NovelToon NovelToon

Cinta CEO Pesakitan

Episode.1. Kebodohan CEO

"Aaagh .... lebih dalam sayang! Ini nikmat sekali ...!" erang seorang wanita tengah berada dibawah pria tampan dan bertubuh tegap itu.

"Hmm .... Milik mu benar-benar berbeda sayang!"

Pria muda nan tampan berusia 25 tahun itu, meracau saat masih menikmati sarapan dalam keindahan dunia dipagi yang indah tersebut, hingga dia melupakan janjinya.

Tubuh tegap, berkulit putih, tengah asyik memompa dibawah sana, membuat keringat bercucuran hingga membasahi bagian kenyal sang wanita yang berada dibawah, keduanya tengah dimabuk gairah seakan terbang melayang menembus awan.

Namun, saat dia akan mencapai puncak kebahagiaannya yang sudah tiba diujung tanduk, ternyata ...

BRAAAK ....!

Pintu kamar terbuka lebar, memberi ruang pada para penjaga untuk segera membawa Tuan Muda bernama Qenny Tanoe Subagio, putra semata wayang keluarga terpandang secara paksa dengan keadaan telanjang bulat.

Qenny berteriak keras, saat penyatuannya dicabut paksa oleh para penjaga. Dia meronta, bahkan semakin menjerit sejadi-jadinya saat berpisah dengan partner ranjangnya.

"Lepaskan aku ... brengsek!" teriak Qenny.

Penjaga berbalut jas hitam dan menggunakan earphone, untuk menyumpal telinga mereka agar tidak mendengar cacian dan amukan dari Tuan Muda yang tidak pernah berubah, sehingga harus menjemput secara paksa.

Mereka meninggalkan kamar hotel, dengan memberi beberapa lembar uang pada wanita yang masih tampak bodoh, memberi peringatan keras agar tidak pernah menjalin komunikasi lagi dengan sang Tuan Muda.

Wanita itu mengangguk setuju, setelah menerima satu amplop coklat berisikan uang dolar yang sangat menggiurkan. Dia sebagai kupu-kupu malam, sangatlah bahagia jika menerima bayaran sebanyak itu, tanpa harus bekerja lebih keras, karena para penjaga telah membawa Qenny sebelum mencapai puncak kebahagiaan nya.

Wanita muda tersebut melambaikan jemari lentiknya saat para pengawal menarik paksa tubuh telanjang Qenny yang masih berteriak keras sepanjang lorong dan lift hotel bintang lima tersebut.

.

Dikediaman Keluarga Tanoe Subagio, justru tengah duduk dua keluarga yang memiliki kekuasaan di kota Seoul tersebut. Mereka saling bercengkrama hangat bersama, menunggu kehadiran putra kesayangan untuk sebuah perjodohan yang akan dilaksanakan oleh kedua keluarga terpandang itu.

Mereka tiba di mansion keluarganya, mobil yang membawa tubuh tanpa busana itu, harus meringkuk didalam bagasi, hanya beralaskan karpet mobil berwarna hitam dengan mulut tersumpal bola karet kecil yang dililit lakban.

Qenny di gendong oleh pria bertubuh besar itu dalam keadaan bugil dihadapan Tuan Besar.

Pelayan bertubuh tegap itu melempar Qenny kelantai ruangan, dan membuka penyumpal mulutnya tepat didepan sang Daddy.

"Auuugh, sialan apa yang kamu lakukan!" Qenny berteriak marah menoleh kearah pelayan itu.

Tapi amarahnya hanya sesaat, tatkala baru menyadari bahwa banyak mata yang mengawasinya.

Beberapa pelayan wanita yang dulu tidak berani memandangnya, kini tersenyum mengejek dan saling berbisik-bisik. 

Bukan hanya pelayan, tapi ada juga lima orang yang sedang mengawasinya dengan jijik, dan tatapan mata mengisyaratkan penghinaan.

Sebagai orang sombong dan manja, Qenny marah melihat tatapan dari orang yang dia kenal menatapnya seperti itu.

