Satu-satunya penghalang kesuksesan yang terberat adalah keraguan.
Maka dari itu majulah dengan penuh keyakinan dan tekad yang kuat untuk meraih kesuksesan.
~Ay Alvi~
Bali, Indonesia.
Selesai menghadiri resepsi pernikahan Jordan dan Sera yang di laksanakan di pulau Dewata tersebut, Ziga membawa keluarga kecilnya untuk bertamasya bersama di salah satu pantai di sana. Lebih tepatnya Pria itu membawa istri dan ketiga anaknya bermain di pantai Jimbaran, Bali.
Si kembar Aiden dan Zeline yang saat ini telah berusia delapan tahun sangat senang bisa bermain di pantai yang terkenal indah dan romantis tersebut. Begitu juga dengan si bungsu Juan, bocah kecil yang kini telah berusia tiga tahun itu berlarian ke sana kemari mengejar kedua kakaknya dengan hati yang gembira.
Ziga merangkul bahu sang istri Via menyaksikan pemandangan yang membuatnya begitu bahagia. Pria itu kemudian membalik tubuh istrinya, mereka saling berhadapan dan kedua bola mata mereka saling memandang lekat-lekat.
"Kau adalah anugerah terindah yang telah Tuhan hadirkan untuk hidupku," ucap Ziga, kemudian pria itu mengecup puncak kepala istrinya dengan lembut.
Mendengar kata-kata romantis yang di lontarkan sang suami Ziga membuat hati Via bahagia. Ibu tiga anak itu membalasnya dengan memeluk mesra sang suami, ia merasa bersyukur atas kebahagiaan ini. Kesempurnaan keluarga kecilnya yang membuat wanita itu merasa telah menjadi wanita yang paling beruntung.
"Mommy!" teriakan Juan menghentikan momen romantis mereka. Bocah kecil itu berlari menghampiri ibu dan ayahnya yang saat ini tengah berpelukan dengan mesra.
"Mommy ... peluk!" rengek Juan merentangkan kedua tangannya meminta pelukan dari sang ibu.
"No, baby, Mom milik Daddy, jadi hanya Daddy yang boleh memeluk Mommy," ucap Ziga semakin memeluk erat tubuh istrinya, pria itu bermaksud untuk menjahili putra bungsunya tersebut membuat bocah kecil itu menangis keras.
"Hua ... Daddy jahat!" teriak Juan di sela-sela tangisnya.
Via yang mendengar ucapan Ziga melotot ke arah suaminya kemudian mencubit pinggang pria itu sehingga Ziga menjerit kesakitan.
"Aww ....!" pekik Ziga mengusap pinggangnya yang baru saja mendapat hukuman daru sang istri.
"Mommy jahat!" keluh Ziga mengerucutkan bibirnya.
Via tak menggubris keluhan suaminya, wanita itu segera mengangkat Juan ke dalam gendongan kemudian segera menghampiri kedua anak kembarnya yang tengah sibuk membangun istana dari pasir.
Juan tertawa senang karena sang ibu lebih memperhatikan dirinya ketimbang sang ayah. Bocah kecil itu menjulurkan lidahnya ke arah Ziga dan tersenyum penuh dengan kemenangan.
"Awas kau bocah nakal!" ancam Ziga kepada Juan, kemudian pria itu mulai menggelitik tubuh Juan membuat bocah kecil itu tertawa hingga hampir mengeluarkan air matanya.
Praha, Rep. Ceko.
Mia baru saja menyelesaikan kuliahnya dan gadis itu tengah berdiri di depan kampus untuk menunggu Erik sang kekasih yang telah berjanji untuk menjemputnya.
Mia memandang cincin yang kini telah melingkar di jari manisnya. Gadis itu merasa bahagia karena hubungannya dengan Erik kini telah mencapai tahap yang lebih serius. Mia tak menyangka perbedaan umur mereka yang cukup jauh ternyata tidak menjadi penghalang untuk bersatunya cinta mereka sejak beberapa tahun yang lalu.
