NovelToon NovelToon

Aku Bukan Pilihan.

Prolog.

" Tolong Lepaskan Icha! Icha takut." Teriaknya dengan Air Mata yang telah membasahi seluruh wajahnya.

Icha terus memohon dan berteriak, Berharap orang itu mau berbaik hati dan melepaskannya tetapi setiap teriakannya sia-sia, pria tetap pada tujuannya.

Tanpa memikirkan tubuh gadis kecil itu, tidaklah sebanding dengan tubuh tingginya. Ia layaknya orang kesetanan.

" Bruuk." Bunyi kursi yang di pukul pada punggung pria dewasa, yang saat ini sedang mengurung tubuh kecil Icha.

" Lepaskan Adikku brengsek." Teriak seorang pemuda dari Arah belakang.

Pria dewasa itu pun berbalik dan menatap pemuda yang memukulnya." Kamu anak kecil bisa apa? haah." Ucapnya penuh ejekan, Iya meraih pisau yang ada pada keranjang buah dan langsung menancapkan pada bagian dada, tepat Letak Jantungnya, pemuda itu hingga ia terjatuh berlumuran darah di lantai.

" Aaakkhh." Teriak Gadis Kecil itu. Saat melihat tubuh sang kakak tergeletak begitu saja di atas lantai.

Sebelum kesadaran pemuda itu menghilang, dia sempat meminta Icha, Untuk Lari, Lari sejauh yang dia bisa.

Icha dengan Tubuh gemetaran dan keringat dingin yang membasahi tubuhnya, hanya menurut permintaan kakaknya, gadis kecil itu berbalik dan berusaha untuk keluar dari rumah itu! tapi sayangnya tidak ada jalan keluar untuk Icha, sehingga gadis itu memilih bersembunyi di sebuah Lemari yang ia temui.

" Trak, triiiikk, ting." Bunyi pisau yang di seret-seret, saat mengenai meja, dinding ataupun kaca yang berada di rumah itu.

" Iicchaaaa." Panggil Pria itu dengan terus menyeret pisaunya.

" Icha sayaaang, dimana kamu." Dipanggilnya terus-menerus nama Icha membuat gadis Kecil itu semakin ketakutan dengan nafas yang mulai sesak karena lemari itu begitu sempit dan pengap.

Icha memberanikan diri untuk membuka sedikit Lemari itu, untuk mengintip pria itu. Saat dia merasa suasana mulai sepi dan tidak ada suara pria itu yang memanggil namanya.

Kreek.

Pintu Lemari itu terbuka dengan perlahan-lahan. Saat Icha mengeluarkan kepalanya untuk menengok sekitar, tatapannya langsung bertemu dengan pria itu, " Rupanya disitu kamu." Ucapnya, dengan secepat kilat tubuh Icha kini sudah berada dalam dekapannya.

Icha terus memberontak agar terlepas dari pria itu, tetapi semuanya sia-sia, karena kuatan seorang wanita tidak akan sebanding dengan seorang Pria.

" Aaakkhh." Teriak Icah saat tubuhnya dihempaskan di atas Ranjang dengan begitu kerasnya. Bertepatan dengan iya membuka kedua matanya.

" Mimpi Itu lagi." Gumam Icha sambil mengusap wajahnya, Tubuhnya Masih bergetar bahkan keringat dingin masih terus bercucuran membasahi seluruh wajahnya dengan nafas yang tersengal-sengal.

Icha meraih botol kecil yang ada di Laci nakas samping tempat tidurnya kemudian meneguknya, entah berapa biji yang masuk dalam tenggorokannya.

Icha POV

Namaku Raicha Indrawati, Umurku 23 tahun, Aku Anak ketiga dari tiga bersaudara.

Kakak pertama ku bernama Raista Indriyani. Dan kakak keduaku bernama Raihan Indrawan, Sayangnya dia sudah meninggal 10 tahun yang lalu, saat dia baru berusia 16 tahun.

Ayahku bernama Rifky ananda Permana, Beliau adalah seorang Anggota polisi. Dan Ibuku bernama Rindu Anggraeni Putri. Ibuku Adalah seorang Guru. Ibu juga telah meninggal 1 tahun yang lalu karena Sakit.

