Bismillahirrahmanirrahim
Bertemu kembali dengan saya di novel baru. Ini lanjutan kisahnya Billy dan Aiden ya.
Jangan lupa tinggalkan Vote, Like, dan komentarnya supaya tambah semangat.
Selamat membaca kawan-kawan.
Untuk mendapatkan Feel-nya, saya sarankan kalian membaca dulu MUTIARA DIBALIK LUMPUR agar menyambung.
********
"Rupanya kau belum menyerah, murahan. Baiklah, mungkin dengan ini kau akan berhenti mengganggu Bos saya."
Billy menyeret Aiden secara paksa membawanya ke suatu tempat.
"Awww.. sakit! Lepaskan saya! mau kau bawa kemana saya ini?" Aiden berontak meminta di lepaskan tapi Billy semakin mencekal kuat tangan wanita itu.
Billy membawa paksa Aiden ke suatu tempat dimana dia akan menikahi Aiden. Sungguh, Billy telah menyiapkan semuanya sesuai yang dia inginkan yaitu menikahi Aiden agar tidak terus menerus mengganggu hubungan Nathan dan Bian.
Saking patuhnya kepada atasan, Billy sampai bertindak sesukanya demi melindungi mereka. Orang yang sudah membesarkannya dan membiayainya sampai dirinya tamat kuliah.
"Kenapa kau bawa saya kemari? lepaskan saya, Tuan!" pinta Aiden memberontak paksa.
"Diam! Kalau kau berisik atau menolak maka akan ku bunuh kau!" sentak Billy menatap tajam penuh kebencian kepada wanita yang ada di hadapannya.
Aiden terdiam, dia merasakan ketakutan dan tak berani melawan kala mata setajam elang itu menatapnya penuh benci.
Billy meminta penghulu untuk menikahkan mereka. Berhubung syarat-syarat nikah sudah kumplit maka, penghulu itu menikahkan Billy dan Aiden secara sederhana namun terdengar sakral.
"Saya terima nikah dan kawinnya Aiden Rosalina Binti Renaldy dengan mas kawin uang senilai 500 ribu di bayar tunai." Dengan lantang dan suara tegas serta dalam satu tarikan nafas, Billy melakukan ijab qabul.
"Bagaimana saksi?"
"Sah.."
"Saaah..."
Aiden memejamkan mata menahan tangis, kini dia sudah resmi menyandang status istri dari pria di sampingnya. Pria yang bahkan terang-terangan membenci dirinya di saat dirinya kepergok Billy ingin menjebak Nathan, kekasihnya.
Pernikahan yang tak pernah Aiden inginkan, pernikahan paksaan, dan awal mula masalah baru akan bermunculan. Entah apa yang akan ia katakan kepada Mamanya? Entah apa yang akan ia lakukan kedepannya dengan hubungan ini? Aiden bingung dan juga sedih.
"Sekarang kau adalah istriku, jadi jangan kau ganggu Nathan ataupun Bian lagi!" kata Billy berbisik penuh penegasan seperti nada ancaman.
Aiden menunduk meremas bajunya enggan menatap Billy. Desakan air mata tiba-tiba lolos dari pelupuk matanya berjatuhan ke bawah.
"Ck, jadi perempuan cengeng sekali." Billy menarik paksa Aiden, membawanya ke suatu tempat.
Billy Giovanno (27 tahun) memaksa wanita bernama Aiden Rosalina (25 tahun) menikah dengannya hanya karena Billy tidak ingin Aiden mengganggu rumah tangga majikannya. Billy nekat menikahinya secara siri untuk memantau pergerakan wanita itu.
******
Billy memberhentikan mobilnya di pinggir jalan.
"Keluar!" Suara tegas nan lantang menggema di dalam mobil itu. Aiden tersentak kaget dan juga bingung kenapa pria yang baru saja menikahinya menyuruhnya keluar.
"Saya bilang keluar!" Billy kembali mengulangi perkataannya.
"Ta-tapi, aku istrimu." Aiden memberanikan diri berbicara seolah mengingatkan jika barusan mereka telah menikah meski hanya pernikahan siri.
Billy menoleh menatap tajam melihat jijik wanita di sampingnya. "Istri? Hahaha... kau pikir aku mau menjadikamu istriku? Tidak sudi! Kalau bukan karena untuk melindungi bosku mana mau ku menikahi wanita kupu-kupu malam sepertimu, murahan." Billy mendelik tajam tak suka menatap Aiden.