Tiga tahun lalu,
"Will you marry Me?" Erik bertanya pada Mia yang kemudian di jawab dengan anggukan mantap gadis itu.
Erik pun segera memasang cincin yang telah di siapkan olehnya ke jari manis Mia, kemudian pria itu mencium lembut bibir Mia begitu mendapat jawaban atas lamarannya tersebut.
Mia menyambut ciuman sang kekasih dengan hangat, hari ini adalah hari yang paling membahagiakan bagi gadis tersebut. Dan juga hari istimewa bagi mereka berdua.
Tepuk tangan meriah terdengar di sekitar mereka membuat Erik melepaskan ciumannya pada Mia dengan tak rela. Semua orang yang berada di sana dan menyaksikan proses lamaran romantis itu turut bahagia atas bersatunya dua insan dalam satu nama cinta.
Wajah Mia memerah karena banyak orang yang memperhatikan mereka, gadis itu segera menyembunyikan wajahnya di dada bidang Erik sang kekasih.
"Terimakasih anak-anak," ucap Erik kepada beberapa anak yang tadi telah membantunya untuk membuat kejutan untuk Mia. Pria itu memberikan permen dan juga beberapa lembar uang sebagai ucapan terimakasihnya.
"Terimakasih kembali Uncle," ucap anak-anak itu serempak, mereka kemudian segera berlari meninggalkan pasangan tersebut dengan perasaan senang.
Erik mengecup puncak kepala Mia kemudian membawa gadis itu pergi dari sana untuk kejutan kedua yang memang telah ia persiapkan untuk gadis kecilnya tersebut.
Mobil yang di kendarai oleh Erik memasuki restauran mewah dan paling terkenal di kota New York. Pria itu bermaksud untuk mengajak kekasihnya makan malam yang romantis.
Selama ini, walau telah menjalani hubungan sebagai kekasih selama enam bulan mereka tidak pernah mendapatkan momen romantis untuk berdua. Kendala jarak dan juga aktifitas mereka masing-masing membuat kedua insan itu hanya bisa bertemu beberapa kali selama enam bulan belakangan ini.
Maka dari itu, karena saat ini mereka dapat bertemu untuk waktu yang cukup lama, Erik pun berinisiatif memberikan kejutan-kejutan romantis untuk kekasihnya tercinta.
Mia sendiri merasa sangat bahagia, Erik adalah cinta pertamanya karena itu apapun yang di lakukan oleh Erik adalah pengalaman pertama untuk gadis itu.
Mia tidak menyangka bahwa Erik akan melamarnya secepat itu, mengingat hubungan mereka baru berjalan enam bulan. Akan tetapi gadis itu juga tidak ingin kehilangan Erik, oleh karenanya Mia langsung menerima lamaran kekasihnya tersebut.
Erik membawa Mia ke lantai paling atas restauran tersebut, tepatnya di atap restauran yang terbuka. Di sana telah tersedia sebuah meja dengan dua kursi yang telah di siapkan oleh pihak restauran atas permintaan Erik.
Sekeliling tempat itu juga diterangi oleh cahaya lilin yang menambah suasana romantis tempat tersebut. Mia terpana melihat pemandangan di depannya. Gadis itu sama sekali tidak menyangka bahwa Erik yang sikapnya dingin dan acuh dapat memberikan kejutan yang super romantis yang mungkin akan membuat beberapa wanita iri pada Mia jika melihat hal tersebut.
Erik menarik kursi kemudian mempersilahkan gadisnya itu untuk duduk. Di temani iringan musik romantis mereka pun memulai makan malam spesial pertama sejak mereka resmi bertunangan tadi sore.
Pria itu mengangkat gelas minumannya ke arah Mia meminta gadis itu melakukan hal yang sama juga.
"Terimakasih sayang," ucap Erik tulus saat gelas mereka bersentuhan menimbulkan suara dentingan yang indah.
"Terimakasih telah menerima lamaran ku, Aku mencintaimu Mia," lanjut Erik setelah menenggak sedikit minuman yang ada di dalam gelasnya.
