NovelToon NovelToon

Rumah Tua Misteri(PROSES REVISI BERTAHAP)

Eps 1. Hawa Pengap Dan Panas

...Hai aku penulis cerita ini sangat berterimakasih kepada kalian yang telah mau membuang waktu untuk membaca ceritaku, maaf jika baru bisa melakukan revisi sekarang. Butuh waktu 2 tahun bagiku untuk bisa memulihkan mental yang sangat begitu tersiksa, terimakasih untuk yang masih setia menunggu aku comback....

Aku baru saja pindah keperumahan Cp Melati, 2 minggu yang lalu. Namun ada yang selalu membuat ku penasaran dan bertanya-tanya dalam hati. Kenapa ada sebuah rumah kosong diujung persimpangan jalan perumahan? Siapa pemiliknya?

Dan terlebih lagi rumah itu sudah terlihat sangat tua, jika kita melihat dengan teliti rumah itu sangat kumuh karena begitu banyak dedaunan pohon kering menutupi halaman rumah tua itu.

Karena aku sangat penasaran akan rumah tua itu, kutemui pak satpam perumahan Cp Melati untuk bertanya lebih lanjut tentang rumah itu. Pasti dia mengetahui tentangnya.

"Malam pak, perkenalkan nama saya Putri anak Pak Anwar yang baru pindah minggu lalu." sapa ku terlebih dahulu sambil memperkenalkan diri, agar beliau bisa tahu.

"Wah, anak Pak Anwar ternyata. Kenalin nama bapak, Pak Yono.Ada perlu apa neng Putri datang ke pos satpam malam hari begini? Apa memerlukan bantuan?" tanya Pak Yono kepadaku sembari berdiri dari kursi pos nya.

"Bukan Pak. Putri hanya ingin bertanya mengenai rumah di ujung persimpangan itu, kira-kira apakah rumah tersebut masih berpenghuni gak pak?" tanyaku dengan sangat begitu penasaran, tetapi raut wajah Pak Yono berubah menjadi masam.

"Mengapa anda bertanya seperti itu? Ada urusan apa anda dengan rumah itu?" seketika nada bicara Pak Yono juga berubah, ia seperti tidak ingin memberitahu tentang rumah itu kepadaku.

"Putri, hanya ingin tau saja Pak. Putri penasaran banget karena setiap mau memasuki gerbang perumahan, pasti rumah tua itu menjadi pemandang yang selalu dilihat setiap melaluinya." jelasku dengan nada lembut agar tidak membuat Pak Yono salah paham.

"Rumah itu sudah sepuluh tahun lebih ditinggal oleh pemiliknya, dulu pemilik rumah adalah warga yang sangat begitu ramah walaupun dia tinggal diluar kompleks perumahan. Namun, ada beberapa kejadian yang tidak terduga yang membuat mereka terpaksa harus keluar dari rumah itu..." Jelas Pak Yono sembari memalingkan mata kearah lain.

"Saya peringatkan kepada anda, untuk tidak mencari tahu tentang rumah itu lebih lanjut demi keamanan anda sendiri. Apalagi anda seorang pendatang baru disini, harap jaga sikap untuk kedepannya!" tegas Pak Yono, ia kembali duduk.

"Baiklah, maaf telah mengganggu waktu bapak. Kalau begitu Putri pamit undur diri, terimakasih."

Pak Yono tidak membalas perkataan ku, dia hanya mengganguk saja setelah itu dia duduk kembali. Padahal aku ingin tahu lebih banyak tentang rumah itu, tapi Pak Yono tidak ingin menjelaskannya lebih detail lagi. Sebenarnya apa rumah itu menyimpan misteri? Sehingga Pak Yono enggan untuk menceritakannya?

"Selamat malam semuanya" seruku berjalan pergi meninggalkan ruang tamu, untuk segera pergi tidur.

Sebenarnya aku belum ingin tidur, didalam kamar aku hanya rebahan sambil melamun dan memikirkan rahasia apa yang tersimpan didalam rumah tua itu, karena rasa penasaran ku semangkin besar saat ini.

"Bagaimana kalau untuk memastikan rumah itu aku masuk saja kedalam untuk mengecek kebenarannya? Tapi, Pak Yono sudah memberi peringatan tegas kepadaku, bagaimana ini?" gumamku, dengan pikiran yang berisik untuk mencari cara masuk ke dalam rumah tua yang penuh dengan misteri tersebut.

