POV Bella
Bandara SH
"Sekretaris Bella, karena pekerjaanmu sangat bagus sehingga proyek yang kita kerjakan bisa selesai lebih cepat dari waktu yang kita perkirakan, maka aku memberimu waktu libur selama 3 hari kedepannya. Jadi manfaatkan waktu liburmu sebaik mungkin, karena setelah ini kita akan kembali dihadapkan dengan proyek besar yang tidak kalah pentingnya." Presdir Huang berkata sambil tersenyum padaku.
Namaku Bella Chintya, umurku 28 tahun. Selama bertahun-tahun, aku bekerja sebagai sekretaris presiden direktur di perusahaan Hawei Group, perusahaan paling bergengsi di kotaku.
"Terima kasih banyak, Presdir." Aku tersenyum sambil menunduk sopan pada atasanku tersebut.
Alexander Huang (33 tahun), biasa dipanggil dengan sebutan presdir Huang atau tuan Alex. Dia merupakan pendiri perusahaan Hawei Group dan merupakan pemegang saham tertinggi di perusahaan. Dia bermarga Huang karena merupakan blasteran Indonesia - Tiongkok.
Selain kaya raya, presdir Huang juga memiliki paras yang sangat tampan rupawan dan mempesona, sehingga banyak sekali gadis yang begitu tergila-gila karena ketampanannya. Paras dan senyumannya yang sangat menawan bak aktor tampan Leo Yunxi membuat aku yang hampir setiap hari bersamanya dan melihatnya dari jarak yang sangat dekat hampir saja lupa bahwa aku memiliki suami yang selalu setia menunggu kepulanganku di rumah, yaitu Aaron Ken (29 tahun).
Aku dan Aaron menikah setelah berpacaran selama 2 tahun. Kami berdua sangat saling mencintai satu sama lain. Aaron merupakan sosok suami idaman yang sangat baik, sampai-sampai aku merasa bahwa akulah wanita paling beruntung di dunia karena dinikahi oleh pria sebaik dan sepenyayang dirinya.
Selama 3 tahun kami menikah, suamiku tidak pernah mengekangku sama sekali. Apa pun yang ingin aku kerjakan, dia pasti akan selalu mendukungnya. Termasuk aku yang masih ingin fokus pada karirku dan masih ingin menunda dulu untuk kami punya momongan.
Tadi pagi Aaron sempat menghubungiku dan mengatakan bahwa dia sudah sangat merindukanku. Bahkan dia sempat berniat untuk menyusulku ke luar kota, tapi aku melarangnya karena pekerjaanku sudah hampir selesai.
Saat presdir Huang mengatakan bahwa dia memberiku jatah libur selama 3 hari sepulang kami berdua melakukan perjalanan dinas di luar kota, aku merasa sangat senang sekali. Itu artinya, aku memiliki waktu yang cukup lama untuk melakukan quality time dengan Aaron suamiku sebelum akhirnya aku kembali masuk bekerja.
Aku yang pulang lebih cepat dari jadwal yang sudah ditentukan sebelumnya pun memilih untuk tidak memberitahukan hal ini pada Aaron dan tidak meminta dia untuk menjemputku di bandara seperti biasanya. Aku ingin menjadikan kepulanganku yang cepat ini sebagai hadiah kejutan untuknya.
Sepanjang perjalanan dari bandara menuju apartemen kami, aku terus-terusan mengembangkan senyumanku. Aku tidak peduli jika sopir taksi menganggap bahwa aku gila karena sejak tadi aku selalu senyum-senyum sendiri. Saat ini aku merasa sangat bahagia hanya dengan membayangkan betapa senangnya Aaron saat mendapat kejutan tidak terduga karena kepulanganku yang lebih cepat.
.
.
Sesampainya di depan pintu unit apartemenku, aku pun mulai menekan password pintu. Setelah pintu terbuka, aku segera masuk ke dalam sana lalu menutup pintu dengan sangat pelan, takut ketahuan jika ternyata Aaron ada di dalam sana dan sedang tidak pergi keluar.
Namun, saat aku hendak melangkah masuk, pandanganku seketika salah fokus pada sepatu hak tinggi berwarna merah yang ada di rak sepatu.
