NovelToon NovelToon

LEMBU

Chapter 1

"kakak, aku mau dong ikut main sama kakak dan teman-teman kakak. aku juga kan mau punya teman" rengek Nana pada kakak kembarnya Tirta.

"aduh bukannya kakak nggak mau ajak kamu main. tapi kakak sama Dimas, Edo dan Linda itu mau mancing di Situ Cikaret pakai perahu rakit. Nanti takutnya kamu banyak gerak dan bikin perahu malah tenggelam. Kakak kan belum pandai berenang" jawab Tirta menegaskan.

Tapi Nana terus merengek dan menangis memaksa agar kakaknya mau mengajaknya bermain dan memancing bersama dengannya. Tirta yang lelah mendengar tangisan adiknya akhirnya menerima permintaan Nana dan mengijinkan Nana untuk ikut bersamanya memancing di Situ Cikaret.

Tirta dan Nana menunggu teman-teman yang lain di tempat yang sudah mereka sepakati. Selang beberapa menit kemudian teman-teman yang lainnya pun sudah sampai.

Mereka berlima segera menaiki perahu rakit yang memang selalu ada di Danau Situ tersebut. Tirta yang pertama naik ke perahu rakit lalu memberikan aba-aba kepada teman-temannya untuk ikut naik ke perahu rakit. Dimas, Edo dan Linda kini sudah berada di atas perahu rakit, kini giliran Nana yang naik ke perahu rakit.

"kak Tirta aku nggak jadi ikut mancing deh. Aku nggak berani kalau harus naik perahu rakit dari bambu ini" ungkap Nana.

"Aduh kamu ini ngerepotin banget sih Na. Kalo kamu nggak mau naik, kamu mau kami tinggalin disini sendirian?" tanya Tirta.

Sambil mengernyitkan dahinya lalu Tirta melanjutkan ucapannya, "nanti kamu diculik hantu loh. hihihihi"

"ahhhh ya sudah kalau begitu aku ikut. tapi kakak harus janji ya buat jagain aku!" pinta Nana.

Tirta dengan sigap menjawab sambil mengacungkan jempolnya ke arah Nana pertanda bahwa ia berjanji, "siap adikku. mana pernah aku enggak jagain kamu"

Akhirnya Nana pun kini sudah berada di atas perahu rakit bersama dengan Tirta, Dimas, Edo dan Linda. Tirta, Dimas dan Edo sama-sama mengayuh perahu rakit agar bisa sampai ke tengah Danau Situ. Menurut mereka ikan-ikan banyak berkumpul di tengah Danau Situ Cikaret, sebab seringkali Tirta melihat para penjaring ikan mendapatkan banyak ikan jika berada di tengah Danau Situ. Setelah sampai di tengah danau, Tirta, Edo dan Dimas sama-sama menggunakan alat pancing milik mereka masing-masing. Sementara Linda dan Nana hanya asyik menonton ketiganya beraksi layaknya seorang mancing mania sungguhan.

"striiikee..." ucap Dimas karena ia merasakan bahwa pancingannya bergetar pertanda bahwa ada yang menyangku di kail miliknya.

"wah tarik terus Dim. kayaknya ikannya gede tuh" ucap Tirta sambil membantu Dimas menggulung reel pancingannya agar ikan tertarik ke permukaan.

Benar saja apa kata Tirta, ternyata yang menyambar kail milik Dimas adalah ikan jenis Ikan Gabus yang berukuran berat. Tirta memperkirakan berat ikan itu sekitar satu kilogram lebih. Melihat hal itu, Tirta dan Edo pun menjadi terbakar semangatnya. Mereka berdua tidak mau kalah dengan Dimas.

"yesss striikeee" kali ini giliran kail milik Edo yang disambar ikan.

Benar saja, kail milik Edo pun disambar oleh ikan Gabus yang ukurannya sedikit lebih kecil dari ikan Gabus yang menyambar kail milik Dimas. Kira-kira ikan yang menyambar kail milik Edo beratnya sekitar setengah kilogram. Tirta yang melihat kedua temannya berhasil mendapatkan ikan yang besar merasa iri hatinya. Ia kesal kenapa kail miliknya tidak kunjung disambar oleh ikan.

"kalian lihat saja, akulah yang akan mendapatkan ikan paling besar dari pada milik kalian" ucap Tirta dengan sinis.