Akan tetapi saat melihat tatapan Daddy-nya kesombongan Qenny seketika menghilang. Karena Harry, biasa disapa Tuan Besar yang dulu sangat menyayanginya, dan selalu memanjakannya kini menatap dengan tatapan sangat mengerikan.

"Dadd ...!"

"Apa yang kamu lakukan anak bodoh? Apa kamu tidak tahu, disini ada calon tunangan mu, Cleo!" kesal Tuan Besar Hary.

Qenny hanya menunduk pada Tuan Besar, tidak mampu berdiri dari tempat dia dilempar seperti karung beras oleh orang kepercayaan Hary.

Tuan Besar Hary menoleh kearah Qenny. Menatap tajam mata putra kesayangannya, "Tinggalkan kediaman ku, Qen! Kamu bukan anak ku lagi!! Aku akan mencabut semua fasilitas mu, dan memblokir semua black card yang ada saat ini! Satu lagi, jangan pernah menunjukkan puncak hidungmu dikota ini, di rumah ini!!" teriaknya lantang.

Pernyataan itu membuat Qenny semakin takut, berusaha membela diri atas keputusan Tuan Besar padanya dihadapan para tamu, "Daddy, ini enggak fear! Bagaimana dengan kehidupan ku ...!" geramnya.

Tuan Besar Hary berdiri tegap dihadapan putranya, "Sudah cukup kamu mempermalukan aku, dan nama baik keluarga. Mulai saat ini, aku sudah tidak peduli dengan mu. Kamu sangat memalukan!"

"Daddy ....!"

"Diam kamu! Kamu pikir aku tidak tahu apa yang kamu lakukan diluar sana!? Dirumah ini! Semua pelayan, bahkan pengantar susu segar pun kamu bawa masuk dalam kamar pribadi mu? CEO seperti apa kamu, Qen!! Mulai sekarang, jangan pernah memanggil aku 'Daddy'! Pelayan! Seret anak ini dari hadapan ku, jangan sampai dia terus mencoreng nama baik keluarga ku!!" Tegas Tuan Besar Hary.

Qenny terdiam, wajahnya semakin pucat pasi. Apa yang harus dia lakukan diluar sana? Kemana dia akan pergi? Dan apa yang harus dia lakukan jika tidak bersama keluarganya.

Beberapa pelayan menyeret Qenny, untuk keluar dari mansion mewah Keluarga Subagio, dengan membawa satu tas besar berisikan pakaiannya.

"Daddy .... Daddy ....! Jangan perlakukan aku seperti ini, Dad! Aku harus berbuat apa? Aku tidak memiliki uang banyak!" Dia menoleh kearah Cantika seraya memohon, "Ma ... please help me!" ucap Qenny tanpa perasaan malu, berusaha berdiri tegak dihadapan mereka semua.

Sontak pemandangan yang memalukan ini merupakan aib bagi Keluarga Subagio.

"Ooogh my God! What are you doing, Qen!" pekik Nyonya Cantika dihadapan suami dan calon besannya.

Cleo, sang calon tunangan hanya bisa menelan ludah saat matanya melihat milik Qenny yang sudah terkulai lemas dengan cairan diarea pribadi itu terlihat mengering.

Qenny menunduk hormat karena malu diperlakukan seperti anak usia tujuh tahun oleh kedua orang tuanya.

Pelayan bergegas mendekati Tuan Muda, untuk membantu Qenny mengenakan pakaian, karena hari ini merupakan hari terakhir bagi Tuan Muda setelah mendengar keputusan dari Tuan Besar, kemudian menyeretnya untuk segera meninggalkan kediaman keluarganya.

Wajahnya tampak memerah, memendam kecewa teramat sangat karena diperlakukan seperti ini oleh Harry. Qenny menatap orang-orang yang ada didalam ruangan tersebut, tak satu orang pun mau membela, dan tak seorangpun peduli apa sebenarnya yang diderita CEO tampan tersebut.

Kebodohannya selama ini, dengan tidur dengan berbagai macam wanita dari sekelas pelayan dan kupu-kupu malam yang membuat dia harus menerima ketidak adilan seperti saat ini.