"Aku juga mencintaimu," jawab Mia malu-malu dengan wajah yang memerah. Walau kini Erik telah berstatus sebagai tunangannya, gadis itu masih saja merona ketika menyatakan perasaannya pada kekasihnya tersebut.
*******
Terimakasih telah membaca TAKDIR CINTA 2, semoga kalian suka dengan cerita yang Ay suguhkan di sini.
Jangan lupa untuk memberikan dukungan kalian dengan memberikan like, coment dan juga votenya, agar Ay lebih bersemangat untuk terus melanjutkan cerita ini.
Dan jangan lupa juga masukan Takdir Cinta 2 ke dalam favorit bacaan kalian, agar kalian bisa segera tahu jadwal up kisah ini.
Sekali lagi terimakasih dan Ay mohon dukungannya, salam sayang dari Ay si Author recehan 😘😘😘.
Hidup seperti dalam mimpimu butuh usaha dan perjuangan, bukan hanya duduk berdiam menantikan sebuah keajaiban.
~Ay Alvi~
Madrid, Spain.
Setelah menikah Fello memboyong Jesica ke Manor miliknya di Madrid. Wanita itu juga menghentikan aktivitasnya sebagai pengacara karena harus menjalani berbagai therapy untuk meminimalisir dampak yang timbul pasca operasi pengangkatan rahimnya.
Tiga bulan sudah usia pernikahan mereka, namun belum sekalipun keduanya melaksanakan malam pengantin mereka. Bukan Fello tidak bergairah melihat istrinya, namun kondisi kesehatan Jesica tetap menjadi prioritas utama pria berkebangsaan Spanyol tersebut.
Jujur Jesica sedikit kecewa, wanita itu beranggapan bahwa Fello belum dapat menerima kekurangannya. Akan tetapi ia juga tidak berani melakukan protes pada suaminya, ia hanya berharap suatu saat nanti bisa memberikan kebahagiaan pada Fello dan juga berharap hubungannya dengan suaminya tetap membaik walau tanpa kehadiran buah hati di tengah-tengah mereka.
Malam ini, seperti biasa Jesica termenung di dalam kamarnya. Wanita itu menanti kepulangan Fello yang akhir-akhir ini selalu terlambat bahkan terkadang pria yang kini kembali merambah dunia tarik suara itu tidak pulang ke rumah.
Pekerjaan selalu menjadi alasan Fello bila terlambat pulang atau bahkan tidak kembali ke kediamannya. Jesica sendiri hanya bisa menerima dengan pasrah. Walau sedikit sesak di dadanya, namun wanita itu tetap ikhlas menjalani kehidupan rumah tangganya.
Suara ketukan di pintu kamar terdengar saat Jesica mulai menitikkan air mata membuat wanita itu bergegas menghapus bulir bening yang sempat menetes di pipinya.
"Masuk!" ucap Jesica mempersilakan sang pengetuk pintu untuk masuk ke dalam kamarnya. Wanita itu telah selesai menghapus sisa-sisa air matanya.
"Makan malam sudah siap Señora," ucap Dyane sang kepala pelayan di Manor tersebut.
"Apa Señor Fello sudah pulang?" Jesica bertanya keberadaan suaminya yang sejak kemarin tidak menampakkan diri di Manor.
"Maaf Señora, Señor Fello belum pulang sampai sekarang," lapor Dyane kepada majikan perempuannya tersebut.
Sejujurnya Dyane merasa iba kepada sang Señora, wanita itu merasa Jesica kesepian dan juga kurang perhatian dari suaminya. Padahal usia pernikahan mereka masih terbilang baru.
Lagi-lagi kekecewaan yang di rasakan Jesica setelah mendengar ucapan kepala pelayannya. Namun, seperti biasa wanita itu tidak dapat berbuat apa-apa.
"Sebentar lagi Aku akan turun," ucap Jesica sembari menganggukkan kepalanya. Wanita itu tidak ingin seorang pun tahu apa yang tengah di rasakannya.
