Hari senin tanggal 19 Mei 1715 adalah hari dimana seorang ratu akan di hukum atas kejahatannya.
Saat ini Ratu tersebut sedang berada di sebuah penjara bawah tanah dimana dia sedang berdoa sebelum melaksanakan hukumannya.
" Tolong lindungi lah Puteri kecil ku jika saat saya tidak ada. Saya tidak ingin meninggalkannya di saat baru berusia 4 tahun. Tapi aku tidak punya pilihan lain selain meninggalkan nya di dunia yang kejam. Ini apa kesalahan ku karena mencintai Kaisar? Apa ini kesalahan ku karena memisahkan ayah dari anak kandungnya? Maaf kan kesalahan ku dan lindungi lah Puteri ku dan semoga saja dia tidak di benci oleh ayahnya karena kesalahanku." Ucapnya dengan setitik air mata keluar dari matanya.
Sudah lama sekali dirinya tidak menunjukkan sosok lemahnya. Dirinya tahu bahwa menjadi seorang ratu harus kuat tidak boleh menunjukkan kelemahan nya.
Ceklek...
Pintu terbuka dan datanglah seorang prajurit memasuki penjaranya.
" Kau harus segera keluar saat anda akan mati hahaha...." Ucap nya sambil menertawakan nya
Tapi sang Ratu yang bernama Annelise Elizabeth Endiburgh hanya memasang wajah datar seolah dia sama sekali tidak takut dengan kehidupannya yang tinggal di hitung menit lagi.
Ratu yang biasa di panggil Anne mengenakan gaun hitam panjang dengan rambutnya di gerai sepunggung. Berjalan dengan posisi anggun tampak menunjukkan sebagai Ratu sempurna.
Saat sudah di tempat eksekusi sudah banyak rakyat yang menyambut nya dengan kegembiraan menurut mereka sebentar lagi Ratu itu akan mati.
Di atas podium terdapat kedua singgasana yang di tempati Suaminya Kaisar Abraxas Francisco Endiburgh menatap nya dengan datar. Anne bisa melihat tidak ada pancaran cinta lagi di kedua matanya seperti awal pernikahan nya 6 tahun lalu.
Pandangan Anne juga tertuju ke seorang perempuan yang memiliki rambut berwarna merah muda cantik dan manik matanya yang hijau memandangi nya dengan sedih. Tapi Anne tahu ada tatapan matanya yang menghina di sana.
Anne hanya melihat algojo yang memegang sebuah kapak besar untuk memegal kepalanya. Kaisar Abraxas berdiri dari singgasana dengan pandangan mata tajamnya bahkan mata birunya sedikit bersinar oleh cahaya matahari membuat nya terlihat tampan.
" HARI INI KITA AKAN MENYAKSIKAN EKSEKUSI DARI RATU ANNELISE ATAS KEJAHATAN NYA BERSELINGKUH DAN MENCOBA MEMBUNUH CALON RATU BARU LADY THALIA KLISNHKI. ADA KATA TERAKHIR MU." ucap Kaisar Abraxas kepada Ratu Anne atau sekarang mantan isterinya.
Ratu Anne memandang sedih Kaisar Abraxas suaminya, ayah dari puterinya, dan cintanya.
" Aku cuma meminta anda untuk menjaga dan melindungi Puteri kita Sofia." Ucap Ratu Anne sambil memejamkan mata memikirkan kondisi puterinya yang cantik.
Sontak perkataan Ratu Anne sempat membuat Kaisar Abraxas terdiam sebelum kemudian memberikan perintah untuk menjalankan ekseskusi nya.
" Laksanakan eksekusi nya, dan aku akan mengambilkan permintaan mengingat dia adalah Puteri ku juga." Ucap Kaisar Abraxas dengan sarkas.
" Syukurlah saya lega mendengarnya setidaknya saya bisa pergi dengan tenang." Ucap Anne sambil menghela nafas lega.
Kemudian Ratu Anne meletakkan kepala di bantalan blok sambil memejamkan mata nya sebelum pandangannya mengabur dirinya melihat Kaisar Abraxas yang tampaknya memandangi nya dengan sedih hal itu membuat Anne merasa bahagia dan memutuskan memberikan senyum manisnya untuk terakhir kalinya.
" Terimakasih Brax aku mencintaimu." Ucap Ratu Anne tanpa suara sebelum dirinya mendengar suara kapak.
Dan dirinya pandangannya langsung gelap hari ini adalah kematian dari seorang Ratu Anne yang dianggap jahat.....