BHUUUUG ....!

Tubuh Qenny di jatuhkan ketanah, disambut gonggongan helder peliharaan keluarga, dengan menyeret tas ransel miliknya.

Dengan langkah gontai, Qenny yang akan meninggalkan mansion keluarga, harus kembali menerima penghinaan dari calon mertua yang berselisih dengannya, membawa serta putri kesayangan mereka, Cleo.

"Dengar anak muda! Aku pikir kamu seorang pria yang baik dan sopan. Ternyata kamu tidak lebih dari seorang pria hidung belang yang tidak memiliki harga diri. Kami sekeluarga telah membatalkan semua perjodohan ini, dan beberapa kerja sama perusahaan. Aku rasa kamu akan mati, jika hidup diluar sana dimakan oleh anjing lapar seperti mu!" ucap Keluarga Benz yang merupakan partner bisnis keluarganya.

Qenny hanya bisa menunduk malu, ketika menyadari, semua yang ada diruangan itu telah melihat tubuh telanjangnya. Ingin rasanya dia melawan, tapi saat ini dia lebih memilih diam. Dia hanya menggunakan baju kaos dibalut hoodie berwarna navy, masker dan topi hitam.

Qenny mengeluarkan dompetnya yang diselipkan pelayan saat mengenakan pakaiannya, "Aaagh .... masih ada beberapa lembar uang. Aku akan ke bandara, meninggalkan kota ini segera ... sebelum Daddy kembali bertindak lebih kejam," batinnya.

Wajahnya menoleh kearah pintu utama yang masih terbuka lebar, melihat seorang pelayan mengacungkan jari tengah pada Tuan Muda Qenny, "Mampus kamu, telah di usir Tuan Besar ...!!"

Episode 2. Diremehkan

Qenny Tanoe Subagio, merupakan pewaris tunggal sebuah perusahaan besar yang telah dirintis Daddy-nya sejak beberapa tahun silam. Dia merupakan anak laki-laki kesayangan Hary Tanoe Subagio dan Cantika Panduwinata, yang merupakan campuran Indonesia.

Mereka telah lama menetap di Seoul, sejak usia Qenny satu tahun, Hary memilih memboyong semua keluarganya, demi mengembangkan bisnis yang dia rintis hingga ke Jepang.

Musim semi Kota Seoul, membuat Qenny seperti kehilangan arah. Wajah tampan itu terlihat berkeringat, bahkan tampak lelah, saat langkah kakinya membawa dia pergi menuju bandara seorang diri. Tanpa pengawalan, tanpa ada yang peduli, tanpa ada yang tahu siapa dia sebenarnya.

Qenny memasuki bandara internasional yang terletak dikota tersebut. Memesan tiket untuk menghindari pertikaiannya dengan Tuan Besar. Menghilang untuk beberapa waktu, meninggalkan Seoul, agar tidak menjadi bahan hinaan bagi orang lain pada keluarganya.

Saat Qenny berbalik, seketika ...

BRAAAK ...!

Qenny menabrak tubuh seorang gadis dengan sangat keras, membuat gadis itu terjatuh.

"Aaaagh ...!!" ringis wanita itu terduduk dilantai bandara.

Qenny hanya melewati gadis yang dia tabrak tersebut, tanpa mau berbasa-basi ataupun mengucapkan kata 'maaf' ....

Sifat sombong dan angkuh yang tertanam sejak dia kecil, sehingga melupakan siapa dirinya saat ini.

Qenny terus berjalan, menuju ruang tunggu, dengan membawa makanan siap saji yang ada dalam genggamannya.

Bulu mata lentik alami, berkulit putih, membutakan mata hatinya untuk mengenal wanita lebih dekat dan serius dalam menjalani sebuah hubungan, walau usianya sudah lebih matang untuk menjalani hidup berumah tangga.

Dengan segala pertimbangan itulah, Tuan Besar Hary berniat untuk menjodohkan putra kesayangannya dengan gadis cantik bernama Cleo. Akan tetapi, karena kebodohannya kini Qenny harus menelan pil pahit yang harus dia hadapi saat ini, tanpa kemewahan, uang banyak dan kegiatan yang di nonaktifkan secara otomatis oleh sang Daddy.