Dyane pun mengangguk, kemudian wanita paruh baya itu pamit undur diri dari hadapan sang nyonya.
Jesica menghela nafas pelan, wanita itu mematut dirinya di depan cermin merapikan rias wajahnya menyeka sisa-sisa air mata di sana.
Setelah merapikan riasannya, Jesica bergegas turun ke ruang makan. Seperti malam-malam sebelumnya wanita itu selalu makan sendirian tanpa kehadiran Fello sang suami.
Sebelum Jesica memulai makan malamnya, tiba-tiba kegaduhan terdengar dari ruang tamu rumahnya. Wanita itu pun bergegas menghampiri asal suara yang menyebabkan kegaduhan tersebut.
Di ruang tamu, Fello masuk dengan wajah sedikit lebam dan langkah sempoyongan. Pria itu di bantu oleh Steve yang kini menopang tubuhnya.
"Apa yang terjadi Steve?" tanya Jesica yang khawatir melihat keadaan suaminya.
"Nanti akan saya ceritakan Señora, sebaiknya sekarang kita bawa Fello ke kamar, dia butuh istirahat," ucap Steve masih tetap membantu Fello yang kini mulai tak sadarkan diri.
Mendengar ucapan Steve, Jesica pun menghampiri suaminya. Wanita itu bergegas
membantu asisten Fello itu untuk memapah suaminya dan membawa Fello masuk ke dalam kamar.
Mereka berdua pun merebahkan tubuh Fello di atas ranjang, kemudian dengan penuh kasih sayang wanita itu menyelimuti tubuh suaminya.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Jesica penasaran, baru kali ini dia melihat suaminya pulang dalam keadaan yang memprihatinkan.
"Sebaiknya kita bicara di luar Señora," jawab Steve yang kemudian di balas anggukan kepala oleh Jesica.
Steve pun meninggalkan kamar utama menuju ruang kerja Fello, pria itu memang memiliki akses untuk kesana karena posisinya sebagai manajer Fello sekaligus sahabat baik artisnya tersebut.
Jesica sendiri membuntut di belakang Steve, wanita itu penasaran dengan apa yang terjadi pada suaminya. Mereka memilih ruang kerja agar tidak ada yang mencuri dengar percakapan mereka.
"Fello berkelahi dengan salah satu artis pendatang baru Señora," ucap Steve ketika mereka telah berada di dalam ruang kerja Fello.
Jesica terperanjat mendengar ucapan Steve, wanita itu sama sekali tidak menyangka Fello yang terkenal pendiam dapat berkelahi dengan seseorang. Apalagi suaminya itu adalah tipe pria yang acuh dan tak pernah mau ikut campur urusan orang lain.
"A-Apa yang menyebabkan suamiku berkelahi?" tanya Jesica.
Steve pun menceritakan secara jelas kronologis kejadian yang terjadi tadi saat mereka tengah berada di sebuah acara amal yang di selenggarakan oleh salah satu sponsor Fello.
Mendengar penjelasan Steve membuat Jesica menghela nafas panjang. Wanita itu tidak menyangka jika keadaan dirinya akan menjadi batu ganjalan di karir sang suami. Memang dunia keartisan boleh di bilang sangatlah kejam. Berbagai cara di lakukan untuk menghancurkan saingan, tidak perduli benar atau tidak cara yang mereka tempuh selama bisa menang dan terus maju bersinar mereka tidak akan pernah perduli.
Setelah menjelaskan semuanya Steve pun pamit, pria itu masih mempunyai pekerjaan untuk membersihkan berita-berita yang mungkin beredar akibat perkelahian Fello.
"Ambilkan air hangat dan juga kotak obat!" perintah Jesica pada Dyane sebelum wanita itu memasuki kamarnya.
"Baik Señora," jawab Dyane sopan, kemudian pelayan itu pun segera pergi ke dapur untuk mengambil apa yang menjadi perintah majikannya.
Jesica memandang wajah suaminya yang lebam-lebam akibat perkelahian tadi. Wajah tampan Fello kini telah ternoda oleh luka-luka yang di deritanya.
