NovelToon NovelToon

Possesive Man

part 1

"Mom," teriak seorang gadis yang baru pulang dari sekolahnya dengan raut yang amat bahagia.

Bagaimana tidak senang karena akhirnya sekolah libur dan dia mendapat 10 besar serta sudah dijanjikan untuk berlibur oleh mommy nya.

"Jangan berlari sayang, nanti kamu terjatuh," tegur Sania pada putrinya itu sedangkan Intan hanya menyengir saja.

"Aku sudah akan kelas 12 mom aku senang sekali setelah itu aku akan kuliah. Aku ingin jadi dokter," ucap Intan dengan senyum yang sangat lebar saat mengatakan tentang cita-citanya itu.

Sania tersenyum mendengar itu, walaupun dia sedikit khawatir tidak sanggup nantinya membiayai kuliah sang putri apalagi kuliah kedokteran itu terbilang mahal Karena sekarang hanya ada dirinya yang menjadi orang tua gadis itu.

Suaminya sudah lama tiada saat putrinya baru 2 tahun.

Sania selalu semangat untuk mencari rupiah untuk masa depan anaknya tersebut. Sania menjual kue ulang tahun dan berbagai kue lainnya dan bersyukur nya Sania bisa menghidupi Intan dari sana tanpa membiarkan putrinya merasa kekurangan.

"Akan mommy usahakan agar kamu bisa kuliah heum tapi kamu juga harus semangat belajarnya oke," ucap Sania mengusap pucuk kepala Intan.

"Siap kapten," ucap Intan sambil menghormat membuat keduanya terkekeh.

"Nah sekarang bersiap-siap lah, seperti janji mom kita akan berlibur beberapa hari ke Lombok," lanjut Sania.

"Yeay, aku tidak sabar mom, aku senang sekali, mom yang paling terbaik," girang Intan lalu mengecup kedua pipi Sania. Intan memang sangat menyukai semua tentang air, pantai dan laut.

Intan berlari kedalam kamarnya dan Sania menatap kepergian putrinya yang amat senang itu. Bukan karena dia banyak uang hanya saja dia ingin sesekali membuat putrinya itu senang untung saja dia memiliki simpanan uang dan lagipula mereka memang jarang berlibur itu sebabnya Intan begitu antusias.

***

"Sudah puas melihat pemandangan nya sayang," ucap Sania yang melihat Intan melihat ke luar dari kamar tempat mereka menginap.

Mereka akhirnya sampai di Lombok setelah beberapa jam perjalanan.

"Mom ayo kesana," ajak Intan.

"Astaga sayang, kau sangat tidak sabaran," ucap Sania terkekeh.

"Ayolah mom aku ingin melihat sunset pasti sangat indah," Rajuk Intan.

"Baiklah, bereskan barang-barang mu dulu atau kita tidak akan kesana," tegas Sania yang langsung dituruti oleh Intan dan mengerjakan nya begitu cepat karena memang benar yang dikatakan oleh Sania bahwa dia sudah tidak sabar.

Hingga akhirnya kini mereka sudah berada pulau Gili yang memiliki hamparan pasir putih yang panjang.

"Wahh keren," ucap Intan melihat pesona pantai yang sangat indah itu.

"Mom aku juga ingin bersepeda seperti mereka," kata Intan saat melihat beberapa orang yang bersepeda.

Sania amat senang begitu melihat putrinya yang tidak berhenti tersenyum saat mengayuh sepedanya.

Hingga mereka lelah dan kini keduanya duduk dipinggir pantai melihat cahaya rembulan dari pinggir pantai.

"Sudah cukup sayang, udara akan semakin dingin besok kita kesini lagi oke," ucap Sania dan dengan berat hati Intan mengangguk.

"Kamu duluan ya sayang, kamu masih ingat jalan kan," ucap Sania yang melihat ponselnya berdering dan menyuruh Intan pergi terlebih dahulu.

"Oke mom," ucap Intan beranjak dan menuju kamar.

Selepas mengangkat telepon nya Sania tidak sengaja menabrak seseorang hingga minuman yang dipegang pria itu tumpah ke kemeja putih miliknya.

