Malam semakin larut, namun rasanya musik yang begitu hirup pikuk di bawah lampu kerlap- kerlip berhasil membuat Kimora nyaman di sana, minuman terus di tuang ke gelas sloki seteguk demi seteguk di minum oleh Kimora.
Banyak pria yang memperhatikan gadis cantik itu, dan berharap Kimora segera tidak sadarkan diri agar mereka bisa tidur bersama Kimora malam ini. Tapi bukan Kimora namanya kalau mabuk hanya karena minuman beberapa botol saja.
Bagaimana tidak dunia malam sudah menjadi bagian dari hidupnya. Minuman beralkohol tinggi sudah jadi makanan sehari-harinya, dari tempat ini lah pribadi Kimora di bentuk.
“Kim balik yokk...” ajak Clara sahabat Kimora yang dulunya se profesi juga.
“Ahhh entar, masih nanggung.” Tolak Kimora yang menyalakan sebatang rokoknya.
Wanita yang pernah di juluki sebagai primadona club itu memang selalu jadi incaran pria-pria hidung belang, selain wajah yang nyaris sempurna, tubuh yang bagus kimora juga di kabarkan pandai bermain di ranjang. Namun sayang sekali hanya pria-pria yang beruang dan lulus seleksi Kimora yang beruntung bisa tidur dengan nya.
“Ini udah jam 2 pagi kim.” Lanjut Clara yang sudah mulai teler.
“Hmmm Yaya.” Kimora akhirnya mengalah, dia mematikan rokoknya dan berdiri dari duduk nya dan bersiap untuk pulang, Clara pun ikut berdiri dan mengikuti langkah Kimora walaupun dia jalan nya sudah sempoyongan karena kebanyakan minum.
Clara memang tidak se kuat Kimora kalau soal minum. Mereka berdua segera menuju ke parkiran, lalu menuju mobil Kimora.
“Kim gue nginap di rumah lo ya malam ini.”pinta Clara.
“Hmmm.” Jawab Kimora yang masuk ke dalam mobil.
Setelah keduanya masuk ke dalam mobil, mobil pun melaju meninggalkan club itu, kesadaran Kimora masih sepenuhnya, namun berbeda dengan Clara sepertinya Clara sudah tidur di sebelah Kimora. Kimora menatap fokus ke depan sembari menyetir. Memang sudah beberapa bulan terakhir ini Kimora tidak main ke club malam karena kesibukan nya.
Namun hari ini dia ajak Clara untuk minum untuk menenangkan pikiran nya, di keheningan mobil Kimora teringat kejadian 15 Tahun yang lalu.
#Flash back on....
Raut wajah takut seorang gadis berusia 10 Tahun itu terlihat panik,khawatir, takut bercampur jadi satu. Dia hanya bisa menggigit ibu jarinya agar tidak mengeluarkan suara sembari menahan isak tangis nya di dalam lemari pakaian milik orang tua nya. Air mata itu terus keluar dari kedua pelupuk matanya, hanya saja dia tidak bisa berbuat apapun saat ini.
Dia hanya ingat pesan mama nya sebelum meninggalkan nya di dalam lemari pakaian miliknya agar Kimora jangan bersuara dan jangan keluar dari lemari itu.
Di depan matanya papa nya terbunuh, Kimora masih cukup kecil untuk mengerti apa yang terjadi saat itu. Hanya saja Kimora memegang janjinya kepada mama nya bahwa apapun yang akan terjadi jangan pernah keluar dari lemari dan jangan bersuara.
Kimora melihat lima orang pria yang memegang senjata tajam baik pistol maupun belati, dengan wajah kelimanya di tutupi kain penutup wajah. Kimora melihat mama nya melawan dengan mencoba memukul pria-pria itu menggunakan lampu tidur, namun tentu saja kelima pria itu bukan tandingan mama nya.
Mama kimora sesekali melirik ke arah lemari, memberi isyarat agar Kimora jangan keluar dan bersuara. Kimora dapat melihat semua yang terjadi dari celah-celah lemari.
