?"

Kalara mengangguk malu.

Lisa menggeleng pelan. "Maklumin aja ya Ra. Jamie sama Ryan kalo ketemu memang gitu. sering ledek ledekkan."

"Iya ma."

"Kalara sudah berapa tahun kerja sebagai manajer marketing di rumah sakit Medical?" Willem mulai bersuara.

"Alhamdulillah sudah empat tahun om."

Willem mengerutkan keningnya. "Kalara muslim?"

"Iya, om."

Willem melirik sekilas Lisa, istrinya. Suasana sekejab berganti hening. Ryan menghela nafas perlahan.

"Pa, Ma..."

Willem mengangkat telapak tangan nya. "Kita bicara nanti di ruang keluarga yan."

Semua orang di ruang makan segera mengakhiri sesi makan malam. Mereka berpindah ke ruang keluarga.

Kalara menarik dan menghembuskan nafas berkali kali dengan perlahan. please Kalo, situasi lagi horor, jangan jadi rusuh gara gara lo kentut. Perasaan cemas, takut atau tidak nyaman kerap membuat perut Kalara mendadak mulas. Kalau sudah begini, Kalara sering melepaskan gas perutnya secara otomatis. Inilah kelemahan Kalara. Pernah satu saat Kalara yang merasa gugup saat wawancara pekerjaan, tanpa aba aba kentut di ruangan. Para peserta wawancara menutupi hidung mereka. Sementara Manager dan staf HRD saat itu beranjak keluar ruangan dan menyatakan wawancara ditunda esok hari.

"Ra, percaya aku ya?" perkataan Ryan yang disertai remasan di tangan membuyarkan lamunan kotor Kalara.

"Iya kak."

Willem berdehem. "maaf jika kami menyinggungmu Kalara. Tapi kami sungguh tidak tahu jika calon istri Ryan berbeda keyakinan. Jadi, bagaimana mungkin kalian akan menikah?"

"Maaf pa, Ryan berencana mengikuti keyakinan Kalara. Ryan yakin semua agama baik. Meskipun nanti kita beda keyakinan, kita tetap keluarga kan?" Ryan menatap wajah keluarga nya satu persatu.

"Papa yakin semua agama baik. Tapi papa membesarkan kamu sebagai penganut kristiani. kenapa gak cari calon istri yang seiman?"

"Ryan cinta Kalara, pa. Kalara gak pernah nyuruh Ryan untuk pindah keyakinan. Tadinya Kalara mau putus karena kita beda keyakinan. Tapi Ryan ga bisa pa. Ryan pengen hidup sama Kalara. Jadi papa dan mama harus.." Ryan merasa telapak tangannya diremas kuat Kalara.

"Saya setuju om. Keyakinan memang soal hubungan masing masing orang dengan Tuhan yang diyakininya. Namun, ridho orang tua jadi bagian ridho Sang Pencipta." Kata kata yang diucapkan Kalara membuat Ryan menatap tajam ke arah nya.

Willem terkejut. Dia berpikir, Kalara akan menentangnya. "Kalara mendukung om? Itu arti nya kalian gak bisa bersama lagi? Kalara gak tersinggung?"

"Saya mengerti dan menerima om. Maaf jika kehadiran Kal membuat om dan keluarga bersitegang." Kalara berdiri dan mengucapkan pamit.

Di dalam mobil

Ryan mencengkram setir mobil untuk menyalurkan kemarahannya. Setelah beberapa saat mobil bergerak menjauh dari rumah orang tua Ryan, pria berbadan tegap itu menghentikan laju mobil nya. "Kenapa kamu mengambil keputusan sendiri Ra? Kamu gak percaya dengan ketulusanku? Aku akan memperjuangkan kamu agar di terima keluargaku Ra. Kedua orang tua dan kakak kakakku ber pikiran terbuka. Lambat laun mereka pasti mengerti keputusanku Ra. Belum mulai kamu sudah menyerah dan membuangku."

