Seorang bangsawan dari Inggris yang memiliki darah biru keturunan dari klurga kerajaan, mempunya kedudukan dan martabat tinggi. Seorang pria tampan berkharisma dan berkuasa, Louis Alexander Graham jatuh cinta pada seorang gadis sederhana dari kalangan rakyat biasa bernama Ellena. Tentu saja hubungn keduanya ditentang oleh keluarga besarnya teruma sang Ayah Alexander Graham. Ia menentang keras adat dan tradisi klurga kerajaan. Darah biru tetap harus menikah dengan darah biru.
Karena cinta Louis begitu besar pada Ellena, mereka berdua tetap menjalin hubungan cinta rahasia
Siang itu, seperti biasa Louis bertemu dengan Ellena di pinggiran sungai tempat yang biasa mereka kunjungi.
Ellena memacu sepeda kumbangnya dengan cepat agar sampai tujuan, jalanan bebatuan dan tanah yang becek tidak membuat Ellena menyerah. Ia terus melajukan sepedanya dengan cepat, saat sudah di tepi sungai Ellena berhenti dan menyandarkan sepedanya di sebuah pohon. Ellena berlari kecil kearah sungai dan melihat seorang pria berdiri.Terlihat punggung lebar nan kokoh membelakangi dirinya.
"Louis!" seru Ellena dari kejauhan.
Pria itu membalikkan tubuhnya dan tersungging senyuman manis dibibir Louis.
"Ellena!" teriak Louis
Keduanya berlari dan saling berpelukan, dengan senang Louis mengakat tubuh Ellena dan memutar-mutar tubuh langsingnya. Teriakan bahagia terucap dari bibir Ellena dan Louis, gelak-tawa terdengar dari dua insan yang sedang kasmaran.
"Ellena aku mencintaimu...!"
"Aku juga mencintaimu Louis..!"
Louis menurunkan tubuh Ellena. Mereka berdua terjatuh di rumput hijau. Nafas keduanya tersengal-sengal seraya membaringkan tubuhnya di rerumputan hijau dengan kedua tangan saling berpegangan.
"Ellena boleh aku mengatakan sesuatu padamu? tanya Louis menoleh kearah kekasihnya.
"Tentu saja, katakan lah Louis" Ellana memberikan senyuman termanis.
"Menikahlah dengan ku Ellena"
"Ap- apa?!"
Ellena terperanjat kaget, ia tak percaya dengan ucapan Louis yang tiba-tiba ingin melamarnya.
"Menikahlah denganku, kau dengar bukan?! nada Louis lebih tinggi, agar Ellena percaya kalau dirinya serius.
"Louis kau bercanda?" Ellena bangun dari tidurnya dan terduduk, lalu menatap wajah Louis yang masih berbaring.
"Apa ucapan ku seperti becanda sayang?!"
"Bukankah keluargamu menentang hubungan kita?"
Louis bangun dan terduduk didepan Ellena, lalu meraih kedua tangannya. "Ellena, aku sangat mencintaimu" mencium lembut kedua tangan Ellena "Walau keluarga ku tidak merestui hubungan kita, namun aku akan tetap menikahi mu. Percayalah, setelah kita menikah aku akan membawa mu ke mansion, pasti setelah kita menikah kelurgaku akan menerimamu"
"Bagaimana mungkin Louis? aku hanya gadis biasa dan bukanlah keturunan bangsawan. Aku tidak yakin kelurgamu akan merestui hubungan kita" wajah Ellena tertunduk sedih, ia menyadari kekurangannya yang bukan dari keluarga bangsawan.
"Kita menikah tanpa kelurga ku, ada sebuah gereja kecil di sebelah bagian barat. kita akan menikah disana, apa kau setuju?"
Ellena terdiam wajahnya masih tertunduk, tangan Louis menarik dagu lancip Ellena "Apa kau mau menikah dengan ku, Ellena? Ellena mengangkat wajahnya dan menatap lekat pria yang berada didepannya, pria tampan dengan sejuta pesona yang sangat ia cintai.