"Maaf, maafkan saya tuan," sesal Sania yang tidak memperhatikan jalan dan merasa bersalah melihat kini baju milik pria itu menjadi kotor karena ulahnya.

Pria itu menatap intens ke arah Sania tanpa berkata apa-apa. Dia sibuk memperhatikan wajah Sania yang tengah panik.

"Biar saya bersihkan , maafkan saya tuan ," ucap Sania merogoh tas selempang nya dan mengeluarkan sapu tangan.

Saat hendak mengelap baju pria itu tangan Sania ditahan dengan pandangan tajam dari pria tersebut.

"Kau harus bertanggung jawab, baju saya adalah baju mahal," ucap pria itu.

"Sombong sekali," lirih Sania pelan.

Pria itu mengangkat alisnya. " itu bukan kesombongan itu memang kenyataannya," ucap pria itu tidak terima.

"Lalu sekarang tuan ingin apa?" tanya Sania.

"Jangan memanggilku tuan namaku Fathan, dan kau harus mengganti kemeja ku dengan kemeja yang sama, " ucap Fathan karena itu kemeja kesayangan nya.

Mata Sania melotot kaget, hanya dengan melihat baju yang dipake Fathan dia sudah tau itu mahal dan dia tak mungkin bisa membayarnya.

Melihat kekhawatiran dari wanita didepannya Fathan tersenyum miring.

Dapat kau. batin Fathan

"Aku ada penawaran, bagaimana jika kamu menjadi asisten untukku selama 3 bulan," Ucap Fathan sambil menjilat bibirnya yang kering.

"Apa? itu terlalu lama." protes Sania

"Benarkah! padahal sebenernya itu masih sangat kurang mengingat baju yang kau basahi sangat mahal." sindir Fathan.

Sania menghembuskan napasnya kasar. Dia terpaksa harus menyetujui nya karena dia memang tak memiliki banyak uang untuk mengganti baju tersebut.

"Baiklah," pasrah Sania yang membuat Fathan tersenyum mendengar nya.

"Kamu bisa mulai sekarang, ayo ikut denganku," ucap Fathan berjalan terlebih dahulu.

***

"Astaga," lirih Sania sesudah dirinya sampai di kamar Fathan. Sania menghela nafas melihat betapa berantakan nya kamar tersebut.

Baju yang bertebaran kesana kemari serta selimut dan bantal yang berserakan di lantai membuat Sania mengusap dadanya.

Sania sangat tidak suka dengan pemandangan ini sebab Sania tipe orang yang rapi.

Tanpa disuruh Sania membereskan kamar tersebut sambil mendumel.

"Ini kenapa ditaruh Disini sih"

"Astaga ini juga, handuknya masih basah tapi kenapa ditaruh di kasur," dumel Sania.

Sedangkan Fathan dia berdiri dengan santai sambil melipat kedua tangannya sambil tersenyum melihat Sania.

"Kau seperti istri yang sedang memarahi suaminya. Dan saya suka," ucap Fathan tersenyum tipis tanpa mengalihkan pandangannya dari Sania.

Sania mendelikkan matanya mendengar ucapan Fathan yang terdengar geli ditelinga nya. Sania kembali fokus Sambil kembali mendumel namun tetap membereskan kamar Fathan.

"Lucu," gumam Fathan.

Setelah beberapa saat Sania sudah membereskan kamar Fathan dengan Fathan yang tetap berdiri disana tanpa membantunya.

"Sudah selesai, apa sekarang saya sudah boleh pulang pasti anak saya sudah menunggu," Ucap Sania untung saja dirinya menyempatkan dirinya mengirim pesan kepada putrinya sebelum ke tempat Fathan.

"Kamu sudah memiliki suami?" Ucap Fathan yang terdengar sedikit kecewa.

Mata Sania berubah sendu. " Ya, tapi sudah lama meninggal,"

"Maaf, saya tidak tau," sesal Fathan namun juga senang mendengar nya. Jadi dia masih memiliki kesempatan bukan.

"Tidak papa, saya pamit pulang," ucap Sania undur diri.

"Tunggu sebentar, biar saya antar Nyonya?"

"Sania," balas Sania.

"Sania? nama yang indah," ucap Fathan.

