Seorang gadis cantik masih nyenyak dengan tidur cantiknya, dia masih enggan untuk bangun dari tidur cantiknya, tapi jam di sampingnya terus burbunyi dari tadi untuk menyuruhnya segera bangun dan memulai aktivitasnya.
Davina lalu bangun dan mengumpulkan nyawanya yang belum sepenuhnya terkumpul, lalu dia menuju kamar mandinya dan memulai ritual mandinya dan segera bersiap karena dia akan menemui Dosen pembimbingnya agar dia bisa lulus tahun ini.
"Pagi ma" sapa Davina pada mamanya yang sedang menyiapkan sarapan pagi.
"Pagi sayang, tumben pagi sekali kekampusnya" tanya Devi mama Davina.
"Iyaa ma soalnya aku mau ketemu sama Dosen pembimbing aku" jawab Davina.
"Papa sudah berangkat yaa ma" lanjut Davina lagi.
"Iyaa papa kamu kan gila kerja sayang" jawab Devi.
"Aku langsung berangkat yaa ma" lanjut Davina lagi sambil mencium tangan mamanya.
"Kamu tidak sarapan dulu" kata Devi meneriaki anaknya yang sudah berlari kecil menuju pintu utama.
"Nanti aja di kampus ma, soalnya kalau aku tidak segera sampai pembimbing aku bakal ninggalin aku" kata Davina sambil berlari menuju pintu utama rumahnya.
***
Di perjalanan Davina mengendarai motornya dengan sangat terburu-buru karena tinggal 10 menit lagi maka dosen pembimbingnya yang terkenal killer itu sudah tidak bisa ditemui lagi, namun sepertinya keberuntungan tidak berpihak pada gadis cantik itu, saat dia akan berbelok menujuh kampusnya sebuah mobil mahal yang juga melaju dengan sedikit kencang menabraknya sehingga tas yang dibawahnya yang berisi skripsi yang akan di berikan pada dosen pembimbingnya jatuh tepat pada genangan air diselokan.
Davina yang tidak memperdulikan kondisi motornya segera berlari dan mengambil tasnya tapi lagi-lagi keberuntungan tidak berpihak padanya, saat dia membuka tasnya skripsi tebalnya sudah basah dan sebagian sudah tidak berbentuk, dengan penuh emosi dia segera menghampiri mobil yang menabraknya lalu mengetuk jendela mobilnya dan menyuruh orang tersebut untuk keluar dan bertanggung jawab.
***
Devano Bratawija melajukan mobilnya dengan sedikit buru-buru karena dia akan menghadiri rapat penting untuk memenangkan tender yang jumlahnya milliaran jika dia berhasil memenangkannya, karena terlalu buru-buru dia tidak menyadari ada motor yang berbelok didepannya, sehingga tanpa bisa di hindari tabrakan pun terjadi, Devano yang masih syok dengan tabrakan yang baru saja terjadi masih terdiam di atas mobilnya sehingga sebuah ketukan menyadarkannya dari keterkejutannya.
"Keluar loh, loh harus tanggung jawab" kata perempaun yang sedang mengetuk kaca mobil mahalku, namun saat aku membuka pintu mobilku aku langsung terpesona dengan kecantikan perempuan itu.
"Heh, lo harus tanggung jawab" lanjut perempuan itu yang membuyarkan lamunanku.
"Itu salah loh juga belok tidak liat-liat" kataku membela diri.
"Gue gak minta loh tanggung jawab sama motor gue, tapi skripsi yang ada di tas gue" katanya dengan muka yang memerah menahan emosi.
"Itu kan tinggal di print ulang aja, kenapa loh repot banget siih" kataku yang langsung memasuki mobil mahalku dan meninggakannya begitu saja karena aku juga sebentar lagi aku akan terlambat.
Saat ku jalankan mobilku ku liat dari spion gadis itu langsung duduk di pinggir jalan dan menangisi kertas-kertas yang sedang di pegangnnya.
"Apa susahnya siih, itu kan bisa di perbanyak ulang" kataku dalam hati.
"Tapi sungguh pertemuan pertamaku dengannya membuatku terpesona dengan kecantikannya" kata Devano pada dirinya sendiri sambil tersenyum.
