NovelToon NovelToon

Aku (Bukan) Pelakor

Bab #1 - Cinta Aulia Jasmine

Jasmine menyiapkan sarapan dengan cepat karena Calvin- suaminya, harus segera pergi ke rumah sakit di karenakan ada operasi mendadak.

"Selalu seperti ini, astaga. Apa nggak bisa kalau ada operasi tuh kasih tahu dari semalam, aku 'kan bisa bangun pagu untuk menyiapkan sarapan." Jasmine menggumam sendirian sembari meletakkan roti bakar ke atas piring, setelah itu ia membuat susu hangat kemudian membawanya ke kamar.

"Sarapan dulu, Mas. Aku sudah buat roti bakar sama susu hangat," kata Jasmine sembari meletakkan nampan yang berisi roti dan susu ke atas nakas. Setelah itu ia menghampiri Calvin yang saat ini sedang memasang kemejanya.

Jasmine membantu Calvin memasang kancing kemejanya, merapikannya kemudian mengambilkan jas dokternya beserta tasnya. Calvin tak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah Jasmine yang begitu cantik bahkan di saat ia belum mencuci wajahnya setelah bangun tidur seperti ini.  Istrinya itu cantik tanpa sentuhan make up sedikitpun, bibirnya merah ranum meski tanpa polesan lipstik. Matanya lebar dan bulat, menyihir siapa saja yang menatapnya.

"Kok malah liatin aku begitu? Cepat sarapan!" seru"1 Jasmine setelah menyiapkan jas dan tas sang suami. Ia hendak mengambilkan rotinya namun tiba-tiba Calvin menarik tangan Jasmine hingga Jasmine jatuh ke pelukannya.

"Ck, kok kamu cantik banget sih, Sayang. Baru bangun tidur aja cantik," puji Calvin yang membuat wajah Jasmine langsung merona.

Aulia Jasmine, wanita sederhana yang berusia 24 tahun itu sangat beruntung karena di nikahi oleh seorang Calvin Syahputra, pria berusia 35 tahun yang berprofesi sebagai Dokter bedah di salah satu rumah sakit besar di Jakarta.

Dan profesi sang suami itu mengharuskan Jasmine  terbiasa jika Calvin tiba-tiba harus pergi, pulang larut malam atau bahkan tidak pulang. Jasmine tidak masalah sedikitpun, ia mendukung sang suami dalam karirnya.

"Mas, katanya kamu buru-buru," ucap Jasmine dengan suara paraunya. Ia berusaha melepaskan dirinya dari pelukan Calvin.

"Beruntung sekali aku, Jasmine. Memiliki seorang istri yang sempurna seperti kamu." pujian seperti itu sudah tak terhitung berapa kali Jasmine dapatkan dari pria yang berstatus sebagai suaminya sejak 6 bulan yang lalu itu, dan Jasmine selalu terbuai hingga Jasmine akan merasa jatuh cinta setiap hari pada Calvin.

"Aku yang beruntung karena mendapatkan suami seperti kamu, Mas. menerima aku apa adanya, padahal kamu itu orang berpendidikan, kaya, seorang dokter, sementara aku?" Jasmine tersenyum masam mengingat perbedaan status sosial antara dirinya dan Calvin yang sangat jauh." Aku hanya gadis penjual buanga. " lanjutnya.

"Aku merasa beruntung mendapatkan gadis penjual bunga, karena selalu membuat hatiku berbunga-bunga," balas Calvin yang langsung membuat Jasmine terkekeh.

"Udah gombal-gombalannya, ya. Sarapan gih, nanti telah lho," seru Jasmine kemudian.

Calvin hanya mengangguk, ia segera menghabiskan sarapannya dan setelah selesai, Jasmine pun mengantar Calvin ke mobilnya, tak lupa sebelum berpisah, Calvin mencium Jasmine dengan mesra dan membisikan kata cinta yang menggetarkan hati Jasmine.

"Ingat, Sayang. Kalau ada pria yang membeli bunga tapi sambil melirik kamu, bilang padanya kamu milik Calvin Syahputra. Kamu adalah belahan jiwanya, separuh hidupnya, okay?" Jasmine hanya mengangguk sambil terkekeh.