Tidak terasa sudah lama mereka melanjutkan memancing. Dan seperti biasa, hanya kail milik Edo dan Dimas yang sering disambar oleh ikan. Meskipun kali ini hanya ikan kecil yang mereka dapat, tapi itu cukup untuk menyulut perasaan emosi di dalam dada Tirta hingga ia berucap, "sialan.. ada apa sama kailku? kenapa nggak ada ikan yang menyambar kailku?!" Tirta emosi.

"ahhh.. pasti ini karena kamu ikut Nana, biasanya aku selalu dapat ikan paling banyak kalau kamu tidak ikut. Tapi sekarang aku malah tidak dapat sama sekali!" ucap Tirta sambil menunjuk ke arah Nana.

"ih kok kakak tega banget bilang begitu ke Nana. kan tadi Nana juga udah bilang kalau Nana nggak jadi ikut. Nana takut naik perahu rakit" jawab Nana yang merasa dirinya hanya menjadi beban untuk kakaknya.

"ya itu dia, kamu tuh nyusahin banget. pokoknya besok-besok kamu jangan pernah lagi ikut kakak main. kakak males main sama kamu!" hardir Tirta kepada adiknya.

Nana hanya bisa terdiam dan salah tingkah. Ingin rasanya ia segera pulang agar kakaknya tidak merasa terbebani lagi oleh dirinya. Akan tetapi hal itu tidak mungkin karena sekarang mereka berada tepat di tengah-tengah Danau Situ Cikaret. Kalau Nana memaksa untuk pulang dengan berenang ke tepian, sudah pasti ia akan tenggelam.

Ditengah-tengah keheningan, Tirta yang masih emosil lalu melemparkan segenggam umpan cacing tanah ke arah tempat ia melemparkan kail sambil berkata "Danau sialan, pokoknya kalau aku belum dapat ikan aku nggak akan pulang!". Teman-teman yang lain hanya terdiam melihat Tirta penuh dengan emosi.

Namun tak lama setelah Tirta melempar, lalu terdengar suara gema Adzan Ashar. Seluruh teman-teman mengajak Tirta untuk pulang, akan tetapi Tirta tidak mengijinkan mereka pulang sebelum ia dapat ikan.

Selang beberapa menit setelah adzan selesai tiba-tiba benang pancing milik Tirta pun bergetar pertanda ada ikan yang menyambar. Dengan sigap Tirta segera mengambil joran pancing miliknya dan menggulung reel pancingan.

"ughh.. berat sekali tarikannya. apakah aku mendapatkan ikan yang besar?" gumam Tirta dalam hati.

"Edo.. Dimas cepet bantuin aku buat narik benang pancingnya. aku kayaknya nggak kuat kalau sendirian" pinta Tirta.

Edo dan Dimas ikut menarik dan menahan joran pancing agar tidak terbawa oleh tarikan dari ikan. Mereka penasaran ikan apa yang menyambar kail milik Tirta. Akhirnya mereka bisa sedikit mengendalikan pancingan, ikan yang menyambar kail milik Tirta sudah mulai muncul ke permukaan air. Rupanya ini juga ikan Gabus tapi berukuran sangat besar. Kalau dilihat dari ukurannya kira-kira beratnya sekitar 10 kilogram lebih. Melihat ikan yang sangat besar itu terus berusaha melawan tarikan dari kail milik Tirta, Nana nampak sedikit takut. Karena takut Nanapun memeluk Linda.

"tenang Nana jangan takut. itu cuma ikan yang berukuran besar. nanti kalau berhasil dapat, kita bakal bakar-bakar ikan nanti malam" ucap Linda agar Nana bisa lebih tenang.

"bukan begitu kak Linda. Aku seperti melihat kalau mata ikan itu seperti sedang marah" jawab Nana.

"hahahaha... kamu ini aneh-aneh saja Nana. Semua ikan pemangsa itu memang selalu terlihat sedang marah. apalagi dia tahu kalau nasibnya akan berukung di meja makan. hehehe" ucap Linda bercanda.

Akhirnya ikan pun berhasil di dapatkan. Namun entah kenapa Nana merasakan ada hal yang janggal dan meminta agar kakaknya melepaskan ikan besar yang ia dapatkan. Mendengar hal itu Tirta naik pitam dan memarahi Adiknya. Sementara Nana hanya menangis karena sudah tidak tahan lagi dimarahi oleh Tirta.