Salah satu dari ke lima pria itu terlihat membisikkan sesuatu kepada teman nya, lalu kelimanya tertawa. Tasya mamanya Kimora mulai ketakutan namun dia sebisa mungkin tetap melawan.
Lalu dua di antara mereka mereka memegangi tangan Tasya dan dua lainya mulai memegangi kaki Tasya. Tasya terus meronta-ronta. Satu di antara mereka mulai memberikan pukulan dan tamparan kepada Tasya.
Ingin rasanya Kimora keluar dari lemari itu dan membantu mama nya, namun dia sudah memuat janji kepada mama nya. Dan sejak kecil Kimora sudah di tanamkan oleh orang tuanya janji itu tidak boleh di ingkari apapun alasan nya. Akhirnya kimora hanya bisa menahan tangis melihat ibunya di siksa oleh orang-orang yang dia pun tidak tau siapa mereka.
Tubuh kimora bergetar, ada rasa takut, marah kecewa benci kepada dirinya sendiri karena dia begitu pengecut tidak bisa membantu mama nya. Gadis kecil itu hanya bisa menangis saat melihat mama nya di gilir oleh kelima pria itu.
“Dor....” satu tembakan di lepaskan untuk mama nya Kimora yang kini terbaring di atas ranjang Nya. Setelahnya tanpa rasa bersalah kelimanya pergi begitu saja.
Setelah mengamati sekeliling dan sedikit ragu Kimora membuka pintu lemari, dia langsung berlari ke arah mama nya, memeluk wanita yang terbaring lemah dan bersimbah darah itu.
“Ma, jangan tinggalin kim ma.” Kini tangis Kimora pecah.
Tasya yang kini terbaring lemah mencoba mengumpulkan kesadaran nya, mengelus lembut rambut putri kecilnya itu, lalu mengusap air mata kimora. Tasya mencoba memberikan senyum nya kepada Kimora.
“Terimakasih sayang, karena sudah menepati janji mu kepada mama.” Ujar Tasya yang semakin melemah.
“Hiduplah dengan bahagia sayang,kim harus tumbuh jadi wanita yang kuat dan bisa banggain mama dan papa ya, mama dan papa sangat menyayangi Kim.” Suara wanita itu terbata-bata, nafasnya nampaknya mulai kepayahan, namun dia mencoba menahan sakit yang begitu teramat sangat di depan putri semata wayangnya itu.
“Ma, jangan tinggalin kim. Kim sayang mama dan papa, kim gak bisa hidup tanpa kalian.” Lirih kim saat melihat mamanya yang kesadaran nya berangsur mulai menghilang.
“Mama....” kim meraung saat Tasya menghembuskan nafas terakhirnya di pelukan Kimora.
"Ma jangan tinggalin kimora..." teriak Kimora yang terus menggoyangkan tubuh mama nya itu.
Namun kini kepanikan semakin ada dalam diri Kimora, bagaimana tidak kini kamar kedua orang tuanya sudah mulai di penuhi oleh asap. Kimora pun bangkit dari duduknya dan mencoba keluar dari kamar itu. Dan saat keluar dari kamar itu kimora melihat seisi rumah sudah di penuhi oleh api yang begitu hebat melahap seisi rumah.
Kimora merasa sesak, dan melemah namun sesuai amanah mama ya dia harus tetap hdup, kimora pun mencoba melewati kobaran api dan keluar dari rumah itu. Namun sepertinya kimora tidak bisa bertahan sekuat orang dewasa dia merasa kekurangan oksigen dan akhirnya kesadaran nya perlahan menghilang.
#flashback off....
“Hufhhh.....”kimora hanya bisa menarik nafas nya dalam, air mata yang sedari tadi berderai membasahi pipi mulus nya yang akhirnya di lap nya pakai tissue.
“Tenang lah di sorga nya Allah ma, pa.”Lirih nya.