"Mom!"

"Hey sayang," ucap Sania sembari memeluk Intan.

"Mengapa lama sekali," rengek Intan lalu mengintip pria yang berada dibelakang Sania.

"Apa dia anakmu?" tanya Fathan yang dijawab anggukan oleh Sania.

"Om ini yang membuat mom pulang lama ya, " Ucap Intan dengan nada yang tak bersahabat namun justru hal itu lucu di mata Fathan.

"Maafin om, tapi Mommy mu sedang bekerja dengan om," balas Fathan.

"Benar begitu mom?"

"Iya, mom bekerja dengan nya," balas Sania.

"Oh begitu, om mau mampir," ajak Intan.

Sania menyela. " Tidak bisa, ini sudah malam om Fathan masih ada pekerjaan kan,"

"Tidak, om tidak punya pekerjaan lain kok," ucap Fathan lalu menyelonong masuk diikuti oleh Intan.

TBC

part 2

Sania menggeram dan menatap tajam punggung Fathan seakan ingin memangsa pria itu.

"Om liat deh, bagus gak? tadi aku gambar ini karena bosan," ucap Intan menunjukkan desain baju yang dibuat nya.

Fathan kagum, Intan dapat membuat desain baju yang begitu bagus dan kekinian.

"Kamu mau jadi fashion designer ya?" tanya Fathan sambil mengusap puncak kepala Intan.

Intan menatap Fathan dengan pandangan aneh membuat Fathan menaikkan alisnya.

"Lagi om," Ucap nya menahan tangan Fathan yang mengusap rambutnya.

Fathan tersenyum, tak menyangka akan mendapatkan permintaan seperti itu dari Intan. Fathan menurut dan mengusap-usap rambut Intan kembali.

"Om boleh ikat rambut Intan gak, aku mau membuat desain lagi," ungkap Intan memberi sisir dan ikat rambut.

"Heheh makasih om, maaf intan banyak permintaan nya soalnya om baik. Jadi, aku minta tolong lagi deh," cengir Intan.

"Intan iri liat orang lain bisa main sama Daddy nya, kemarin intan liat di taman bermain mom dan Daddy nya menemani seorang anak kecil Yang sedang bermain, aku juga ingin om." lirih Intan.

"Hey, kok sedih sih, kan ada om sekarang kalo mau main bilang sama om biar om temenin. Om juga punya anak nanti om minta biar kamu ditemenin main," ucap Fathan menghibur.

Fathan tau perasaan itu, sama seperti putranya yang tak punya kasih sayang ibu. Walaupun putra-putranya tak mengatakan hal itu tapi Fathan mengerti jika mereka menginginkan hal itu juga.

"Benarkah om? anak om mau gak temenan sama intan,"

"Pasti mau dong, mereka bisa jadi abang kamu," jelas Fathan.

"Wah Abang, intan mau punya Abang om," intan sangat antusias.

Sangking asiknya mereka berdua bercerita.mereka bahkan tak menghiraukan Sania yang sedang memperhatikan ke arah mereka.

Sania tertegun sesaat Intan mengatakan merindukan sosok ayah. Intan tak pernah mengungkit hal itu padanya.

Melihat kedekatan Fathan dan Intan tanpa sadar membuat dirinya ikut tersenyum melihat kebahagiaan putrinya itu.

"Wah seru sekali,cerita apa sih," ucap Sania sambil membawakan teh racikan nya itu dan memberikannya pada Fathan.

Fathan yang sudah selesai dengan rambut Intan tersenyum.

"Terimakasih," ucap nya tulus.

"Intan seperti nya sangat berbakat di bidang ini dia terlihat menyukainya," ucap Fathan yang melihat Intan fokus dengan desainnya.

"Ya begitulah, namun dia ingin menjadi dokter,"

"Dokter?"

"Iya om, aku mau jadi dokter biar nanti ada yang rawat mom kalo mom sedang tidak sehat," sambung Intan.

"Bagus sekali, belajar lah dengan bagus

Nanti om minta Abang kamu ajarin pelajaran nya. Anak om ada yang jadi dokter loh, " Ucap Fathan.