Davina duduk di pinggir jalan sambil menangis meratapi kertas-kertas yang sudah tidak berbentuk dalam genggamannya.
"Dasar cowok sialan, gara-gara dia aku jadi tidak bisa menemui dosen pembimbingku" maki Davina pada laki-laki yang telah menabraknya.
Tidak ingin berdiam diri dan terus memperhatikan kertas-kertas malang itu, Davina segera bangkit berdiri berniat mencari tempat percetakan dan mencetak ulang skripsinya, berharap dosen killernya itu masih ada dikampus.
***
Davina sampai dikampus jam 11.30, sedangkan jam janjiannya dengan Dosen pembimbingnya jam 9.00, Davina segera berlari ka lantai 2 di mana fakultas bisnis berada, dia kemudian bertanya pada salah satu teman fakultasnya apakah Dosennya itu masih berada dikampus, dan dia bersyukur karena Dosen pembimbingnnya itu ada kelas mengajar dan 5 menit lagi akan selesai, akhirnya Davina menghela nafas dan duduk di salah satu kursi menunggu Dosennya itu.
Lima menit telah berlalu dan Dosen pembimbingnya itu telah selesai mengajar, Davina yang melihat Dosen pembimbingnya menyusuri lorong akan kembali keruangannya segera berlari mengejar Dosen pembimbingnya itu.
"Permisi Pak, saya mau bimbingan skripsi" kata Davina sambil mengejar langkah dosennya itu.
"Bukan kah perjanjian kita untuk bimbingan jam 9, sedangkan sekarang sudah jam berapa" jawab pak Dani sang Dosen killer sambil tetap berjalan menujuh ruangannya.
"Maaf sebelumnya Pak, tadi di jalan saya ada sedikit musibah, jadinya saya datang terlambat" kata Davina jujur.
"Saya tidak menerima alasan apa pun, kamu tau kan, saya tidak suka dengan mahasiswa yang tidak tepat waktu"kata Pak Dani yang telah sampaui di ruangannya dan duduk di kursi kebanggaannya.
"Sekarang kamu boleh pulang, dan besok temui saya lagi jam 8 pagi" sambung pak Dani.
"Ta..tapi pak" kata Davina.
"Kembali besok atau tidak ada bimbingan sama sekali" kata pak Dani yang tidak bisa di ganggu gugat.
"Baik pak, saya permisi" kata Davina kemudian pamit dari ruangan dosen killirnya itu.
"Aarrrggggh ini semua gara-gara laki-laki sialan itu" maki Davina kemudian dia kembali ke rumahnya.
***
Di tempat lain, Devano buru-buru memasuki ruang rapat yang sebentar lagi dimulai, di segera menarik nafas sebelum dia memulai persentasinya.
Devano sedang memulai persentasi dan menjelaskan secara detail tentang proyek yang akan di bangunnya, selesai persentasi semua orang bertepuk tangan karena puas dengan hasil persentasinya.
"Saya sangat tertarik dengan proyek ini pak Devano, dan saya sangat tertarik untuk bekerjasama dengan perusahaan kalian" kata pak Hartono.
"Terima kasih atas pujiannya pak, saya sangat senang kalau perusahaan kalian bersedia untuk bekerja sama dengan perusahaan kami" jawab Devano sambil tersenyum.
"Baiklah saya setuju dengan kerja sama ini" kata Pak Hartono sambil menjabat tangan Devano.
"Terim kasih Pak Hartono" kata Devano membalas jabat tangan pak Hartono.
***
Selesai rapat Devano keluar dari ruang rapat diikuti oleh sekretarisnya sekaligus sahabatnya, sambil tersenyum bahagia.
"Kamu benar-benar hebat Van, bisa memenangkan proyek besar ini" kata Dani sahabat sekaligus sekretaris Devano
"Iyaa dong siapa dulu" jawab Devano tersenyum sombong.
Devano pun kembali ke ruang kerjanya di ikuti oleh sekretarisnya, lalu dia duduk dikursi kebesarannya sambil bersandar pada kursinya dan mengingat perempuan yang tadi di tabraknya membuat Devano tersenyum sendiri.
"Aku sepertinya menyukainya" batin Devano
"Tapi aku sepertinya lupa meminta maaf padanya tadi"lanjut batin Devano sambil menepuk jidatnya membuat sektetarisny itu heran dengan kelakuan bosnya.