"Maafkan aku yang telah membuatmu menjadi seperti ini," lirih Jesica merasa bersalah karena mendengar penjelasan Steve bahwa suaminya itu berkelahi demi membela harga dirinya.
Jesica membersihkan luka Fello dengan air hangat yang telah di bawakan oleh Dyane. Dengan sangat hati-hati wanita itu juga mengobati luka-luka yang di derita oleh suaminya.
Selesai mengobati Fello, Jesica juga mengganti baju suaminya yang kotor dan berbau akholol. Setelah selesai wanita itu menutupi tubuh Fello dengan selimut kemudian mengecup lembut kening sang suami.
Jesica merebahkan tubuhnya di samping Fello.Mata wanita itu memandang lekat-lekat wajah tampan suaminya. Dia tidak menyangka bahwa pria itu akan membela dirinya yang mendapat hinaan dari orang lain, padahal ia sendiri tak berada di sana untuk mendengar hinaan tersebut. Dan tanpa terasa sebulir bening kembali menetes membasahi pipinya yang putih dan mulus.
*******
Terimakasih telah membaca TAKDIR CINTA 2, semoga kalian suka dengan cerita yang Ay suguhkan di sini.
Jangan lupa untuk memberikan dukungan kalian dengan memberikan like, coment dan juga votenya, agar Ay lebih bersemangat untuk terus melanjutkan cerita ini.
Dan jangan lupa juga masukan Takdir Cinta 2 ke dalam favorit bacaan kalian, agar kalian bisa segera tahu jadwal up kisah ini.
Sekali lagi terimakasih dan Ay mohon dukungannya, salam sayang dari Ay si Author recehan 😘😘😘.
Semua yang berawal pasti akan berakhir, tapi tidak berlaku atas karunia Allah karena saat mati pun kita masih mendapatkan hal tersebut, kecuali kalau kamu tidak menginginkannya, seperti bangga dengan dosa.
~Ay Alvi~
Pernikahan Sera dan Jordan di gelar secara tertutup di pulau Dewata Bali. Jordan hanya mengundang keluarga dan beberapa teman dekat saja. Sedangkan Sera, tak ada keluarga, hanya beberapa rekan kerja selama ia menjadi asisten pribadi Jordan yang kini telah resmi menjadi suaminya.
Wanita itu memang sudah tidak mempunyai keluarga lagi sejak kematian Rio tiga tahun yang lalu. Di tambah lagi sejak kematian kakaknya, Sera lebih banyak menghabiskan waktu di luar negeri akibat tuntutan pekerjaan yang di milikinya. Oleh karenanya wanita itu tidak banyak memiliki teman. Hanya beberapa teman dekat termasuk Erik dan seluruh keluarga Pratama yang juga merupakan kerabat dari suaminya.
Sejak peristiwa tiga tahun lalu, keluarga Pratama telah bersikap baik kepadanya. Ziga dan Erik telah mengetahui apa sebenarnya yang terjadi saat peristiwa tiga belas tahun yang lalu. Mereka akhirnya dapat menerima dan mengerti bahwa gadis itu juga adalah korban.
Di tambah lagi Sera yang kini bekerja sebagai asisten pribadi Jordan sepupu Via, membuat gadis itu cukup akrab dengan keluarga Pratama.
Tiga tahun sebelumnya,
Setelah keadaan Sera pulih Jordan membawa gadis itu ke apartemen miliknya yang belum lama ia beli. Pada awalnya pria itu tidak berkeinginan untuk menetap di New York, namun ternyata takdir berkata lain, selain memang harus mengurus Sera selama masa penyembuhannya, ada juga beberapa proyek yang harus ia kerjakan di kota tersebut.
Maka dari itu Jordan membeli sebuah apartemen kecil yang tidak terlalu mewah untuk tempat tinggalnya sementara. Sebenarnya apartemen itu ia beli untuk Sera tempati, sedangkan ia sendiri akan tinggal di kediaman Pratama selama di New York sesuai dengan permintaan Via sepupunya.
