Malam ini adalah malam akhir tahun, malam yang sangat dinantikan oleh semua orang untuk menyambut awal tahun baru. Dengan penuh suka cita, orang-orang menatikan pergantian tahun yang terjadi hanya setahun sekali. Dengan beramai-ramai dan caranya masing-masing, setiap orang menikmati penghujung tahun ini.
Di suatu hotel berbintang, seorang wanita muda tengah berbincang hangat dengan para rekan bisnisnya. Mereka tengah membicarakan pernikahan sang wanita tersebut, yang akan dilaksanakan beberapa hari lagi. Hingga kemunculan seorang pria, dengan merangkul mesra wanitanya mengalihkan pandangan semua orang.
"Malam ini aku datang untuk membatalkan rencana pernikahan kita." Ucap pria itu dihadapan semua orang, yang kini menatapnya heran. Sungguh, kata-kata yang diucapkan oleh pria itu, membuat semua orang yang berada di ruangan itu terkejut. Tak terkecuali sang calon mempelai wanita.
"Hahaha...! kamu bercanda kan, Pitto? Bila ia, ini sangat tidak lucu, kau tau?" Sanggah wanita itu segera, berharap ucapan lelakinya itu adalah sebuah gurauan.
"Aku rasa kata-kataku sudah jelas, kita tidak akan pernah melangsungkan pernikahan."
"Tapi kenapa? Kenapa tiba-tiba? Apakah karena dia? Tolong beri aku penjelasan!"
Pinta si wanita, yang masih mencoba mencari penjelasan dari pria yang dipanggilannya Pitto tadi. Senyum sinis terbit diwajah sang pria, sambil berkata "Ya! karena aku sangat mencintainya! Zyrra...Zyrra, aku fikir kamu tidak bodoh untuk mengetahui jawabannya."
Zyrra, sang wanita yang akan melangsungkan pernikahan itu merasa dunianya benar-benar hancur. Dia menggeleng seakan menolak kenyataan bila kini, dia telah dicampakkan oleh calon suaminya, lelaki yang sangat dia cintai. Dengan berlinang air mata, Zyrra berusaha mengeluarkan suara yang terasa menyiksa ditenggorokkannya.
"Kamu akan menyesal Pitto! Dan aku bersumpah, akan aku ambil kembali apa yang bukan milikmu!"
Usai mengatakan hal demikian, Zyrra bergegas pergi meninggalkan ruangan yang dipenuhi dengan para rekan bisnisnya. Berjalan terseok, Zyrra bagai tak merasakan pijakannya pada lantai hotel ini. Semua yang dialaminya terlalu cepat. Dalam setiap langkahnya, Zyrra berharap semua itu hanyalah mimpi buruk, yang akan berlalu saat dia terbangun nanti.
'Kenapa Pitto? Kenapa kamu tega melakukan ini padaku? Setelah semuanya aku serahkan padamu, kamu membuangku begitu saja,' lirihnya dalam hati. Teringat semua hal yang mereka lalui, semua tindakan manis yang pria itu lakukan padanya, hingga membuat dia yakin, dan menyerahkan seluruh harta yang dia miliki untuk sang calon suami. Namun, kini Zyrra menyesal, sangat-sangat menyesal. Bukan hanya kehilangan cinta namun, dia juga kehilangan kerja kerasnya selama bertahun-tahun.
...****************...
Dan di sinilah Zyrra berada, dalam sebuah kamar apartemen. Satu-satunya hal yang tersisa dari kerja kerasnya selama enam tahun terakhir. Apartemen itu adalah milik sepupu lelakinya, Bobi. Zyrra menghadiahkan apartemen tersebut pada pria itu, kala dia berulang tahun yang ke 27 silam.
Zyrra, wanita cantik dan seksi berusia 24 tahun itu, adalah seorang pekerja keras. Diusianya yang ke 19 tahun, dia telah membuka usaha parfum, hingga kini telah berhasil mendirikan pabrik parfum miliknya. Usahanya bertahun-tahun membuahkan hasil yang sangat besar, dia mampu menjadi seorang pembisnis wanita termuda di kota itu. Namun, sungguh disayangkan, cinta telah membuatnya kehilangan logika, dan menyerahkan seluruh usahanya pada Pitto. Calon suami yang sangat dia percayai, ternyata justru menghianatinya demi wanita lain.