Di rumah ini tinggal Aku dan Ayah saja karena kak Ista telah menikah dan di bawah pergi suaminya.

Kesibukan aku sehari-hari mengurus bisnis yang aku dan kedua Sahabatku rintis dari nol. selain sibuk dengan bisnis yang kami jalani kami juga tengah mengejar S2 di salah satu universitas yang ada di kota ini.

Kedua sahabatku bernama Nadia Atmarin 23 tahun Dan Mimi Samna Handoyo, Sebenarnya Kami juga memiliki seorang teman lelaki, Lebih tepatnya dia Sahabat Kak Raihan, Dia seorang Atlet pencak silat, Namanya Akbar Radika Firdaus.

Author POV.

Icha turun dari ranjang setelah melihat jam yang ada di samping tempat tidurnya, wanita itu kemudian turun dari ranjang dan langsung melangkah dengan cepat Masuk kedalam kamar mandi, karena hari ini dia Ada mata kuliah pagi.

20 menit berlalu, Icha kini telah siap dengan menggunakan Jumpsuit Back Ribboni berwarna coklat muda sangat cocok dengan warna kulitnya yang putih, Rambutnya di kepang panjang. Membuat dia terlihat lebih muda dan cantik pastinya.

Icha keluar dari kamar menemui ayahnya untuk sarapan bersama sebelum iya berangkat ke kampus.

" Selamat pagi Ayah." Sapa Icha sembari mengecup pipi kanan sang ayah.

" Pagi juga sayang." Balas Ayah Rifky, kemudian melipat koran yang sejak tadi iya baca. " Masih mimpi yang sama?"

" Hmmm." Gumam Icha.

" Mau Ke dokter lagi?" Tanya Ayahnya.

Icha meletakan roti yang telah di olesi selai coklat nautella itu. " Yah Icha baik-baik saja Yah."

" Maafkan ayah, ayah hanya khawatir sama kamu nak." Ucap Ayah Rifky membuat Icha merasa bersalah kepada Ayahnya.

" Ayah nggak salah Ko! Icha tahu Ayah khawatir sama Icha." Sahutnya sambil menggenggam tangan Ayah Rifki. " Sekarang kita sarapan dulu oke." Lanjutnya lagi.

Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi, kedua orang itu sarapan dalam diam. Hanya suara dentingan sendok yang terdengar di ruangan itu.

Tepat pukul 8:30, Icha sampai di kampusnya, di antara oleh Ayahnya. " Yah Icha kuliah dulu ya, Ayah jangan lupa makan siang dan minum vitaminnya." Ucap Icha sambil mencium punggung tangan Ayah Rifki.

" Iya sayang, kamu juga jangan lupa makan." Papa Rifky mengusap kepala putrinya itu. Dan di Iyakan Icha.

Setelah mendapatkan Izin dari Ayahnya Icha langsung bergegas masuk ke kelasnya. sedangkan Ayahnya langsung meninggalkan kampus itu karena hari ini Ayah ada Rifky piket pagi.

Icha berlari, melewati koridor kampus sampai di kelasnya dan dia begitu bersyukur karena dosen yang akan mengajar mata kuliah pagi itu belum datang.

Icha  menghampiri  kedua sahabatnya, Kursi pojokan  belakang  adalah  pilihan  duduk ketiga wanita  itu.

Bukan  karena mereka  malas tetapi  karena kondisi Icha lah, yang menyebabkan  mereka harus  memilih  kursi pojokan  atau yang  paling belakang.

" Mi kenapa dosennya  belum masuk?" Tanya Icha, mendaratkan  bokongnya  di kursi yang telah di sediakan Mimi dan Nadia.

" Aku juga nggak  tahu cha, kita berdua juga baru datang." Jelas mimi.

" Kirain kalian udah dari tadi." Seru Icha.

" Tuh gara gara si  Mee, tuh susah banget  di bangunin."  Aduh Nadia pada Icha.