Nyonya muda keluarga Pratama itu berkeinginan Jordan untuk tinggal bersama mereka. Dan wanita itu tidak menerima penolakan dengan alasan apapun. Oleh karena itu Jordan pun akhirnya menuruti kemauan Via, lagipula pria itu berpikir tidak baik jika seorang pria dan wanita tinggal bersama dalam satu atap selama mereka belum menikah. Alasan itulah yang membuat Jordan menuruti permintaan Via.
Beberapa minggu masa penyembuhannya, Sera memutuskan untuk kembali ke Indonesia mengunjungi makam ibu dan juga Rio kakaknya.
Walau Rio tertembak dan meninggal di New York, namun keluarga Pratama berbaik hati dengan membawa jenazah pria itu kembali ke tanah kelahirannya di Yogyakarta, Indonesia.
Awalnya Sera ingin kembali ke Indonesia seorang diri, namun karena Jordan juga berkata ingin menjenguk Weny ibunya mereka pun akhirnya berangkat bersama menuju Indonesia.
Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.
Setelah menempuh perjalanan hampir 20 jam, akhirnya mereka tiba di bandara Adi Sucipto, Yogyakarta kampung halaman Sera.
Jordan ikut mengantar gadis itu sebelum ia kembali ke Jakarta untuk menjenguk ibunya.
Pria itu nantinya juga bermaksud untuk membawa serta Weny sang ibu ke New York. Dia merasa kasihan karena di Jakarta Weny hanya hidup seorang diri. Maka dari itu Jordan ingin mengajak Weny tinggal di apartemennya sekaligus menemani Sera yang sendirian.
Sera duduk bersimpuh di hadapan makam sang ibu. Gadis berdoa sembari meneteskan air mata teringat akan kenangannya bersama sang bunda.
"Bu, maafkan Sera," lirih gadis itu memeluk batu nisan sang bunda.
"Selama ini Sera belum pernah membahagiakan ibu," lanjutnya menangis terisak menyandarkan kepalanya di atas batu nisan.
Jordan meraih gadis itu ke dalam pelukannya, hatinya bergetar melihat air mata yang menetes di pelupuk mata Sera. Gadis itu pun merebahkan kepalanya di dada bidang Jordan, menumpahkan seluruh kesedihannya di hadapan pria itu.
Saat ini Sera tidak mempunyai siapa-siapa lagi di hidupnya. Hanya Jordan sang atasan lah yang terus berada di sisinya bahkan saat wanita itu sedang dalam posisi terendah.
Jordan sendiri merasa iba dengan nasib gadis itu, kemalangan demi kemalangan terus di alami Sera. Bahkan gadis itu selalu di manfaatkan oleh orang-orang terdekatnya. Maka dari itu untuk saat ini dan seterusnya pria itu berniat melindungi Sera. Dia tak ingin lagi ada musibah yang menimpa gadis yang saat ini menjabat sebagai asisten pribadinya.
"Maafkan Aku Tuan," ucap Sera setelah cukup lama menangis bersandar di dada bidang Jordan.
Jordan menggelengkan kepalanya, pria itu menolak menyetujui permintaan maaf Sera.
"Untuk apa?" tanya Jordan tangannya menggenggam jemari Sera, "Jika kau masih ingin menangis, menangislah!" ucap Jordan kini mulai membelai rambut gadis itu sebagai bentuk penghiburan.
Sera sedikit gugup dengan perlakuan Jordan, gadis itu merasakan jantungnya berdebar lebih cepat, bahkan seolah ingin keluar dari tempatnya berada.
"A-ayo akan Aku tunjukkan tempat-tempat wisata di Yogya," ucap Sera menutupi rasa gugupnya, menghapus sisa-sisa air mata yang membekas di pipinya yang kini tampak merona.
Jordan menggeleng, pria itu tidak setuju atas usul Sera.
"Tidak sekarang, kita kembali ke hotel untuk istirahat. Besok baru kita berkeliling kota," putus Jordan, lelaki itu tidak mau mereka terlalu lelah karena baru saja menempuh perjalanan yang panjang.