Berminggu-minggu sudah, Zyrra mengurung diri dalam ruangan persegi empat tersebut. Membuat dua orang terdekatnya ikut merasakan kesedihan dan betapa hancurnya seorang Zyrra Azasya. Berulang kali pula, dua sahabat sekaligus sepupu dari wanita itu, mencoba memberikan semangat untuk sang gadis malang.
"Ra, mau sampai kapan kamu seperti ini? Aku rindu Zyrra yang ceria, dan bersemangat dulu," ucap Dea, sahabat Zyrra semenjak SMA.
Dea adalah salah satu saksi perjuangan Zyrra dari awal membuka usahanya hingga mampu mendirikan pabrik parfum miliknya sendiri. Dan Dea jugalah saksi kisah cinta antara sahabatnya itu dengan lelaki yang bernama Pitto.
"Ayolah Ra, lo harus buktikan kebaj*ng*n itu kalau elo ga lemah! Elo masih bisa bangkit walau sudah di jatuhkan. Bangkit Ra, rebut lagi apa yang harusnya milik lo!" Kini giliran Bobi yang memberikan semangat. Andai saja sepupunya itu tidak mencegah dia untuk memberikan pelajaran pada pria baj*ng*n bernama Pitto, Bobi yakin kini dia telah menghajar lelaki brengs*k itu hingga tak mampu lagi berdiri menggunakan kaki.
Ucapan Bobi kali ini, seperti angin di tengah kemarau panjang bagi Zyrra. Wanita itu kembali mendapatkan tujuan hidupnya yang sempat terkubur bersama kenangannya dengan sang mantan tunangan.
'Bobi benar! Aku harus bangkit. Aku harus merebut lagi usaha yang sudah susah payah aku dirikan dari nol' fikir Zyrra kemudia bangkit dan memeluk dua sahabatnya itu.
"Terimakasih karena kalian selalu ada untukku. Kamu benar Bob, aku harus segera bangkit dan memulai segalanya lagi. Hanya sekedar sampah kecil tidak akan membuat aku berhenti."
Namun, semangat Zyrra perlahan hilang, bersamaan dengan renggangnya pelukan terhadap dua orang sahabatnya itu. Dengan wajah sendu Zyrra berkata "Tapi aku tidak mempunyai modal lagi untuk memulai bisnisku dan lagi, akan terlalu sulit untukku mencari pekerjaan dikota ini, terlalu banyak kenangan pahit yang menyakitkan bagiku."
"Hey, apa lo melupakan kakak sepupu tertampan lo ini? Kalo cuma itu masalahnya tenang aja, gue bisa bantu lo," ucap Bobi dengan gaya menyombongkan diri.
Zyrra dan Dea memutar bola matanya jengah, "Emang apa? kamu mau modalin Zyrra gitu?" Tanya Dea dengan tatapan sinis.
"Ya, gak harus modalin juga dong, di perusahaan tempat gue kerja, ada buka lowongan buat manajer keuangan baru, karena menajer yang dulu dipindahkan ke Perusahaan di kota lain. Nah, Zyrra kan lulusan akuntansi dan juga punya otak yang cerdas, jadi gue yakin, dia pasti bakal keterima dengan mudah," tutur Bobi memberikan penjelasan.
"Em, tapi aku gak yakin bisa deh Bob. Kan kamu tau sendiri aku gak punya pengalaman kerja di manapun selain pabrik yang aku punya," lirih Zyrra pada sepupunya itu. Ia merasa rendah karena tak mempunyai pengalaman kerja dimanapun saat dia memiliki pabriknya sendiri. Zyrra tak pernah menyangka kehidupannya akan berubah derastis, memaksanya ketitik di mana dia bahkan belum mempersiapkan apapun.