Aiden berusaha keras bersabar meski hatinya sakit di katai kupu-kupu malam. Karena memang dirinya bekerja di sebuah club malam. Namun ada hal yang tidak pernah mereka ketahui tentang siapa Aiden yang sebenarnya. Mereka hanya bisa menilai dari luar tanpa tahu apa-apa. Mereka hanya bisa berasumsi sendiri tanpa tahu kenyataannya.
"Kalau kau tidak mau menjadikanku istri kenapa kau menikahiku, Tuan? kau sendiri bilang kalau aku wanita murahan lalu kenapa wanita murahan ini kau pungut dan kau nikahi?" jawab Aiden membela diri namun tak berani menatap mata Billy.
Billy mengepalkan tangannya. "Karena kau murahan maka aku tidak akan membiarkanmu mendekati lagi Nathan. Dengan cara ini, aku bisa memantau setiap pergerakanmu dan aku, tidak akan membiarkan kau merusak rumah tangga majikanku!" tidak masuk akal memang, namun ini cara Billy. Dia hanya berpikir, dengan menikahinya, Aiden akan sadar kalau dia sudah menikah.
[ Tapi kau telah membatasi pergerakanku. Meski hanya menikah siri, kau tetap suamiku yang harus ku hormati dan ku patuhi, Billy. ]
"Satu lagi, kau bebas melakukan apapun termasuk menjajakan tubuhmu ke pelanggan pria. Aku tidak peduli! Tapi, kalau sampai kau mengganggu Nathan dan istrinya akan ku pastikan kau mati!" Ancan Billy tegas menusuk jantung.
Aiden menunduk mengangguk. Bukan ia tak ingin melakukan pembelaan tapi lebih ke takut jika Billy membunuh dirinya. Kalau dia mati, bagaimana dengan Ibunya yang masih terbaring sakit di rumah sakit akibat terjatuh dari tangga.
Aiden perlahan membukakan pintu mobil dan turun tanpa menoleh kebelakang. Dia menahan tangis atas apa yang barusan terjadi kepadanya.
Billy kembali melanjutkan perjalanannya meninggalkan Aiden sendirian di tepi jalan. Cairan bening yang sedari ia tahan akhirnya meluncur membasahi pipinya sambil menatap kepergian mobil suaminya.
Aiden terduduk lemas di pinggir jalan dalam keadaan tatapan kosong dan juga bingung. "Kenapa ini terjadi padaku? Sekarang aku sudah menikah tapi aku tak di inginkan olehnya." Aiden menunduk menangisi kehidupannya yang makin kesini hampir tidak pernah mendapatkan kebahagiaan.
"Mah, Aiden harus apa sekarang? Aiden bingung." Lirihnya menangis terdiam di pinggiran jalan.
Sedari umur 16 tahun, dia harus kehilangan Ayahnya untuk selama-lamanya. Saat berumur 17 tahun, Ibunya menikah lagi. Dari sanalah hidupnya mulai berubah. Yang tadinya baik-baik saja menjadi rumit ketika kehadiran Ayah tirinya yang meminta Aiden bekerja untuk menggantikan Mamanya yang mulai sakit-sakitan akibat penyakit paru-paru.
Aiden sampai harus bekerja di club atas perintah Ayah tirinya. Kalau dia menolak maka nyawa ibunya akan dalam bahaya.
*******
Sedangkan Billy, dia melangkah masuk kerumahnya seperti tanpa beban sedikitpun. Dia tersenyum melihat Wanita yang sangat ia cintai dan sayangi tengah memanjakan dirinya dengan pijatan yang di berikan oleh pegawai salon.
"Sore, Mah." Sapa Billy duduk di dekat Mamanya.
"Sore juga, Bil. Enggak biasanya kau pulang sore hari? Apakah pekerjaan mu sudah selesai?" tanya Mama Lily sambil menikmati pijatan di kakinya.
"Hari ini tidak terlalu banyak kerjaan jadi aku pulangnya cepat. Aku ke kamar dulu, Mah." Billy kembali melanjutkan langkahnya beristirahat.
Billy membantingkan tubuhnya ke atas ranjang sampai subuhnya mantul ke atas. "Pernikahan terpaksa. Aku tidak sudi mengakuinya sebagai istriku. Wanita kupu-kupu malam."