"Kimora janji akan membalaskan semua dendam kalian." tekad Kimora.
Kini kimora sudah sampai di depan rumah nya, dia pun membuka gerbang rumahnya lalu memasukkan mobilnya ke garasi. Setelah mengunci kembali gerbang rumah Kimora membangunkan Clara yang sedari tadi tertidur di dalam mobil.
Setelah Clara bangun keduanya masuk ke dalam rumah Kimora, clara pun tidur di kamar tamu rumah Kimora, sedangkan Kimora naik ke lantai dua menuju kamar nya. Namun karena merasa tubuhnya berbau alkohol dan hal itu akan membuat dirinya tidak nyaman untuk tidur Kimora pun memutuskan untuk mandi dulu sebelum tidur.
Setelah selesai mandi dan berpakaian Kimora duduk di depan meja rias, entah kenapa tidak ada rasa ngantuk di dirinya padahal ini sudah jam 3 pagi. Kimora memandangi wajah cantik nya di pantulan cermin.
Dia tersenyum simpul lalu kembali mengambil rokok dari tas nya membuka jendela kamar nya dan duduk memandangi luar jendela yang masih gelap.
“Kapan takdir akan berpihak kepadaku?” lirih nya sembari menarik dalam rokok yang sedang menempel di jari-jarinya.
“Hufhh...”Kimora hanya bisa menghembuskan nafas nya kasar, bayang-bayang wajah kedua orang tua nya masih begitu jelas di pikiran nya.
Tadi pagi-pagi sekali dia memang sudah berziarah ke makam kedua orang tua nya, sudah lima belas tahun Kimora jadi anak yatim piatu. Usia yang sangat-sangat muda untuk merasakan kerasnya hidup. Namun mau bagaimana semuanya sudah bertakdir begitu juga Kimora.
Selama lima belas tahun ini kimora merasa hidup di ketidak adilan, namun mau bagaimana lagi dia juga tidak punya bukti untuk mengungkap siapa sebenarnya dalang di balik pembunuh kedua orang tua nya.
Kimora membuka sebuah laci yang ada di sebelah ranjang nya, dia mengambil foto nya dan kedua orang tua nya. Hanya itu lah satu-satunya kenangan yang di miliki oleh Kimora bersama kedua orang tua nya, foto itu pun dia dapatkan dari media sosial ibu nya yang kemudian di cuci kan oleh Kimora.
Bagaimana tidak semua barang-barang, kenangan mereka sekeluarga lenyap terbakar bersama rumah mereka dan kedua orang tua kimora sepuluh tahun yang lalu.
Kimora memeluk erat foto itu, lagi dan lagi air mata jatuh membasahi pipi mulus nya. Dia kembali teringat kejadian lima belas tahun lalu. Saat Kimora mencoba membuka matanya, dia merasa tubuhnya tidak bisa bergerak karena kini sekujur tubuhnya di penuhi dengan perban.
Mata Kimora mencoba menyapu seisi ruangan itu dengan matanya, dia merasa ruangan itu begitu aneh. Lalu beberapa menit kemudian kimora mendengar ada langkah kaki seseorang yang masuk ke dalam ruangan itu.
“Dok pasien sudah sadar dok.” Ujar seseorang yang tidak di kenal kimora, ingin rasanya Kimora menoleh ke sumber suara namun sepertinya lehernya susah di gerakkan karena perban.
“Jangan banyak bergerak dulu ya adek manis.” Kini suara seorang pria yang datang menghampiri kimora.
Kimora merasa tubuhnya terasa panas dan pedih,
“saya di mana?” tanya Kimora yang se kuat tenaga mengeluarkan suaranya.
“Kamu di rumah sakit, kamu tenang ya.” Ujar sang dokter.
Perlahan kimora mulai mengumpulkan potongan-potongan ingatan nya, kenapa dia bisa sampai di tempat ini. Kimora langsung menangis histeris saat mengingat apa yang sudah terjadi kepada keluarga nya dan kedua orang tua nya.