"Ya elah Zyrra! Elo pesimis banget, kan belum di coba. Gini aja, besok gue balik kekota A, kalo lo udah tertarik ama penawaran yang gue kasih, silahkan lo susul gue," Bobi masih memberikan opininya pada Zyrra, berharap wanita itu mau mengikuti sarannya.
BERSAMBUNG....
Jangan lupa buat laike,komen dan favoritkan ya...😉
Kalau mau, tolong vote juga😄😄
Tak menyangka bila sang kekasih kini sudah menghianatinya, Zyrra yang akhirnya memutuskan untuk memulai kehiduppannya yang baru di kota lain, sudah mulai kembali bekerja. Ya, memulai semuanya dari bawah kembali lebih baik, daripada hanya meratapi kemalangan hidupnya.
Zyrra kini bekerja di sebuah anak cabang Perusahaan raksasa yang bergerak di bidang Perhotelan dan Pariwisata. Menduduki jabatan sebagai Manajer pemasaran yang baru. Wanita itu sudah mulai berkerja selama dua Minggu, tanpa ada kendala sedikitpun. Hanya saja, di mana pun dia berada maka ia akan menjadi pusat perhatian. Karena wajah cantik dan bentuk tubuhnya yang bisa di katakan terkesan seksi di mata kaum lelaki. Membuat seorang Zyrra sejujurnya merasa risih akan tatapan memuja dari setiap lelaki yang ditemuinya.
Selama dia bekerja di perusahaan tersebut, Zyrra sudah mendapatkan puluhan kata-kata rayuan dari para lelaki. Dan Tak sedikit pula dari mereka yang semakin penasaran karena Zyrra hanya menanggapi mereka dengan tatapan dingin atau sekedar sebuah senyuman. Hingga kesan sombong pun tercantum pada sosok seorang Zyrra Azasya.
Terbiasa dengan kesibukkan di pabrik parfume miliknya yang dulu, Zyrra terlihat cekatan di tempat ia bekerja kini. Sosoknya yang begitu menarik perhatian kaum lelaki, membuat banyak karyawan wanita bergosip tentang dirinya. Namun, Zyrra tak pernah mengambil pusing ucapan-ucapan mereka, dengan posisinya sebagai seorang manajer pemasaran, dia harus tetap fokus pada tugasnya.
"Zyrra, besok ada kunjungan dari kantor pusat. Aku harap file yang kemarin aku berikan padamu sudah bisa kamu selesaikan," ucap seorang peria berbadan gemuk dan kepala botak yang biasa di panggil Pak Bono. Beliau adalah seorang Kepala Divisi Pemasaran.
'Dasar botak tua mesum!' Umpat Zyrra yang mendapati tatapan menjijikan dari sang atasan, kemudian Zyrrapun menjawab "Baik Pak, saya usahakan." Tanpa memandang kearah atasannya, dan masih tetap mengerjakan file perancangan yang harus sudah selesai sebelum besok.
Keesokan harinya seperti yang di katakan oleh Kepala Divisi kemarin, pagi ini kantor sudah dihebohkan oleh kedatangan sang CTO dari kantor pusat. Hampir seluruh wanita mengeluarkan keahlian bermake up mereka untuk mempercantik diri.
"Apakah memang harus segitunya?" Tanya Zyrra pada sepupunya Bobi, yang merasa heran oleh pemandangan pagi ini.
"Yah, lo harus tau, CTO dari kantor pusat itu adalah seorang pemuda kaya dan memiliki wajah tampan. Dan gue dengar juga, kalo CTO kita itu adalah seorang playboy. Itulah kenapa mereka semua ingin tampil menjadi yang terbaik," jawab Bobi sambil berbisik.