"Oke, hanya ada satu cara untuk bisa masuk kedalam rumah itu. Besok tepat pukul 6 pagi aku akan pergi kesana, mengenakan seragam jogging. Itu pasti tidak akan mengundang kecurigaan orang terhadapku nanti."

Tidak tahu apakah rencana ini bakalan berhasil atau tidak yang jelas aku harus memecahkan rasa penasaranku akan rumah itu, untuk saat ini biar lah rencana ku hanya diketahui oleh diriku sendiri. Membuat orang lain tahu hanya akan menambah permasalahan saja nanti nya.

Tepat pada pukul 6 pagi aku bersiap-siap untuk melancarkan rencanaku, dan yah benar sekali tidak ada satu orang pun yang curiga denganku. Aku menggunakan celana training hitam, kaos, serta menggunakan sepatu sport putih dan tak lupa juga tas sandang kecil berwarna hitam, aku membawanya sebagai jaga-jaga jika terjadi sesuatu hal diluar rencana aku sudah membawa barang persiapan. Beginikan aku bisa bebas dalam melanjutkan rencanaku berikutnya.

"Selamat pagi Pak Yono," sapaku saat melihat beliau sedang duduk di pos satpam sambil membaca koran ditemani segelas kopi.

"Pagi neng, semangat lari paginya." balasnya dengan datar.

Lari-lari kecil menuju rumah tua itu membuatku kelelahan juga yah, akibat tidak pernah berolahraga sebelum nya. Sesampainya didepan pagar rumah tua itu, aku melirik kearah pagar yang tergembok disertai dengan rantai besar yang penuh dengan kertas dan tulisan aksarah jawa. Aku tidak terlalu perduli dengan itu saat ini yang penting bisa masuk kedalam adalah tujuan utama.

"Astaga, aku sudah mencoba untuk membuka pagar ini dengan 3 kunci yang kubawa dari rumah tetapi kenapa tidak yang cocok? Kesal banget deh, ah!" keluhku, tetapi aku tetap was-was untuk melihat keadaan sekitar.

Setelah dengan perjuangan yang begitu melelahkan akhirnya aku bisa membuka pagar rumah tua itu, dengan menggunakan peniti kecil yang telah kubawa dari rumah. Haha, tidak diragukan lagi untuk kemampuan ku yang seperri ini.

"Haha, akhirnya. Coba dari tadi langsung pakai cara ini pasti tidak butuh waktu lama untukku menunggu dan membuang tenaga."

Perlahan aku mendorong pagar yang sangat begitu besar sekitar 8 meter lebih, untuk menghindari kecurigaan aku langsung menutup pagar itu meletakan gembok dan rantai tadi tepat dibawah nya agar ketika aku keluar tidak perlu membuka gembok ataupun rantai lagi karena itu akan sangat membuang waktu.

Seketika langit menjadi gelap sepertinya akan turun hujan tetapi aku tidak peduli aku harus menyelesaikan apa yang telah aku mulai, sekujut tubuhku mulai merindung saat hendak membuka pintu utama dari rumah ini. Seluruh udara menjadi sangat begitu dingin, kaos ku sangat begitu tipis membuat tubuhku menggigil karena dingin.

"Kenapa hujan harus turun sekarang sih? Bisa gak sih turun nya entar aja kalau aku udah nyelesain rencanaku? Mana aku pakai kaos lagi." keluhku sambil melipat tangan agar tidak merasa dingin.

Aku belum melakukan apapun hanya melirik kearah jendela dari luar, tetapi tiba-tiba pintu rumah itu terbuka sendiri seperti hendak menyambut tamu baru. Aku pun tetap berusaha untuk berpikiran positif dalam hal ini, mungkin saja angin terlalu kuat sehingga membuat dorongan kepada pintu membuatnya terbuka. Tidak masalah, lagian memang seperti ini tujuan awalku.

"Oke, sekarang kita masuk kedalam. Dan aku butuh senter, rumah ini terlalu besar dan gelap. Mungkin karena terlalu banyak pohon yang menutupi rumah ini membuatnya tidak terkena sinar matahari."

Aku berjalan menyusuri setiap lorong, ada begitu banyak perabotan yang masih layak pakai didalam rumah ini. Mendengar cerita dari Pak Yono sudah 10 tahun lebih ditinggal pemiliknya tetapi perabotan dirumah masih sangat begitu awet hanya saja debu menutupi permukaan kain putih membuatnya tidak kelihatan.