Qenny tengah asyik menikmati secangkir kopi ginseng, dan hamburger dengan lahap. Sejak pagi tubuhnya tidak terisi nutrisi yang cukup seperti biasanya. Matanya tertuju pada sosok seorang gadis yang tampak tenang dan anggun ...

Duduk dengan kaki menyilang, sambil menikmati musik, tak menghiraukan siapapun yang berada di dekatnya.

Seketika jakun Qenny dibuat kembali turun naik, karena melihat pemandangan luar biasa di hadapannnya.

Akan tetapi, Qenny yang sekarang bukanlah seorang CEO tampan, melainkan seorang pria biasa yang tidak memiliki apapun. Pekerjaan tak punya, apalagi harta benda.  Saat ini yang ada dalam kantong celananya hanya handphone pipih dengan kualitas nomor satu, berikut jam tangan termahal yang menjadi koleksi sejak dulu.

Qenny melihat lagi gadis tersebut, menunduk hormat dan melambaikan tangannya.

Tetapi wanita itu malah berpikir bahwa pria yang melambai padanya hanya pria gila iseng yang tidak memiliki harga diri.

Wanita itu membuang wajahnya, menghindari segala macam dari pria aneh yang tidak memiliki perasaan. Bagaimana mungkin pria yang sudah menabraknya saat melakukan boarding kini melambai tanpa dosa padanya. Dasar laki-laki hidung belang, tidak tahu malu. Sesalnya menggeram dalam hati.  

Pemberangkatan diumumkan, semua penumpang tengah bersiap-siap untuk memasuki pesawat terbang dan memilih tempat duduk sesuai yang tertera di kertas tebal saat melakukan boarding.

Ya ... Qenny akan berangkat menuju Tokyo Jepang. Untuk menghindari pencarian Tuan Besar Hary terhadap dirinya. Kali ini dia harus berjuang sendiri, menghadapi semua tantangan diluar sana, dengan segala kekuatan yang masih tersisa.

Qenny berjalan menuju pintu pesawat, melihat gadis cantik itu telah berjalan lebih dulu, membawa tas ransel yang berisikan baju untuk dia merantau di negara orang.

Ini merupakan hal pertama untuk Qenny, berpergian ke negara orang tanpa pengawalan, dan tidak memiliki uang yang banyak seperti biasanya.

Qenny menghela nafas panjang, saat kakinya melangkah mendekati badan pesawat dan bertemu pramugari cantik di pintu masuk pesawat.

"Selamat datang Tuan, Anda duduk di bangku nomor berapa?" tanya pramugari pada Qenny yang masih enggan membuka masker dan topinya.

Qenny memperlihatkan boarding pass nya, menunjukkan bahwa dia duduk di bangku nomor 22D.

Pramugari cantik itu menuntun Qenny untuk menemukan nomor sesuai dengan boarding pass yang ada dalam genggaman pria muda itu.

Wajah Qenny kembali bersemangat, karena harus duduk bersebelahan dengan gadis yang dia temui diruang tunggu.

Gadis berwajah cantik rupawan, kulit putih dan memiliki bulu mata lentik, sama seperti dirinya.

Qenny memperhatikan bulu halus wanita muda tersebut, sungguh sangat menyejukkan pandangan matanya. 'Ooogh Tuhan, inikah keindahan dunia ...!' bisiknya dalam hati saat beradu tatap dengan sang gadis.

Gadis itu hanya menyunggingkan senyuman tipis, namun kembali menutup telinga dengan earphone, dan penutup mata, agar tidak melihat wajah pria yang masih tertutup masker, namun menunjukkan keisengan dari tatapan matanya.

Qenny memilih duduk dengan tenang, saat pesawat akan tinggal landas meninggalkan kota Seoul menuju Tokyo. Dia yang berdandan seperti orang biasa, untuk menutupi semua identitas dirinya hanya bisa menahan rasa sedih yang teramat sangat saat berjauhan dari sang Mama.