Setelah Calvin pergi, Jasmine segera membersihkan rumah dan tak lama kemudian ibunya keluar dari kamar, ia menanyakan keberadaan Calvin karena tadi ia mendengar deru mobil. Jasmine memberi tahu bahwa suaminya itu pergi ke rumah sakit.

Ibu Jasmine yang biasa di panggil bu Gina itu hanya mengangguk mengerti, ia pun membantu Jasmine membersihkan rumah agar cepat selesai. Setelah pekerjaan rumah selesai, mereka segera siap-siap pergi ke toko bunga yang mereka kelola. Letak toko itu tak terlalu jauh dari rumah mereka, biasanya mereka pergi dengan naik motor.

Ayah Jasmine sudah meninggal saat Jasmine duduk di bangku SMA, dan sejak saat itulah ia dan ibunya membuka toko bunga untuk menyambung hidup mereka.

Walaupun hidup dalam kesederhanaan, Jasmine merasa begitu bahagia, ia tetap merasa hidupnya sempurna apalagi setelah ia bertemu dengan Calvin satu tahun yang lalu.

Saat itu, terjadi sebuah kecelakaan di depan toko Jasmine. Jasmine dan ibunya menolong orang itu, membawanya ke rumah sakit dan saat itu Calvin yang menanganinya.

Menurut pengakuan Calvin padanya, Calvin sudah jatuh cinta saat pertama kali melihat Jasmine yang cantik, manis dan memiliki tatapan yang begitu sayu.

Awalnya Jasmine mencoba mengabaikan Calvin yang terus datang menemuinya setiap hari, menunjukan ketertarikannya pada Jasmine secara terang-terbangan bahkan Calvin juga mendekati ibunya Jasmine.

Akhirnya, Jasmine luluh dengan segala perjuangan Calvin dan sekarang ia sudah sah menjadi istri Calvin walaupun mereka hanya menikah siri.

Calvin mengatakan akan meng-sahkan pernikahan mereka saat orang tuanya yang ada di luar negeri pulang ke Indonesia.

Jasmine tak masalah, selama Calvin ada untuknya, mencintainya sepenuh hati, ia tak masalah dengan status pernikahan mereka yang penting di mata Tuhan mereka sudah sah sebagai suami istri.

Sementara di sisi lain, kini Calvin sedang  fokus melakukan operasi. Ia selalu bekerja sebaik mungkin demi pasien-pasien yang ia tangani.

Setelah beberapa jam, akhirnya operasi selesai dan berjalan dengan sangat lancar.

Calvin segera mengabarkan hal itu pada keluarga pasien yang langsung di sambut dengan ucapan syukur yang tiada henti oleh keluarga pasien.

Setelah itu, Calvin kembali ke ruangannya. Ia langsung menghubungi Jasmine dan memberi tahu sang istri bahwa ia berhasil melakukan operasi. Entah kenapa, sekarang Calvin selalu ingin berbagi segalanya pada Jasmine termasuk berbagi kebahagiaan saat ia berhasil melakukan pekerjaannya.

"Jangan lupa makan siang, Mas," seru Jasmine kemudian dari seberang telfon.

"Iya, Sayang. Sebentar lagi aku akan makan siang. Bagaimana toko? Apa ramai hari ini?" Tanya Calvin.

"Iya, Mas. Cukup ramai, ya sudah dulu, ya. Aku agak sibuk neh."

"Iya, Sayang. Love you so much my beautiful wife," ucap Calvin dan terdengar kekehan Jasmine dari seberang telfon.

"Love you, my handsome husband."

"Kissnya mana?"

"Mas, banyak orang lho di sini." Calvin tersenyum saat membayangkan saat ini wajah Jasmine pasti merona.

"Nggak perduli, pokoknya mau kiss, buat nambah energi, Sayang," rayunya dengan begitu manja.

"Nanti malam aku kasih kiss sepuasnya, hm? Bagaimana?"

"Baiklah, aku akan tagih janji kamu," kata Calvin tegas yang hanya ditanggapi kekehan oleh Jasmine.