Di tengah kesedihannya, Aiden menyambangi rumah sakit dimana Mamanya di rawat. Dia menggenggam tangan Mamanya yang belum sadar dari koma. Aiden mengecup tangan wanita yang ia sayangi memeluk tangannya di kedua tangan Aiden.
"Mah, aku merindukan Mama. Rindu canda tawa Mama, rindu pelukan Mama, rindu omelan Mama. Kapan Mama bangun? Sudah mau 6 bulan Mama tiduran terus. Apa tidak capek, Mah?" racau Aiden terisak kecil.
"Aku bingung harus berbuat apa? Hidupku tidak baik-baik saja, Mah. Aku butuh Mama sebagai penguat ku, aku butuh Mama sebagai menyemangatku. Kepada siapa lagi ku bercerita selain kepada Mama dan Tuhanku."
"Mah, Aiden sudah menikah meski hanya pernikahan siri. Aiden bahagia bisa menikah dengan orang yang selama ini Aiden cintai. Tapi, dia membenci aku karena dia berpikir kalau aku wanita murahan sang kupu-kupu malam. Aku terpaksa bekerja di club atas suruhan Ayah. Aku melakukan ini demi biaya pengobatan Mama. Tolong bangun, Mah. Aiden harus apa sekarang?" Aiden membaringkan kepalanya di atas tempat tidur sambil menggenggam tangan Mamanya.
Wanita yang terbaring lemah di atas brangkar itu meneteskan air mata. Dia bisa mendengar namun sulit untuk tersadar dari bawah alam sadarnya.
Aiden menghapus air matanya. Dia harus kembali bekerja pada sore sampai jam 1 dini hari. "Aiden tinggal dulu, Mah. Aku harus kerja lagi. Maaf, Mama sering aku tinggal." Pamitnya mengecup dahi Mamanya.
********
Ditengah kesibukannya mengurusi pekerjaan, Billy mendapatkan panggilan dari temannya.
"Bil, hangout yuk? malam Minggu nih. Kita ke club dansa, karoke atau apalah. Bosen di rumah terus."
Billy berpikir mengingat kapan terakhir kali dirinya main di club? sudah sangat lama dirinya tidak nongkrong di club bareng teman-temannya.
"Baiklah, saya akan datang ke club. Kau cari tempatnya, nanti saya kesana." Untuk menghilangkan penat di kepala, Billy menyetujui ajakan temannya.
"Ok brother, saya tunggu kedatanganmu."
********
Di tengah perjalanan pulang, Aiden mendapatkan telpon dari Ayah tirinya.
"Iya, Ayah."
"Kau dimana sekarang? ini sudah waktunya kau kerja di club." Terdengar kemarahan di balik suaranya Ayah tiri Aiden.
Aiden menunduk lesu menahan sesak yang ia rasa. "Aku lagi di perjalanan menuju rumah. Barusan menengok Mama dulu, sebentar lagi aku sampai di sana dalam kurun waktu 30 menit."
"Ok, jangan lama-lama! Pelangganmu sudah menunggu di sini. Mereka tidak ingin di layani orang lain, mereka hanya ingin kau yang melayaninya. Buruan kesini!"
Tut..
Aiden memejamkan matanya. Ingin rasanya ia menolak perintah Ayah tirinya. Namun, ia tak bisa karena nyawa ibunya berada dalam bahaya.
Jika Aiden menolak, maka Ayah tirinya akan nekat membunuh Mamanya.
FLASHBACK
Beberapa bulan sebelum Mamanya Aiden jatuh dari tangga.
"Yah, sudah cukup kau jadikan Aiden sebagai pekerja malam di club itu. Aku tidak ingin Aiden bekerja lagi di sana."
"Hanya ini yang bisa dia lakukan, Linda. Kalau anakmu tidak bekerja siapa yang akan membiayai dirimu yang sakit-sakitan ini? aku? aku tidak mau menanggung bebanmu lagi. Jadi biarkan anakmu bekerja di tempat temanku. Gajinya juga lumayan, dan hanya itu pekerjaan yang menurutku cocok untuk lulusan SMA, ijazah belum di tebus."
"Biar aku yang bekerja asalkan putriku bisa keluar dari tempat itu."
"Wanita sakit-sakitan tua seperti mu mana laku. Yang ada mereka menendangmu tanpa ampun dan jijik akan penyakitmu. Sudahlah, aku males berdebat dengan dirimu. Sekarang mana Aiden? dia harus bekerja menghasilkan uang untukku dan juga untukmu!" pria bernama Ronal itu mencari keberadaan Aiden di lantai atas. Linda mengejarnya memohon untuk tidak melibatkan Aiden lagi dalam hal ini.