Countine...
Cut....
" Bagus Amelia kau sangat cocok untuk memerankan Ratu Anne." Ucap Sutradara sambil bertepuk tangan dengan keras.
Wanita yang bernama Amelia hanya tersenyum tipis.
" Terima kasih Ed karena telah mempercayakan ku untuk mengambil peran ini." Ucap Amelia sambil mengangkat kedua sisi gaun yang di kenakan dan membungkuk seperti seorang Puteri.
" Tidak masalah Amelia karena aku tidak sembarangan memilih dalam memperankan Ratu Annelise. Kau seperti memiliki aura seorang Ratu di dalam nya." Ucap nya dengan bersemangat.
Amelia hanya meringis sebelum kemudian dia berpamitan dan mengendarai mobilnya menuju ke sebuah taman. Saat berada di taman Amelia duduk sambil mengeluarkan sebuah buku sejarah di balik tas di punggungnya.
Amelia mengelus foto yang ada di salah satu halaman buku dengan sorot mata penuh kerinduan.
" Kau sudah berhasil Sofia membuktikan bahwa kau adalah Ratu yang baik dan membawa kejayaan di kekaisaran Endiburgh. Andaikan aku masih di sana aku akan bangga melihat mu duduk di atas singgasana dengan mahkota di kepala mu." Ucap Amelia sambil memandang langit.
Entah apa yang terjadi dirinya bisa terlahir kembali sebagai anak yatim piatu miskin tinggal di sebuah pendesaan kecil. Apalagi yang membuat nya terkejut bahwa sekarang berada di abad 21 dimana semua teknologi sudah semakin berkembang.
Bahkan sekarang Endiburgh menjadi sebuah negara republik menggantikan kekaisaran hancur.
Pandangan Amelia tertuju ke arah seorang gadis kecil yang sedang menggenggam tangan ibunya. Membuat nya perasaan sakit hati sebab tidak bisa melihat Sofia kecilnya tumbuh.
Flashback On....
" Ibunda...." Ucap seorang gadis kecil memiliki rambut merah berlari menuju ke arah Anne.
Anne yang sedang memetik anggur di kebun istana langsung mengalihkan pandangannya melihat Puteri kecilnya berlari.
" Sofia bukannya ibunda sudah bilang jangan berlari itu sama sekali tidak mencerminkan seorang Puteri Kaisar lebih buruknya lagi kau akan terluka sayang." Ucap Anne yang berbicara dengan perasaan khawatir.
Sofia hanya tertawa pelan sebelum memeluk Anne dengan erat.
" Sofia hanya merindukan ibu." Ucap Sofia dengan polos.
Anne yang mendengarnya terdiam sebentar sebelum membalas pelukan puteri kecilnya yang manis.
Tidak jauh dari mereka Kaisar Abraxas berjalan mendekat dan menundukkan tubuhnya menyamakan tingginya dengan Anne dan Sofia.
" Benarkah, kau merindukan ibumu. Apa kau tidak merindukan Ayahanda juga?" Tanya Abraxas dengan nada suara lembut kepada kedua malaikat kecilnya.
" Tentu saja tidak Sofia juga rindu bermain bersama ayah kalau begitu kita main bersama saja. Sofia ingin piknik bersama ayah dan ibu." Ucap Sofia sambil tersenyum senang.
Kaisar Abraxas dan Anne memandang satu sama lain sebelum menggangguk kepalanya bersama.
Sofia yang melihat nya langsung tersenyum bahagia sambil kedua tangannya memegang sebelah tangan kedua orang tuanya.
" Ayo ayah ibu kita berpiknik bersama hahahaha...." Ucap Sofia sambil tertawa bahagia.
Kaisar Abraxas dan Anne hanya tersenyum tapi pandangan mata terpancar sebuah cinta di dalamnya.
Flashback off....
Memikirkan hal itu semakin Amelia mengeluarkan air matanya bertapa rindunya dengan keharmonisan keluarga kecilnya. Meskipun dia kecewa dengan Abraxas tapi masih ada cinta yang tidak mudah di hapus dalam kedua kehidupan nya. Bahkan sampai sekarang dirinya belum berani menjalin hubungan lagi takut dengan kekecewaan untuk kedua kalinya.
" Aku mencintaimu Brax dan Sofia." Batin Amelia sambil memandangi langit.
Sebelum kemudian berdiri dan berjalan meninggalkan taman.
Countine...