Jangan salahkan Calvin jika ia begitu tergila-gila pada Jasmine, karena selama menikah dengan Jasmine, Calvin mendapatkan segala yang ia inginkan. Cinta, perhatian, di manjakan, di prioritaska, di mengerti dan Jasmine tak pernah menutut apapun darinya. Justru, Jasmine memberikan segala dukungannya pada Calvin.

Tak mudah untuk mendapatkan Jasmine, butuh 6 bulan baginya untuk mendekati Jasmine, meluluhkan hatinya hingga akhirnya Jasmine bersedia ia nikahi walaupau hanya sekedar menikah siri.

Selama 6 bulan ini, Calvin merasa hidupnya benar-benar sempurna dan ia sangat takut kehilangan kesempurnaan itu.

TBC...

ASSALAMUALAIKUM.

SkySal hadir lagi dengan kisah yang tak kalah serunya neh. Jangan lupa tekan fav, like, tinggalkan comment positif, dan yang terpenting vote dan giftnya. Thank you. 😍

AULIA JASMINE (24)

Bab #2 - Jianita Kanaya

Setelah selesai bekerja, Calvin hendak pulang ke rumah Jasmine karena ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan istri tercintanya itu.

Namun di tengah jalan, Calvin mendapatkan telfon dan ia terlihat cemas saat mendengar kabar yang ia dapatkan. "Sudah di kompres dengan air hangat?" Tanya Calvin sembari memutar arah.

"Sudah, Tuan. Tapi den Rasya tidak mau minum obat, dia cuma tiduran sejak tadi," tukas seorang wanita dari seberang telfon.

"Katakan pada Rasya aku sudah di perjalanan pulang, sebentar lagi sampai rumah," ujar Calvin sebelum ia memutuskan sambungan telfon itu.

Setelah itu Calvin segera menghubungi Jasmine. "Sayang, sepertinya malam ini aku pulang terlambat, aku harus menggantikan shif temanku malam ini" kata Calvin sesaat setelah ia Jasmine menjawab panggilannya.

"Oh gitu, ya sudah nggak apa-apa kok, Mas. Tapi kamu jangan lupa makan malam, ya," ucap Jasmine dengan suara lembutnya.

"Iya, Sayang. Maaf, ya." Calvin berkata seolah menyesali ketidak pulangannya, terdengar tawa kecil Jasmine dari seberang telfon.

"Iya, nggak apa-apa." Calvin menghela napas, raut wajahnya begitu masam.

"I Love you, Sayang," ucap Calvin kemudian sebelum memutuskan sambungan telfonnya.

Setiap kali ia tak bisa pulang ke rumah istrinya itu, Jasmine tak pernah mempermasalahkan, tak pernah bertanya kemana dan kenapa. Itulah yang membuat Calvin semakin takjub dan semakin mencintai Jasmine.

Kini Calvin sudah sampai di sebuah rumah yang cukup megah, ia di sapa dengan sangat hormat oleh satpam yang membukakannya gerbang.

Calvin langsung masuk ke dalam rumah yang langsung di sambut oleh seorang Baby sitter. "Bagaiamana keadaan Rasya, Sus?" Tanya Calvin sembari melangkah cepat menuju kamar Rasya.

"Masih sangat panas, Tuan. Den Rasya juga menggigil," jawab suster Kunti yang merupakan baby sitter Rasya.

"Mamanya Rasya sudah pulang belum?" Tanya Calvin lagi.

"Nyonya Jia belum pulang, Tuan. Kemarin siang dia pergi dan belum pulang sampai sekarang," jawab suster Kunti sejujurnya yang membuat Calvin justru tersenyum miring sambil geleng-geleng kepala, seolah hal ini sudah biasa.

Calvin masuk ke kamar Rasya, hatinya seperti tercubit saat melihat wajah pucat Rasya." Sayang, Papa sudah pulang, " ucap Calvin sembari  memeriksa suhu tubuh Rasya, Rasya yang saat ini tertidur tak merespon ucapan Calvin.

"Den Rasya sudah demam tinggi sejak tadi pagi, Tuan. Tapi den Rasya melarang saya telfon tuan, katanya takut ganggu pekerjaannya," ujar suster Kunti yang membuat hati Calvin terenyuh.