“Mama dan papa saya di mana, saya mau pulang.” Tiba-tiba Kimora ingin bangkit dari tidurnya.
“Eh tenang dulu Kimora, papa dan mama mu baik-baik saja, sekarang kamu fokus ke kesembuhan kamu dulu ya.” Sang dokter mencoba menenangkan kimora.
“Tidak aku mau ketemu mama-dan papa.” Kekeh Kimora yang berusahan turun dari ranjang, namun karena banyak pergerakan Kimora merasa pedih di sekujur tubuhnya. Karena kimora mengamuk dan tidak bisa di tenang kan akhirnya sang dokter menyuntikkan obat penenang kepada Kimora.
Perlahan kesadaran kimora mulai menghilang dan selanjutnya dia tidak tau apa yang terjadi.
Entah sudah berapa lama Kimora tidur di atas ranjang rumah sakit itu, dan saat dirinya bangun Kimora menyadari dirinya masih berada di tempat yang sama dan seluruh perban itu masih melekat di sekujur tubuhnya.
Pada akhirnya seorang pria berbadan tegap yang sepertinya seumuran dengan papa nya Kimora datang menghampiri Kimora.
“Bagaimana keadaan mu sekarang gadis kecil, apa masih terasa sakit?” suara berat itu mengalihkan perhatian Kimora.
“Om siapa?” tanya Kimora dengan rasa sedikit takut.
“Jangan takut anak manis, om teman papa mu, dan om yang akan merawat kamu dan membantu kamu menemukan pembunuh kedua orang tua mu.” Jelas sang pria yang kini duduk di sebelah Kimora.
Kimora melihat tidak ada kebohongan di mata pria itu, Kimora lagi-lagi menangis, dia benar-benar belum bisa terima kalau mama dan papa nya sudah meninggal dunia.
“Jangan menangis, kamu anak yang kuat persis seperti almarhum papa mu.” Sang pria mengusap air mata Kimora.
“Kim mau ketemu mama papa.” Ujar Kimora di isak tangisnya.
“Iya sayang, kamu akan bertemu mereka nanti, tapi untuk sekarang Kimora harus semangat untuk sembuh ya. Kimora mau membalas orang-orang yang sudah membunuh kedua orang tua Kimora kan?” tanya sang pria yang mengelus lembut kepala Kimora.
“Iya...” jawab Kimora yang kini sudah mulai tertanam dendam di di dirinya.
Bayangan kedua orang tua nya, dan mbak art nya terbunuh di depan matanya begitu jelas tertanam di kepala Kimora.
“Tapi om punya permintaan kepada Kimora.” Ujar sang pria lagi.
“Apa?”tanya Kimora.
“Mulai hari ini kimora harus menutup identitas kimora dari siapapun ya, biar para pembunuh orag tua kimora tidak tau kalau kimora masih hidup. Karena kalau mereka tau kimora masih hidup nanti mereka akan membunuh kimora juga.” Lanjut sang pria.
“Iya,,”Kimora mengangguk.
“Lalu bagaimana kalau Kimora mau ketemu nenek, tante dan yang lain nya?” tanya Kimora yang merindukan sanak saudara nya yang lain.
“Kimora harus menahan rindu dulu, ingat ya kim dendam untuk kematian kedua orang tua kimora lebih penting dari segalanya.” Kimora mulai di doktrin dan berkat doktrin dari sang pria akhirnya tertanam lah dendam di diri Kimora.
“Nama om siapa?” tanya Kimora lagi.
“Panggil saja om Dave.” Ujar sang pria.
“Baik om Dave, apa om yang menyelamatkan Kimora dari kebakaran itu?” tanya Kimora lagi.
“Hmmm, dan untuk kedepan nya om lah yang akan menjaga Kimora.” Ujar nya sembari mengangguk.
“Terimakasih om.” Kimora kini merasa punya semangat hidup, benar kata om Dave Kimora tidak bisa tinggal bersama nenek atau tante nya, karena sang pembunuh kedua orang tua nya akan mengetahuinya dan bisa jadi menghabisi dirinya juga.