"ahh aku pikir adikmu ada benarnya juga Tirta" ucap Dimas membenarkan permintaan Nana.

"masalahnya ikan yang kamu dapat ini sangat besar dan kemungkinan akan membuat kita sulit mengayuh perahu rakit ini"

"Bagaimana kalau nanti perahu rakit ini terbalik karena tidak seimbang. tentu kamu nggak mau hal itu terjadi kan?"

"lagian juga kami semua sudah mengakui kalau ikan yang kamu dapat adalah paling besar, kamu memang lebih hebat dari aku dan Edo".

"hmmm.. padahal tadinya aku kira kita akan makan besar kali ini. tapi ya sudahlah akan aku lepaskan ikan ini" jawab Tirta sambil melepaskan ikan miliknya.

"kali ini aku turutin keinginan kamu Nana. tapi besok-besok aku gamau lagi kamu ikutin aku main!" lagi-lagi Tirta menghardik adiknya dengan perkataan yang menyakitkan hati.

Ikan besar itupun sudah dilepaskan, lalu kini mereka semua memutuskan untuk pulang kerumah Tirta untuk memasak ikan hasil mereka memancing. Namun belum sampai ke tepi danau. Tiba-tiba perahu rakit mereka terguncang seolah ada yang menyundul perahunya dari bawah. Nana yang memang penakut hanya bisa memeluk Linda. Tirta yang merasakan ada hal aneh langsung segera memerintahkan semua teman termasuk adiknya untuk sama-sama berada di tengah perahu agar perahu tidak terbalik.

"kakak aku takut" ucap Nana kepada Tirta.

"jangan takut Dek, kakak pasti akan lindungun kamu" balas Tirta meyakinkan Nana.

"kakak beneran udah gamau main sama aku lagi ya?" tanya Nana secara tiba-tiba.

Tirta yang mendengarnya merasakan hal aneh "loh kenapa kamu nanya begitu Na. jangan terlalu dipikirin omongan kakak, kakak itu tadi cuma e...". Tiba-tiba perahu pun berguncang keras, lalu ada pusaran air di bawah perahu rakit yang mereka naiki. Tak lama setelah itu perahu mereka pun terbalik dan meraka semua tenggelam ke danau.

Beruntung Tirta, Edo dan Dimas bisa berenang. Dan Linda bisa diselamatkan oleh Dimas. Tapi kemanakah Nana? Tak ada satupun di antara mereka yang berhasil menemukan Nana.

"Mungkinkah Nana tenggelam?"

"Ataukah Nana dimakan oleh Ikan? tentu tidak mungkin"

"atau mungkin Nana terhisap ke pusaran air?"

Pikiran Tirta pun berkecamuk. Sepintas teringat ucapan terakhir dari adiknya.

"kakak beneran udah gamau main sama aku lagi ya?"

Tirta merasa dirinya sangat keterlaluan karena telah memaki Nana selama di atas perahu rakit. Ditengah lamunan Tirta lalu lamunan itu terpecahkan oleh ucapan Linda.

"Sepertinya Nana ditarik oleh Lembu" ucap Linda.

Chapter 2

Tirta dan kawan-kawan masih merasakan syok dan ketakutan. Tirta mencoba menyelam kembali ke dalam danau untuk mencari Nana. Namun Tirta tak mendapatkan apapun. Tirta merasa sangat frustasi karena kehilangan Nana. Entah bagaimana perasaan ayah dan ibu nanti kalau tahu Nana tenggelam dan menghilang, tentu pasti mereka akan sangat sedih dan kehilangan. Tirta merasa sangat berdosa kepada Nana. Ia gagal menjaga adik kesayangannya. Ia gagal menjadi seorang kakak.

Teman-teman yang lain menyarankan agar sebaiknya Tirta mengadukan hal ini kepada orang tuanya agar orang tuanya segera melapor ke pihak yang berwenang untuk dilakukan pencarian. Dengan hati yang sedih Tirta dan teman-temannya menemani Tirta untuk pulang dan mengadukan hal ini kepada orang tuanya Tirta.

Sesampainya dirumah Tirta, Tirta menghampiri ayah dan ibu nya yang sedang resah menanti anaknya yang belum pulang.