Qenny menoleh kearah wanita yang tampak tenang tersebut. Dengan segala keisengannya, dia melepas earphone dari telinga kiri sang wanita cantik itu, sedikit berbisik, "Bisa kah kamu membantu ku? Aku mau muntah, Nona ...!"

Wanita itu membuka penutup mata yang berbahan kain tersebut, melihat kearah Qenny dengan alis terangkat satu, "Maaf. Saya bukan seorang pramugari, silahkan hubungi wanita itu," tunjuknya menegaskan.

Qenny mendengus kesal saat melihat wanita itu kembali menutup matanya, "Apakah dia tidak mengetahui siapa aku? Aku yakin, jika gadis ini mengetahui siapa seorang Qenny Tanoe Subagio, dia akan bertekuk lutut dihadapan ku," gumamnya dalam hati.

Namun, Qenny kembali teringat dengan kondisi dirinya yang masih tidak terarah, "Siapa yang akan menanggung hidup ku selama disana? Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana jika aku bertemu dengan orang jahat yang tega menyakiti aku dan memutilasi tubuhku ...!" tambahnya lagi saat menenggelamkan tubuhnya di bangku pesawat.

Qenny membuka meja yang ada di hadapannya, meletakkan handphone yang sejak tadi tidak memiliki fungsi apapun sebagai mana seorang CEO.

Kali ini dia benar-benar merasa direndahkan, dan diremehkan oleh orang-orang yang dia temui. Bahkan seorang gadis muda yang duduk di sampingnya pun tidak mengenalinya. Qenny hanya bisa terdiam, melihat hamparan awan biru yang tampak cerah.

"Apa yang harus aku lakukan selama di Tokyo? Sementara aku tidak membawa apapun agar bisa mencari pekerjaan di sana," rundung Qenny terlarut dalam kesedihan.

Saat pramugari memberikan makan siang untuk para penumpang diatas pesawat, tiba-tiba secangkir teh mengguyur tubuh wanita yang berada disamping Qenny, sewaktu pria tampan itu gagal menyambut gelas dari pramugari.

Sontak kejadian itu menyulut emosi sang gadis, dengan menepuk keras pundak Qenny tanpa perasaan takut.

"Sial! Apa yang Anda lakukan, Tuan?" pekik gadis itu pada Qenny, membuat pria itu menjadi salah tingkah dan merasa semakin terhina karena dibentak dihadapan orang banyak.

"Kenapa tidak seorangpun tahu siapa aku?" kesal Qenny dalam hati.

Episode 3. Maafkan Aku

Qenny berulang kali menerima pukulan dari wanita yang duduk disampingnya, karena tanpa sengaja dia menyentuh bagian kenyal wanita yang duduk dan tersiram air teh tersebut.

Wanita itu terpekik lantang, karena tidak terima di perlakukan tidak senonoh oleh pria yang masih menutup wajahnya dengan masker tersebut, "Dasar laki-laki mesum! Berani sekali Anda menyentuh milik pribadi wanita. Anda pikir mudah sekali menyentuh harta seorang wanita!"

Qenny berkali-kali menunduk hormat, untuk meminta maaf, "Maaf Nona, saya pikir tadi Anda meminta agar saya membersihkan bagian anu-anu-anu Anda, Nona. Sekali lagi saya minta maaf."

Pramugari memberikan baju kaos pada wanita tersebut, mempersilahkan bagi gadis yang memiliki tubuh indah dan masih terasa padat itu untuk segera mengganti didalam toilet pesawat.

Mata Qenny melihat bagian bokong gadis muda itu, tatkala boarding pass sang gadis jatuh bersama paspornya.

"Haah ... ini merupakan peluang besar untuk ku, agar bisa berkenalan dengan gadis cantik itu," Qenny bergumam dalam hati, meraih paspor milik sang gadis.

Qenny membuka perlahan paspor tersebut, melihat nama dan tahun lahirnya, "Shania Sahara Atmaja, berusia 23 tahun. Hmm ... tidak beda jauh dari usiaku!" bisiknya.