Bocah berusia 6 tahun itu begitu peka akan kesibukannya, namun Calvin justru tak peka akan keadaannya.

Calvin menuliskan resep sirup penurun panas kemudian menyuruh suster kunti membeli sirup itu ke apotek terdekat.

Sambil menunggu suster Kunti, Calvin rebahan di samping Rasya, ia memeluk putranya. Tiba-tiba Rasya mengigau, memanggil mamanya dengan liriih.

"Mama..." Rasya terus mengigau dalam tidurnya.

"Sayang, ini Papa. Mama sebentar lagi pasti pulang," bisik Calvin sembari mengusap ubun-ubun Rasya.

"Mama, Rasya kangen mama." lagi-lagi Rasya mengigau, keningnya sedikit berkerut, bibirnya sedikit bergetar, hidungnya kembang kempis seolah ia ingin menangis. Hati Calvin tercubit, betapa Rasya merindukan mamanya.

Tak berselang Suster Kunti datang, Calvin langsung membangunkan Rasya dengan pelan-pelan. "Sayang, ayo bangun. Minum obat dulu."

Perlahan Rasya membuka matanya dan seketika ia langsung tersenyum saat melihat sang ayah di hadapannya. "Papa sudah pulang? Apa pekerjaannya sudah selesai?" Tanya Rasya dengan suara parau khas bangun tidur.

"Iya, Sayang. Papa langsung pulang setelah tahu Rasya sakit, seharusnya Rasya telfon Papa kalau Rasya sakit," ujar Calvin.

"Rasya nggak mau ganggu pekerjaan Papa," jawab Rasya lirih sambil menunduk, matanya sudah merah dan berkaca-kaca.

Sejak kemarin ia hanya tinggal dengan Susternya, sementara mamanya pergi karena katanya ada pekerjaan penting, begitu pun dengan ayahnya yang tak pulang karena katanya bekerja.

Rasya mengucek matanya yang sudah berembun itu, ia mencoba menegarkan hatinya yang sakit karena merindukan sosok orang tua yang selalu ada untuknya, sementara orang tuanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

"Minum sirup dulu, Sayang. Setelah ini Rasya bobo, papa temenin, ya." Rasya mengangguk patuh.

Setelah minum sirup, Calvin membawa Rasya berbaring di pelukannya. Calvin membelai kepala Rasya dengan lembut sembari menyanyikan sebuah lagu tidur yang biasa Jia nyanyian untuk Rasya. Hingga perlahan Rasya kembali menutup matanya dan alam mimpi menyambutnya.

🦋

"Suamimu nggak pulang lagi, Jasmine?" Tanya Bu Gina sembari menarik kursi di samping Jasmine.

"Nggak, Ma. Katanya gantiin temannya shif malam," jawab Jasmine sembari mengambil nasi namun seketika ia merasa mual saat mencium aroma nangis itu.

Ia segera berlari ke wastafel dan memuntahkan isi perutnya disana. Bu Gina menyusul Jasmine, ia langsung memijit tengkuk Jasmine yang masih muntah- muntah.

"Jangan-jangan kamu hamil, Nak," cetus Bu Gina yang langsung membuat Jasmine tercengang, ia memegang perutnya yang masih rata itu. Mungkinkah disana ada buah hatinya dan Calvin?

Beberapa hari terakhir ini ia memang sering mual, lemas dan ia baru sadar dirinya juga belum mendapatkan tamu bulanannya bulan ini.

"Sepertinya iya, Ma. Bulan ini aku nggak datang bulan, kok aku baru kefikiran kesana, ya," ujar Jasmine sambil tersenyum senang.

"Ma, besok temenin aku ke Dokter, ya. Tapi jangan kasih tahu mas Calvin dulu, aku mau kasih kejutan," seru Jasmine yang langsung di jawab anggukan oleh sang ibu yang juga terlihat sangat bahagia jika memang Jasmine hamil.

"Semoga kamu beneran hamil, Nak. Supaya pernikahanmu dan Calvin sempurna, ikatan cinta kalian juga semakin kuat."