Kalara mengusap lengan Ryan. Dengan cepat, Ryan mengibaskan lengan nya. Senyum getir Kalara terbit.

"Kita bisa mendebat mama dan papa. Ngambek atau memaksa agar orang tuaku dan orang tuaku menerima keputusan kita. Sebagai orang tua, mereka pasti akan mengalah untuk kita kak. Tapi, apa cinta yang kita punya harus diperjuangkan dengan cara membuat orang tua kita sedih atau sakit hati? enggak kak. Kita sudah menunjukkan niat baik kita. Yang harus dilakukan sekarang berharap jika memang kita berjodoh sebagai suami istri, kak.". Kalara terisak. Siapa pun pasti termehek mehek ketika harus putus saat sedang cinta cinta nya.

Ryan memeluk kekasihnya. Membenamkan wajahnya di pucuk kepala Kalara. " Aku ga mau putus Ra."

"Kita disuruh saba kak."

"Sampai kapan Ra?"

"Sampai yang diatas ngeluarin takdirnya kak."

"Kamu enak banget ngomong nya. Sebenarnya kamu cinta gak sih sama aku?"

Kalara tergelak. "Cinta banget kak. Justru karena aku cinta kakak, aku pengen kakak tetap akur sama mama papa dan keluarga kakak. Aku di terima dengan tangan terbuka oleh keluarga kakak. Kakak juga disambut dengan baik oleh keluargaku. I Love You, kak."

02-GALAU MEMBAWA BENCANA

"Bagaimana keputusan dr.Lidya, Kal? Kapan beliau mau praktek lagi? Pasiennya sudah banyak yang menanyakan by phone."

"dr. Lidya mau praktek asal kan persyaratan beliau dipenuhi dok."

dr. Agung mengusap keningnya. "Itu dia persoalannya Kal. Apa kita punya alasan untuk memecat Rika?"

Kalara menggeleng. "Selain skandalnya dengan dr. Danuraja, kinerjanya bagus dok."

"Saya tidak bisa memecat Rika hanya karena berita affair nya dengan dr. Danuraja. Kecuali mereka melakukan perbuatan tak senonoh di tempat kerja atau terjadi keributan akibat affair itu."

Kepala Kalara mendadak ikut pusing mendengar curhatan dr.Agung. Sambil memainkan ujung blazernya, Kalara mencoba berpikir.

"Bagaimana jika dokter menawarkan kesepakatan pada Rika?"

"Kesepakatan apa Kal?"

"Dokter menawari Rika pekerjaan di tempat lain. Bisa di rumah sakit atau klinik milik kolega dokter. Tentunya dengan menceritakan garis besar kasus Rika dengan dr.Danuraja. Agar di tempat baru, HRD bisa mengawasi Rika."

"Bukan nya itu sama aja mindahin parasit Kal?"

"Kita beranggapan Rika bisa berubah baik di tempat baru, dok. Jika disana Rika punya affair, manajemen tempat Rika bekerja jadi punya alasan kuat memecat Rika. Dengan begitu, dokter bisa mengabulkan permintaan dr.Lidya sekaligus memecat Rika tanpa membuat perekonomiannya rusak."

Kening dr.Agung berkerut. "Ide kamu boleh juga Kal. Saya akan menghubungi kolega saya di rumah sakit International."

"Baik dok. Jika tidak ada yang ingin dibicarakan lagi, saya pamit dok."

Selepas bertemu dr.Agung, Kalara bermaksud memesan menu dari kantin rumah sakit. Ia ingin mengisi perutnya yang kelaparan. Saat asyik memakan semangkuk soto lamongan di ruang kerjanya, Ryan tetiba masuk lalu duduk di hadapan Kalara. "Sudah 2 hari ini kamu gak bawa bekal Ra? Aku kangen makanan buatan kamu, Ra." Ryan menatap sendu.