"Ronal, jangan kau libatkan lagi Aiden di club. Cukup aku yang menjadi pekerja malam sebagai pelunas utang mendiang suamiku dan atas utang biaya pengobatannya." Linda mencegah Ronal memaksa Aiden lagi.
Dulu, suaminya Linda pernah mempunyai utang atas kekalahannya berjudi sebesar 2 milyar kepada Ronal. Suami Linda tidak bisa membayarnya dikarenakan meninggal dan Linda harus menanggung semuanya dengan cara mau menjadi istri Ronal. Tapi, bukan Ronal namanya kalau ia tidak haus uang sampai Linda sendiri di suruh bekerja di club. Merasa Linda sudah tidak lagi banyak peminatnya, Ronal meminta Aiden menggantikan Linda pada saat umur Aiden jalan 18 tahun.
Ronal juga meminta Aiden untuk mendekati salah satu anak terkaya no 5 ( Jonathan Fernandez ) menjadikannya kekasihnya dan memoroti uangnya. Dengan ancaman nyawa ibunya, Aiden menuruti perintah Ronal mendekati Nathan sampai mereka pacaran.
"Kau jangan menghalangi ku Linda!" Ronal menggedor pintu kamar Aiden. "Buka pintunya, Aiden! Kau harus bekerja!" pekik Ronal tak sabar.
Aiden merasa terganggu. Kepalanya sakit, tubuhnya menggigil habis kehujanan. Dia membuka pintu. Baru saja di buka tangannya sudah di seret paksa.
"Kau harus bekerja menggantikan Ibumu!" ujar Ronal menarik paksa Aiden.
"Ronal, jangan paksa Aiden!" cegah Linda berjalan di depan Ronal.
"Iya, Ayah. Aku tidak ingin lagi kerja di club. Aku tidak mau, Ayah. Tolong biarkan aku istirahat." Pinta Aiden memohon menarik lengannya dari cengkraman Ronal.
Ronal menoleh menatap tajam mata anak tirinya. "Kau sudah istirahat selama 4 tahun. Apakah itu kurang cukup? dan kau harus mengganti semua biaya pengobatan kakimu. Semua uangnya dari sahabatku, pemilik club. Gantinya, kau harus bekerja di sana sampai uang biaya pengobatanmu lunas!"
"Sudah cukup! Lepaskan Anakku!" pekik Linda menlepaskan cengkraman tangan Ronal di tangan Aiden. "Jangan kau paksa lagi anakku! Aku akan membayar semua uang itu dengan caraku. Aiden, kita pergi dari sini!" Linda membawa Aiden menuruni tangga. Ronal mencegahnya.
"Aiden, kalau kau tidak mengikuti perintah ku maka nyawa ibumu menjadi taruhannya!" Ronal mengancam keduanya berharap mereka mau mengikuti keinginannya seraya mencegah keduanya turun.
Aiden di buat bingung oleh keadaan keduanya. Dimana satu sisi Ibunya, dan satu sisi dia harus membayar utang atas pengobatan dirinya sendiri.
Linda menoleh menatap benci pria yang sudah menjadi suaminya. "Jangan kau mengancam kami karena kami tidak akan pernah takut padamu."
Ronal ingin menarik tangan Aiden tapi di cegah oleh Linda. Mereka bersitegang mempertahankan Aiden. Linda bertahan demi melindungi putrinya, Ronal bertahan demi cuan yang akan di dapatkannya dari Aiden.
"Aiden ikut denganku," pekik Linda.
"Dia harus mengikuti perintahku dan membayar semua utangnya," balas Ronal tak kalah tinggi.
"Kalau kau menolak lebih baik kau mati saja!" Ronal sengaja menghempaskan tangan Linda secara kasar dan membuat tubuh Linda tergelincir jatuh dari tangga.
Aiden melotot terkejut. "Mama...." jeritnya begitu keras ketika melihat Mamanya terjatuh dengan kepala bersimbah darah.
FLASHBACK END
Aiden tengah bersiap berdandan memoles wajahnya dengan tampilan dewasa. Dia memakai pakaian mini ngepas di tubuh indahnya dengan belahan di paha dan juga memperlihatkan punggung mulusnya. Rambutnya ia gerai serta mengenakan hak tinggi.