"Wahh aku mau bertemu abang om. Boleh ya, ya ya," Intan menghilangkan tangan Fathan untuk membujuk pria itu.

"Intan jangan seperti itu," tegur Sania membuat Intan menggembung kan pipinya.

"Jangan terlalu keras padanya," titah Fathan.

"Dia putriku, tidak usah mengajariku," ketus Sania.

"Dia akan menjadi putriku juga," ucap Fathan pelan bahkan kedua perempuan itu tak dapat mendengar gumaman Fathan yang penuh arti itu.

Akhirnya libur sekolah telah usai, Intan merasa lebih senang saat akan memasuki sekolah kembali karena sekarang dia akan menjadi senior di sekolah.

Intan juga merasa liburan mereka kali ini lebih hidup karena ditemani oleh Fathan sampai akhir mereka berlibur.

Bahkan saat pulang mereka diantar oleh Fathan sampai rumah nya.

Intan mendapatkan kasih sayang yang lebih dari Fathan. Apalagi Fathan kerap sekali bersikap seperti ayah pada Intan.

"Mom mau kerumah om Fathan ya," ucap Intan sambil menyendok makanan kemulutnya.

"Iya, nanti mom usahakan pulang cepat untuk membuat mu makan siang ," ucap Sania sambil menyediakan bekal untuk Intan.

"Tidak usah terburu-buru mom, aku bisa sendiri kok aku kan udah mulai bisa masak," ucap Intan .

"Heum tapi mom belum yakin betul, kamu kan sangat ceroboh bisa bisa kamu nanti hancurin dapur mom seperti waktu itu" ucap Sania terkekeh.

"Ihh mom, Jangan ungkit hal itu lagi," kesal Intan tapi memang benar sih soalnya intan pernah ditinggal sendiri dirumah dan dirinya melakukan berbagai eksperimen di dapur Sania hingga membuat semuanya berantakan.

Dan alhasil dia kena marah oleh Sania.

"Sudah sana kamu berangkat nanti terlambat," ucap Sania.

"Iya, aku pergi mom," ucap Intan menyalim tangan Sania.

***

"Intan," panggil Ayara dan Jesi.

"Jesi,kamu sangat cantik dengan model rambut pendek," ungkap Intan.

"Aku baru memotong nya kemarin, kalian tidak mau potong rambut kah biar kita samaan," balas Jesi.

"Aku gak deh, aku suka rambut panjang," jawab intan yang dipanggil oleh Ayara.

"Yaudah kalo kalian gak mau aku juga gak mungkin maksa kalian kan, eh tapi tau gak kita ada murid baru dan akan pindah di kelas kita," ucap Jesi sang sumber informasi.

Diantara mereka bertiga memang Jessi lah yang paling cepat jika ada yang sedang hot.

"Benarkah, kelas 3 pindah bukan kah itu tanggung sekali ," ucap Intan.

"Entahlah, yaudah yuk masuk kelas entar pak ketu marah-marah lagi," ajak Ayara.

"Baby," panggil seseorang pria dari belakang mereka. Pria itu merupakan kekasih Ayyara dari kelas IPS 1.

"Tuh udah di apelin aja, kita duluan deh. Yuk Jes,"

"Bye Aya," ucap Jessi dan Intan bersamaan.

"Morning baby," ucap Steven mengecup pipi Ayyara.

"Ih ini disekolah," peringat Steven.

"Yaudah sih gak usah dengerin mereka," ucap Steven yang mendengar bisik-bisik dari murid lain. Steven memberikan peringatan lewat tatapan matanya membuat gadis-gadis itu terdiam.

"Yuk aku anter ke kelas," Steven menggandeng pacarnya itu sambil bercerita apa yang dia lakukan tadi pagi. Seperti itulah rutinitas Steven bahkan hal-hal kecil pun selalu diceritakan nya pada Ayyara begitupun sebaliknya.

Prinsip Stevan yaitu hubungannya harus memiliki komunikasi yang baik.

Bahkan saat mereka ada masalah maka Stevan tak akan membiarkan nya berlarut-larut, Stevan akan menyelesaikan nya saat itu juga dengan Ayyara, mengajak Ayyara untuk berbicara agar hubungan mereka tetap terjaga karena kunci sebuah hubungan adalah komunikasi.