Semangkin aku melangkah lebih jauh kedalam, udara semangkin terasa panas. Hawa sesak sangat begitu terasa membuatku sedikit kesulitan dalam bernapas. Dan lagi, rumah ini sangat berdebu membuat hidungku terasa gatal.

Tanganku sangat begitu tertarik untuk menyentuh dua kursi yang tersusun sangat begitu rapi dan sejajar, bukankah tidak ada yang menempati rumah ini tetapi kenapa kursi ini sangat begitu rapi? Berbeda sekali dengan yang lain.

"Ada apa sebenarnya dengan rumah ini?" tanyaku dengan suara nyaring, seketika dari arah berlawan aku mendengar ada suara bantingan pintu yang sangat begitu keras. Aku tidak takut malahan aku mencari asal suara itu tetapi tidak menemukannya karena setiap ruangan dalam rumah ini terkunci.

Rasa sesak dan panas bercampur jadi satu, kerongkongan ku terasa sangat begitu kering. Tubuhku terasa tidak nyaman karena mengeluarkan keringat sedari tadi. Aku melirik kearah jam diponselku sekarang ini tepat pukul 6:53 pagi.

......Hai, terimakasih sudah mau membaca.......

Eps 2. Wastafel Berdara

Aku tetap bertahan demi menelusuri semua ruangan untuk mengetahui rahasia tersembunyi apa yang ada didalam rumah tua ini, awalnya aku sangat begitu ingin sekali menelusuri lantai atas, namun penelusuranku dilantai bawah belum selesai. Jadi aku mengurungkan niat ku, untuk menyelesaikan bagian bawah terlebih dahulu.

"Astaga! Mengapa oksigen didalam ruangan ini seperti tidak ada?! Aku ingin keluar saja dari dalam rumah ini, tetapi aku belum nemukan apa yang aku cari, sialan!!" teriakku dengan kesal, membuat suaraku bergema diseluruh ruangan.

Brugg

Dari arah berlawan aku mendengar seperti ada suara benda yang jatuh, dengan cepat aku berlari untuk mencari dari mana asal suara tersebut. Dan ternyata itu berasal dari arah dapur dalam rumah ini, saat melirik kearah sekitar mataku malah terperanjat melihat sebuah buku yang tergeletak diatas lantai.

"Apa buku ini yang baru saja terjatuh?"

Aku mengambil buku tersebut, hampir seluruh buku tertutup oleh debu yang tebal. Aku mengusap bagian atasnya, yang menarik adalah buku itu disegel menggunakan seutas tali yang berasal dari ranting pohon. Yah, bagian belakang buku ditempel secarik kertas bertulisan aksara jawa.

Kerongkonganku semangkin terasa terkecat, aku benar-benar membutuhkan air saat ini. Aku melihat kearah sekitar, tiba-tiba saja senter ponselku terarah kesebuah wastafel diujung. Aku mencoba memutar keran nya, beruntung saja ternyata wastafel ini masih berfungsi walaupun sudah 10 tahun lebih tidak digunakan setelah pemiliknya pergi.

Aku membasuh wajahku menggunakan air tersebut, dan tak lupa juga untuk menghilangkan rasa hausku meminum sedikit air dari wastafel tadi.

"Wah, air nya segar banget nih."

Kalau air masih bisa berfungsi dengan baik, kemungkin listrik juga begitu. Aku mencari tombol lampu disekeliling area dapur, dan tepat dibalik kulkas aku menemukannya. Langsung saja aku nyalakan, membuat seisi dapur menjadi terang benderang.

"Ternyata dapur ini sangat begitu luas, nuasan dari dapur ini seperti kerajaan jawa kuno. Bahkan mulai dari meja makan dan kursi yang ada disini semua dipahatan nya terdapat tulisan aksara jawa kuno." ucapku sambil meraba setiap tulisan aksara yang terukir dengan begitu indah.

Sayang sekali seandainya aku bisa membaca tulisan aksara mungkin aku tidak sesusah ini untuk mencari tahu artinya.

"Yah ampun, aku sampai lupa mematikan kran air!"

Saat berjalan menuju wastafel, mataku terkejut bukan main. Ternyata air yang aku pergunakan sedari tadi adalah darah yang mengalir begitu deras dan segar.

"Argh!" teriak ku begitu keras karena kaget, seketika aku seperti ingin memuntahkan seluruh isi perutku. Bau amis dan anyir darah mulai tercium diruangan ini.