" Bodoh Amat yang penting kita nggak  telat weeekk." sahut Mimi sambil mengeluarkan  lidahnya.

" Keluarin aja terus, Aku sumpahin semoga lidah kamu jadi seperti see dasi biar tahu rasa." Ucap Nadia.

" huussh jangan  ngomong gitu."  Tegur  Icha.

" Tau nih si nadia omongannya  horor banget, jadi merinding kan." Mimi melihat bulu tangannya yang  berdiri.

" Udah diam,Tuh dosennya  udah masuk." Akhirnya perdebatan itu berakhir.

Begitulah  yang dinamakan  sahabat, kalau sudah  bersama pasti Ada canda dan tawa.

Kebersamaan  itu tak butuh  tempat yang spesial, cukup  saling melengkapi  dan mendengarkan  di saat susah mau pun senang, seperti  yang di lakukan  Icha  dan kedua sahabatnya ini.

Ketiganya begitu Fokus, memperhatikan dosen yang tengah menyampaikan materi kepada mereka.

Kegiatan tatap muka antara dosen dan mahasiswa itu berjalan selama 50 menit, setelah selesai memberi materi dan menjelaskan poin-poin penting Serta memberikan tugas tentang materi yang di bawakan, Dosen itu pun mengakhiri kelasnya Untuk hari ini.

" Tuh Dosen ya, setiap ketemu pasti ngasih tugas." Keluh Mimi kepada kedua sahabatnya.

Icha dan Nadia yang mendengar keluhan Mimi hanya tersenyum sambil menggeleng kepala mereka.

Di Cafe

Setelah selesai Kuliah, Nadia mengajak Icha dan Mimi untuk duduk sejenak di cafe langganan mereka, Untuk membahas materi kuliah hari ini dan mengerjakan tugas mereka.

" Nad, aku nggak ikut ya." Tolak Icha, iya memang kurang nyaman ketika berada di keramaian seperti ini.

Jika berada di keramaian, tubuh Icha seakan lemas seolah energi dalam tubuhnya terkuras habis, iya juga sering merasa cemas yang berlebihan seakan dia sedang diintai, lain halnya jika dia sendiri di kamarnya, Icha seperti mendapatkan energinya kembali.

" Kamu kenapa sih kalau di ajak keluar selalu saja menolak.." Protes Mimi, Mimi maupun Nadia tahu Icha seperti apa tetapi di saat seperti ini mereka akan bersikap layaknya orang yang kurang mengenali sahabatnya itu.

" Tapi kalian kan tahu sendiri aku kaya gimana." Icha memasang wajah mengiba nya, berharap kedua sahabatnya itu mau mengerti keadaannya.

" Icha sayang, kamu tidak bisa terus seperti ini, mulai sekarang kamu harus membiasakan dirimu dengan lingkungan sekitar. Ucap Nadia sambil meletakkan satu tangannya di pundak Icha.

" Benar tuh, apa yang di katakan Nadia! Ayolah Cha, pliss mau ya." Mimi turut memohon agar sahabatnya itu mau ikut bersama mereka.

" Iya." Jawab Icha dengan wajah cemberutnya. " Kalian mah gitu suka maksa." Ucapnya lagi.

Nadia dan Mimi Hanya menanggapi ucapan Icha dengan tawa mereka. Ketiga gadis itu pun meninggalkan tempat mereka dan menuju cafe yang tidak jauh dari kampus mereka itu. Ya mungkin sekitar 5 menit jika berjalan kaki.

Sampainya mereka di cafe, tempat duduk yang menjadi favorit mereka di cafe itu, sudah di duduki pelanggan lain.

" Sayang sekali sudah ada yang menempati tempat duduk kita." Seru Icha, bibirnya melengkung sempurna, dengan begitu kedua sahabatnya itu tidak akan menahannya lagi disini. " Ya sudah Aku balik ya! sampai jumpa besok bye sayank sayankku."

Icha pun memutar tubuhnya, iya mulai melangkah meninggalkan kedua sahabatnya itu tetapi baru beberapa langkah, langkah itu harus kembali terhenti karena Ucapan Nadia.