"Eh, kenapa sepatu Daisy ada di sini?" gumamku sedikit kebingungan.
Aku mengenali siapa pemilik sepatu itu karena dulunya sepatu itu adalah milikku, tapi aku berikan kepada Daisy karena Daisy sangat menyukainya.
Oh iya, Daisy adalah sahabatku sedari kecil. Aku menyayangi dia dan menganggapnya sebagai satu-satunya saudaraku karena aku adalah anak tunggal.
Memiliki sahabat sebaik Daisy dan suami idaman seperti Aaron membuatku selalu memanjatkan syukur pada Tuhan. Tuhan begitu menyayangiku sehingga menghadirkan sosok seperti Aaron dan Daisy yang selalu setia mendampingiku disaat aku dalam keadaan susah mau pun senang.
"Anak itu, dari dulu sampai sekarang selalu saja pelupa. Dia pasti melupakan sepatunya saat datang berkunjung kemari."
Aku sama sekali tidak heran jika Daisy datang mengunjungi Aaron saat aku sedang pergi dinas ke luar kota, karena dulunya yang mengenalkan Aaron padaku adalah Daisy. Sudah sejak dulu Aaron dan Daisy juga bersahabat, bahkan jauh sebelum Daisy memperkenalkan Aaron padaku.
Lupakan soal Daisy dan sepatunya, sekarang aku harus kembali fokus pada tujuan utamaku, yaitu memberikan suamiku kejutan dengan kepulanganku.
Aku lalu berjalan mengendap-ngendap menuju kamar kami. Siang-siang begini kalau Aaron sedang tidak pergi keluar, dia pasti sedang tidur siang di dalam kamar seperti biasanya.
Oh iya, sekedar info. Aaron suamiku tidak pernah bekerja, dia pengangguran, tapi aku sama sekali tidak mempermasalahkan mengenai hal itu, karena gajiku sebagai sekretaris presiden direktur di Hawei Group lebih dari cukup untuk memenuhi segala kebutuhan kami berdua.
Ceklek. Aku memutar gagang pintu kamar dengan sangat pelan sambil tersenyum sendiri. Aku ingin mengintip, apakah Aaron sedang tidur siang di dalam sana atau sedang pergi keluar.
"Bella itu, meski pun dia statusnya sebagai istri sahku, akan tetapi dia tidak akan pernah bisa menggeser posisimu di hatiku, biar sedikit pun. Apalagi kamu selalu tahu bagaimana caranya membuat aku puas dan bahagia, itu yang membuat aku semakin tergila-gila padamu."
Dug.
Jantungku seketika berdetak sangat kencang. Senyumanku perlahan-lahan mulai memudar. Rasa bahagia yang tadinya menghiasi hatiku kini berubah menjadi rasa sakit dan nyeri.
Apa aku tidak salah dengar? Apa suamiku sekarang sedang berduaan dengan wanita lain di dalam kamar kami? Apa dia membawa wanita lain masuk ke dalam kamar kami saat aku tidak ada? Dan apa tadi yang dia katakan? Dia tidak pernah mencintaiku dan malah mencintai wanita lain sejak dulu? Lalu apa arti dari perhatian dan kasih sayang yang dia berikan selama ini? Kenapa dia memperlakukanku dengan sangat baik dan membuatku merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia jika dia memiliki wanita lain di hatinya?
Tidak, tidak. Tidak mungkin. Aku tidak percaya ini. Selama ini Aaron sangat mencintaiku. Kami berdua sangat saling mencintai. Dia tidak akan mungkin tega mengkhianatiku. Dia pasti hanya bercanda dan ingin mengerjaiku karena dia sudah tahu bahwa aku pulang secara diam-diam tanpa memberitahunya.
"Tapi entah mengapa aku merasa kurang yakin dengan ucapanmu itu, Aaron? Bella itu wanita yang cantik dan mandiri, aku tidak yakin kamu tidak pernah tertarik padanya selama 5 tahun kalian bersama." Sekarang aku mendengar suara seorang wanita dari dalam sana.
Dag dig dug, dag dig dug.