Saat melihat kearah layar ponselku aku menjadi semangkin merasa jijik, "Sial, wajahku juga penuh dengan darah!!" dengan cepat aku membersihkan wajahku dengan pergelangan bajuku.

"Putri!Putri!Putri!"

Terdengar ada suara yang seperti memanggil namaku, tetapi semangkin kucari asal suara ini dia seakan menjauh dari pendengaranku. Aku terus berjalan mencari asal dari suara tersebut dan tidak juga menemukannya. Aku membuka ponselku dan melihat ternyata sudah pukul 9 pagi, itu artinya aku harus bergegas meninggalkan tempat ini sebelum orang lain mengetahui keberadaanku.

"Putri!Putri!"

Benar sekali ini ternyata adalah suara orang yang sedang memanggilku dari luar rumah, oke aku harus keluar sekarang. Sedari tadi aku mencari pintu utama untuk keluar tapi tidak ketemukan sama sekali, hampir semua pintu dirumah terlihat sama satu dan yang lain buat ku menjadi pusing dan binggung.

"Tetap tenang putri, pikirkan baik-baik dari sebelah mana kedatangmu awalnya." setelah menenangkan napas yang panik, aku mulai memikirkan langkah awal ku saat masuk.

"That's raight, aku menemukan jalan keluarnya."

Saat keluar dari dalam rumah tersebut mataku seperti buta karena didalam terlalu gelap membuatku tidak terbiasa melihat cahaya begitu keluar dari sana, ah aku benci seperti ini. Tubuhku juga seketika menjadi kaku dan susah untuk berdiri, tapi aku memaksakan diri untuk bisa bertahan.

"Ada, apa denganku sebenarnya? Kenapa aku menjadi sangat begitu kelelahan saat keluar? Seperti seluruh energi telah tersedot dengan habis!" gumamku dengan penuh cucuran keringat didahi.

"Pak Anwar, ini neng Putri pak!"

"Pak Yono, kenapa dia bisa tahu aku berada disini? Apa saat pergi Pak Yono sudah mengikutiku dari belakang? Tapi tidak mungkin juga dia mengetahui rencanaku." tutur batinku saat menoleh kearahnya.

"Anakku, dari mana saja kamu nak?! Ayah dan Ibu sangat begitu cemas mencarimu, beruntung para warga disini sangat baik membantu Ayah mencarimu. Ayah sampai membuat laporan tentang kehilanganmu ke pihak berwajib." jelas Ayah sambil memelukku.

Aku yang masih tidak memahami keadaan sekitad hanya bisa diam saja dengan isi pikiran yang penuh dengan pertanyaan.

"Padahal aku baru saja meninggalkan rumah selama 3 jam kenapa Ayah sampai harus membuat laporan? Ibu kenapa dia menangis tersendu-sendu seperti itu? Dan juga kenapa ada begitu banyak warga saat ini?" pertanyaan itu lah yang terlintas dalam benakku tapi tidak bisa kujawab sendiri.

"Syukurlah nak, akhirnya kami bisa menemukanmu." sambung Ibu kembali memelukku.

"Ada apa ini sebenarnya?" tanyaku dengan binggung sambil melihat kearah mereka.

"Kamu bertanya-tanya ini ada apa?"

"Seseorang bisakah kalian menjelaskannya padaku?"

"Seharusnya Ayah yang bertanya kepadamu, kemana aja kamu selama 3 hari ini nak? Kenapa tidak ada kabar saat kamu hendak pergi? Dan apa yang kamu lakukan didalam rumah itu?"

Pertanyaan Ayah bertubi-tubi membuat mulutku tidak bisa berbicara, bahkan jantungku serasa ingin copot saat mendengar bahwa aku telah menghilang selama 3 hari. Padahal aku merasa bahwa baru 3 jam aku pergi.

"A-aku," mulutku terasa sangat begitu terkecat sewaktu hendak berbicara.

"Sudah itu tidak penting ayo kita kembali kerumah nak, Ayah dan Ibu melihatmu saja sudah sangat begitu senang."

Setelah mereka berterimakasih kepada warga, kami pun pulang kerumah. Sedari tadi pandangan ku hanya tertuju kepada Pak Yono dia memegang rantai besi pagar begitu lama, dia juga memungut secarik kertas yang berada diluar pagar lalu melihat dengan tajam kearahku.

"Berani memulai, maka harus berani menyelesaikan." perkataan itu lah yang terdengar oleh telingaku, saat diucapkan Pak Yono. Membuatku sangat begitu takut saat bertatapan dengannya.