"Pasti, Ma. Apalagi mas Calvin juga sangat menginginkan aku hamil, dia bilang mau ngikat aku dengan anak, biar aku nggak pergi," kata Jasmine yang seketika membuat ibu Gina terkekeh.

"Sepertinya dia sangat mencintaimu, kamu beruntung, Nak."

🦋

Keesokan harinya...

Calvin membuka mata perlahan dan ia tersenyum saat melihat Rasya yang masih terlelap di pelukannya. Wajah Rasya sudah tak sepucat tadi malam, panas tubuhnya juga sudah sedikit turun.

Saat Calvin hendak bangun, ia menyadari ada sebuah tangan yang memeluknya. Calvin menoleh dan ia melihat Jia yang juga tertidur pulas di belakangnya.

"Jia..." Calvin mengguncang pundak Jia, sementara Jia hanya menggumam tak jelas dan membenarkan posisi tidurnya.

"Jia, bangun! Pulang jam berapa kamu, huh?" Tanya Calvin setengah menggeram.

"Jam 3," jawab Jia dengan gumaman.

Calvin melongo, kemudian menarik Jia hingga Jia membuka matanya lebar-lebar. "Apa sih, Sayang? Aku tuh ngantuk, aku capek," seru Jia namun Calvin tak mengindahkannya.

Calvin membawa Jia ke kamarnya dan ia menutup pintu dengan keras hingga terdengar gubrakan yang sangat keras.

"Kamu tahu nggak kalau Rasya  itu sakit sejak tadi pagi? Dia panggil kamu, tapi kamu malah sibuk sama dunia kamu sendiri!" Desis Calvin tajam.

"Aku 'kan lagi kerja, Calvin. Aku juga nggak tahu kalau Rasya sakit, nggak ada yang kasih tahu aku," elak Jia membela diri.

"Kamu nggak tahu karena kamu itu cuma sibuk kerja dan kerja, Jia. Sampai kamu lupa sama anak dan suami kamu! Ibu macam apa kamu ini, huh?" Geram Calvin penuh emosi.

"Kamu juga sibuk kerja sampai sering nggak pulang dan aku nggak pernah mempermasalahkan itu!" Balas Jia yang juga mulai terpancing emosinya.

"Aku kerja buat kalian, aku punya kewajiban untuk menafkahi kalian! Sementara kamu kerja buat siapa, huh? cuma buat diri kamu sendiri, hanya untuk menyenangkan diri kamu sendiri sampai kamu mengabaikan aku dan Rasya!" kini Calvin berteriak dengan emosi yang sudah memuncak.

"Kamu sudah ngizinin aku melanjutkan karirku, kenapa sekarang kamu menuntut ini itu?" Balas Jia yang seolah tak mau di salahkan.

"Aku mempersilakan kamu kalau mau menjadi model tapi bukan berarti aku mempersilahkan kamu hidup hanya sebagai model, Jia! Kamu jarang pulang ke rumah, nggak memperhatikan aku dan Rasya! Kamu kerja cuma karena hasrat bukan karena kewajiban mencari nafkah, Jianita! Kerjaan kamu itu nggak ada faidahnya buat Rasya dan aku!"

Jia terdiam mendengar apa yang di ucapkan Calvin, ia terduduk lemas di tepi ranjang, kemudian menutup wajahnya dengan kedua telapaknya. Mengingat kembali kesibukannya selama dua tahun ini yang memang sungguh menyita sebagian besar waktu dan tenaganya.

Sementara Calvin, ia menatap Jia dengan tajam, dadanya bergemuruh, napasnya memberat karena emosi yang menggulung jiwanya. Jia yang sekarang ada di hadapannya bukanlah Jia yang dulu ia nikahi.

Jianita Kanaya, wanita cantik yang yang berhasil Calvin nikahi 7 tahun yang lalu atas dasar cinta.

Jia adalah seorang model yang cukup terkenal, dan ia mencintai dunia modelling sejak ia remaja.

Saat ini usianya 28 tahun sementara usianya baru 22 tahun saat Calvin menikahinya, and dan saat itu karirnya sedang berada di puncak, namun karirnya terpaksa terhenti saat ia hamil dan melahirkan.