"Tirta kemana aja kamu jam segini baru pulang? kemana juga adikmu Nana?" tanya Ayah kepada Tirta.

"Maafkan Tirta bu, maafkan Tirta ayah. Tirta udah nakal, Tirta.. Tirta nggak bisa jagain Nana!" ucap Tirta lalu menangis menyesal karena tidak bisa menjaga adiknya.

"Apa maksud kamu Tirta? jangan bercanda, kemana adik kembarmu Nana?" ayah masih terus bertanya agar Tirta menjawab dengan kepastian.

Lalu salah seorang teman Tirta yang bernama Edo menyela perbincangan lalu berkata, "Nana tenggelam di danau setu cikaret om tante, kami nggak bisa nemuin Nana".

Mendengar ucapan Edo membuat Ibunda Tirta tidak bisa menahan kesedihan dan rasa kaget hingga ia merasakan sulit bernafas dan lalu pingsan. Semua menjadi panik, Tirta pun berulangkali mengucapkan kata maaf kepada ibunya. Sang ayah pun membopong ibunda ke kamar agar segera diberikan pertolongan darurat. Melihat kondisi ibu yang cukup membaik, kini giliran ayah yang mencoba untuk tetap tenang lalu menanyakan kronologi kejadiannya kepada Tirta dan teman-teman yang lain.

"Jadi begini Ayah. awalnya kami semua hanya memancing ikan gabus di tengah danau setu cikaret. Kami semua dapat ikan yang besar sekali. Karena berat lalu kami lepaskan ikan yang paling besar. Tetapi tiba-tiba ada yang menabrak perahu kami sampai terbalik. Kami pun tenggelam, tetapi kami bisa selamat dan menepi. Tetapi kami kehilangan Nana" tutur Tirta menjelaskan kepada Ayahnya.

"Kami semua sudah berusaha mencari Nana lebih keras lagi. Namun kami tidak mendapatkan hasil. Linda bilang kalau Nana diculik hantu Lembu yang menyerupai pusaran air. aku nggak percaya hantu Ayah. aku yakin Nana masih hidup. Dia pasti nunggu aku jemput" Tirta melanjutkan perkataannya.

"Ayo, Yah! Kita harus lapor polisi Yah, biar pak polisi yang mencari Nana" pinta Tirta.

Sang Ayah memang sangat bijak. Mendengar penjelasan anaknya tersebut ia tidak serta merta marah kepada Tirta. Tapi justru ia mencoba menenangkan perasaan Tirta yang kehilangan adiknya.

"Tenang ya Tirta. ayah akan lapor tim SAR. Tim SAR pasti akan menemukan Nana. aamiin" ucap ayah menghibur Tirta.

"ayah janji ya" ucap Tirta. Sang ayah hanya mengangguk dan tersenyum kepada Tirta.

Lalu sang ayah segera melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian dan tim SAR. Rencananya malam ini juga tim SAR akan segera melakukan penyusuran danau guna menemukan Nana baik dalam keadaan hidup maupun mati. Sementara Ayah, Tirta dan kawan-kawan menunggu kabar baik di pinggir danau. Mereka berharap Tuhan akan menyelamatkan Nana.

Linda menghampiri Tirta yang sedang gelisah menantikan hasil pencarian Nana, mencoba mengatakan sesuatu kepada Tirta.

"Tirta, kalau sampai tim SAR belum bisa menemukan Nana juga. Menurutku benar Nana itu diculik lembu. Buktinya tidak ada satupun benda yang Nana pakai mengapung di air. Kalau memang Nana diculik lembu, kita harus mencarinya dengan kekuatan gaib juga" tutur Linda.

"kamu ini linda. memangnya kamu tau dari mana soal gaib. kamu kan sama dengan kita, sama-sama anak kecil dan penakut" ucap Tirta.

"Iya, Lin! Kamu ini tau dari mana soal hantu Lembu itu? Jangan-jangan kamu cuma ngarang ya" sindir Dimas.

"Aku pernah diceritain sama orang tua aku kalau di danau setu cikaret itu ada hantu Lembu yang berupa pusaran air. kalau sudah tersedot kedalam maka nggak akan pernah bisa ditemuin, kecuali dengan hal gaib" tutur Linda meyakinkan.

"Baiklah kalau begitu setelah tim SAR melaporkan kabar, aku akan ajak Ayah untuk temuin orang tua kamu. Siapa tau ayahku bisa mengerti apa yang dimaksud sama orang tua kamu" ucap Tirta.