"Patah hati bikin masakanku beracun kak." Kalara tersenyum getir lalu menundukkan kepala.

Ryan menautkan jari tangan nya dengan jemari Kalara. "Aku kangen kamu Ra. Bakalan tambah kangen karena gak bisa liat kamu lagi."

Kalara mendongak cepat. "Kakak mau pergi kèmana?"

"Aku mau penelitian di Amsterdam. ada kolegaku yang jadi residen disana. Aku mau ikutan penelitian."

"Trus penelitian kakak di sini?"

"Aku ke rumah sakit ini atas rekomendasi dr. Danuraja. Ketemu kamu, jatuh cinta dan pacaran sama kamu. Kayaknya mending aku mindahin lokasi penelitian dan ngulang dari awal disertasiku. Berat untukku Ra. Tapi lebih berat lagi kalau aku setiap hari ngeliat kamu sebagai mantanku."

Air mata Kalara menetes. Ryan berpindah posisi di sebelah Kalara. Merangkul gadis itu dengan perasaan sayang. "Aku pamit. Pesawat take off jam 1 dinihari. Kita pisah di sini ya? Jaga diri kamu selama aku pergi." Lama Ryan melabuhkan ciuman di kening Kalara. Air mata Ryan jatuh berderai.

Habataitara modoranai to itte

Alunan soundtrack naruto memecah suasana pilu di ruangan itu. Kalara melihat id penelepon.

"dr. Agung telpon kak. Ra angkat dulu ya?" Ryan melerai pelukan. Memberi ruang pada Kalara. 10 menit berlalu, Kalara menutup percakapan dengan dr. Agung.

"Aku pamit Ra." Ryan menghampiri dan kembali memeluk.

Sepeninggal Ryan, Kalara beranjak ke kamar mandi. Membasuh wajahnya berkali kali dengan air mengalir. Kamu kuat Kalara.

Keluar dari kamar mandi, Kalara berpapasan dengan Rika. "Mba, tolong ke ruanganku sebentar."

Rika mengangguk. Bergerak mengekori Kalara masuk ke ruangan kerja berukuran 5x4 meter.

"Silahkan duduk mba. Begini mba, Kal ingin menyampaikan pesan dr.Agung. Beliau memberikan penawaran kepada mba Rika untuk pindah kerja di rumah sakit International."

"Saya dipecat mba?"

"Dipindahkan lebih tepatnya mba."

"Saya tidak mau."

"Kenapa mba Rika?"

"Saya tidak berbuat kesalahan apapun."

Kalara menghela nafas. "Hubungan mba Rika dengan dr.Danuraja jelas salah. Masing masing dari kalian sudah punya suami dan istri."

"Itu urusan pribadi saya mba. Di tempat kerja kami selalu bersikap profesional?!"

Sudah ngeluarin taring ni pelakor. "Ketika dr.Lidya merasa tidak nyaman karena affair suami nya dan itu memengaruhi kinerjanya, sudah kewajiban manajemen untuk menyelesaikan hal yang menghambat kinerja beliau."

"Jadi manajemen berpihak pada dr.Lidya? Bukan salah saya jika mas Danu nyaman dengan saya."

Batu nih orang. "Dari sudut pandang mana pun, wanita ber suami yang menjalin hubungan dengan pria ber istri jelas SALAH. Dari sisi bisnis, dr.Lidya adalah aset ber harga bagi rumah sakit dibanding mba Rika. Absennya dr.Lidya ber pengaruh pada kunjungan pasien poli kebidanan sebesar 5%. Jadi wajar jika manajemen membantu mewujudkan hal yang diinginkan dr.Lidya."

Kalara menghela nafas perlahan. "Jika mba Rika masih bersikeras tidak mau pindah ke rumah sakit International, saya terpaksa mengajukan pemecatan untuk mba Rika."

Wajah Rika berubah merah. Ia tidak menyangka Kalara bertindak sejauh ini. Awas kamu Kalara.