Saat itu Jia sedih, karena menjadi model terkenal adalah mimpinya, namun Calvin berusaha terus membahagiakan Jia dan mengatakan suatu hari nanti ia bisa kembali menjadi model, saat putra mereka sudah besar.

Dan dua tahun yang lalu, kembali datang  tawaran padanya dari salah satu agensi besar yang siap kembali melambungka nama Jia. Tentu kesempatan itu takkan Jia tolak, ia kembali memiliki jalan untuk menggapai mimpinya.

Namun, sejak saat itu pula, pernikahannya yang dulu harmonis kini perlahan merenggang karena Jia yang terus kebanjiran job dari berbagai kota bahkan tak jarang tawaran datang dari luar negeri, hingga menciptakan jarak antara dirinya dan keluarga kecilnya.

Jia mendapatkan apa yang dulu hilang darinya, namun apa yang dia dapatkan sekarang justru mengorbankan suami dan anaknya tanpa ia sadari.

Di luar kamar, Rasya menangis saat menguping pertengkaran kedu orang tuanya yang sering sekali terjadi sejak dua tahun yang lalu.

Rasya kembali ke kamarnya sambil mengucek matanya yang sudah berlinang air mata.

Tbc...

Bab #3 - Pelakor!

Lelah dengan pertengkarannya dan Jia, Calvin ingin pulang ke rumah Jasmine dan memang seperti itu lah dirinya setiap kali bertengkar dengan Jia, maka Jasmine akan menjadi tempat pelarian ternyaman nya.

Namun sebelum pergi, Calvin menemui Rasya dan memastikan Rasya meminum sirupnya.

"Papa mau pergi lagi?" Tanya Rasya dengan suara lirih, seolah ia tak ingin Calvin pergi.

"Iya, Sayang. Nanti sore Papa akan pulang dan nemenin Rasya lagi," jawab Calvin sembari mengembalikan sirip Rasya ke atas nakas. "Mama di rumah kok, dan sepertinya nggak akan pergi lagi."Rasya hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan sang ayah, ia merebahkan tubuhnya ke ranjang kemudian Rasya menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya. Seketika air mata Rasya tumpah, mengalir deras hingga membasahi bantalnya.

Rasya menggigit bibirnya yang bergetar, mencoba menahan isak tangis agar tak lolos dari bibirnya.

"Sayang, Papa pergi dulu, ya." Calvin mengusap kepala Rasya sementara Rasya hanya mengangguk tanpa mau mengucapkan sepatah kata pun.

Saat Calvin keluar dari kamar Rasya, ia berpapasan dengan Jia. Calvin enggan berbicara dengan Jia, ia berjalan melewati Jia namun Jia langsung memeluk Calvin dari belakang dengan erat.

"Maafin aku," rengek Jia. Ia mengecup punggung suaminya itu.

Namun Calvin menolak pelukan Jia, ia menyingkirkan tangan Jia yang melingkar di perutnya kemudian ia bergegas pergi yang membuat Jia tampak sedih.

Jia hanya bisa menatap punggung Calvin dengan nanar sebelum akhirnya ia masuk ke kamar Rasya.

"Sayang, kamu tidur?" Jia duduk di samping Rasya.

Rasya mengusap air matanya kemudian ia beranjak duduk, hati Jia terkesiap melihat wajah sembab sang putra. "Kenapa nangis, Sayang? Ada yang sakit? Hm?" Tanya Jia dengan lembut.

Bukannya menjawab, Rasya langsung berhambur ke pelukan Jia, lengan mungilnya itu melingkar di pinggang Jia. "Mama, jangan pulang malam lagi. Biar Mama dan papa nggak bertengkar lagi." hati Jia mencolos mendengar apa yang di ucapkan Rasya.

Ia mendekap Rasya, mencium pucuk kepalanya dengan sayang. "Baiklah, Sayang. Mama akan usahakan nggak pulang malam lagi, Mama juga minta maaf ya karena Mama nggak tahu kalau Rasya sakit."