Sudah hampir 2 jam penelusuran danau setu cikaret, namun belum juga ada kabar baik dari Tim SAR. Sang ayah mulai gelisah, ia takut kalau anak perempuannya tidak bisa ditemukan. Ia belum siap untuk mengikhlaskannya. Apalagi jangankan dalam keadaan hidup, bahkan mayatnya pun belum ditemukan. Jadi masih ada kemungkina kalau Nana masih hidup. Entah mungkin Nana terdampar di pinggiran danau lalu ditemukan oleh orang dan dirawat oleh orang yang menemukannya. Sang Ayah selalu berusaha untuk berpikiran positif.

5 jam pencarian berlalu. Tim SAR memutuskan untuk menghentikan pencarian karena sangat gelap dan akan melanjutkannya lagi besok pagi. Tirta yang ingin tahu perkembangan lalu menanyakan kepada ayahnya.

"Bagaimana ayah kabar dari pak tim SAR?" tanya Tirta.

"Nana belum ditemukan. Besok kita akan lanjut mencari Nana. Kamu banyak berdoa untuk adikmu ya nak" ucap ayah sambil mengelus kepala Tirta.

"Bagaimana kalau Nana memang benar diculik Lembu ayah? Apa ayah akan melakukan apapun demi mengembalikan Nana?" tanya Tirta.

"Tentu saja nak. Ayah akan lakukan apapun meski harus melawan hantu" jawab ayah.

"Kalau begitu besok ayah harus ikut aku bertemu orang tua Linda" pinta Tirta. Lalu dijawab dengan anggukan kepala sang ayah.

Waktu sudah larut malam. Tirta dan teman-teman pulang kerumah masing-masing. Tirta dan Ayahnya pulang kerumah lalu masuk ke kamar untuk tidur. Dilihatnya sang ibu oleh ayah dan masih tertidur di kasur. Dalam batin sang ayah merasakan hal yang sama dengan yang dirasakan oleh sang ibu yaitu sama-sama merasakan kehilangan. Karena tidak bisa tidur sang ayah memutuskan untuk meminum teh hangat dan menonton tv. Namun saat sedang menyeduh teh, sang ayah dikejutkan oleh sesuatu.

"Aaaaarrgghhhhhh!" suara teriakan yang mirip dengan suara ibu dan terdengar berasal dari kamar.

Segera sang ayah berlari menuju kamar dan menghampiri sang ibu. Lalu dilihatnya sang ibu sudah tersadar dan duduk dengan nafas yang terengah-engah seperti habis mimpi buruk.

"Kamu baik-baik aja Maryam?" tanya ayah kepada sang ibu dengan memanggil namanya.

"Mas Andi, aku takut mas. Aku takut kehilangan Nana" ucap sang ibu sambil lalu menangis dipelukan sang ayah.

"Tenang Maryam. Semua akan baik-baik saja" ucap ayah untuk menenangkan ibu.

"Tetapi mas aku tadi mimpi mas. Aku mimpi kalau Nana sedang dikejar-kejar makhluk menyeramkan mas. Dia minta tolong sama aku tapi aku nggak bisa tolongin dia mas" tutur sang ibu menceritakan mimpinya.

Mendengar penuturan istrinya itu membuat sang Ayah menjadi sedikit percaya dengan ucapan anak-anak. Sang ayah memutuskan kalau besok dia akan mengajak sang ibu dan Tirta untuk menemui orang tua Linda.

"Apaaaa??? bagaimana bisa anak kalian diculik Lembu? Pasti anak-anak yang lebih dahulu membuat gara-gara dengan hantu Lembu!?"

Chapter 3

Esok harinya Ayah dan Tirta memutuskan untuk pergi bersama menuju kediaman Linda temannya Tirta. Mereka ingin menanyakan sesuatu yang ingin mereka ketahui dari ayahnya Linda yang bernama Pak Rahman. Segera bergegas mereka pergi kerumah Linda, dalam waktu 15 menit mereka sudah sampai. Memang rumah Linda dengan rumah Tirta tidaklah begitu jauh. Hanya berbeda Rukun Warganya saja tapi masih satu kelurahan.

"Selamat siang Linda, Linda, apakah Linda belum bangun ya?" ucap Tirta karena sudah hampir 3 kali ia memanggil.