Sesuai janji nya kepada mama nya Kimora harus tetap hidup dan membalaskan dendam orang tua nya.
“Tunggu lah bagian mu, akan ku pastikan anak ini yang akan membuat mu hancur.” Batin Dave yang kini merasa punya senjata baru.
Beberapa minggu pun berlalu, Kimora sudah bisa keluar dari rumah sakit, namun semua tidak sesuai dengan harapan. Wajah cantik milik Kimora itu kini menghilang, kini Kimora berubah menjadi si buruk rupa dengan sekujur tubuh di penuhi dengan luka bakar.
Kimora saja sampai pingsang saat pertama kali melihat kondisi nya yang sekarang, namun sepertinya berbeda dengan Dave, dia tetap bisa menerima Kimora dan memperlakukan gadis malang itu dengan baik.
Mereka pun pulang ke rumah Dave, rumah yang cukup megah sebelas dua belas dengan rumah Kimora dulu.
Kimora memang sudah nyaman dengan om Dave, karena sepertinya obrolan keduanya nyambung. Dan perlahan Kimora mulai bisa menerima kondisi fisiknya yang sekarang.
Lalu setelah tinggal di rumah Dave Kimora di berikan pendidikan home schooling di perlakukan sangat baik oleh Dave seperti anak sendiri. Perlahan tapi pasti kehidupan Kimora mulai membaik, walaupun di rumah dia hanya terus belajar dan belajar namun karena kasih sayang yang tulus dari Dave akhirnya kimora merasa nyaman hidup bersama Dave.
Waktu pun terus berlalu, kedekatan Kimora dengan Dave begitu baik, Kimora bahkan belajar banyak hal agar Dave bisa menyukainya. Kimora selalu ingin jadi yang terbaik untuk Dave.
Di rumah Dave kimora tinggal bersama Dave, asisten rumah tangga mereka mbok Indah yang sudah paruh baya, dan supir Dave pak ujang yang merupakan suami mbok Indah.
Kimora sendiri tidak tau siapa Dave dan bagaimana kehidupan pribadi Dave, karena yang ada di diri Dave hanya bekerja dan bekerja. Bertahun- tahun berlalu, kimora masih belum di izinkan oleh Dave untuk keluar rumah bahkan mengunjungi makan kedua orang tua nya.
Sebenarnya ada rasa bosan di diri Kimora karena dia merasa kehidupan beberapa tahun terakhir ini hanya di rumah saja. Namun karena janji nya dan hutang budinya kepada Dave Kimora menahan diri untuk tetap diam di rumah dan mentaati semua perintah Dave.
Kimora yang mulai beranjak dewasa kini ada sesuatu rasa di hatinya untuk Dave, entah lah itu rasa sayang, nyaman atau cinta.
Yang pasti rasa itu selalu membuat jantung Kimora berdegup kencang setiap berhadapan dengan Dave dan ada rasa bahagia di dalam hatinya.
Karena rasa penasaran nya kepada Dave malam ini Kimora yang benar-bena tidak dapat menahan rasa penasaran nya terhadap latar belakang Dave.
“Mbok, om Dave itu sebenarnya kerja apa sih?” Tanya Kimora saat dirinya dan mbok Indah sedang di dapur menyiapkan makan malam untuk keluarga itu.
“Hmmmm, kalau masalah keja apa mbok kurang tau Kim, hanya kata pak Ujang sih bos punya perusahaan yang lumayan besar.”jelas Mbok Indah.
“Ohh gitu, berarti hampir sama kek almarhum papa nya kimora ya mbok.”Kimora hanya manggut-manggut.
“Iya mungkin kim.” Mbok Indah masih fokus ke penggorengan yang ada di hadapan nya.
“Ohh iya mbok, kan om Dave sudah berusia cukup matang, dia tampan dan mapan juga kenapa belum menikah ya.” Kimora mencoba mengorek lagi informasi tentang Dave.