Zyrra hanya mangut-manggut mendengar jawaban Bobi. Hingga ruang rapat akhirnya sunyi karena kedatangan seorang pemuda tampan, yang bertubuh tinggi tegap dengan tatapan mata teduh. Seperti yang di katakan oleh Bobi tadi, bila orang penting yang menjabat sebagai Chief Thenical Officer di perusahaan pusat itu adalah seorang playboy. Terbukti dari cara dia menatap seluruh karyawan wanita yang berada di ruangan tersebut. Hingga pandangan terakhirnya jatuh pada sosok Zyrra. Wanita yang tidak terlihat mengenakan make up berlebih seperti rekan kerja wanitanya yang lain, justru mendapat nilai plus dari seorang Jonando Argantara. Zyrra terlihat sudah begitu mempesona walau tanpa make up tebal sekalipun.
Sepanjang rapat berjalan, pandangan dan fokus Jonan hanya tertuju pada Zyrra. Matanya tak lepas dari sosok wanita cantik dan seksi yang duduk jauh di ujung meja panjang kusus untuk rapat tersebut.
"Ra, lo liat deh, matanya tuh CTO udah kaya singa yang mau nerkam lo," bisik Bobi yang menyadari tatapan intens dari sang atasan pada sepupunya itu. "Udah, biarin aja anggap kita gak liat," jawab Zyrra acuh.
Rapatpun selesai, semua orang di ruangan itu satu persatu keluar. Hingga giliran Zyrra yang hendak melangkah meninggalkan ruang rapat itu namun, dicegah oleh seseorang.
"Tunggu dulu, saya baru saja melihat kamu di kantor ini. Apakah kamu seorang pegawai baru?"
Rupanya itu adalah sang CTO, Jonando Argantara. Zyrra yang mendapati pertanyaan dari atasannya mengukir senyum pada wajah cantiknya sebelum menjawab "Benar Pak, saya baru dua minggu ini berkerja diperusahaan Argantara Grup!"
"Oh, pantas saja saya baru pertama kali melihat bidadari secantik kamu," seloroh Jonan. Dia adalah playboy kelas Dewa, sudah banyak wanita yang jatuh dalam pelukannya. Bermodalkan wajah tampan dan statusnya sebagai CTO di sebuah perusahaan terbesar di Asia, Jonan dengan mudah mendapatkan wanita yang suka rela melemparkan diri padanya.
Dengan percaya diri bila itupun akan berlaku pada wanita yang ada dihadapannya kini, Jonan memulai aksinya dengan melemparkan senjata-senjata andalannya yang di awali dengan rayuan maut. Seperti mati rasa, Zyrra bukannya tersanjung oleh pujian dari Jonan justru merasa mual akan rayuan tersebut dan menjawab seadanya "Terimakasih Tuan Jonando Argantara."
Mendapati respon datar dari Zyrra, jiwa playboy Jonan tertantang. Dia memutuskan untuk mengeluarkan jurus yang kedua untuk menguji sampai mana wanita itu akan menolaknya.
"Bagaimana bila siang ini kamu temani saya makan siang. Ada beberapa hal yang ingin saya bahas, tentunya bila kamu tidak keberatan."
"Dengan senang hati Tuan!" Ucap Zyrra dan melangkah bersama menuju lift. Sejujurnya Zyrra sangat enggan untuk pergi bersama lelaki disampingnya ini namun, mengingat setatus yang dimiliki oleh Jonan mau tidak mau Zyrra harus menghormatinya.
Tibalah mereka di sebuah restoran bergaya Itali, Jonanpun mempersilahkan Zyrra untuk terlebih dahulu memesan makanan. Dan setelah pelayan selesai menulis menu pesanan mereka pergi, Jonan kembali mengeluarkan rayuan mautnya.
"By the way, siapa namamu Nona? Kamu belum memberitahukannya padaku."
"Oh! Maafkan saya Tuan, nama saya Zyrra, Zyrra Azasya."
"Nama yang sangat cantik! Secantik orang yang memilikinya."
Zyrra tersenyum mendengar ucapan lelaki dihadapannya. Andai saja dulu dia tidak pernah mengalami sakitnya di hianati oleh seorang lelaki, Zyrra yakin kini dia pasti telah tersipu oleh kata-kata manis yang di ucapkan pria tamapan dihadapannya itu. Namun semuanya berbeda. Setampan dan semanis apapun kata yang keluar dari mulut lelaki, Zyrra akan merasa jijik mendengarnya.