Dengan wajah yang bersahaja ayah nya mencoba untuk gantian memberi salam.

"Permisi selamat siang, assalamualaikum. apakah ada orang di dalam rumah?" ucap Ayah Tirta sambil mengetuk pintu. Namun belum juga ada yang menjawab.

Barulah selang 5 menit kemudian terdengar ada suara dari dalam rumah yang menjawab salam mereka.

"Waalaikumsalam, sebentar" ucap orang yang ada di dalam rumah.

"Ahh, akhirnya ada juga yang menjawab salam kita. Sepertinya tadi kita terlalu pelan mengucapkan salamnya" ucap ayah Tirta yang dijawab oleh Tirta dengan mengangguk.

Ternyata yang menjawab salam mereka adalah Linda. Setelah Linda mengetahui kalau yang datang adalah Tirta dan ayahnya. Linda langsung tau maksud kedatangan mereka, dan Linda pun langsung mempersilahkan Tirta dan ayahnya untuk duduk lalu Linda pergi ke belakang untuk menemui ayah dan ibunya Linda yang sedang merawat tanaman.

"Wah.. Linda itu anak yang baik dan sopan" gumam ayah Tirta sambil mengambil posisi duduk di kursi tamu, lalu kemudian di ikuti oleh Tirta dari belakang.

Sementara di belakang rumahnya Linda tampak ayah dan ibunya sedang sibuk merawat tanaman kesayangan mereka yaitu tanaman-tanaman apotik hijau. Memang keluarga Linda terkenal sebagai keluarga yang paling memperhatikan kesehatan, terlebih lagi ayah Linda berprofesi sebagai tabib di kampung ini. Ayahnya Linda bukan hanya mampu mengobati sakit yang diakibatkan oleh medis, tetapi juga mampu mengobati sakit yang diakibatkan oleh non medis atas izin Tuhan.

"Ayah, Bunda. ada tamu di ruang depan" ucap Linda.

"Siapa nak yang bertamu? Sepertinya hari ini Ayah tidak ada janji dengan pasien?" tanya Ayah.

"Itu loh Ayah, Bunda. Temanku yang aku ceritakan semalam kepada ayah dan bunda. Masih inget dong" jawab Linda.

"Oh iya Ayah inget. Baiklah kalau begitu Ayah mau temui mereka dulu ya Bunda" ucap pak Rahman ayahnya Linda sambil menaruh alat yang digunakan untuk menggunting daun. Lalu Bundanya Linda pun mengikuti dari belakang bersamaan dengan Linda.

"Eh pak Andi gimana kabarnya?" ucap pak Rahman sambil menyodorkan tangan untuk bersalaman. Rupanya pak Rahman sudah lama mengenal Pak Andi ayahnya Tirta. Memang ayahnya Tirta adalah mantan petugas kelurahan yang akhirnya mengajukan pensiun dini dikarenakan ia ingin fokus menjalani usaha yang ia rintis bersama istrinya.

"Saat ini kami sedang tidak baik-baik pak Rahman" jawab ayahnya Tirta dengan suara yang lesu.

"Ya, anak saya Linda sudah menceritakan kepada kami semalam tentang musibah yang menimpa anak Pak Andi yang bernama Nana." ucap pak rahman.

"Saya turut berduka cita dan sekaligus meminta maaf kepada bapak, karena anak saya juga ikut terlibat menjadi saksi dalam kejadian tersebut." lanjut Pak Rahman.

"Kalau berdasarkan yang diceritakan oleh Linda. Besar kemungkinan kalau putri anda itu hilang secara gaib. Atau lebih tepatnya lagi ia di culik oleh makhluk gaib penunggu Danau setu cikaret" tutur pak Rahman.

Mendengar penuturan dari pak rahman, ayah Tirta pun merasa terkejut. Bagaimana mungkin di zaman yang modern ini masih ada cerita tentang manusia yang di culik oleh makhluk gaib. Namun memang terkadang hal gaib itu sebenarnya bisa saja terjadi.

"Jadi menurut Pak Rahman. Anak saya Nana benar telah di culik oleh Jin Lembu penunggu Danau setu cikaret?" tanya pak andi penasaran dan lalu di jawab oleh pak rahman dengan anggukan.

"Lantas apakah ada cara yang bisa saya lakukan untuk menyelamatkan putri saya pak?" tanya pak andi.