“Hmmm, kalau mbok tidak salah sepertinya tuan sudah pernah menikah kim, karena ada foto pernikahan di dalam kamar nya.” Jelas Mbok Indah.
“Benarkah mbok?” Kimora sampai menganga, dan menatap mbok Indah dengan ekspresi kaget, karna memang selama tinggal di rumah Dave dia tidak pernah masuk ke kamar Dave.
“Benarkah mbok?” Kimora mencoba tetap santai.
“Iya” jawab Mbok Indah.
“Tapi kemana istri om Dave mbok, sepertinya selama kim di rumah ini tidak pernah ada seorang wanita pun yang pernah datang ke sini.” Lanjut Kimora.
“Kalau itu mbok kurang tau, karena semenjak bekerja dengan tuan mbok juga tidak tau latar belakang nya tuan Dave.” Jelas mbok Indah.
“Ohh begitu ya mbok.”kimora hanya manggut-manggut, namun kini ada rasa nano-nano di hatinya untuk Dave.
“Atau istri nya om Dave sudah meninggal mbok?” Kimora mencoba menerka-nerka.
“Hust gak boleh ngomong begitu.” Ujar Mbok Indah.
“maaf mbok, Kimora tidak bermaksud.” Jawab Kimora.
“Iya kimora mbok tau maksud kimora kok.” Sambung mbok Indah lagi.
“Tapi Mbok sebenarnya Kimora juga agak bingung sih, kenapa setiap kami malam begini om dave selalu pulang larut malam ya, bahkan menyetir mobil sendiri.” Lanjut Kimora bertanya untuk menjawab semua rasa penasaran nya terhadap Dave.
“Kalau untuk itu mbok juga kurang tau kim.” Jelas Mbok Indah.
“Ohh iya ya mbok, terimakasih ya mbok untuk informasi nya.” Ujar Kimora.
“Hmmm kenapa Kim tumben bertanya tentang tuan?” tanya Mbok Indah.
“Tidak mbok kimora hanya penasaran saja, seperti kata Kim tadi, om Dave kan tampan, mapan juga tapi sepertinya tidak pernah membawa seorang wanita pun ke rumah ini.” Jelas kimora yang mencoba pura-pura tenang.
“Iya kim, kadang mbok juga kasihan sih sama tuan, sudah di usia segini yang di pikirkan oleh nya hanya kerja-dan kerja. Sudah saat nya seharusnya dia mencari pasangan hidup lagi.” Ujar mbok Indah.
“Lho kok mbok bilang seharusnya cari pasangan baru, bukan nya mbok bilang kalau om Dave sudah menikah, dan mbok tidak tau bagaimana status om Dave sama istrinya.
Kenapa mbok bilang cari pasangan baru.” Kini Kimora mencoba mencocok kan kedua jawaban mbok Indah itu.
“Hmmm, kamu tidak usah ngomong ke siapa-siapa ya kim dan jangan sampai keceplosan sama tuan, karena mbok juga tidak tau kebenaran berita ini. Mbok juga tau dari pak ujang suami mbok kalau tuan bercerai dengan istrinya karena istrinya selingkuh dengan pria yang lebih kaya dari tuan.” Jelas mbok Indah yang keceplosan tadi dan tidak bisa menghindar dari kimora akhirnya dia memilih jujur.
Jleb, entah kenapa berita ini rasa nya membuat Kimora merasa bahagia, entah perasaan apa yang ada di hati Kimora untuk Dave sekarang.
“Iya mbok, kim gak akan keceplosan kok.” Jawab Kim sambil tersenyum.
Kini masakan mereka sudah selesai semuanya, dan Kimora sudah selesai mencuci piring yang kotor. Keduanya pun kembali ke kamar masing-masing untuk mandi.