"Ah...! Senyuman kamu itu membuat hatiku meleh. Kau tau, bila kamu terus tersenyum akan ada banyak bunga yang layu karena merasa iri akan kecantikkanmu."
Zyrra kini benar-benar muak mendengar ucapan manis dari mulut Jonan. Andai saja dia tidak membutuhkan pekerjaan di perusahaan yang dimiliki oleh lelaki dihadapannya ini, mungkin Jonan sudah kehilangan satu atau bahkan dua gigi depannya. Namun, niatnya harus diurungkan, wanita itu lebih memilih untuk menjawab ucapan lelaki itu dengan perkataan yang sopan tapi cukup menusuk.
"Sayapun tak menyangka, bila Tuan Jonando yang seorang Chief Technical Officer di sebuah perusahaan besar, ternyata memiliki hobi mengoleksi kata rayuan bocah SMP ya?"
"Haha..." Kekeh Jonan yang terdengar sumbang. Ucapan Zyrra cukup membuat Jonan terkejut bukan main. 'Anak SMP katanya?! Cih wanita ini, seberapa jauh kamu dapat menahan rayuanku?' Gumam Jonan dalam hati.
Tak ada lagi kata yang keluar dari bibir Jonan, hanya ada suara dentingan sendok yang beradu dengan piring. Usai makan siang, Jonan mengantar Zyrra kembali ke perusahaan.
"Aku cukup puas dengan usahamu hari ini, bagaimana bila nanti malam aku mengajakmu untuk pergi ke pesta perjamuan dengan Wali Kota, apakah kamu bersedia?" Tanya Jonan sambil menatap Zyrra penuh harap.
"Maaf Tuan, tapi malam ini saya sudah memiliki janji dengan orang lain untuk menghadiri acara tersebut," jawab Zyrra sambil membungkukkan tubuhnya sebagai tanda penyesalannya.
"Oh begitu kah? Siapa orangnya? Tapi baiklah. Toh malam ini kita akan bertemu kembali di sana. Kalau begitu sampai jumpa lagi." Ucap Jovan sambil memacu mobilnya meninggalkan Zyrra dihalaman perusahaan.
Semenjak kembalinya Zyrra dari makan siang bersama Jonan, banyak tatapan iri yang dia dapati dari orang kantor. Ruangan Zyrra diketuk dan terlihatlah wajah seseorang dengan cengiran mengejek diwajahnya, siapa lagi kalau bukan sepupu tersayangnya, Bobi.
"Weits...yang baru aja lunch ama CTO, kok mukanya masem gitu? Kaya ketek yang gak mandi seminggu aja lo!" Sloroh Bobi pada Zyrra yang terlihat kusut.
"Enak aja, aku disamain sama ketek! Kamu tuh yang kaya kentut! Datang gak diundang, pergi ninggalin kedongkolan."
"Eh ko ngambek? Kan gue nanya lo kenapa? Muka di tekuk gitu, bukannya seneng baru abis makan siang sama CTO juga?"
"Idih! Kalau aja ya, tuh orang bukan CTO, aku mah males banget pergi sama dia. Mendingan juga makan di kantin sama kamu, gak bikin aku enek."
"Hem, ini nih! Kalau orang udah terlanjur deket ama gue. Bakal susah jauh. Ya, gue tau sih emang resikonya orang ganteng!"
"Astaga!" Ucap Zyrra sambil menpuk jidatnya "Kamu ternyata narsis juga ya? Eh by the way, gimana malam ini udah kamu persiapin belum kado buat tunangan kamu? Entar dia ngamuk lagi kalo tau kamu dateng ga bawa apa-apa," sambungnya kemudian.
"Tenang aja, gue udah nyiapin yang spesial." Jawabnya sambil melangkah pergi meninggalkan ruangan Zyrra saat ini.
...****************...
Di tempat lain, Jonan yang penasaran akan penolakan dirinya dari Zyrra, mulai menggunakan kuasanya untuk mengorek informasi mengenai wanita itu.