"Apakah dia warga Indonesia yang berkuliah di Tokyo? Kenapa wajahnya lebih mirip gadis Korea? Cantik dan sangat propesional. Aku yakin dia seorang anak manja, sama seperti ku!" batinnya lagi mulai menyimpan identitas sang wanita.

Seketika wanita cantik itu kembali ketempat duduknya, sedikit menunduk mencari sesuatu yang hilang, kepunyaan nya.

"Aaaagh ... dimana siih? Kok bisa enggak ketemu," gerutu gadis itu mencari keberadaan identitas yang tercecer.

Qenny tampak tenang, dia tidak ingin berbasa-basi dengan wanita cantik itu, karena merasa kesal setelah dipukuli habis-habisan oleh gadis muda yang tampak garang jika sudah marah.

Gadis cantik itu sengaja menunduk, memperlihatkan keindahan bagian kenyal nya tepat dihadapan Qenny.

Tentu pemandangan itu merupakan satu keuntungan luar biasa bagi Qenny yang selalu berpikir mesum tersebut. Dia berkali-kali menelan ludah, agar tidak semakin tergoda dengan mengalihkan pandangannya.

Namun saat pandangan mulai teralihkan, dengan sendirinya leher Qenny kembali menoleh kearah yang sama seperti tadi. Dia memberanikan diri untuk bertanya, "Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanyanya tersenyum sumringah.

Gadis itu mendongakkan kepalanya, tepat dibagian paha Qenny, "Maaf Tuan. Apakah Anda bisa berdiri sebentar?" mohon nya.

Qenny berdiri, tepat dihadapan gadis tersebut. Sambil melihat pemandangan yang semakin lama semakin membuat dirinya penasaran. Apalagi ditambah saat gadis itu mendekat kearah pribadinya.

Tubuh gadis itu seketika terdiam tak bergeming, perlahan dia menoleh pada resleting celana jeans yang dikenakan Qenny, melihat bagian itu yang dengan pikiran yang melayang jauh, "Aaagh ... dasar laki-laki aneh! Mana mungkin pria mesum ini menyembunyikan paspor ku dibalik celana!" gumamnya.

Qenny tersenyum bersorak kegirangan dalam hatinya. 'Hihaaa ... gadis ini ternyata tergiur dengan anu ku' ...

Sementara sang gadis hanya bisa pasrah membayangkan akan dilakukan penahanan saat tiba di bandara Tokyo. Dia memilih duduk kembali, menoleh pada Qenny yang masih menunggu aba-aba dari sang gadis.

"Maas Tuan, silahkan duduk kembali!" ucap sang gadis menarik nafas panjang.

Gadis itu terus memijat pelipisnya, berbicara sendiri seolah-olah dia memiliki kepribadian ganda, "Ck ... bagaimana jika Altezza Sun (Tuan Altezza) tidak mau menebus ku saat tiba di bandara. Karena ini kesalahan yang sering aku lakukan," sesalnya.

Qenny menoleh kearah wanita tersebut, "Jangan suka berbicara sendiri! Nanti dikira kamu gila!" tawanya sengaja menggoda.

Gadis itu hanya bisa pasrah, "Bagaimana ini, Tuan? Identitas ku hilang. Padahal aku letakkan disini," tunjuknya pada bagian paha.

"Oogh ...!" Qenny membulatkan bibirnya tersenyum licik.

Qenny mulai berpikir licik untuk mengambil keuntungan pada wanita muda yang masih terlihat lesu, kemudian bertanya, "Hmm ... boleh aku bertanya padamu?"

"Ya, silahkan Tuan."

"Siapa namamu?"

"Shania Sahara. Orang kantor biasanya memanggil namaku Ara," ucapnya lembut.

Qenny tampak senang, bagaimana tidak. Wanita yang baru pertama kali dia kenal dengan cara aneh seperti ini, ternyata seorang wanita karir, "Yes ...!" soraknya dalam hati.

"Hmm ... kebetulan aku baru akan merantau ke Tokyo. Bagaimana jika aku menemukan identitas mu, kamu harus mengizinkan aku tinggal ditempat mu? Dan membantuku untuk mencari pekerjaan," jelas Qenny tanpa perasaan malu.