Ellena mengangguk setuju dengan senyuman sumringah dibibirnya.
"Ohh Ellena.. terimakasih sayang, aku akan menemui pendeta untuk mengurus Pernikahan kita."
"Tapi aku seorang Anak yatim-piatu, aku hanya tinggal bersama bibi Zelda dan paman Samuel."
"Kau masih memiliki paman bukan? aku akan menemuinya dan minta restu pada paman dan bibi mu."
"Baiklah Louis, aku bersedia menikah denganmu. Asal kau setia dan berjanji tidak akan pernah meninggalkan ku!"
Louis mencolek hidup bangir Ellena "Tentu saja sayang, aku berjanji akan setia padamu seumur hidupku!"
*
*
Waktu terus berjalan, satu bulan setelah perencanaan. Akhirnya Ellena dan Louis menikah disebuah gereja sederhana di pinggiran kota, tidak banyak yang hadir hanya paman Samuel dan bibi Zelda yang sudah mengasuh Ellena sejak kecil, serta tetangga terdekat.
Louis dan Ellena berjalan ke Altar setelah paman Samuel memberikan Ellena pada calon suaminya Louis, pendeta sudah berdiri di depan keduanya dan janji suci pun diucapkan.
Pendeta
"Wahai Louis Alexander Graham apakah kau bersedia menikahi Ellena Patrick sebagai istri mu, dan menemaninya dalam suka dan duka, susah dan senang bersama sampai maut memisahkan."
Mereka saling berhadapan, Louis menatap wajah cantik Ellena "Aku bersedia dan menerima Ellena Patrick sebagai istriku dan menemaninya seumur hidupku dalam suka dan duka."
Pendeta
"Wahai Ellena pactrick, apakah kau bersedia menerima Louis Alexander Graham sebagai suamimu dan menemaninya hidup dalam suka dan duka, susah dan senang bersama sampai maut memisahkan."
Ellena menatap dan tersenyum manis pada Louis "Iya aku bersedia menerima Louis Alexander Graham sebagai suamiku dan menemaninya dalam suka dan duka seumur hidupku"
Pendeta
"Kini kalian sudah sah sebagai sepasang suami istri sampai maut memisahkan"
Louis menyematkan cincin permata bertahtakan batu Rubby merah, cincin turun temurun kluarga besarnya Graham dan mereka saling berciuman mesra.
💜
Waktu terus bergulir hari berganti hari, bulan pun berganti bulan. Louis dan Ellena tinggal disebut kota kecil di pinggiran kota London hingga sebuah kabar membuat pasangan suami-istri itu bahagia. Ellena mengandung buah cintanya bersama Louis.
Tentu saja kebahagiaan mereka berdua tanpa diketahui keluarga besarnya Louis. Kelurga besar Louis hanya tahu anaknya sedang meneruskan kuliah di universitas Of Oxford.
~Mansion~
Pagi itu di rumah besar keluarga Alexander Graham, sepasang suami istri sedang menikmati hidangan diatas meja makan.
"Marlen kenapa akhir-akhir ini Louis jarang pulang ke mansion, biasanya akhir pekan ia selalu pulang."
"Mungkin Louis banyak tugas di kampusnya. Bisa saja menyita waktunya, Pah!
"Kau jangan terus membela anak itu, Marlene!" tukas Gueno seraya memasukkan potongan stek kedalam mulutnya.
"Aku bukan membela Louis sayang, berilah kepercayan padanya. ia sudah dewasa."
"Justru karena dia sudah dewasa aku tidak ingin anakku salah dalam memilih pasangan hidup! kau lihat kelakuan Louis, bagaimana ia mencintai gadis miskin yang tidak berpendidikan itu!"
Marlene hanya mendesah pelan, ia tau sifat suaminya yang keras kepala.