"Dah sana, belajar ya pinter ya baby, biar nanti ada yang ajarin anak-anak kita," ucap Steven saat didepan kelas Ayyara.

Hal itu membuat muka Ayyara memerah.

"Gemes banget sih," Gemes Steven mengunyel pipi Ayyara.

"Woy woy udah tuh bucin Mulu, " ucap ketua kelas mereka yang bernama Daffa.

"Ye sirik lu, makanya cari pacar," balas Steven lalu pamit pada Ayyara.

"Hahaha muka Aya kayak kepiting rebus," sembur Intan.

"Ih diam deh aku malu tau,"

"Halah padahal dalem ati mah berbunga-bunga, ya ges ya," ucap Marcel.

"Diam woy, Napa jadi ribut dah gara-gara Ayyara nih, nama lu gua tulis sama Marcel nama yang ribut di papan tulis entar ya!!" Ucap Daffa membuat sekelas berdecak kesal namun tak ayal mereka tetap menuruti Daffa.

"Mati aja lu Daf, kabarin kalau mau mati biar gw pesenin peti mati gratis dah buat lu," kesal Marcel.

Puk

penghapus papan tulis mendarat telak di kepala Marcel. "Diam," tegas Daffa.

Tak lama pak Harto datang dengan murid yang mengikuti di belakang nya.

Daffa lantas beranjak dan duduk kembali ke tempat duduknya.

"Selamat siang anak-anak, kita kedatangan murid baru pindahan dari Kanada, Ayo perkenalkan namamu."

"Mark,"

Semuanya diam menunggu perkenalkan selanjutnya namun anak baru yang bernama Marak itu hanya diam setelah mengucapkan namanya.

"Sudah? begitu saja! Baiklah silahkan duduk di bangku kosong dibelakang Intan,"

"Intan angkat tangan," ucap pak Harto yang dituruti oleh Intan.

Mark berjalan dengan mengantongi kedua tangan nya di satu celananya tanpa berekspresi apapun.

Intan yang tertarik dengan pria itu berniat mengajak nya berteman.

"Hey, namaku intan salam kenal," ucap Intan mengulurkan tangannya.

"Mark," Balas Mark menyambut salaman dari Intan.

"Intan, nanti saja berkenalan nya, sekarang kelas akan dimulai," ucap Pak Harto memulai kelas.

TBC

part 3

Intan mengajak Mark bersama dengan nya dengan Ayyara dan juga Jessi untuk ke kantin.

Dan seperti biasa Steven akan selalu menghampiri Ayyara.

"Hey baby," sapa Steven yang baru datang langsung mengecup pipi Ayyara.

"Steven," kesal Ayyara. Setiap kali bertemu Stevan selalu melakukan itu tak perduli bahkan jika mereka berada di tempat umum sekalipun

Stevan yang diomeli oleh sang pacar hanya menyengir saja.

"Eh bro, lu sekelas Ama Ayara dkk ya?" tanya Stevan kepada Mark.

"Iya," balas Mark.

"Kamu kenal Mark? " tanya Ayyara.

"yes baby, tadi aku bantu anter dia ke ruang guru," jawab Steven membuat Ayyara menggangguk mengerti.

"Yeay makanan datang," seru Intan meletakkan makanan begitu juga dengan Jessi.

"Eh Steven maaf yah kita gak tau kamu mau pesan apa," ucap Intan.

"Santai aja intan, bisanya kan gw juga yang mesen," ucap Steven.

"Kamu mau pesan apa baby?" tanya Steven.

Jessie menatap Ayyara yang menatap bakso nya.

"Aku udah minta Intan Ama Jessi pesan,"

Intan memberikan nasi goreng pada Mark sedangkan mereka bertiga bakso dan terlihat sangat merah karena meminta banyak cabai pada ibu kantin.

"Bakso? pagi-pagi gini?" marah Steven pada Ayyara.

"Kali ini aja ya," mohon Ayyara.

"Gak, siniin," pinta Steven.

"Aku mau bakso," ucap Ayyara keras kepala dan tak mengangkat baksonya ke depannya.

"Aya," desis Steven.