Penuturan Qenny itu membuat gadis yang biasa disapa Ara itu tampak berpikir panjang. Dia menaikkan kedua alisnya, bertanya lebih jauh, "Siapa Anda? Apakah Anda seorang pembunuh berantai? Atau jangan-jangan Anda yang menyembunyikan paspor ku, Tuan!!" pukulnya kembali bertubi-tubi di bahu pria aneh tersebut.

Qenny meringkuk meringis kesakitan, "Am-am-ampun Nona! Aku sama sekali tidak mengetahui dimana paspor mu. Karena aku tidak melihatnya. Aku hanya ingin membantu mu. Jadi, jika aku bisa membantu mu, kamu juga bisa membantu aku. Aku berangkat ke Tokyo untuk mencari pekerjaan, Nona!"

Ara menghentikan pukulan tangannya, menatap lekat wajah pria yang ada disamping nya dengan seksama, "Lepaskan masker mu!" perintahnya.

Qenny melepas maskernya perlahan, tersenyum sumringah menatap wajah sang gadis dengan pipi merah merona.

Ara menghela nafas panjang, mengusap lembut wajahnya, "Maafkan aku, Tuan!" ucapnya tanpa menoleh.

Sekali lagi Ara menoleh kearah Qenny, memastikan laki-laki itu merupakan pria yang baik dan jujur. Dia berfikir sejenak, menghitung biaya sewa apartemennya saat ini.

Seingat Ara, apartemennya kali ini memiliki tiga kamar yang disewakan kantor tempat dia merintis karir sebagai secretaris sebuah perusahaan besar, "Hmm ... aku bisa menyewakan satu kamar untuk pria bodoh ini," bisiknya menyeringai untuk memberikan tumpangan selama beberapa hari hingga pria itu mendapatkan pekerjaan.

Ara menepuk lagi bahu Qenny, membuat pria yang tengah termenung itu meringis kembali.

"Auuugh ... sakit, Nona!" kesalnya.

Ara menjentikkan jarinya, "Baik, aku akan memberikan mu tempat tinggal. Tapi kamu harus membantuku untuk menemukan keberadaan identitas, ku! Karena jika aku tertahan saat masuk bandara, Bos ku tidak akan mau menebus ku!" ucapnya jujur.

Qenny tersenyum lega, hatinya kembali bersorak kegirangan, 'Yes ... yes ...'

Qenny meminta izin, bergegas ke toilet untuk memastikan kebenaran paspor yang ada dalam kantong celananya.

"Siapa bilang aku tidak bisa hidup diluar sana? Siapa bilang aku akan dimakan helder!" Qenny kembali bersemangat menyombongkan dirinya karena kelicikan akal yang dia miliki, karena merasakan keberuntungan berpihak padanya.

Qenny masuk kedalam toilet, mencari tahu identitas gadis itu dari handphone miliknya. Tapi dia tidak menemukan apapun tentang gadis bernama Shania Sahara Atmaja.

"Hmm, berarti dia hanya gadis biasa yang menjadi simpanan seorang pimpinan," bisik Qenny didalam toilet.

Qenny bersiul-siul seperti pria muda yang sangat bahagia. Wajahnya kembali tersenyum lebar, memberikan kesan bahwa Dewa Fortuna berpihak padanya.

Dengan langkah santai dia kembali ke bangku penumpang merungut kesal menatap wajah Ara yang berharap pria itu membawa paspor miliknya.

"Bagaimana Tuan? Apa kamu menemukannya?" tanya Ara penuh harap.

Qenny menggelengkan kepalanya, kembali mendudukkan tubuhnya, menoleh kearah Ara, "Apakah kamu mau berkencan dengan ku? Jika aku menemukan identitas mu, Nona?"

PLAAAAK ....!

"Dasar laki-laki mesum! Pikiran mu hanya seputar anu-anu saja, Tuan ...!" pekik Ara berteriak memanggil pramugari kembali.

"Pramugari! Pramugari!!" teriak Ara.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!