Jantungku semakin berdetak tidak karuan. Suara wanita itu ... suara wanita itu sangat tidak asing di telingaku. Tidak mungkin, ini tidak mungkin terjadi. Aku pasti hanya sedang bermimpi. Daisy sahabatku tidak akan mungkin tega mengkhianatiku. Dia adalah sahabat terbaikku. Kami sudah bersahabat sejak kami masih sama-sama kecil dulu. Dan dia ... dia sudah aku anggap sebagai saudaraku sendiri. Tidak mungkin dia tega menusukku dari belakang.
"Daisy sayang, kamu ini bicara apa sih, hm? Dan apa yang membuatmu masih belum yakin padaku?" tanya Aaron.
Apa? Jadi wanita itu benar-benar Daisy?
Mendengar nama sahabatku lolos dari mulut Aaron suamiku, duniaku seakan runtuh seketika. Hatiku sakit seperti tercabik-cabik. Seluruh tubuhku terasa gemetar. Tungkai-tungkaiku terasa melemah. Bahkan sekarang berdiri pun rasanya aku tidak mampu. Saat ini aku hanya bisa menjatuhkan tubuhku secara perlahan ke lantai sambil menikmati rasa sakit dan kecewa yang seketika membalut dan menyelimuti hatiku. Aku tidak percaya bahwa suami dan sahabatku tega mengkhianatiku. Apa salahku sehingga mereka tega melakukan semua ini padaku?
Aku menangis meratapi nasibku yang sangat menyedihkan ini. Dua orang yang selama ini aku percayai dan aku banggakan ternyata tidak lebih dari dua orang pengkhianat.
"Aku mulai meragukan kesetiaanmu karena hingga detik ini kamu tidak kunjung bercerai dengan Bella."
"Astaga Sayang … bukankah aku sudah pernah mengatakan, bahwa aku baru akan menceraikan Bella setelah kita mendapatkan apa yang kita mau. Bukankah jauh sebelum kamu mengenalkan dia padaku, kita memang sudah menyusun sebuah rencana yang sangat besar. Setelah kita mengambil alih semua harta kekayaannya, kita berdua akan pergi jauh bersama."
"Iya, aku tahu. Kita memang sudah merencanakan semuanya sejak awal, tapi ini terlalu lama. Aku sampai bosan menunggumu, Aaron."
Apa? Jadi ternyata selama ini mereka tidak hanya mengkhianatiku saja, tapi mereka juga sudah menipu dan membohongiku selama bertahun-tahun. Mereka benar-benar sangat keterlaluan. Mereka tidak akan pernah aku maafkan.
Aku yang sudah tidak tahan lagi pun segera bangkit dan mendorong pintu kamar dengan kasar hingga terbuka lebar.
BAM!!!
B e r s a m b u n g ...
...___________________________________________...
...Hai Guys! Balik lagi dengan karya terbaruku😁 Jangan lupa tinggalkan jejak like, komen, vote, gift, dan saweran iklannya ya biar goyangan jempolku makin semangat. Hehe🤭...
Aku langsung memalingkan wajah saat menyaksikan pemandangan tidak senonoh yang terpampang nyata di hadapanku. Pemandangan itu benar-benar sukses membuat aku semakin sakit hati, kecewa, dan membenci mereka.
"Tega sekali kalian berdua melakukan semua ini padaku! Apa salahku sehingga kalian berdua tega menyakiti perasaanku seperti ini! Hah?!" Aku berkata sambil berteriak disela tangisanku.
"Sa-Sayang, ak-aku bisa jelas-"
"Jangan memanggilku seperti itu! Aku benar-benar jijik mendengarnya!" teriakku.
"B-Bel, tenang dulu. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan, Bel. Ini hanya salah paham," tambah Daisy.
"Cukup! Tidak ada lagi yang perlu kalian jelaskan! Karena aku sudah mendengar semuanya! Kalian berdua hanyalah seorang penipu! Kalian tidak pantas untuk dimaafkan!" teriakku, sambil menatap mereka berdua dengan tatapan penuh kebencian.