"Sekali kok aku juga udah lama gak makan bakso," lirih Ayyara.

"Udahlah stev, kali ini doang liat tuh muka melas pacar lu ," ucap Jessie.

"Ih udah malah berantem. Intan dah lapar tau." Ucap intan namun saat akan menyendok bakso pedasnya malah ditarik oleh Mark begitu saja dan menukarnya dengan nasi goreng.

Mark dengan Santai memakan bakso milik Intan dan tak memperdulikan mereka.

"Mark!" Intan menatap tak percaya ke arah Mark.

"Kenapa? waktu istirahat akan habis kalian sangat cerewet. Kamu makan saja itu," balas Mark.

Jessi juga nampak tak memperdulikan mereka karena sekarang baksonya sudah tinggal setengah saja.

Ayyara juga memakan baksonya perlahan hingga membuatnya kepedasan.

Steven tak jadi memesan makanan untuknya dia memilih untuk menatap Ayyara yang sedang makan.

"Awas aja habis ini ngeluh sakit perut sama kepedesan sama aku," ucap Steven dingin.

Dan benar saja tak lama Ayyara mengeluh dan merengek mulutnya kepedasan. Ayyara memang tidak terlalu kuat dalam hal pedas namun perutnya menginginkan nya tapi tidak dengan mulut dan perut nya.

Bahkan setelah meminum air, pedasnya belum hilang. Mata Ayyara berkaca-kaca dan melirik ke arah Steven yang nampak acuh tak acuh.

"Steven pedes," rengek Ayyara yang sudah akan mengeluarkan air matanya sambil mengipasi mulutnya.

Intan kembali mengisi air minum Ayyara dan memberikan nya pada Ayyara yang langsung diteguk oleh Ayyara.

"Steven," ucap Ayyara menggoyangkan tangan Steven.

Steven mengehela nafas, " Kan, keras kepala sih,"

"Ayo ikut aku,"

Steven membawa Ayyara ke kantin dan membeli yogurt untuk Ayyara.

"Udah,"

Ayyara mengangguk dan menghela nafas lega.

Tuk

Steven menyentil jidat Ayyara sedikit keras membuat gadisnya meringis.

"Lain kali nurut sama aku. Ngerti!" tegas Steven.

"Iya maaf, aku salah," cicit Ayyara.

Disisi lain Mark terlihat sudah menghabiskan baksonya.

" Mark juga suka pedes kayak Jesii ya. Mark gak kepedesan?" tanya Mark.

"Aku tidak selemah itu," ucap Mark.

"Eh bukan gitu maksud Intan," sesal Intan yang asal bicara.

"Heum," gumam Mark lalu kembali ke kelas meninggalkan Intan dan Jessi yang masih di bangku kantin.

"Jes Mark marah ya sama aku," kata sendu Intan.

"Gak usah dipikirin, mungkin moodnya lagi jelek," ucap Jessie.

"Tapi intan gak enak tau, bentar deh intan beliin permen buat Mark,"

"Lah permen, emangnya anak TK. ada-ada aja si intan," ucap Jessie.

Intan mendesah kecewa saat tak mendapati Mark di kelas. Bahkan Mark tidak masuk pelajaran terakhir.

"Busett dah tu anak baru, baru sehari udah main bolos aja. Awas aja entar," omel Daffa.

"Gege si Mark, entar gue ngikut dia ah," ucap Marcel.

"Berani lu," ucap Daffa .

"Beranilah, Mau apa lu hah!" tantang Marcel yang langsung di jitak oleh Daffa.

"Kekerasan Mulu lu ah, males deh nyesel gue milih lu jadi ketua," dengus Daffa.

"Penyesalan selalu di akhir bro," sahut Rizky yang diikuti tawa sekelas.

Hingga candaan itu harus berakhir karena kelas akan dimulai.

Intan tidak semangat pada pelajaran kali ini. Pelajaran Fisika di akhir kelas sangat mengesalkan dan Intan tidak menyukai itu.

"Intan, maju kedepan kerjakan soal ini," ucap Bu guru.

"Waduhh, kok aku sih,"cicit Intan, pasalnya dia tak memperhatikan pelajaran tadi.

"Semangat intan," ucap Jessi sambil terkikik geli mengejek Intan.