"Kau lihat sendiri, untuk menghubungi kedua orang tuanya saja tidak pernah! bahkan ponselnya sudah tidak aktif lagi!" cetus Alex geram.
"Tidak harus marah, tidak ada salahnya kau cari tau sayang" tutur Marlene lembut
"Tentu saja, Louis pewaris tahta kluarga besar Graham, ia bergelar pangeran walau aku bukan pewaris kerajaan. Namun aku sepupu dari kerajaan Inggris. Ayahku adik kandung dari Raja Albert Graham. (Negara Inggris juga memiliki beberapa kerajaan-kerajaan kecil)
"Aku akan utus orang-orang khusus untuk mencari tau tentang Louis. Aku sedikit curiga padanya" Alex mengambil gelas berisi air putih disampingnya dan meneguk hingga tandas. ia mengelap bibirnya dengan tissue dan beranjak dari kursi. Marlene ikut menyudahi makan siangnya, ia sudah tak berselera lagi. Marlen menarik nafas dalam-dalam dan di hembuskannya perlahan. Ia tahu sifat suaminya yang keras terhadap anak tunggalnya Louis.
Alex masuk kedalam ruangan kerjanya. ia mulai menghubungi seseorang.
"Hallo Tuan Besar, selamat pagi?"
"Jordan, kau cari tahu keberadaan Louis, sudah hampir tiga pekan dia tidak pulang ke mansion."
"Bukannya Tuan muda tinggal di villa dekat dengan campus ?"
"Kalau aku sudah tahu Louis disana, untuk apa aku menyuruhmu mencarinya?" bentak Alex
"Baik Tuan Besar, aku akan mencaritahu secepatnya"
"Sekarang!
"Siap Tuan besar"
Telpon terputus, Alex tampak kesal. ia berjalan kearah jendela dan membuka jendela lebar. Mengambil sebuah cerutu lalu menyalakan dengan pematik api. Bibirnya menghisap dalam cerutu itu, gumpalan asap putih mengitari wajah pria paruh baya dengan aura dingin.
💜💜💜
Hay.... kembali lagi karya terbaru Bunda yang ke-10. Kisah ini menceritakan kerajaan, berbeda dari cerita dan karya Bunda sebelumnya. Kisah ini di kemas sangat apik dan menarik. Kisah cinta segitiga dari dua orang putri keturunan keluarga bangsawan yang merebutkan hati sang pangeran.
Kisah seorang wanita yang tegas, pemberani dan mandiri. Banyak kisah mengandung bawang, action dan perebutan tahta. Yuk ikuti terus kelanjutannya dan tinggalkan komentar kalian 😍😘
@Terus dukung karya Bunda ya sayang... jangan lupa: VOTE, GIFT, RATE BINTANG 5 DAN KOMENTAR KALIAN 😍
Marlen membuka pintu dan masuk kedalam ruangan kerja suaminya. Langkahnya semakin berjalan mendekat, satu tangannya membawa secangkir kopi.
"Suamiku minumlah kopinya" menaruh cangkir kopi diatas meja kerja Alex.
"Biar saja disana, nanti aku akan meminumnya" ucapnya tanpa menoleh.
"Sayang, aku harap kau jangan terlalu keras pada Louis. Anak itu sama kerasnya dengan dirimu." Marlene berjalan mendekati Alex yang masih berdiri di depan jendela.
"Itu karena kau selalu memanjakan anakmu!" menghisap kuat cerutu di sela jemarinya dan di hembuskan kasar.
"Louis adalah anakku satu-satunya, aku menyayanginya sebagai seorang ibu!"
"lihat! apa bukti dari kasih sayangmu? anak itu tetap saja tidak bisa berbakti pada orang tua!"