Davina kembali ke rumah dengan muka tidak semangat, membuat Devi bertanya-tanya ada apa dengan anaknya itu.
"Kamu kenapa sayang, revisiannya banyak" tanya Devi.
"Aku tidak jadi konsul ma" jawab Davina dengan lesu.
"Loh kenapa, bukannya tahun ini kamu bakal lulus" tanya Devi lagi dengan cemas, karena jika Davina belum lulus tahun ini maka semua rencananya akan gagal.
"Ini semua gara-gara laki-laki brengsek yang nabrak aku tadi pagi ma, dia nabrak aku dan skripsi aku jatuh ke selokan, ditambah dia meninggalkanku begitu saja tanpa bertanggung jawab, terpaksa aku cetak ulang dan pas aku sampai di kampus dosen aku yang killer itu nolak aku buat bimbingan" kata Davina dengan mengebu-gebu.
"Jadi gimana sama skripsi kamu, masak kamu tidak jadi lulus tahun ini" tanya Devi lagi.
"Aku juga tidak tau ma, tapi besok aku disuruh buat datang lagi" jawab Davina masih dengan muka yang sangat lesu.
***
Di kediaman Bratawija Devano yang baru saja pulang dari kantor langsung menujuh kamarnya dan membersihkan diri, kemudian dia turun ke meja makan dimana kedua orang tuanya sedang menikmati makan malamnya, dia kemudian duduk berhadapan dengan mamanya lalu mengambil piring dan di berikan pada mamanya untuk di sendokkan nasi.
"Makanya kamu segera nikah biar ada yang ngurusin kamu, masak mama terus yang urus kamu" kata Ani mama Devano sambil mengambil nasi dan lauk untuk anaknya.
"Mungkin dia belum punya calon ma" bukan Devano yang menjawab melainkan Dimas Bratawija papanya.
"Kalau kamu belum punya calon mama akan jodohin kamu sama teman anak mama, tahun ini dia sudah lulus" kata Ani dengan gembira.
"Ma.. aku tidak mau di jodohin, dan aku juga sudah punya wanita yang aku cintai sendiri" jawab Devano sambil tersenyum mengingat perempuan yang di tabraknya tadi pagi.
"Kalau kamu emang sudah punya calon sendiri kenalin sama mama secepatnya" kata Ani sedikit memaksa anaknya itu.
"Dia belum siap ma buat ketemu sama keluarga ini" kata Devano berbohong.
"Pokoknya mama tidak mau tau, bawah dia secepatnya kesini atau kamu mama jodohkan" kata mama Devano tanpa bantahan membuat Devano pusing bagaimana untuk menemukan wanita itu kembali, sedangkan papa Devano hanya tersenyum melihat anak satu-satunya itu.
***
Ke esokan harinya Davina pergi pagi-pagi sekali ke kampus karena dia takut akan terlambat, saat di sampai di kampus suasana kampus masih sangat sepi hanya terlihat beberapa mahasisawa yang ada jadwal kuliah pagi, Davina segera menujuh ruang dosen pembimbingnya dan menunggu disana.
Tidak lama kemudian Pak Doni sudah datang dan segera membuka pintu ruangannya, Davina yang melihat itu langsung bangkit berdiri dan menghampiri Dosen pembimbingnya yang killer itu.
"Selamat pagi pak Doni" sapa Davina.
"Selamat pagi, saya suka jika kamu tepat waktu seperti ini, silahkan duduk dan keluarkan skripsi kamu" kata Pak Doni lalu duduk pada kursinya.
"Ini pak skripsi saya" kata Davina sambil memberikan skripsi tebalnya itu, dan diterima oleh sang Dosen kemudian mulai memeriksanya.
Davina yang melihat pak Doni memberikan banyak sekali coretan pada skripsinya jadi merinding sendiri sengan revisi yang akan dikerjakannya.
"Ini skripsi kamu perbaiki bab IV dan bab V, setelah kamu perbaiki menghadap lagi sama saya, baru boleh ke pembimbing dua kamu" kata pak Doni.
"Baik pak terima kasih, saya permisi dulu" pamit Davina kemudian keluar dari ruangan pak Doni dan menghembuskan nafasny.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!