Hatiku benar-benar hancur berkeping-keping mengetahui fakta ini. Aku pikir suami dan sahabatku adalah dua orang yang paling mencintai dan menyayangiku melebihi siapa pun di dunia ini.
Disaat kedua orang tuaku tidak lagi menganggapku sebagai putri mereka karena aku lebih memilih menikah dengan pria brengsyek itu ketimbang dengan pria pilihan kedua orang tuaku. Ku pikir dia akan selalu setia padaku dan menjadi tempatku bersandar hingga akhir, mengingat betapa besarnya pengorbanan yang telah aku berikan agar aku bisa tetap terus bersamanya. Akan tetapi semua pengorbananku sia-sia saja dan tidak ada arti baginya.
Sekarang aku baru sangat menyesal sudah melawan kehendak kedua orang tuaku demi mempertahankan hubunganku dengan pria brengsyek itu.
"Hahaha!"
Aku begitu terkejut saat melihat Daisy malah tertawa keras sambil turun dari tempat tidurku. Dia turun dari tempat tidur hanya mengenakan dalaman saja. Benar-benar tidak tahu malu. Di wajahnya juga sama sekali tidak terlihat raut penyesalan dan rasa bersalah sedikit pun. Aku baru sadar sekarang, bahwa ternyata selama lebih dari 25 tahun, aku telah salah menilai seseorang. Orang yang selama ini aku anggap sebagai sahabat terbaikku, bahkan sudah aku anggap sebagai saudaraku sendiri ternyata tidak lebih dari seekor serigala betina berbulu domba.
"Karena sekarang kamu sudah mengetahui semuanya, jadi kami tidak perlu lagi berpura-pura untuk menyembunyikan hubungan kami. Iya 'kan, Aaron?" Wanita ******* itu berkata sambil membelai wajah pria brengsyek itu.
Sementara itu, pria brengsyek itu malah tersenyum sambil mencium punggung tangan si wanita *******. "Kamu benar Sayang, kita tidak perlu lagi berpura-pura," ucapnya kemudian.
Ku lihat pria brengsyek yang tidak ingin lagi ku sebut namanya itu melingkarkan kedua tangannya pada pinggang wanita ******* yang berdiri di hadapannya. Keduanya lalu saling menautkan bibir dan berciuman dengan mesra tepat di hadapanku. Benar-benar pemandangan yang sangat menjijikkan dan membuat hatiku semakin terbakar emosi. Rasanya aku ingin membunuh mereka detik ini juga, tapi aku masih memiliki sedikit kewarasan untuk tidak pergi mengambil senjata tajam di dapur. Tidak adakah perasaan bersalah di hati mereka setelah mengkhianati dan menipuku selama bertahun-tahun.
"CUKUP!!!" teriakku. "Pergi kalian berdua dari sini! Kalian tidak pantas menginjakkan kaki di rumahku!"
Mendengarku berteriak mengusir mereka, keduanya pun mengakhiri adegan menjijikkan itu.
"Apa? Apa barusan aku tidak salah dengar?" Pria brengsyek itu berkata lalu tertawa mengejek.
"Bella ... Bella. Apa kamu pikir, unit ini masih milikmu? Dasar bodoh," imbuhnya.
"Apa maksudmu Brengsyek?! Sejak kapan unit ini bukan milikku?! Jangan bicara omong kosong kamu, ya?! Aku membeli unit ini dengan uang hasil jerih payahku sendiri, uang darimu sepeser pun tidak ada. Jadi jangan pernah bermimpi untuk memilikinya setelah nanti kita berpisah! Kamu yang harus angkat kaki dari sini sekarang juga, bukan aku!" tegasku.
Sebelum membalas ucapanku, pria brengsyek dan wanita ******* itu saling menatap dan tersenyum licik. Melihat gelagat kedua pengkhianat itu, aku mendadak jadi curiga, sepertinya ada sesuatu yang tidak beres.
Astaga. Seketika aku teringat akan sesuatu, saat mereka berdua memaksaku untuk menandatangani beberapa berkas dengan terburu-buru. Saat itu aku tidak sempat membacanya karena presdir Huang memintaku untuk secepatnya turun karena dia sudah datang menjemputku di lobi apartemen. Waktu itu sekitar beberapa hari yang lalu, saat aku hendak pergi ke luar kota untuk melakukan perjalanan dinas bersama presdir Huang.