"Terserah mba Kalara." Seru Rika seraya meninggalkan ruangan.

"Haahh bikin kesel aja tuh pelakor." Kalara mengeluh sembari meregangkan tubuh dan lehernya. Mendadak, pintu ruang kerja Kalara dibuka kasar. Muncul seorang pria berusia pertengahan 40an.

"Kenapa kamu memberi usul yang aneh Kalara?"

Kalara tergagap sejenak. "dr. Danu?! silah.." Belum disuruh duduk udah nyelonong duduk.

"To the point aja Kal. Kenapa kamu mengusulkan memindahkan Rika ke rumah sakit International?"

"Simpel dok. Rika tetap mendapat pekerjaan. dr.Lidya bisa kembali praktek dengan tenang."

Brakk

Danuraja menggebrak meja. "Lancang kamu! Sebagai komisaris saya menentang pemindahan Rika."

Sontak mulut Kalara membentuk huruf O lebar. "dr. Lidya juga komisaris di rumah sakit ini dok. Pasien beliau nomor satu terbanyak di poli kandungan dan kebidanan. dr. Lidya ingin Rika dipecat. Saya mengusulkan Rika dipindahkan ke rumah sakit lain. Usul itu jauh lebih humanis bukan?"

"Seharusnya kalian menegur dr. Lidya agar tidak mencampur adukkan masalah pribadi ke dalam pekerjaan."

"Justru dengan sikap dr.Danu yang seperti ini malah menguatkan rumor perselingkuhan dokter dengan Rika."

"Jangan ikut campur Kal. Saya gak segan memecat kamu walaupun ibu kamu sepupu saya."

Nafas Kalara memburu. "Justru karena kita keluarga, saya memberi saran kepada dr. Agung. Karena saya malu dok! Beberapa kali saya bertemu dengan klien atau kolega di luar, mereka membicarakan affair dokter dengan Rika, dengan perawat di klinik Bunda, bahkan saya melihat dokter dinner romantis dengan Rika saat seminar di Bali. Saya malu punya om tukang selingkuh. Bayangkan jika nenek Salamah masih hidup dan melihat keponakan kesayangannya seperti ini. Beliau pasti malu."

"KAMU!" Tangan Danuraja terangkat ke atas hendak menampar pipi Kalara.

Kalara berdiri lalu memajukan wajahnya. "Tampar dok. Dengan begitu saya tahu kalau memang semua affair itu benar ada nya."

Danuraja menurunkan tangan nya. Nafas nya tersengal. Dia marah mendengar semua perkataan Kalara. Tanpa pamit, Danuraja keluar ruangan seraya membanting pintu.

03 - NEW COMER

Rapat Harian kali ini terasa riuh. Pasalnya, dr.Agung memperkenalkan personel baru di jajaran dokter bedah.

"Sebagai penutup, saya ingin memperkenalkan dr. Fitri Irwinsyah, Sp.B. Beliau ini lulusan Universitas Indonusa. Hadir nya beliau ini pas sekali menggantikan posisi kosong yang ditinggalkan dr.Ryan Pratama, Sp.B. Silahkan memperkenalkan diri dok."

Bisik bisik kaum hawa santer terdengar. Bagaimana tidak? dr. Fitri ini emang good looking.

"Omegot meleleh eneng baaanng."

"Ganteng ya. Jadi semangat ngeliat yang bening bening gini."

"Ah masih cakepan dr.Ryan."

Nyuutt. Nyeri terasa menggores hati Kalara. Mendengar nama Ryan disebut, bola mata Kalara berkabut.

"Nama saya Fitri. Lelaki tulen. Karena nama Fitri, saya sering dipanggil mba."

Riuh tawa menggema.

"Status dok?" Dina, sang punggawa unit rawat inap lantang bertanya.

"Hahaha gercep banget mba Dina."

"Biarin. Daripada malu malu tapi kepo."

Senyum dr.Fitri mengembang lebar. "Saya masih single."