"Aku berikan kamu waktu sampai sore ini, untuk menemukan data wanita tersebut!" Titahnya pada seorang pria bertubuh kurus dan berkacamata tebal.
"Bila hanya tentang wanita biasa saya rasa cukup dengan sepuluh menit saja Tuan," ucap orang suruhan Jonan itu. Rupanya dia adalah seorang peretas terbaik di kota ini. Dan benar saja dalam waktu kurang daru sepuluh menit dia sudah mendapatkan informasi lengkap mengenai Zyrra.
'Hem, rupanya dia adalah seorang pengusaha muda yang telah tertipu oleh kekasihnya? Tak heran kenapa dia begitu berhati-hati denganku. Dan rupanya bukan hanya kepadaku saja ya?' Batin Jonan, sambil terus membaca data-data Zyrra yang baru saja didapatkannya.
"Ok kerjamu cukup bagus, pergilah nikmati bayaranmu." Ucap Jonan pada anak buahnya tersebut. "Malam ini aku ingin lihat bagaimana kamu menghindari rayuan mautku Zyrra Azasya?" Gumam Jonan sambil berdiri di samping meja kerjanya.
Malam haripun tiba, jejeran mobil-mobil mewah telah tersusun rapi dihalaman rumah sang Wali Kota. Pesta Perjamuan untuk para pengusaha muda berbakat, sekaligus untuk merayakan ulang tahun putri sulungnya itu diadakan sangat meriah, dan dihadiri oleh banyak golongan petinggi Negara serta pengusaha-pengusaha besar.
Seorang pria dengan menggunakan jas blue navy, yang terlihat gagah turun dari mobilnya bersama wanita cantik yang mengenakan gaun long dress berwarna senada. Dengan belahan kaki setinggi paha, menunjukkan kaki jenjang yang dimilikinya. Serta lengan transparan, hingga bagian dada, memperlihatkan sedikit bagian atas dua buah gundukkan besar. Kedatangan dua orang itu tak luput dari pandangan semua tamu undangan. Banyak di antara mereka terpana akan pesona wanita muda yang sangat terlihat menawan malam ini.
BERSAMBUNG...
*Sory banget ya reader's episode pertamanya ga banget dan belum selesai kemarin...😖😖
Itu semua gara-gara aku yang baru aja belajar jadi penulis dan pertama kali ngetik di aplikasi ini....
Tapi aku janji bakal bayar kelalaian aku dengan cerita yang bakal bikin kalian berimajinasi dengan kisah seru di novelku ini...
mohon dukungan kalian ya semua😄😄😄*
Pesta kalangan atas itu nampak sangat meriah, dengan orang-orang yang begitu beragam. Mulai dari kalangan politisi sampai pembisnis, mereka tak ingin ketinggalan kesempatan untuk mencari dukungan entah itu dalam bidang politik, atau yang lainnya.
Dalam pesta tersebut dua orang yang sempat mengalihkan atensi penglihatan orang-orang dalam pesta tersebut, kini duduk di meja tengah bersama tamu undangan yang lain. Zyrra dan Bobi yang terlihat tengah berbincang ringan dengan para tamu, kini teralihkan setelah kedatangan seorang pria muda yang berpostur tinggi tegap dan paras tampannya.
"Selamat malam Nona Zyrra, kini kita akhirnya bertemu," sapa lelaki itu yang tak lain adalah Jonan.
"Oh, hai, Tuan Jonando Argantara." Zyrra balik menyapa dengan senyum canggungnya.
Belum sempat Jonan mendudukan bokongnya pada kursi, tiba-tiba pemadaman listrik terjadi. Hingga membuat hampir semua tamu undangan panik.
"Apakah ini termasuk dalam rencana acara pesta?" Tanya salah satu tamu undangan.
Para security nampak berlarian kesana kemari, bersama para tim keamanan yang lain. Saat kepanikan semakin menjadi, terdengarlah suara letusan dari sebuah senjata api.
Dorrr...!!