" Bye Ichal sayang sampai jumpa besok, jangan lupa Jam 10 pagi ada pertemuan dengan MEGAGEMILANG CROP. Jangan telat ya Icha sayang, Nanti Mimi akan menjemputmu." Ucap Nadia dengan santainya, Tetapi sukses membuat raut wajah Icha langsung berubah.

Icha kembali menghampiri kedua sahabatnya itu dengan wajah yang di tekuk dan bibir bagian bawah di majukan.

" Kenapa balik lagi? katanya mau pulang." Seru Mimi sedangkan Nadia hanya menertawai sahabatnya itu dan sedikit bersyukur! Setidaknya Icha sudah mulai terbiasa berada di luar rumahnya, walaupun Mereka harus memutar otak dan sedikit mengancam.

Karena Masih teringat Jelas di benaknya Nadia, kejadian kelam 10 tahun yang lalu, begitu berpengaruh untuk fisik maupun psikis atau psikologis nya Icha.

Setelah keluar dari rumah sakit, sahabatnya itu tidak pernah tidur, Bahkan hanya Mama Icha yang bisa mendekat kepadanya. Setiap hari dia hanya terduduk di pojokan kamar, wajahnya iya letakkan di antara lutut dan memeluk lututnya itu, matanya melirik ke sana kemari Seolah bahaya selalu mengintainya. Obat penenang dan obat tidur Adalah 2 hal yang tidak lepas dari Icha pada saat itu. tetapi perlahan lahan semuanya mulai membaik, Icha mulai mau bersekolah lagi tepat ketika di kelas 2 SMA, walaupun tidak pernah keluar kelas, Jika kebelet atau ada yang ingin Icha lakukan Pasti kedua sahabatnya itu akan ada di sekitarnya untuk memberikan rasa aman dan nyaman untuk Icha. Ternyata benar jika usaha tidak akan mengkhianati hasilnya.

" Jadi nggak sih koh malah bengong." Seru Icha ketika melihat Nadia hanya diam dan memandang lurus kedepannya.

" Ahhaa apa." Nadia tersentak ketika mendengar suara Icha " Sorry Icha sayank." Ucapnya sambil mencubit hidung sahabatnya itu.

" Mikirin apa sih, sampai bengong gitu?" Tanyanya Icha " Kesambet baru tahu rasa." Icha terus mendumel membuat Nadia semakin gemas dengan tingkahnya.

" Biarin, Kepo."

" Tau ahh, gelap." Seru Icha lagi.

" Eeh Mimi mana Cha?" Tanya Nadia yang baru sadar kalau Mimi tidak ada bersama mereka.

" Tuh." Icha memajukan bibirnya untuk menunjuk kearah Mimi yang tengah berbicara dengan orang yang tengah duduk di tempat duduk Favorit mereka itu.

" Dia ngapain?" Tanya Nadia, tetapi Icha hanya membuka kedua tangannya sambil mengangkat kedua bahunya.

" Ya udah kamu tunggu disini aku samperin Mimi dulu."

" Nggak, nggak aku nggak mau aku takut Nad." Icha langsung memeluk lengan Nadia dan menatap ke sekelilingnya.

" Apa sih Cha, lagian ngapain takut dia siang bolong gini." Ucap Nadia tetapi Icha tidak menjawab dia terus memperkuat pegangannya pada lengan Icha. sambil terus menatap di sekitarnya. " Ya udah kita susul Mimi." Putus Nadia.

" Nggak mau." Tolak Icha lagi.

" Ya Allah Icha pleas donk, jangan mulai lagi." pinta Nadia sambil menepuk nepuk jidatnya sendiri.

Melihat wajah Icha yang mulai cemas, Akhirnya Nadia memilih mengalah dan menunggu Mimi bersama Icha di luar Cafe itu.

Disisi lain Mimi berjalan menghampiri Empat orang pria yang tengah duduk di meja itu, Dari penampilan mereka dapat Mimi simpulkan kalau mereka adalah pegawai kantoran, sebab mereka semua memakai Jas lengkap dengan dasinya.