Sebenarnya kamis begini jadwal Dave pulang larut malam, namun entah kenapa Kimora yang sudah selesai mandi ingin sekali menggunakan pakaian cantik malam ini, dan mencoba berdandan walaupun hampir seluruh wajah nya di penuhi oleh luka bakar. Hanya saja dia memang sering memesan di belikan alat-alat make up dan parfum ke pada mbok Indah saat mbok Indah pergi berbelanja.
Buat Dave sendiri tidak masalah soal uang, dan dia selalu memenuhi semua yang di inginkan oleh Kimora. Kimora memang sering menonton vlog di YouTube tutorial berdandan dan rekomendasi alat-alat make up. Setelah berdandan dan menggunakan parfum Kimora pun keluar dari kamar nya untuk makan malam.
Saat kimora baru saja keluar dari kamar begitu kagetnya dia saat melihat Dave yang baru saja pulang kerja, dan menenteng jas nya di lengan nya.
“Lho bukan nya ini hari kamis ya.” Guman Kimora yang kaget melihat ada Dave di rumah, karena biasanya Dave pulang nya selalu larut malam.
“Kamu mau ke mana Kim, kenapa berdandan dan menggunakan pakaian bagus begitu?” pertanyaan Dave membuyarkan lamunan Kimora.
“Ahh anu om..”Kimora menjadi gugup saat Dave menatapnya dalam dan menunggu kimora memberikan jawaban nya.
“Ohh itu om, kim ingin mencoba produk yang baru di belikan oleh mbok Indah tempo hari.” Jelas Kimora yang sedikit gugup.
“Cantik” puji Dave.
“Dag... dig..duggg” Tiba-tiba jantung Kimora berdegup kencang mendengar pujian dari Dave itu hatinya terasa berbunga-bunga.
“Yasudah siapkan makan malam Kim, om mau mandi dulu setelahnya kita makan malam samasama.”Titah Dave.
“Ba.. baik om.” Kimora langsung bersemangat.
Dave pun meneruskan langkahnya menaiki anak tangga, sedangkan Kimora langsung bersemangat menyiapkan makan malam untuk mereka.
Entah filing apa yang ada di diri Kimora sehingga dia punya niat berdandan malam ini, di tambah lagi Dave yang biasanya balik larut malam kali ini balik lebih cepat dari biasanya. Semuanya seperti kebetulan namun berhasil membuat hati Kimora berbunga-bunga.
“Ada apa Kim, seperti sedang kasmaran saja, senyum-senyum begitu.” Tanya mbok indah yang melihat Kimora menyiapkan piring sembari senyum-senyum.
“Ahh tidak kok Mbok.” Jawab Kimora dengan rasa malu.
“Kamu wangi sekali kim, dan kamu berdandan ya?” tanya Mbok Indah yang merasa Kimora wangi sekali dan wajah nya terlihat di poles sedikit.
“Anu mbok, tadi Kim mencoba memakai produk-produk yang di belikan oleh mbok kemaren, ternyata bagus semua.” Alasan Kimora.
“Iya iya dong, mbok gitu. Kamu cantik juga kalau berdandan Kim.” Puji mbok Indah.
“Hehehehe beneran mbok?” pipi Kimora memerah.
“Iya dong sayang, sebenarnya natural juga Kimora cantik, mbok yakin kalau saja Kimora tidak mengalami kebakaran itu pasti sekarang Kimora sudah tumbuh menjadi wanita yang cantik jelita.” Puji Mbok Indah.
Mendengarkan kebakaran yang di ucapkan oleh Mbok Indah raut wajah Kimora tiba-tiba berubah dia mengingat kedua orang tua nya.
“Maaf Kim mbok tidak bermaksud sayang.” Ujar mbok Indah yang menyadari penuturan nya ke kim itu salah dan akan membuat Kimora mengingat masa lalu nya.
“Tidak apa-apa kok mbok.” Kimora mencoba tersenyum.
Keduanya pun menyiapkan makan malam bersama, memang Dave tidak pernah membandingkan orang-orang di rumah itu jadi mereka ber empat biasanya makna malam bersama di meja yang sama.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!