"Itu karena kau menentang Louis bersama Ellena, wanita yang paling Louis cintai"
Alex melempar cerutu sisa separuh didepannya. Lalu menginjaknya dengan alas kaki. Netranya menatap tajam wajah istrinya dengan ekspresi kesal "Wanita miskin itu! yang tidak berpendidikan dan bukan dari kalangan bangsawan, kau menginginkan Louis menikahi wanita itu?! mau taruh dimana wajah kelurga Alexander Graham!" bentak Alex.
"Mengapa cinta masih memikirkan status sosial? aku tidak ingin Louis terluka karena cintanya yang terbelenggu hingga ia menjadi anak pembangkang!" Marlen membela anak semata wayangnya.
"kau selalu saja menentang ku Marlen! apa kita dulu menikah karena cinta? tidak Marlen! kita menikah karena perjodohan kedua orang tua kita!"
"Jangan pernah kau samakan masa lalu kita dengan masa sekarang! biarkanlah Louis memilih jalan hidupnya sendiri, kita sebagai orang tua seharusnya mendukung dan memberikan yang terbaik untuk anak kita Louis!"
"Sudah cukup Marlen! lebih baik kau keluar! aku tidak ingin berdebat lagi denganmu! seru Alex emosi.
"Kau selalu saja ingin menang sendiri dan keras kepala, Alex!" dengan perasaan kesal Marlen berjalan kearah pintu.
"Drett, Drett, Drett..!
Terdengar getaran ponsel dari atas meja kerja suaminya. Alex mengambil ponsel dan menerima panggilan telepon itu.
"Hallo..!'
"Siang Tuan besar"
"kau membawa berita apa?!
"Tuan, kami sudah menemukan Tuan muda. Ternyata dugaan Tuan besar benar, Tuan muda sudah menikah dengan gadis bernama Ellena!_
"****!!
"Dimana mereka sekarang?!
"Mereka tinggal di pinggiran kota kecil, kota London"
"Bawa Louis pulang tanpa wanita itu! kalian dengar!" teriak Alex dari ujung telepon.
"Baik Tuan besar!"
Telpon terputus, Alex melempar ponselnya keatas sofa, lalu mengangkat cangkir kopi diatas meja, menyeruputnya perlahan.
"Hah! ternyata benar dugaan ku selama ini, Louis menikahi wanita miskin itu tanpa persetujuan dariku!" tukasnya geram.
Marlen yang mendengar pembicaraan suaminya dengan seseorang, melangkah pergi meninggalkan ruangan kerja Alex dengan perasaan sedih.
*
*
Suara deru mobil terdengar nyaring di depan mansion. Marlen berlari keluar dan melihat kedatangan Louis bersama para bodyguard suruhan suaminya.
"Louis, kemana saja kau nak" sambut Marlen yang sudah berdiri didepan anaknya sambil mengelus lembut pipi anak kesayangannya.
"Aku baik-baik saja Mah, maafkan Louis ya, sudah buat Mama khawatir" Louis memeluk Marlen wanita yang paling mengerti dirinya. "Aku akan ceritakan sesuatu pada Mama" bisiknya di telinga Marlen.
"Syukurlah kalau kau tidak apa-apa, kita bicara didalam saja. Ayo masuklah" Marlen merangkul tangan Loius, seketika Louis menghentikan langkahnya.
"Kenapa Nak? kenapa kau berhenti, ayo masuklah"
"Pasti Papa sudah menunggu kedatanganku"
"Kau tidak perlu khawatir, Mama selalu ada bersamamu" Marlen meyakinkan anaknya.
Louis merangkul pundak Marlen "Mama adalah Malaikat ku" ucap Loius tersenyum tipis.
Marlen dan Louis berjalan masuk kedalam mansion. Para pelayan berbaris membungkuk memberi hormat, langkah mereka terhenti saat suara bariton memanggil namanya.
"Berhenti kau Louis!"
Louis bersama Marlen menghentikan langkahnya, ia melihat Alex berjalan menuruni anak tangga yang melingkar dengan ekspresi dingin.