Aiden menghelakan nafasnya menatap dirinya yang berbeda di cermin. Dia berdadan menyerupai wanita dewasa. Ini bukan dirinya, dia terlihat lebih dewasa dan juga sangat berbeda dibandingkan wajahnya asli tanpa makeup. Bisa dibilang Aiden jauh sangat cantik dan terlihat bukan seperti Aiden berumur 25 tapi sekarang seperti umur 30 dewasa penuh pesona. Meski tidak berdandan pun Aiden sangat cantik.
"Ayo Aiden, kamu pasti bisa. Ini demi Mama." Ucapnya menyemangati diri sendiri harus kembali bekerja di club melayani para pelanggannya.
********
Musik DJ menggema di salah satu club malam. Tempatnya yang remang-remang membuat sebagian orang memojok. Banyak orang berjoged bergoyang menikmati alunan musik. Tak banyak juga yang melakukan kissing saling bersentuhan satu sama lainnya.
Billy mengedarkan pandangannya mencari sosok yang ia kenal.
"Billy." Pekikkan serta lambaian tangan teman-teman Billy membuat pria itu menoleh menghampirinya.
"Hai, bro. Apa kabar?" tanya Billy sambil beradu kepalan.
"Baik, Bro. Kau sendiri kemana saja baru bisa hangout bareng kita?" jawab Dirga teman kuliahnya Billy.
"Sibuk kerja. Kau tahu sendiri kan kalau saya harus memperbaiki ekonomi demi masa depan. Mumpung ada pekerjaan jadi di manfaatkan dengan baik," jawab Billy seraya duduk.
"Kerja mulu, kapan cari pasangannya? Dirga saja sudah mau menikah," timpal Bima.
"Kau seriusan mau menikah, ga?" Billy mengangkat tangannya meminta pelayan menghampiri.
"Seriuslah, gue udah cocok dengan yang ini makanya mau seriusan."
"Ternyata playboy seperti kau bisa serius juga. Saya pikir kau tidak akan jatuh cinta sampai serius ini. Mengingat kau yang suka Gonta ganti wanita setiap satu bulan sekali," cibir Billy. Lalu, dia memesan minuman tanpa alkohol.
"Gue juga berpikir seperti kau, Bill. Tapi setelah melihat keseriusan Dirga mengejar cintanya membuat gue yakin kalau pria playboy ini sudah insaf," timpal Bima.
"Semua orang berhak berubah dan memiliki kesempatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Ketika kita menemukan wanita yang cocok dengan hati maka dengan sendirinya akan mulai berubah dan berusaha untuk tidak melakukan kesalahan," tutur Dirga tersenyum membayangkan calon istrinya.
Bima dan Billy mengangguk mengerti.
Mereka bertiga asik nongkrong sambil banyak bercerita sampai dimana mata Billy tak sengaja melihat arah pintu masuk. Matanya terbelalak melihat wanita yang ia kenal. [ Aiden! Kenapa dia di sini? ]
Meski Aiden berdandan pun ia bisa mengenalinya karena memang mata dia tidak mudah di bohongi. Matanya memperhatikan pakaian wanita itu. Mini dan ngepas di badan sampai memperlihatkan setiap lekukan tubuhnya. [ Murahan sekali. Pasti dia mau menemui pelanggannya. Dasar kupu-kupu malam. ]
"Malam, Pah. Maaf saya datang terlambat. Tadi habis menengok Mama saya di rumah sakit." Aiden menghampiri pemilik club untuk meminta maaf.
Pria yang berusia 50 tahun itu tersenyum mengusap pundak Aiden yang terbuka. "Tidak apa-apa. Saya mengerti dan saya tidak terlalu memaksa kamu untuk terus bekerja. Kau juga memiliki kewajiban merawat Ibumu sampai sembuh." Dengan lembut penuh perhatian dia mengelus kepala Aiden.
Aiden merasakan sentuhan hangat dari pria itu. Dia seperti mendapatkan perhatian dari Ayah yang telah tiada. Matanya berkaca-kaca merindukan Ayahnya.
"Kenapa kau bersedih?"
"Aku merindukan Ayah kandungku, Pah." Aiden memanggil pemilik club Papa atas permintaan pemiliknya sendiri. Pria itu membawa Aiden dalam dekapannya memberikan sebuah kenyamanan layaknya Ayah terhadap anak.