" Permisi." Ucap Mimi yang menghentikan obrolan serius di antara keempat orang itu. " Maaf jika saya mengganggu waktu om dan mas mas sekalian." lanjut Mimi lagi, dalam hatinya iya berharap tindakannya ini tidak salah dan tidak merugikannya.

Keempat orang itu menatap Mimi penuh tanya. " Ada apa?" Tanya salah satu di Antara mereka, tidak ada senyum di wajah orang itu, Ekspresi wajahnya begitu datar saat menatap Mimi."

" Kalau bukan hal yang penting, saya harap anda segera pergi dari hadapan kami, karena saya tidak punya waktu untuk bermain main sama seperti anda." Belum juga Mimi membuka mulutnya untuk menjawab lelaki itu kembali bersuara.

" Biasa aja donk! Serius amat, lagian kalau bukan karena sahabat saya mana mungkin saya mau menganggu waktu kalian! nggak penting banget." Ucap Mimi, ya begitulah Mimi, dia adalah orang yang kurang sabaran dan sedikit bar bar.

"Koh Kamu yang nyolot sih, kamu kan sudah ganggu waktu meeting kita, kenapa jadi kamu yang marah sih harus disini kita yang marah bukan kamu." Ucap salah seorang lagi.

Sedangkan lelaki paruh bayah yang duduk di antara mereka, begitu menyesali perbuatan Mimi barusan, sebab lelaki yang di katai Mimi bukanlah orang sebarang. Jika dia marah, dia bisa saja menghancurkan Mimi hingga tersisa namanya saja.

" Maafkan teman saya, teman saya tidak bermaksud menganggu waktu kalian." Ucap Nadia penuh penyesalan. Nadia dan Icha yang sejak tadi berada di luar cafe itu, memilih langsung masuk kedalam ketika mendengar suara Mimi.

Lelaki itu tidak menjawab dia hanya menyeringai menatap Nadia dan Mimi secara bergantian, telah itulah keningnya langsung berkerut ketika menatap jari jari yang mengepal pada ujung baju yang di kenakan Nadia, tangan itu bergetar sambil mer*mas ujung baju Nadia, wajahnya terhalangi pundak Nadia.

Mimi dan Nadia yang menyadari ketakutan Icha langsung memohon maaf dan meninggalkan tempat itu tanpa mendengar jawaban mereka.

Nadia, Mimi dan Icha memutuskan untuk belajar di rumah Icha, sekaligus menenangkan sahabatnya itu. dan mereka menuju rumah Icha menggunakan mobil yang di bawa oleh Mimi.

Riyadh Abraham.

Sebuah ruangan yang bernuansa Silver, hitam dan gold itu, Kini tengah duduk seorang pria tampan, jari pria itu terus bergerak mengetuk-ngetuk meja kerja dihadapannya.

Pikiran pria itu, menerawang jauh mengingat kembali kejadian beberapa jam lalu, Bukan Soal meeting nya yang di diganggu Seorang gadis tetapi Lebih tepatnya tangan yang bergetar dan tatapan takut itu yang berhasil mengusik Pikirannya saat ini.

" Siapa gadis itu? apa aku se-menyeramkan itu, sampai membuatnya begitu ketakutan." Pria itu bertanya pada dirinya sendiri sembari memutar-mutar kursi kebesarannya.

Tok tok tok

Hingga ketukan pada pintu ruang kerjanya, membuyarkan lamunannya. " Masuk." Pintanya pada orang yang ada di balik pintu, Setelah memperbaiki posisi duduk serta penampilannya.

Pintu ruangan itu pun perlahan-lahan didorong kedalam hingga terbuka sempurna. Kini tampaklah seorang wanita yang tidak lain adalah Sekertaris nya, sendiri. " Permisi Pak ini ada beberapa berkas yang harus bapak tanda tangani." Katanya sambil meletakkan Berkas-berkas itu dihadapan pria yang tidak lain adalah atasannya itu. Kemudian wanita itu pun pamit.

" Permisi." Pamit sang sekertaris, setelah mendapat anggukan dari bosnya.