"Sudah puas kau meninggalkan mansion ini? kemana saja kau selama tiga pekan tidak pulang!" seru Alex menatap tajam wajah anak lelakinya.
"Aku? tentu saja berada di kampus Pah! banyak tugas untuk semester akhir"
"Apa aku pernah mengajarimu jadi anak pembohong Louis!" umpat Alex menunjuk wajah Louis yang terlihat tegang.
"Suamiku, kecilkan suara mu" Pinta Marlen menatap penuh permohonan.
Louis menundukkan wajahnya, ia sudah siap apapun yang akan terjadi. Alex berjalan semakin mendekat dan_
"PLAKK!
Sebuah tamparan keras mendarat dipipi anaknya, Louis menyentuh pipinya yang terasa panas.
"Pah! kenapa kau tampar Louis!" Seru Marlen tak terima, lalu ia mengusap pipi anaknya.
"Kau jangan ikut campur urusan aku dan Loius!
"Kau! Alex menunjuk wajah Louis dengan tatapan tajam dan rahang mengeras "Kau telah berani melawan ayahmu, dengan menikahi gadis miskin itu!"
Louis mengangkat wajahnya, menatap benci wajah ayahnya "Benar pah! aku telah menikahi Ellena! wanita yang aku cintai!"
"Berengsek kau Louis!"
"Plakk!
"Plakk!
Tamparan bertubi-tubi melayang kewajah Louis, hingga Louis jatuh tersungkur di lantai. Darah segar keluar dari sudut bibir dan hidungnya. jempol Louis menyeka ujung bibirnya yang berdarah. Saat Alex ingin menghantamkan Louis kembali, Marlen membentangkan kedua tangannya untuk menghalangi Alex.
"Sudah cukup! jangan kau pukulin lagi Louis! Teriak Marlen membela anaknya.
"Kenapa kau jadi istri pembangkang Marlen! Alex berteriak didepan wajah istrinya.
Louis bangkit dari lantai "Bila papa belum puas memukuli aku, pukul lagi Pah! tapi jangan sakiti hati Mama!"
"Kau berani menikahi wanita yang tidak jelas asal-usulnya?! dimana martabat mu sebagai keturunan bangsawan Alexander Graham! kau telah mencoreng turun temurun kelurga besar kita!"
"Aku mencintainya pah! airmata Louis sudah jatuh berderai "Aku mencintai Ellena, dia gadis baik dan berhati tulus! please terima Ellena sebagai mantu Papa!
"Tidak akan pernah! Aku sudah menjodohkan kau dengan Margaret huxley, gadis bangsawan keturunan keluarga Richard huxley!"
Louis jatuh bersimpuh di depan kaki Ayahnya. "Pah aku mohon, ijinkan aku hidup bersama Ellena. Ellena gadis yang aku cintai dan kami sudah menikah di gereja!"
Mendengar penuturan anaknya, membuat Alex murka. Nafasnya tersenga-sengal dengan amarah yang meletup letup. Emosinya sudah tidak terkendali "Kau berani menentang ayahmu sendiri, Louis! kau pewaris tunggal perusahaan Permata dan Berlian, bahkan kau seorang pangeran Louis!"
"Aku tidak peduli dengan gelarku Pah! biarkan aku hidup bahagia bersama istriku Ellena! teriak Louis.
"Kau harus tinggalkan wanita itu! dia bukan keturunan bangsawan!
"Sampai kapanpun aku tidak akan pernah meninggalkan Ellena! Dia sudah menjadi istri sah ku!"
Sebuah pecut sudah berada ditangan Alex. Dengan amarah meletup-letup, Alex menghantamkan pecut itu ke punggung Louis bertubi-tubi.
"Aarrrgghhh....!!
Suara jeritan Louis menggema di dalam mansion. Para bodyguard dan pelayan yang berdiri disana hanya diam membisu melihat tuan besarnya murka.