"Wahahaha im coming dok." Seru Mita, perawat kamar bersalin.

"Ingat anak sama Dodi, Mit. Dikibas pake sarung golok ntar lu." Dr. Nani manajer medis menyahut.

"Baik. Demikian perkenalan hari ini. Terima kasih atas perhatian teman teman semua." Ujar dr.Fitri menutup keriuhan di ruang rapat.

Kalara yang sibuk melihat foto Ryan di galeri hp, terkejut melihat pesan yang masuk.

dr.Lidya :

Saya ingin ketemu dengan kamu Kalara. Saya tunggu di restoran nampan nanti sore jam 5.

Di tinggal Ryan, malah sibuk ngurusin pelakor dan pebinor. batin Kalara.

Kalara :

Baik dr. Lidya. Sampai bertemu besok jam 5.

"Kal."

Reflek Kalara mencari sumber suara. "Oh iya, dok."

"Habis rapat ini kamu bisa ke ruangan saya?" ucap dr. Nani.

"Bisa dok."

"Oke, saya tunggu ya."

Kalara beranjak keluar. Pikirannya masih fokus pada pesan Ryan. Ya, sebelum pergi ke Amsterdam, Ryan mengirim sebuah pesan. Selama perjalanan Jakarta-Amsterdam, Ryan membuat sketsa wajah Kalara. Sebuah sketsa dengan tulisan so in love with my woman. Saking khusyuknya melamun, Kalara tidak mendengar permintaan dr. Fitri yang meminta pintu lift ditahan.

Ting !

Pintu besi ber warna silver tersebut membawa Kalara ke lantai 5. Kalara keluar dengan langkah gontai.

Tok

Tok

"Masuk." dr. Nani menyahut dari dalam ruangan.

"Permisi dok."

"Duduk Kal. Kita tunggu satu personel lagi."

Tok

Tok

Terdengar ketukan pelan dari luar ruangan.

"Masuk." dr. Nani kembali bersuara.

Pintu terbuka. dr. Fitri muncul dari balik pintu. "Pagi dok." Sapa dr. Fitri.

"Silahkan duduk dok." pinta dr.Nani. "Terima kasih dr.Fitri dan mba Kalara yang sudah menyempatkan waktunya ke ruangan saya. Singkat saja, niat saya mempertemukan dr.Fitri dan mba Kalara ber hubungan dengan perayaan ulang tahun rumah sakit Medical dan welcome greeting untuk dr.Fitri. Jadi, di ultah besok, ada rencana bakti sosial operasi bibir sumbing. Saya harap dr.Fitri bisa berpartisipasi di acara bakti sosial sebagai dokter operator. Nah, untuk welcome greeting biar mba Kalara yang menjelaskan."

"Terima kasih dok. Baik, untuk welcome greeting ini bagian dari ucapan selamat datang untuk dokter dokter baru. Bentuk acara welcome greeting berapa seminar umum sesuai spesialisasi dokter. Ada sesi tanya jawab dan doorprize berupa konsultasi gratis untuk beberapa orang."

dr. Fitri manggut manggut. "Oke, saya siap mba. Kapan acara nya?"

"Untuk detil dan rundown acara saya jelaskan by email ya dok?"

"Boleh boleh."

Puk! dr.Nani menepuk pundak Kalara. "Perayaan ulang tahun rumah sakit Medical juga dihandle Kalara, dok. Dia ketua panitia. Untuk teknis bakti sosial operasi bibir sumbing dokter bisa tanya tanya sama Kalara."

"Oke. Sekian dulu meeting nya ya. Semoga betah praktek di Medical ya dok." ujar dr. Nani seraya tersenyum.

dr. Fitri mengangguk pelan. "Aamiin. Makasih banyak dr.Nani."