Suara tembakan tersebut membuat tamu undangan berlarian kesana kemari karena panik dan ketakutan. Zyrra, awalnya masih duduk tenang ditempatnya hingga, ada sebuah tangan yang menariknya keluar dari tempat acara tersebut. Saking gelapnya ruangan tersebut, dan minimnya pencahayaan di sana, membuat Zyrra tak mengetahui siapa orang yang tengah menariknya kini. Dia fikir itu adalah sepupunya Bobi.
Hingga mereka berhasil melarikan diri dari tempat berlangsungnya acara, barulah dua orang itu menyadari bila mereka telah salah pasangan.
"Astaga! Maaf saya fikir kamu istriku." Ucap lelaki itu dan kembali berlari menuju tempat pesta tadi.
'Eh, ku kira tadi itu Bobi' gumam Zyrra dalam hati, sambil melangkah menuju seberang jalan dan ingin kembali ketempat pesta. Namun, sayang saat dia berada ditengah jalan sebuah mobil merah melaju kencang kearahnya. Zyrra yang tak sempat menghindar itupun terpental ke badan jalan. Darah segar terlihat mengucur dari dahi dan hidungnya. Hal terakhir yang dilihatnya adalah, sosok pemuda berlari kearahnya sebelum pandangan matanya menggelap dan dia tak sadarkan diri.
"Lo gila ya? Tengah malam gini, lo nyuruh gue buat kesini?!" Ucap seorang Dokter muda yang masih mengenakan piama tidurnya dengan penuh emosi. Namun, belum selesai dia meluapkan amarahnya, pandangan matanya tertuju pada pakaian Jonan yang berlumuran darah.
"Siapa yang terluka?" Tanyanya kemudian dengan penuh kepanikan.
"Dia ada didalam, cepat cek kondisinya. Apapun yang terjadi, gue mau lo selamatin nyawanya!" Perintah Jonan pada Dokter tersebut yang hanya di jawab dengan anggukan.
Mata sang Dokter terbelalak, melihat tubuh seorang wanita berparas cantik tergeletak di atas brankar pesakitan, dengan bersimbah darah yang keluar dari kepala dan hidung wanita itu.
"Dia mengalami pendarahan hebat pada kepalanya, sebenarnya apa yang terjadi? Jangan bilang ini semua karena lo?!"
"Jangan banyak tanya! Lakuin aja apa yang harus lo lakuin!" Tegas Jonan sambil duduk dikursi panjang ruangan itu.
"Dia butuh transfusi darah, apa golongan darahanya?" Tanya Dokter muda itu pada Suster jaga.
"Golongan darahnya A-B positif Dok, dan sayangnya golongan darah jenis ini sedang kosong di Bank darah rumah sakit kita."
"Ambil darah saya! Saya pun kebetulan bergolongan darah A-B positif" Tutur Jonan, yang bersedia mendonorkan darahnya pada wanita malang itu.
Setelah melakukan transfusi darah Jonan memutuskan untuk pulang. Namun, langkahnya terhenti saat seorang pria tiba-tiba memberinya bogem mentah.
"Apa yang sudah kamu lakukan?! Kamu mau membuat Kakek serangan jantung hah?!" Ucap lelaki itu dengan nada sarkas dan setengah berteriak.
"Lo kenapa sih?! Bukan gue yang ngelakuin Van! Justru gue yang nyelamatin dia dari maut!" Jawab Jonan pada saudaranya Jovando Argantara, saudara lelaki satu-satunya itu.
"Bagus! Sekarang kamu pulang, Kakek sudah menunggu di rumah." Ucap Jovan, kemudian berlalu meninggalkan saudaranya yang masih terlihat sempoyongan akibat mendapatkan hadiah dadakan dari sang Kakak.
Dua minggu sudah berlalu, setelah kejadian penabrakan yang terjadi pada Zyrra, dan selama dua minggu itu pula Zyrra tak sadarkan diri. Wanita itu mengalami koma pasca kecelakaan tersebut.
"Jujur, kenapa kamu menyelamatkan wanita itu?" Tanya Jovan pada sang Adik.
"Aku hanya penasaran padanya. Untuk pertama kali aku ditolak seorang wanita mentah-mentah. Bahkan dia membandingkanku dengan bocah SMP." Jawab Jonan dengan wajah yang di masam-masamkannya.