"Sudah cukup pah! teriak Marlen lantang, "Kalau kau masih ingin menyakiti Louis, cambuk aku juga sepuas hatimu!"
Alex menghentikan cambukannya, ia membiarkan Marlen mendekati Louis. Louis jatuh tersungkur dilantai dengan goresan banyak luka sabetan di punggungnya. Marlen jatuh terduduk dan merangkul tubuh Louis. ia menangis pilu seraya meratapi nasib anaknya.
"Hiks hiks hiks, Louis sayang maafkan Mama nak, ayo kita ke kamar"
"Kalian! kenapa hanya diam saja disana! angkat anakku dan bawa masuk ke kamarnya!" seru Marlen pada para bodyguar Alex yang hanya berdiri mematung.
Setelah mendapat anggukan dari Alex, para bodyguard itu berani mngangkat tubuh Louis yang sudah terkulai lemas.
Marlen berdiri di depan Alex dengan tatapan benci "Ku harap ini yang terakhir kalinya kau mencambuk dan menyakiti Louis! bila tidak, aku akan meninggalkan mansion ini untuk selamanya!" Ancam Marlen, ia membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi meninggalkan Alex.
🔥🔥🔥
Jangan lupa terus dukung karya Bunda dengan cara: Like, Vote/gift, Rate bintang 5 dan sertakan komentar kalian 😍😘
Follow IG Bunda 😍 @bunda. eny_76
@Bersmbung
Louis dibawa masuk kedalam kamar setelah para bodyguard pergi. Marlen mendekati ranjang Louis, ia menangis pilu melihat penderitaan anak kandungnya.
"Mama tidak perlu menangis" ucapnya lirih.
"Louis sayang" Marlen meraih jemari tangan Louis "Maafkan mama yang tidak bisa menolong mu, ayahmu sangat egois ia sudah tidak adil padamu."
"Maafkan Louis mah, sudah jadi anak pembangkang."
"Aaggrrhh...! Louis mengerang kesakitan, merasakan perih bekas luka cambukan di punggungnya yang berbekas.
"Sabar nak, sebentar lagi Dokter akan datang."
"Nyonya besar, ini ramuannya sudah jadi" ujar seorang pelayan, ia berjalan mendekat.
"Baiklah, taruh diatas meja."
"Nak, minum lah dulu ramuan dari turun temurun keluarga kita, agar lukanya cepat sembuh."
"Mah, boleh aku bicara satu sesuatu?"
"Bicaralah nak, mama akan mendengarkan mu"
Louis melirik dua orang pelayan yang masih berdiri di tepi ranjang. Marlen mengerti maksud anaknya, ia menyuruh dua pelayan itu untuk meninggalkan kamar.
"Sayang katakan lah, disini hanya kita berdua."
"Mah, aku sudah menikahi Ellena dua bulan yang lalu. Sekarang Ellena sedang mengandung anakku."
"Ap-apa? Ellena hamil anak mu?! Marlen membekap mulutnya.
"Iya mah, kami menikah secara sah agama di sebuah gereja sederhana dan di saksikan paman dan bibinya. Ellen gadis yatim-piatu aku sangat mencintainya."
"Lalu apa yang harus Mama lakukan?"
"Tolong rahasiakan kehamilan Ellena, kalau Papa tahu Ellena hamil, nyawanya akan terancam. Mama harus melindungi Ellena.
Marlen menarik nafas dalam-dalam dan di hembuskan perlahan. "Baiklah Louis, Mama janji akan merahasiakannya, tapi dimana Ellena berada sekarang?
"Mama berani janji tidak akan memberitahu siapapun, apalagi mengkhianati ku?" tanya Louis meyakinkan.
"Tentu saja sayang. Demi kau dan Ellena, Mama janji akan melindungi kalian."
"Jadi Mama sudah merestui hubungan Kami?"