"Apa jangan-jangan kalian-"
"Ya, tidak salah lagi. Waktu itu yang kamu tanda tangani adalah berkas pengalihan kepemilikan unit apartemen ini atas namaku. Lalu semua aset yang kamu investasikan di perusahaan semuanya sudah berubah menjadi hak milik atas namaku juga. Tinggal saldo tabunganmu yang belum berpindah ke dalam rekening tabunganku. Hahaha." Pria brengsyek itu kembali tertawa setelah memamerkan semua kebusukannya. Aku benar-benar tidak percaya bisa mencintai dan mempercayai pria iblis seperti dia selama bertahun-tahun.
Saat ini juga, detik ini juga, aku tidak bisa lagi menahan diri untuk tidak memberinya pelajaran. Tanpa berpikir panjang aku langsung menyerangnya dan menamparnya menggunakan tasku.
"Kurang ajar! Dasar pria brengsyek! Badjingan! Jangan pernah bermimpi untuk mengambil semuanya!"
Plak!
Plak!
Plak!
"Hentikan! Jangan sentuh aku perempuan si*alan!" teriak pria brengsyek itu. Bersamaan dengan itu, dia langsung mendorongku hingga aku jatuh terjerembab ke lantai.
Dengan napas yang memburu dan dengan kedua tangan yang mengepal kuat di atas lantai, aku mendongak menatap tajam dan benci pada kedua pengkhianat itu.
"Jangan harap kalian berdua bisa hidup bahagia di atas penderitaanku. Karena setelah ini, aku pasti akan melaporkan kalian berdua ke polisi. Ecamkan itu! Dasar kalian berdua, penipu!" teriakku dengan penuh amarah dan penekanan.
"Oh, ya? Siapa takut? Beruntung kalau kamu masih bisa keluar dari sini dalam keadaan bernyawa. Hahaha!"
B e r s a m b u n g ...
...__________________________________________...
...Jangan lupa dukungannya sebelum pindah ke bab berikutnya😉😁...
"Jangan harap kalian berdua bisa hidup bahagia di atas penderitaanku. Karena setelah ini, aku pasti akan melaporkan kalian berdua ke polisi. Ecamkan itu! Dasar kalian berdua, penipu!" teriakku dengan penuh amarah dan penekanan.
"Oh, ya? Siapa takut? Beruntung kalau kamu masih bisa keluar dari sini dalam keadaan bernyawa. Hahaha!" Wanita j****g itu berkata lalu tertawa mengejekku.
Ucapannya membuat emosiku semakin meluap-luap. Dengan gerakan cepat aku segera bangkit dan melompat ke arah wanita ****** itu, hingga akhirnya dia jatuh terhuyung ke lantai dan langsung ditung*gangi olehku.
Bruk!
"Akh! To-to-long."
Wanita ****** itu kesusahan untuk berteriak karena kedua tanganku sudah melingkar mencekik lehernya dengan keras. Namun aksi bar-barku itu tidak berlangsung lama karena pria brengsyek itu segera menolong selingkuhannya dari seranganku. Dia menarik tubuhku dengan kasar dari belakang lalu melempar tubuhku hingga kepalaku terbentur dengan keras pada dinding tembok kamar.
Bruk!
"Akh!" pekikku. Aku merasakan sakit yang begitu luar biasa pada area keningku. Setelah aku meraba lukaku, ternyata lukaku mengeluarkan darah segar.
Diwaktu yang bersamaan, wanita ****** itu terbatuk-batuk setelah cekikan keras kedua tanganku terlepas dari lehernya. Dia lalu menatapku dengan tajam dan penuh amarah. Berselang beberapa detik kemudian, tangannya langsung menarik lampu tidur kamarku dengan kasar. Sepertinya dia ingin menggunakan benda itu untuk memukuliku.
Aku yang menyadari bahwa saat ini aku sedang dalam kondisi yang berbahaya pun segera bangkit dengan cepat dan berlari keluar dari kamar. Aku harus pergi secepatnya dari sini sebelum mereka melakukan suatu hal yang membahayakan nyawaku.