Setelah sekertarisnya pergi, lelaki itu mulai membuka beberapa berkas yang di antar Sekertarisnya barusan, membaca dan menimbang-nimbang isi berkas itu, sebelum menggoreskan tinta hitam ditempat yang telah di sediakan.

Kreettk

Pintu ruangan itu kembali terbuka, kali ini tanpa di ketuk terlebih dahulu, Lelaki itu sudah bisa menebak siapa yang datang," Ada apa?" Tanyanya tanpa menatap kepada orang yang baru masuk itu.

" Sorry bro jangan terlalu serius begitu."

" Ada apa." Lelaki itu kembali mengulang pertanyaan yang sama, matanya tidak sedikit pun berpindah dari tumpukan berkas yang ada di hadapannya.

Lelaki yang di tanya itupun, menggeleng kepalanya, sudah biasa baginya, melihat lelaki yang ada di hadapannya itu seperti ini, ya bisa di bilang terlalu serius menjalani hidupnya," Iyad! aku Cuma mau kasih tahu kamu, Tadi Tante telpon aku, Tante minta kamu balik ke rumah malam ini." Pria itu menarik salah satu Kursi dan Duduk di hadapan pria yang menjadi atasan sekaligus sepupunya sendiri.

Ya! Riyadh Abraham Gemilang. 28 tahun Penerus dari MEGAGEMILANG CROP. Anak Kedua dari 2 bersaudara, Kakaknya Perempuan. Sedangkan Lelaki yang duduk di hadapannya saat ini, bernama Dimaz Rezky Saputra. Usianya terpaut satu tahun dengan Riyadh.

" Katakan Sama Mama, Aku sibuk belum bisa balik, Nanti kalau Ada waktu pasti aku pulang."Sahut Riyadh sembari menutup berkas-berkas yang telah dia tanda tangani dan menyusunnya di Atas meja sedikit agak ke samping.

" Tap.."

" Ayolah Ky, Aku malas pulang! karena Aku yakin, Mama Akan membahas masalah yang sama."

" Iyad, itu semua kan untuk kebaikan kamu juga! Apa salahnya kamu nurut apa kata Tante." Dimaz mencoba memberi pengertian kepada sepupunya.

" Kamu kok lama-lama jadi mirip sama Mama." Keluh Riyadh, jarinya menekan tombol telpon yang terhubung dengan meja Sekertaris." Lusi keruangan saya sekarang." Pinta Riyadh kepada Sekertaris Nya.

" Huuffh, Kamu emang susah di bilangin! lagian Kamu juga nggak akan jatuh miskin, Jika kamu tidak kerja sehari." Dimaz berdiri dari duduknya, iya keluar dari ruangan itu, karena percuma sepupunya itu tidak akan mendengar ucapannya.

Setelah kepergian Dimaz! Riyadh kembali berpikir tentang permintaan mamanya, Entah apa yang di rencanakan mamanya itu sampai memintanya untuk segera menikah, jika Alasan karena pengen cepat-cepat ingin memiliki cucu darinya. Itu sungguh tidak mungkin sebab kakaknya sendiri sudah memberinya 4 orang cucu, 2 laki laki dan 2 lagi perempuan. Tapi kenapa mama masih ingin cucu darinya, sungguh permintaan yang sangat memusingkan kepalanya. lebih baik dia berpikir untuk menaikkan saham perusahaan keluarganya dari pada dia harus memikirkan permintaan Mamanya itu.

...🥀🥀🥀🥀🥀...

Ketiga Sahabat itu telah selesai dengan tugas kamus mereka dan Persiapan untuk meeting besok pun sudah mereka siapkan dengan baik, walaupun mereka masih sedikit grogi, mengingat ini pertama kalinya mereka berkerja sama dengan perusahaan besar, apalagi perusahaan itu merupakan perusahaan yang cukup terkenal di dalam maupun luar negeri.

" Deal nih? Aku sama Nadia yang hadir di meeting besok! emang kamu nggak takut aku hancurin usaha kita dengan sikap aku." Mimi meminta kepastian dari Icha berharap Sahabatnya itu berubah Pikiran. Sebab Semua desain yang mereka bawa untuk meeting besok itu hasil dari kerja keras Icha sedangkan Mimi dan Nadia Hanya menambahkan poin-poin kecilnya saja untuk menyempurnakan hasil desain Icha.