"Rasya kangen Mama dan Papa seperti dulu," lirih Rasya dan kembali bibirnya bergetar. "Yang nemenin Rasya tidur, main dan jalan-jalan." lanjutnya dengan suara bergetar.

"Iya, nanti kita akan jalan-jalan. Mama janji, hm."

Rasya tersenyum dan menganggukan kepalanya, ia semakin mengeraskan pelukannya, pelukan sang ibu yang sangat ia rindukan.

...🦋...

Calvin sudah sampai di rumah Jasmine namun ia tak menemukan siapapun disana, Calvin melirik arlojinya. "Sudah jam setengah 9, pasti Jasmine sudah ke toko," gumam Calvin.

Ia masuk ke kamar Jasmine, melemparkan tubuhnya ke ranjang yang berukuran sedang itu. Calvin memejamkan mata, menghela napas panjang beberapa kali.

Lelah, itulah yang Calvin rasakan. Ia sangat lelah dengan pernikahannya yang sudah sangat berantakan, andai tak ada Rasya. Calvin pasti sudah menceraikan Jia sejak dulu dan ia akan hidup dengan tenang bersama Jasmine.

...🦋...

"Selamat ya, Bu. Bu Jasmine positif hamil dan usia kandungannya sudah dua bulan." Jasmine tak kuasa membendung air mata harunya saat mendengar apa yang di katakan Dokter, ia langsung menatap ibunya yang saat ini juga terlihat sangat bahagia.

"Sudah dua bulan ya, Dok? Apa janinku sehat, Dok?" Tanya Jasmine antusias.

"Sangat sehat, Bu Jasmine. Dan untuk memantau pertumbuhan janin Ibu, sebaiknya lakukan check up dengan rutin, ya. Jangan lupa jaga kondisi fisik dan psikis, dan jaga asupan gizi Ibu karena itu sangat penting."

"Pasti, Dok. pasti..." Jasmine menjawab dengan antusias.

""Selamat ya, Sayang. Akhirnya kamu akan menjadi seorang ibu," ucap bu Gina sembari memberikan pelukan hangatnya pada Jasmine.

Setelah selesai melakukan pemeriksaan, Jasmine dan Bu Gina bergegas pulang.

Sesampainya di rumah, Jasmine terkejut melihat mobil Calvin. "Suami kamu sudah pulang, Jasmine," kata Bu Gina sembari melepas helmnya.

"Iya, Ma. Tapi mama jangan kasih tahu apa-apa dulu ke dia, ya. Biar nanti aku kasih kejutan," kata Jasmine yang masih menampilkan raut wajah bahagianya. Bu Gina terkekeh dan hanya mengangguk sebagai jawaban dari permintaan Jasmine.

"Hari ini kamu nggak usah ke toko. Biar ibu aja ya ke toko, apalagi kata Dokter kamu nggak boleh kelelahan," tukas Bu Gina.

"Iya, Ma."

Jasmine segera pergi ke kamarnya dan ia mendapati Calvin yang sedang tertidur di atas ranjangnya, Calvin bahkan lupa melepas sepatunya sehingga Jasmine merasa Calvin benar-benar baru pulang kerja.

Dengan sangat hati-hati, Jasmine membuat sepatu Calvin namun sang suami yang baru saja terlelap langsung terbangun. "Sayang, kamu dari mana?" Tanya Calvin sembari menarik Jasmine hingga Jasmine jatuh ke pelukannya.

"Aku dari..." Jasmine menggigit bibirnya sembari menatap mata Calvin dengan intens.

"Em, jangan begini. Nanti aku pengen cium," ujar Calvin sembari mengusap bibir Jasmine. Wajah Jasmine langsung merona merah dan ini lah yang sangat Calvin sukai dari Jasmine. Jasmine seperti remaja yang baru merasakan jatuh cinta.

"Apaan sih, Mas." Jasmine membuang muka namun Calvin langsung menangkup pipi Jasmine, memaksa Jasmine menatap matanya.

Calvin mendekatkan wajahnya ke wajah Jasmine, begitu dekat hingga Jasmine bisa merasakan hembusan napas hangat sang suami.