"Sebetulnya ada pak. Tetapi itu sangat sulit dikarenakan waktunya hanya sedikit. Kalian harus bisa memanfaatkan waktu seefisien mungkin" jawab pak rahman.

"Maksudnya apa ayahnya Linda?" tiba-tiba Tirta memberanikan diri untuk bertanya karena sangat penasaran.

"Iya Pak apa maksud dari perkataan anda tadi?" Pak Andi pun ikut bertanya.

"Sebab kalian harus bisa menemukan dan menyelamatkan dia sebelum waktu 7 hari. Jika sudah melebihi dari 7 hari, maka kalian tidak akan pernah bisa lagi menyelamatkan Nana!" tutur pak rahman panjang.

"Kenapa hanya 7 hari saja pak, sehebat itu kah jin Lembu ini?" tanya pak andi.

"Hmmm sebenarnya bukan begitu Pak Andi. Ketahuilah, saat bangsa jin dan sejenisnya masuk ke dunia manusia, mereka menggunakan kekuatan penuh yang luar biasa untuk bisa menyentuh dan juga menangkap manusia. Namun dari kekuatan itu mereka telah membuka portal penghubung alam gaib dengan alam kita ini, dan portal itu masih terbuka selama 7 hari. Dan kalian akan memanfaatkan portal itu untuk masuk ke dalam alam gaib" tutur panjang Pak Rahman.

"Jadi selama dalam waktu sebelum 7 hari itulah kalian harus manfaatkan untuk mencari kebutuhan untuk melakukan ritual pencari portal dua alam yang digunakan oleh jin Lembu" lanjut Pak Rahman menjelaskan.

"Oh kalau begitu itu hal yang mudah. Ayahku tinggal masuk dan lalu menyelamatkan Nana. Benar begitu kan ayah?" ucap Tirta dengan penuh percaya diri.

Sementara ayah tidak merespon perkataan yang di ucap oleh Tirta, justru sang ayah malah menanyakan apakah ada konsekuensi atau mungkin syarat lain untuk bisa masuk ke portal gaib tersebut kepada pak rahman.

"Ya, kalian harus mempersiapkan diri dengan menjalankan ritual dan beberapa benda pusaka yang harus kalian dapatkan" ucap Pak Rahman sambil berjalan ke arah pintu.

"Lalu adakah hal yang belum anda sampaikan pak Rahman?" tanya Pak Andi penasaran karena Pak Rahman terdiam selama beberapa detik.

Lalu Pak Rahman pun kembali menerangkan konsekuensi yang harus dihadapi oleh Pak Andi dan Tirta jika ingin menyelamatkan Nana.

"Tidak hanya itu saja. jika kalian sudah berhasil masuk ke dimensi alam gaib. Kalian harus secepatnya menemukan Nana dan membawanya kembali ke dunia. Karena jika kalian terlambat dari 7 hari itu, maka kalian juga akan ikut terperangkap di alam gaib dan mungkin kalian akan menjadi budak para bangsa jin. Atau lebih parahnya kalian akan menjadi santapan yang akan menambah kekuatan mereka" ucap Pak Rahman dengan nada tegas.

Mendengar penuturan dari Pak Rahman membuat Pak Andi, Tirta dan bahkan Linda sendiri pun jadi merasa takut. Apakah mungkin Tirta dan ayahnya bisa melakukan ritual dan syarat tersebut dan lalu menyelamatkan Nana?

Ditengah suasana yang menjadi hening lalu sang ibunya Linda memecah suasana.

"Kalau anak-anak di ganggu oleh jin Lembu, itu berarti anak-anak sudah melakukan kerusakan alam yang membuat jin Lembu marah" ucap Ibunya Linda.

Sambil menunduk Tirta mengaku kepada semuanya kalau dia dan anak-anak lainnya telah melempar seekor kucing ke danau setu cikaret dikarenakan kucing itu menyakar Tirta dan yang lainnya. Namun beruntung kucing itu bisa berenang ke tepi danau dan selamat.

"Sepertinya itu penyebabnya. Meskipun kucing itu selamat, akan tetapi perilaku kalian tetap tidak bisa di ampuni oleh mereka yang tidak terlihat!" ucap ibunya Linda. Sementara Tirta hanya bisa menangis menyesali perbuatanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!