" Nggak! Kalau pun proyek kita gagal, berarti itu belum Rejeki kita." Sahut Icha, wanita itu memang sepasrah itu jalanin hidupnya.

" Udahlah yang penting besok kamu jangan emosian seperti tadi." Sahut Nadia dengan terus mengisi cemilan kedalam mulutnya.

" Aku usahain."

" Harus." Timpal Nadia lagi.

" Iya-iya, bawel banget yang punya Desain aja bodoh amat." Ucap Mimi dengan ketusnya tetapi hanya di balas cengiran oleh Icha.

Obrolan Mereka terus berlanjut hingga petang. Icha dan kedua sahabatnya, memutuskan memasak makan malam untuk mereka nikmati bersama Ayah Rifky nanti.

" Wah anak-anak ayah rajin sekali, kalian lagi masak apa sayang." Tanya Ayah Rifky Dengan Ramahnya ketika dia menghampiri ketiga wanita yang tengah Asyik bergulat di dapur itu.

" Ayah sudah pulang? ko hari ini telat, biasanya siang udah di rumah." Bukannya menjawab Icha Mala balik bertanya kepada Ayahnya.

" Ini Ayah minum dulu." Nadia menyerahkan segelas Air putih kepada Ayah Rifky." Kamu tuh ya cha, Ayah baru pulang bukannya nyediain Air putih malah ditanya-tanya kaya gitu." lanjut Nadia, menegur sahabatnya itu.

" Tau nih sih Icha, udah kaya polisi aja, ayah yang jelas-jelas Anggota polisi Aja nggak banyak tanya kaya kamu." Timpal Mimi.

" Udah Nak, Ayah nggak papa ko! lagian Icha udah biasa seperti ini." Sahut Ayah Rifky.

" Ayah Aja Nggak papa aku tanya tanya kaya gitu, Weekk." Icha yang di bela ayahnya merasa senang dan mengejek kedua sahabatnya itu.

sementara ayah Rifky tersenyum bahagia, melihat Icha bisa kembali bercanda bersama kedua temannya itu, Ia bersyukur kedua Anak ini mau menerima Icha disaat orang lain menghinanya, walaupun mereka tahu Anaknya adalah korban kejadian kelam itu tetap saja dia yang di pandang sebelah mata.

Icha dan kedua sahabatnya menyiapkan menu makanan sederhananya di meja makan sedangkan Ayah Rifky telah kembali ke kamarnya.

" Kita mandi dulu yuk, habis itu baru kita panggil Ayah untuk makan sama sama." Icha dan Mimi pun mengangguk, ketiganya kembali ke kamar Icha, Mimi dan Nadia mandi di kamar Icha, sedang Icha mandi di kamarnya Rista, kakaknya.

Setengah jam kemudian mereka semua telah berkumpul di meja makan bersama Ayah Rifky, Icha menyiapkan makanan di piring untuk ayahnya terlebih dahulu, barulah dia dan kedua sahabatnya. Selama makan malam tidak ada yang bercerita. bukan karena mereka tidak punya pembicaraan sama sekali, tetapi sudah menjadi Aturan di rumah itu, dilarang bercerita pada saat makan.

Sehabis makan malam, Nadia dan Mimi pamit untuk pulang. Sebenarnya Icha dan Ayah sudah menahan mereka berdua untuk tidur disini, tetapi karena besok ada meeting penting terpaksa mereka harus pulang. Setelah kepulangan Nadia dan Mimi, Icha langsung kembali ke kamarnya, dia kembali mengecek tugas dan membuat Desain baru. Jika malam pada umumnya orang Akan memilih untuk tidur sehingga mereka dapat mengistirahatkan tubuh mereka setelah seharian beraktivitas, tetapi sayangnya hal itu tidak berlaku untuk Icha, dia begitu takut memejamkan matanya, setiap matanya terpejam dia akan teringat dengan wajah orang itu berserta kejadian mengerikan itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!