Saat bibir Calvin hampir menyentuh bibir Jasmine, tanpa di sangka Jasmine justru lebih dulu mengecup bbir Calvin kemudian ia berbisik tepat di depan bibir Calvin. "Aku hamil, Sayang."

Seketika kedua bola mata Calvin melotot sempurna dengan mulut yang terbuka lebar. Jasmine membawa tangan Calvin ke perutnya kemudian ia kembali berbisik, "Ada anak kamu disini, Sayang."

"Be-benarkah?" Tanya Calvin dan Jasmine mengangguk sambil tersenyum. "Kamu yakin, Sayang?" Tanya Calvin yang masih tak percaya dengan kabar itu.

"Iya, Mas. Aku sudah periksa ke dokter pagi ini, usianya dua bulan," jawab Jasmine dan seketika Calvin langsung menghujani seluruh wajah Jasmine dengan kecupan-kecupan ringan yang membuat Jasmine terkikik.

"Terima kasih, Sayang. Terima kasih banyak," kata Calvin yang tampak begitu bahagia.

Calvin sungguh bahagia Jasmine hamil, katakanlah dia egois tapi memang hanya anak yang bisa mengikat pernikahan mereka dengan kuat.

Calvin tahu, suatu hari nanti kebohongannya akan terkuak pada Jasmine namun ia tak ingin kehilangan Jasmine. Karena itulah ia sangat mengharapkan kehamilan Jasmine sejak dulu, dengan begitu Jasmine takkan bisa pergi darinya.

"Oh Sayang. Terima kasih banyak, aku mencintaimu ... sangat mencintaimu," ucap Calvin yang kembali mencium setiap inci wajah Jasmine.

"Aku yang terimakasih, Mas. Kamu membuat hidupku begitu sempurna," tukas Jasmine penuh haru.

"Baiklah, hari ini aku tidak punya jadwal jadi mari kita rayakan kehadiran buah cinta kita" kata Calvin kemudian.

"Em bagaimana kalau kita makan siang di luar, Mas? Udah lama kita nggak keluar bareng, kamu sibuk terus sih." Jasmine mencebikan bibirnya yang membuat Calvin terkekeh.

"Apapun untukmu, Sayang. Jangankan cuma makan siang di luar, pergi keliling dunia pun ayo!" Jasmine langsung tertawa mendengar ucapan suaminya yang ia nilai berlebihan itu namun tak urung itu membuatnya semakin bahagia.

...🦋...

Calvin membawa Jasmine ke sebuah restaurant bintang lima yang sebelumnya tak pernah Jasmine kunjungi.

"Makanan di sini pasti mahal-mahal, Mas," kata Jasmine setengah berbisik yang seketika membuat Calvin terkekeh.

"Murah kok, Sayang. Kalau kamu sama mama mau makan di sini setiap hari juga nggak apa-apa, nanti aku urus," ucap Calvin yang membuat Jasmine semakin terharu akan kebaikannya. "Silakan duduk, Sayang." Calvin menarikan kursi untuk Jasmine.

Tak lama kemudian seorang pelayan datang membawa buku menu, Calvin memesankan makanan terbaik dan termahal untuk Jasmine.

Sambil menunggu makanan datang, keduanya mengobrol bak remaja yang sedang kencan.

Dan tak berselang lama, makanan mereka datang. Kedua mata Jasmen berbinar dan ia menelan ludah saat melihat menu makanan yang sebelumnya hanya bisa ia lihat di TV.

"Kamu suka?" Tanya Calvin sambil tertawa saat melihat ekspresi wajah Jasmine.

"Keliatannya enak banget, Mas," kata Jasmine antusias. Calvin hendak menyuapi Jasmine namun tiba-tiba ada seorang wanita datang menyapa Calvin.

"Calvin..." Calvin langsug mendongak dan seketika kedua matanya melotot sempurna melihat siapa yang datang.

"Calvin, kamu ngapain disini?" Tanya wanita itu.

Jasmine pun menatap wanita itu yang kini juga menatapnya.

"Ini selingkuhan kamu, ya? Astaga! Pantas saja kamu jarang pulang, selalu tengkar sama Jia, ternyata kamu sudah di goda pelakor!"

Tbc...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!