Marlen mengusap lembut pipi anaknya "Tentu saja sayang. Kebahagiaan mu adalah kebahagiaan mama juga. Sekarang katakan dimana Ellena berada?"
"Tok, Tok, Tok!"
Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar.
"Masuk!
"Nyonya besar, Dokter Marcell sudah datang" ucap seorang pelayan.
"Bawa Dokter Marcell masuk!
"Baik Nyah."
Seorang pelayan masuk kembali bersama Dokter Marcell, ia adalah Dokter khusus kelurga besar Graham.
"Selamat Malam Nyonya Alex. Saya diutus langsung oleh Tuan Alex" ucap Dokter itu membungkuk memberi hormat.
"Malam Dok, silakan diperiksa anakku" Marlen beranjak dari duduknya dan mempersilakan Dokter Marcell untuk periksa keadaan anaknya.
"Lukanya sangat dalam, saya akan memberikan obat antibiotik dan salep luar, jangan terkena air dulu untuk beberapa hari, agar lukanya cepat sembuh."
Selesai periksa keadaan Louis, Dr Marcell mengundurkan diri. Marlene dengan penuh kasih sayang mengobati luka Louis sambil terus terisak.
"Mah, sudah ya jangan menangis lagi" Louis membalikkan tubuhnya, menatap nanar wajah ibu kandungnya. Jemarinya mengusap lembut airmata Marlene yang berjatuhan.
"Louis, setelah minum obat ini, beristrahat lah. Jangan banyak pikiran dulu. Masalah Ellena mama janji akan membantunya."
"Terima kasih banyak mah" Louis menciumi punggung tangan ibunya erkali-kali "Hanya mama yang mengerti aku"
"Selamat malam sayang" Marlen mencium kening Loius, ia beranjak dari duduknya dan berjalan pergi meninggalkan kamar Louis.
*
"
Hari berganti bulan, disebuah rumah sederhana. Ellena sedang termenung di depan tungku api sambil menunggu kedatangan suaminya. Sudah tiga bulan terakhir Louis tidak kunjung datang menemui Ellena.
"Ellena!
"Ellena!
Suara teriakan diluar rumah membuyarkan lamunannya.
"Bibi zelda? gumamnya.
Ellena berlari menuju arah suara yang berada di luar rumah. ia membuka pintu dan melihat bibi Zelda sedang berjalan tergopoh-gopoh sambil membawa keranjang buah ditangannya.
"Bibi Zelda, apa yang bibi bawa? dari mana buah-buahan sebanyak ini bi?"
"Aku sengaja memborong buah ini untuk mu, dari seorang bapak tua di emperan toko"
Zelda masuk dan menaruh keranjang buah itu diatas meja, Ellena mengambil satu buah apel dan mengigitnya.
"Ellena, kenapa kau tidak cuci apel itu dulu, kau sedang hamil tidak boleh memakan buah yang belum di cuci! omel Zelda.
"Ehh maaf bii, aku lupa."
Ellena mengambl baskom dan menaruh berbagai macam buah itu kedalamnya, ia mengambil air untuk mencucinya.
"Ellena apa kau sudah makan?! tanya Zelda sambil membuat kopi untuk dirinya, Ellena hanya menggeleng pelan.
"Kau harus banyak makan Ellen, lihat kandungan mu semakin besar, ia butuh asupan gizi yang banyak."
"Bii, apa bibi sudah dapat kabar dari Louis?!
Zelda mendesah pelan ia sungguh sedih melihat nasib keponakannya, Zelda berjalan kearah Ellena yang sedang duduk disebuah kursi kayu.
"Sayang maafkan bibi. Bibi sudah berusaha mencaritahu keberadaan Louis, tapi tidak ada satupun orang yang tau tentang Louis" wajah Ellena tertunduk sedih, butiran bening sudah menetes dari sudut matanya. "Ellena sayang kau harus sabar, Louis pasti akan kembali." Zelda melihat Ellena menangis iapun ikut menangis, mereka berdua saling berpelukan.