Siang itu Kalara mengajak dr.Fitri touring ruangan. Sepanjang perkenalan, mayoritas mata para wanita terpesona dengan ketampanan dr.Fitri. Bahkan ada beberapa rekan wanita yang menggoda dan minta nomor whatsap. dr.Fitri hanya senyum senyum simpul.

Kalara melihat jam di pergelangan tangannya. "Dok, setelah ini kita ke ruangan praktek dokter di poli bedah. Ada di lantai 1. Setelah itu saya pamit ya dok. Masih ada yang harus di kerjakan."

"Yah, gak ada yang jagain saya dari para fans dong." kelakar dr.Fitri.

Dengan tawa renyah Kalara menjawab, "Bukan nya dokter senang? hari pertama banyak yang ngefans?"

"Antara senang dan bingung."

"Hahaha gak usah bingung dok. Dengan banyak nya Cewek yang ngefans dokter, besok besok pasti banyak yang konsul atau kirim makanan."

dr. Fitri menggaruk kepala nya yang tidak gatal. "Apa muka saya di bikin jutek aja?"

"Jangan dok. Gak cocok, dokter lebih cocok jadi orang kalem."

"Heemm berarti kamu dari tadi merhatiin muka saya dong?"

"Ya iya dong dok. Makanya tadi saya bilang muka dokter dasarnya cocok jadi orang kalem."

"Berarti kamu ngakuin dong kalo saya ganteng?"

"Iya, dokter memang ganteng."

dr.Fitri menatap Kalara lekat. "Gitu doang?"

"Ya memang nya harus gimana dok?"

"Kamu gak tertarik sama cowok ganteng?"

"Hahaha saya udah bosen ngeliat cowok ganteng. Setiap hari saya bertemu dengan banyak cogan. Dokter, Medical representation, pengunjung rumah sakit, klien marketing sampe tukang bakso depan rumah sakit."

Mata dr.Fitri membulat. "Tukang bakso depan rumah sakit ganteng?"

"Baksonya enak, abangnya enak di liat."

"Woow jadi penasaran. Yuk Lah makan disana Kal."

"Dokter yang traktir ya."

dr.Fitri mengacungkan jempol. "Beres."

WARUNG BAKSO

"Gak terlalu rame ya Kal?"

"Ini baru jam sepuluh pagi dok. Jam makan siang nanti warung bakso ini rame banget."

"Wah kebetulan kalo gitu. Gak perlu antri tempat."

"Justru salah dok. Kita makan gaji buta. Jam kerja malah makan bakso."

"Loh kan kamu yang ngomongin warung bakso ini?"

"Saya ngomongin abang bakso nya dok."

Mata dr.Fitri mengacak acak warung bakso. "Mana abang bakso yang kamu bilang ganteng?"

Telunjuk Kalara mengarah ke meja kasir. "Tuh."

"Itu?! Biasa aja."

"Ish dokter ini. Abang itu termasuk ganteng dok. Hidung bangir, rahang tegas. Muka sebelas dua belas sama dude harlino. Bedanya, ini dude harlino versi tanning. Alias kebanyakan jemur matahari."

dr. Fitri tergelak. "Mata kamu tajam juga. Atau mata keranjang?"

"Mata saya jeli melihat kualitas barang ori dan kw, dok."

"Kalo tipe cowok kamu kayak gimana Kal?"

"Cowok yang nyaman diajak becanda. Nyaman diajak serius. Nyaman di dompet juga."

"Haha cewek dimana mana gak jauh dari uang."

"Itu realistis dok. Ngedate enak nya duduk, ngobrol sambil isi perut. Mana enak pacaran duduk di pinggir jembatan ngitungin mobil lewat."

dr. Fitri kembali tergelak. "Tapi, gimana ngebedain cewek matre sama cewek realistis?"

"Gampang dok. Ajak aja cewek gebetan dokter makan malam. Kalo dia bisa makan steak wagyu, di lain hari dia bisa makan rendang padang dengan lahap, berarti dia realistis."

dr.Fitri manggut manggut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!