"Akhirnya ada juga wanita yang menyadari hal itu." Senyum kecut tersungging di wajah tampan Jonan "Cih, aku rasa wanita ini cocok denganmu Van. Waktumu dari Kakek sudah tidak banyak lagi. Bila kamu salah mengambil langkah, bukan hanya jabatanmu sebagai CEO yang akan ditarik oleh Kakek, tapi juga pikirkan nasib Mamah yang ada di tangan kamu."
Jovan nampak termenung mendengar penuturan sadaranya itu.
FLASH BACK ON...
"Jovando Argantara, kamu kini sudah berusia 28 tahun, mau sampai kapan kamu hidup melajang? Apakah kamu masih menantikkan wanita keturunan Vandof itu?"
Pertanyaan dengan nada mencemooh itu terdengar dari seorang peria tua berusia 70 tahunan. Beliau adalah Kakek dari Jovando Argantara dan Jonando Argantara, Bima Argantara. Pemilik, sekaligus pendiri Argantara Grup. Peria berusia lanjut itu merasa gusar, karena sang Cucu sulung belum juga memiliki pendamping lantaran hubungannya yang tidak mendapatkan restu dari sang Kakek.
Jovan yang mendapat pertanyaan tiba-tiba dari sang Kakek, tak dapat memberi jawaban. Hingga sang Kakek kembali berucap "Kakek berikan waktu tiga bulan! Bila sampai waktu yang Kakek berikan kamu masih belum mendapatkan pasangan, maka jangan salahkan Kakek karena berbuat kejam padamu dan Mamahmu!"
FLASH BACK OFF...
Sebenarnya, Jovan telah memiliki kekasih pilihannya. Namun, hubungannya tak mendapat restu dari sang Kakek, karena kekasih hatinya itu adalah seorang keturunan Vandof. Musuh besar keluarga Argantara, dari jaman sang Kakek masih baru mendirikan Argantara Group.
Jovan dan Jonan memanglah sauadara kandung namun, memiliki sifat yang jauh berbeda. Jonan adalah sosok yang ramah dan hangat, walau terkadang terlihat menyebalkan karena sifat playboynya yang sering bergonta ganti pasangan namun, sesungguhnya dia adalah pria yang baik. Sedangkan Jovan adalah sosok yang dingin dan acuh. Dia bahkan hampir tidak pernah dekat dengan wanita manapun selain kekasihnya yang kini berada di AS.
Bagi Jovan, pernikahan bukanlah sebuah permaian dan harus sekali seumur hidup, sebab itu dia rela untuk menunggu restu dari sang Kakek hingga bertahun-tahun. Namun, yang terjadi saat ini sangatlah mendesak. Ditambah keadaan sang mamah yang mengalami gangguan jiwa dan harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa.
Ponsel di saku Jovan bergetar, membuyarkan lamunannya. Rupanya panggilan itu dari sang kekasih yang sangat dirindukannya. Dengan wajah berbinar Jovan menjawab panggilan itu.
"Hai sayang, apa kabar kamu di sana? Maaf aku belum bisa kembali." Ucap sang kekasih dengan suara manja.
"Tak apa, aku mengerti."
"Apakah kamu baik-baik saja Van? Suaramu terdengar tidak baik." Walau tak dapat melihat wajah sang keasih secara langsung namun, wanita itu mampu mengetahui kegundahan yang dialami sang kekasih disana.
"Aku baik-baik saja. Bella apakah kau percaya padaku?" Tanya Jovan penuh keraguan.
"Tentu Jovan, aku akan selalu percaya padamu apapun yang terjadi."
Jovan tersenyum getir mendengar jawaban itu terlintas dalam ingatannya perkataan sang kakek yang memaksanya untuk menikahi wanita lain.
BERSAMBUNG....
*Hai gais...
ini adalah persembahanku yang ketiga,aku harap kalian masih setia menunggu karyaku selanjutnya ya...
salam sayang dari NAZUA M*.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!