"Jika kau merindukan Ayahmu, kau boleh menganggap aku Ayahmu. Saya janji akan menyayangimu dan Mamamu seperti keluarga saya sendiri." [ Karena saya mencintai Ibumu, Aiden. Maafkan saya harus menjeratmu dulu dengan cara seperti ini supaya saya bisa mengetahui apa yang Mamamu alami. ]
Aiden terisak kecil, di dekat pak William Aiden merasa rapuh tak bisa menyembunyikan kesedihannya.
"Jangan menangis, kau kan harus melayani pelangganmu. Dia sudah menunggu di ruangan karaoke." William mengurai pelukannya merangkul Aiden membawanya ke dalam ruangan karaoke.
Tanpa mereka sadari, satu pasang mata elang menatap tajam keduanya. Dia mengeraskan kepalanya, rahangnya pun mengeras. Semakin tidak suka saja dia pada Aiden yang menurutnya sangat murahan. [ Ck, kupu-kupu malam, pel@cur, wanita murahan. Bisa-bisanya aku menikahi wanita kotor seperti itu. ]
Billy membenci wanita yang sudah menjadi istri sirinya. Tanpa sadar dia meminum minuman milik Bima yang beralkohol.
"Billy, itu minuman gue!" Bima tentu kaget melihatnya.
"Minta, ingin rasanya saya menghilangkan beban pikiran saya dengan berjoged sampai pagi."
"Ck, kau ini. Lebih baik kita karaoke saja, bagaimana? kita bisa bernyanyi, berjoget-joget tanpa harus di lihat banyak orang." Ajak Bima yang sering mampir ke club dan sering bernyanyi bareng wanita yang ia taksir.
"Boleh juga ajakan kau. Bagaimana, Bill?" ujar Dirga.
"Baik, ayo." Dan mereka bertiga beranjak menuju salah satu ruangan karaoke yang ada di sebelah Aiden tempati.
Ruangan sebelahnya, William menghampiri salah satu pelanggan tetap. "Malam Damian, saya membawa pesanan Anda. Anak saya. Tapi ingat, jangan kau macam-macam kepada anak saya!" ucap William menatap tajam pria itu penuh peringatan.
Ya, William akan menjaga Aiden dari pria hidung belang yang selalu meminta untuk di layani di atas ranjang. Dia tidak akan membiarkan hal buruk terjadi pada anak sshabati. Meskipun Aiden bekerja di club, dia hanya bekerja sebagai pemandu karaoke tidak lebih dari itu. William juga tahu hal apa yang terjadi di keluarga Aiden, maka dari itu, dia menawarkan uang kepada Ronal untuk melindungi Aiden dari Ayah tirinya yang sewaktu-waktu pasti akan menjual Aiden ke pria hidung belang. Demi janjinya kepada mendiang Ayahnya Aiden, William akan melakukan apapun untuk mereka berdua
"Hahahaha kau tenang saja Tuan William. Saya tidak akan melukai putri kesayanganmu itu. Saya hanya ingin di temani bernyanyi saja. Tapi, kalau kau mengizinkan, saya mau menjalin kasih dengan putrimu ini." Pria berusia 35 tahun ini menatap Aiden.
"Saya tidak akan memaksa putriku, biarlah hatinya yang memilih. Saya hanya berdoa yang terbaik saja." William tersenyum ramah pada Damian. "Kalau begitu, saya keluar sebentar. Jangan kau macam-macam!" memperingati lagi pria itu.
"Ok, saya mengerti Tuan." Aiden pun mulai memilih lagu-lagu yang akan di nyanyikan mereka.
Ruangan di sebelahnya. "Kau mencari siapa, Bim? dari tadi memperhatikan pintu masuk terus? bukankah kau yang paling semangat berkaraoke?" tanya Dirga duduk mencari lagu.
"Gue berharap pemandu karaoke yang sering menemani gue bisa datang."
"Emangnya kau sudah pesan pada pemilik clubnya?" tanya Billy.
"Katanya orang yang gue cari sedang di boking orang," jawab Bima lesu.
"Cari yang lain saja, kan banyak tuh." Ujar Dirga.
"Tidak minat, pengennya Rosa."
"Sepertinya kau tertarik pada wanita bernama Rosa itu?" tanya Billy.
"Ya seperti itulah." Pada akhirnya mereka bertiga berkaraoke tanpa di temani wanita sebab mereka tidak ingin ada wanita terkecuali Bima yang berharap di temani wanita yang ia sukai.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!