"Jangan lari kamu, Bella!" teriak wanita ****** itu.
"Kamu mau kemana Bella?! Jangan kabur!" Pria brengsyek itu juga ikut berteriak.
Seberapa keras pun mereka berteriak memanggilku, aku tetap tidak peduli dan tidak akan pernah berhenti berlari sebelum aku benar-benar aman dari mereka. Jika mereka berdua berhasil menangkapku, aku tidak bisa membayangkan apa yang akan mereka perbuat padaku.
Akhirnya aku berhasil keluar dari unit apartemenku. Namun sialnya, tidak ada seorang pun yang bisa aku mintai pertolongan di luar. Saat aku memencet tombol lift, pintunya tidak kunjung mau terbuka. Aku yang khawatir akan tertangkap jika terus-terusan berdiri menunggu hingga pintu liftnya terbuka pun memutuskan untuk kabur lewat tangga darurat.
Napasku terengah-engah karena berlari menuruni tangga darurat selama beberapa menit, tapi aku akhirnya berhasil juga sampai di lantai dasar. Sayangnya usahaku itu sia-sia saja karena ternyata mereka berdua sudah menungguku di bawah sana. Mereka bahkan langsung menangkapku begitu aku keluar dari pintu tangga darurat.
"Kena kamu. Jangan pernah bermimpi untuk kabur." Wanita ******* itu berkata seraya tersenyum licik dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada seperti seorang bos. Sementara pria brengsyek itu sekarang sedang mengunci tubuhku dari belakang.
"Lepaskan! Kalau tidak, aku akan berteriak!" ancamku.
"Teriak saja sampai suaramu habis, karena di sini tidak ada siapa-siapa selain hanya kita bertiga." Wanita licik itu berkata lalu tertawa penuh kemenangan.
Aku heran, selama ini aku buta atau bodoh? Kenapa aku baru bisa melihat betapa liciknya perempuan ****** ini beserta pria iblis yang ada di belakangku saat ini.
"Ayo naik." Pria brengsyek itu berusaha menyeretku menuju lift, tapi aku masih berusaha untuk melawan. Aku harus lolos dari mereka bagaimana pun caranya.
Karena merasa sangat benci melihat wanita ******* itu tertawa penuh kemenangan di hadapanku, aku pun segera menendang perutnya dengan keras hingga dia jatuh tersungkur ke lantai. Sementara itu, aku menggigit lengan pria brengsyek itu dengan sangat keras hingga akhirnya dia kesakitan dan melepaskan kuncian tangannya dariku.
Sebelum kembali kabur, aku juga mengambil kesempatan untuk menendang bagian inti pria brengsyek itu hingga dia menjerit kesakitan.
Saat aku berlari jauh meninggalkan mereka, aku berlari tergesa-gesa sehingga tidak memperhatikan keadaan di sekitar. Ternyata sebuah mobil sedang melaju dengan cepat ke arahku.
"ARGH!!!" Aku hanya bisa berteriak histeris saat melihat mobil itu sedikit lagi menghantam tubuhku.
CIIIT!!!
BRUK!
Dalam sekejap tubuhku langsung terlempar dan berguling-guling sepanjang beberapa meter di jalanan. Aku merasakan sakit yang begitu luar biasa di sekujur tubuhku. Sepertinya tulang-tulangku sudah remuk dan patah. Kepalaku juga terasa sangat pusing dan sakit. Berselang beberapa detik kemudian, perlahan-lahan penglihatanku mulai kabur dan berputar-putar, dan telingaku juga terasa berdengung, mungkin inilah detik-detik terakhir di dalam kehidupanku.
Andai aku memiliki kesempatan untuk hidup kembali, aku pasti akan membalas perbuatan kedua pengkhianat itu. Lirihku dalam hati sebelum akhirnya aku menghembuskan napasku yang terakhir.
B e r s a m b u n g ...
...___________________________________________...
...Jejaknya laik, komen, vot, kembang, saweran iklan jangan kelupaan Guys! Hehe😁🤭 ****Biar makin semangat****....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!