"Aku tidak punya siapa-siapa lagi selain bibi, Ayah dan ibuku sudah tiada. Elle begitu mencintai Louis dan menaruh harapan besar padanya. Louis berjanji akan membawa Elle dalam kebahagiaan." hiks.. hiks.. hiks.. tangisan Ellena semakin dalam, Zelda mengusap lembut punggung Ellena.
"Kau jangan bicara begitu, bibi sudah menganggap mu sebagai anak bibi sendiri. 20 tahun menikah dengan Samuel, bibi tidak memiliki keturunan sampai paman mu meninggalkan kita satu bulan setelah pernikahan mu dan Louis. kau tetap menjadi anakku, dan anak dalam kandunganmu adalah cucuku, kita akan urus bersama Ellen." Zelda terus membesarkan hati Ellena yang rapuh.
~MANSION~
Seorang Pria sedang berdiri didepan jendela kamarnya. ia terus melihat ponsel dan berharap orang yang ia suruh memberikan kabar pada istrinya menghubungi.
"TOK! TOK! TOK!
"Louis, buka pintunya ini mama nak"
Louis berjalan kearah pintu dan membukanya.
"Mama masuklah"
"Nak, nama membawa hidangan ini, kau harus makan ya lihat tubuhmu terlihat kurus."
"Bagaimana aku bisa menikmati hidangan mewah itu kalau istriku saja kelaparan! lihat perbuatan Papa aku di kurung bagaikan seorang penjahat! gertak Louis kesal "Para bodyguard didepan pintu kamar menunggui 24 jam, ini gila! Aku benar-benar bisa gila lama-lama dikurung!"
"Louis sabar Nak, Mama juga sudah berusaha mencari keberadaan Ellena, kau tau sendiri bukan? orang-orang papamu selalu mengikuti langkah kita. Mama takut Ellena akan mendapat bahaya. kita tunggu waktu yang tepat!"
"Sampai kapan mah?! hampir tiga bulan aku tidak menemuinya. Bantu aku untuk menemui istriku mah, aku mohon?!"
"Mama akan cari cara agar kau bisa keluar dari kamar ini, kasih mama waktu untuk memikirkannya."
"Terima kasih Mah, Aku berharap mama mendukung ku, Ellen sedang mengandung cucu Mama."
"Mama akan menemui jordan, semoga ia bisa membantumu, makanlah dulu agar kau tidak sakit, mama pergi dulu"
*
*
"Nyonya ada Asisten Jordan" ucap pelayan berdiri diambang pintu
"Suruh dia masuk"
"Siang Nyonya besar" sapa Jordan membungkuk memberi hormat.
"Jordan kemarilah"
"Ada apa Nyonya" Jordan berjalan mendekat.
Marlene mendekatkan wajahnya ke telinga Jordan, dan ia membisikkan sesuatu.
"Ap-apa? tapi Nyonya, bagaimna mungkin aku bisa membantu Tuan muda keluar dari mansion ini, penjagaan begitu ketat!"
"Kau pasti bisa Jor? bantu lah Louis sekali ini saja, aku memohon padamu demi anakku Louis!"
Jordan terdiam sambil berjalan mundar-mandir di depan Marlene. ia terus berfikir dan mencari jalan keluar.
"Baiklah Nyonya, aku ada ide"
"Ide apa itu, Jor?" tanya Marlena tak sabar.
Jodie melihat raut wajah Marlena yang tampak penasaran, dahinya mengkerut. ia takut ide gilanya tidak di terima Marlen.
"Ayo katakanlah apalagi yang kau tunggu!" seri Marlen menatap gelisah.
💜💜
Jangan lupa terus dukung karya Bunda dengan cara: Like, Vote/gift, Rate bintang 5 dan sertakan komentar kalian 😍😘
Follow IG Bunda 😍 @bunda. eny_76
@Bersmbung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!