Sera sedikit sedih mendengar ucapan Jordan, gadis itu sudah tidak sabar untuk menunjukan keindahan kota Yogyakarta kepada pria yang kini telah menjadi atasannya tersebut.
"Aku tidak mau kau kelelahan, masih banyak waktu untuk menikmati keindahan kota ini," hibur Jordan ketika melihat Sera tampak kecewa, pria itu mengusak rambut sang gadis dengan lembut.
Wajah Sera kembali merona, baru kali ini ada seorang pria yang begitu perhatian kepadanya selain Erik tentunya yang kini telah menjadi bagian dari masa lalu gadis itu.
Jordan menggenggam tangan Sera kemudian menggandeng gadis itu beranjak pergi meninggalkan kompleks pemakaman tersebut.
Sebelum kembali ke hotel, Sera meminta Jordan untuk mengantarkannya ke rumah lamanya yang terletak tidak jauh dari kompleks pemakaman. Gadis itu ingin melihat keadaan rumah itu sekaligus mengambil beberapa barang miliknya.
Sera menatap rumah berpagar hitam yang tampak tidak terurus. Sejak kepergiannya bersama sang kakak ke New York rumah itu memang di biarkan kosong tanpa ada yang merawat. Sebenarnya gadis itu masih ingin tinggal di sana, namun karena kini dia telah bekerja dengan Jordan, maka hal itu sangatlah tidak mungkin.
"Mba Sera wis mulih?" (Mba Sera sudah pulang) tanya seorang tetangga Sera yang kebetulan melintas di sana dan melihat gadis itu sedang berada di depan rumahnya.
"Wis Mba," (sudah Mba) jawab Sera juga dengan menggunakan bahasa Jawa.
"Wah, bojone Mba Sera nggantheng tenan," puji wanita itu melirik Jordan yang berdiri di samping Sera.
"Dheweke dudu bojoku, nanging bosku," ( Dia bukan suamiku, tapi atasanku) bantah Sera merasa tak enak pada Jordan karena telah di anggap sebagai suaminya.
"Aku nuwun sewu mba, pikirake bojone," ( Aku minta mba, saya kira suaminya) ucap wanita itu penuh sesal, matanya masih melirik ke arah Jordan yang terlihat semakin tampan di matanya.
"Aku mlebu dhisik Mba," pamit Sera tak ingin lagi melanjutkan basa-basi mereka, gadis itu menggamit tangan Jordan dan segera masuk ke dalam rumah meninggalkan wanita itu yang terpaku menatap kepergian mereka.
"Apa yang di katakan wanita itu?" Jordan bertanya kepada Sera ketika mereka telah berada di dalam rumah.
"Ah ... itu ... bukan hal yang penting," jawab Sera berbohong, dia tidak ingin Jordan mengetahui bahwa wanita itu mengira dirinya adalah suami Sera.
"Bukankah dia mengatakan bahwa suamimu tampan," ucap Jordan sembari tersenyum, sebenarnya pria itu mengerti percakapan antara Sera dan tetangganya tersebut.
"I-itu, dia mengira bahwa Tuan adalah suamiku," jawab Sera terbata-bata, gadis itu merasa malu karena Jordan ternyata mengerti bahasa Jawa.
"Kalau itu benar bagaimana?" tanya Jordan mendekati Sera membuat gadis itu mundur beberapa langkah hingga akhirnya punggungnya menabrak dinding.
****
Terimakasih sudah membaca TAKDIR CINTA 2, terimakasih juga kepada yang telah memberikan like, coment dan juga votenya yang belum Ay tunggu ya 😂😂😂😂.
Selama menunggu TC 2 up kalian juga bisa membaca karya Ay yang lainnya.
•AKU MENCINTAIMU 2
•TERJERAT CINTA SI CUPU
Ay tunggu jejak kalian di sana ya, jangan lupa juga untuk memberikan like, coment dan Votenya agar Ay bisa lebih bersemangat.
Salam sayang dari Ay si Author recehan 😘😘😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!