"Intan Fighting Honey," bisik Ayyara juga yang membuat Intan menatap kedua nya sebal.

Intan menatap soal didepannya dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Demi apapun Intan tak mengerti dan ingin pulang rasanya.

Lama Intan berdiam memikirkan jawaban soal namun tak kunjung didapatnya.

"Intan ayok dikerjain bukan malah diliatin! makanya kalo dikelas tuh pikiran jangan kemana mana, perhatiin. biar ngerti!" marah Bu Rika.

Intan Sudah seperti ingin menangis sekarang, dia malu tentu saja saat dimarahi didepan kelas.

Hingga Mark datang dengan membawa tumpukan kertas yang entah berisi apa.

"Mark taruh di meja ibu, terimakasih ya," ucap Bu Rika yang dipanggil oleh Mark.

Mark melirik ke arah Intan yang masih didepan kelas dengan memakai spidol. Dia bisa melihat mata gadis itu berkaca kaca dengan spidol ditangannya.

"Boleh saya bantu Intan buat ngerjain?" tanya nya.

"Kamu bisa? silahkan Mark!" ucap Bu Rika.

"Spidolnya," pinta Mark pada Intan yang sedang menunduk.

"Ini," cicit Intan.

Mark mengerjakan soal fisika itu dengan lihai. Mark tak membutuhkan waktu lama untuk mengerjakan nya.

"Wah, bagus sekali Mark. Pengerjaan mu sangat bagus, silahkan kalian berdua boleh duduk dan untuk semuanya mohon di kelas saya lain kali untuk fokus. Mengerti Intan!"

"Iya Bu, Maafin intan," ucap Intan lalu kembali duduk ditempatnya diikuti oleh Mark.

"Intan don't cry, It's okey," ucap Ayyara menyemangati diikuti oleh Jessi.

"I am okay," balas Intan.

Intan menoleh ke belakang ke tempat Mark.

"Mark makasih udah bantuin Intan," ucap Intan lalu memberikan permen yang dibelinya pada Intan.

"Ini tadi intan beli permen sebagai tanda permintaan maaf, Mark jangan marah ya," lanjut Intan.

Mark menaikkan alisnya melihat permen ditangannya lalu sedetik kemudian dia tersenyum.

"Aku akan memakannya, thanks," balas Mark.

***

"Mengapa kamu terlihat terburu-buru," ucap Fathan yang baru pulang dari kantor.

"Kamu pulang?"

"Tentu saja, buat apa aku makan dikantor jika sudah disiapkan seperti ini," ucap Fathan lalu duduk di meja makan yang sudah tersedia oleh masakan Sania yang Sania pikir hanya untuk anak Fathan yang akan pulang sekolah dan kuliah.

"Kupikir kamu makan dikantor, apa tidak lelah pulang balik ke kantor?"

"Tidak, kantor ku tidak terlalu jauh," balas Fathan sambil membuka Ipad-nya menunggu putranya pulang.

"Aku tidak boleh lama, aku akan segera pulang," ucap Intan refleks membuat Fathan meletakkan Ipad-nya.

"Tidak, kau akan makan disini bersama ku dan putraku. Aku ingin mengenal kan mu pada mereka."

"Mana bisa begitu, aku juga harus menyiapkan makan siang untuk Intan," bantah Intan.

Fathan melotot. "Astaga aku melupakan putri kecilku,"

"Putri kecilku?" cicit Sania.

"Aku akan menjemput nya, dimana dia sekolah?" tanya Fathan pada Sania yang masih linglung.

"Sania?"

"Eh iya, kamu ngomong apa tadi?"

"Sekolah intan dimana? biar ku jemput," ulang Fathan.

Sania lantas lekas memberitahu pada Fathan yang membuat Fathan mengernyit.

"Dia satu sekolah dengan putraku," jelas Fathan.

"Benarkah?"

"Ya, kebetulan sekali, aku pergi ya," pamit Fathan mengambil kunci mobilnya.

Tak sabar bertemu dengan Intan yang membuatnya merasa senang karena Intan yang selalu ceria itu dan membawa kesan positif jika berada di sekitar Intan.

TBC

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!