Amelia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Dirinya mengingat bagaimana pertama kali ia membuka matanya dan bertapa terkejutnya bahwa dirinya menjadi seorang bayi.
Mengingat kenangan itu membuat kadang-kadang ingin sekali tertawa. Tapi yang membuat nya sedih adalah kehidupan kali ini dirinya sama sekali tidak mempunyai orang tua maupun keluarga. Tidak seperti kehidupan sebelumnya dia mempunyai orang tua yang selalu menyayangi nya memanjakan nya, kakak perempuan yang selalu membantunya, dan adik laki-laki yang selalu menjahili nya.
Amelia merasa miris mungkin karena dia sudah pernah mendapatkan kebahagiaan sebelumnya. Tuhan memberikan kali ini adalah hidup sendiri, hampa.
Amelia mengendarai mobilnya sampai di apartemen dengan langkah lesu ia berjalan menuju tempat tinggalnya.
Ceklek...
Ketika masuk ke dalam hanya ada suara sunyi di seluruh ruangan apartemen nya.
" Aku merindukan kalian." ucap Amelia yang mengusap air mata yang sempat terjatuh.
Untuk menghilangkan rasa bosannya Amelia mengambil sebotol anggur dan buku membawanya ke sofa.
Amelia membaca buku menjelaskan sejarah dari kehancuran kekaisaran Endiburgh sambil meminum segelas anggur nya.
Setelah konflik antara anggota bangsawan dan rakyat mereka akhirnya melakukan pemberontak pada tahun 1904. Tujuan mereka adalah menurunkan Ratu Maria II dari tahta atas keserakahan nya dan membuat kekaisaran hancur di tangan Learmont salah satu kekaisaran kecil.
Sampai akhirnya pada tahun yang sama Ratu Maria II mati dibunuh oleh pemberontak dan akhirnya mengakhiri sejarah kelam dalam kekaisaran Endiburgh untuk di gantikan dalam republik.
Selesai membaca buku itu Amelia langsung berpikir.
" Jika begitu sekarang hanya ada 1 dari 4 benua yang hanya di pimpin oleh kaisar. Mengingat sekarang ketiga memutuskan untuk di pimpin oleh perdana menteri. Aku sama sekali tidak menyangka kekaisaran kecil Learmont bisa bertahan hingga sekarang. Di sini juga di jelaskan setelah kematian Sofia membuat kekaisaran dalam masa sulit. Apalagi Sofia memutuskan untuk tidak menikah dan secara otomatis dia tidak memiliki keturunan. Mengapa kau memilih tidak menikah Sofia?" ucap Amelia sambil menghela nafas berat.
Memikirkan masa depan Puterinya yang hancur dengan tumbuh sendirian tanpa satupun orang peduli padanya sampai mati. Amelia tidak habis pikir mengapa Kaisar Abraxas tidak menjodohkan Puteri mereka dengan pria lain. Setidaknya dia akan memiliki keluarga sendiri.
Sepertinya Amelia tidak bisa memikirkan masa lalunya itu hanya sebekas kenangan yang membuatnya bahagia sekaligus tragis. Meskipun sekarang dirinya tidak bisa menghapus semua perasaan nya kepada Puteri kecilnya tapi jika diberikan kesempatan lagi. Amelia akan berusaha menjauhkan dirinya dari Kaisar Abraxas yang saat itu sedang berduka atas kematian sang ratu isteri pertamanya.
Melihat waktu sudah mulai larut Amelia memutuskan untuk beristirahat mengingat dirinya akan ada syuting besok. Terkadang takdir lucu ketika dirinya memerankan Ratu Anne yang merupakan kehidupan masa lalunya. Tetapi dirinya tidak menampik jiwa Lady nya kembali saat memerankan peran itu.
Sambil berjalan menuju kamar mandi Amelia menyandung sebuah melody.
~Na~Na~Na.
Amelia memperhatikan penampilannya di cermin sebelum kemudian tersenyum dan ketika dia mengambil sikat gigi nya tanpa sengaja dia terpeleset kepalanya mengenai wastafel membuat nya tersungkur dengan darah menggenang di lantai dingin.
Nafas Amelia semakin berat dengan pandangan mata yang mulai buram.
" Ap...a aku akan mati untuk kedua kalinya... hahaha... hidupku sungguh menyedihkan.....tapi aku hanya ingin satu permintaan yai....tu kesem..." ucap Amelia sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.
Kehidupan kedua kalinya hidupnya yang berakhir dalam kesendirian tanpa seorangpun yang memedulikannya dengan tulus.
Countine...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!