Sesampai dirumah aku membersihkan diri begitu lama dikamar mandi, saat menyalakan shower aku langsung teringat dengan air berdarah di wastafel rumah tua itu. Seketika membuatku menjadi muntah, betapa menjijikannya air itu. Bahkan aku sudah meminumnya sedikit itu yang membuatku terus memikirkannya.

"Ada apa Putri?" tanya Ibu dengan panik dari luar.

"Tidak, apa-apa Bu."

"Kalau begitu cepat selesaikan mandimu, kita akan makan diruang tamu sekarang nak."

"Baik Bu, sahutku dari dalam."

Dengan shower yang masih menyala aku duduk dibawah, memikir setiap kejadian yang terjadi diluar rencana.

Tok...Tok...

"Yah Bu, sebentar lagi aku akan selesai." sahutku dari dalam begitu mendengar suara ketukan dari luar.

Setelah selesai aku membuka pintu kamar mandi, tidak sengaja kakiku menginjak secarik kertas. "Siapa yang membuatnya disini?"aku tidak terlalu ambil pusing dengan kertas itu, dan langsung membuangnya tanpa membaca sedikit pun.

...Hai, terimakasih sudah mau membaca. Harap bersabar yah sebagian dari episode dalam novel ini sedang dalam tahap revisi....

Eps 3. Genderuwo

Aku langsung berjalan menyusuri tangga untuk turun kebawah, tampaknya Ayah sudah menungguku dari tadi.

"Akankah Ayah menghukumku atas masalah yang terjadi ini? Apakah aku akan dicoret dari kartu keluarga?" ucapku dalam hati.

Makan siang pun berlanjut dalam suasana hening, semua fokus pada makanannya masing-masing. Saat hendak memasukkan makanan kedalam mulutku, tiba-tiba saja bayangan darah diwastafel itu langsung muncul dibenak ku. Membuatku merasa ingin muntah, dan enggan untuk melanjutkan makanan ku.

"Ada apa nak? Apa kamu sakit?" tanya Ibu seraya menyodorkan segala air untuk aku minum terlebih dahulu.

"Tidak Bu, hanya saja aku sedang tidak lapar saat ini." jelasku

"Ayolah, habiskan dulu makanan mu terlebih dahulu." timpal Kakak ku yang sedang berbicara dengan mulut dalam keadaan penuh makanan.

Ibu tidak memaksaku untuk menghabiskan makanan tadi, ia hanya menyuruhku untuk naik dan beristirahat dikamar. Aku pun langsung merebahkan tubuh diatas kasur kesayangan ku dan menatap langit-langit kamar.

Tiba-tiba dari atas aku mendengar seperti ada seseorang yang sedang berjalan sambil menyeret sesuatu, aku yang penasaran terus menatap kearah atas langit-langit kamar. Suara itu semangkin jelas, kali ini suara langkah kaki nya sangat begitu kuat sampai seperti ingin roboh.

"Siapa diatas?!" teriakku, bangkit dari tempat tidur dan menatap kearah atas.

Sama sekali tidak ada jawaban hanya saja suara itu masih tetap ada, ini sangat begitu mengganggu. Aku melepar bantalku keatas untuk menghentikan suara yang sangat begitu menganggu, tapi hasilnya tetap sama dia masih ada diatas sana.

"Ke-kembali-ka-n a-pa yang te-lah di-ambil!!" samar-samar aku mendengar seseorang dengan suara berat berbicara dari atas, walaupun suara itu terdengar sangat tidak begitu jelas tapi aku yakin telingaku tidak salah dengar untuk kali ini.

"Hei, siapa kamu?!" tanyaku lagi.

Tidak ada jawaban apapun dari atas sana, aku menjadi semangkin frustasi melepar setiap benda yang ada dihadapakan ku keatas sana agar dia bisa menujukan wujud nya yang sebenarnya.

"Putri, ada apa ini?!"

Aku panik melihat kedatangan Ayah, Ibu dan Kakakku sekarang. Keadaan kamar yang sangat kacau balau, dan diriku yang seperti orang gila.

"Anakku tenanglah, ada apa sebenarnya?!" Ibu memegang pundakku, dan menarikku untuk duduk.

Hampir 5 menit lebih kami hanya berdiam diri saja tanpa bicara, saling melirik satu sama lain namun enggan untuk berbicara. Akhirnya sebagai kepala keluarga Ayah memulai pembicaraan.

"Ayah, tidak ingin kejadian seperti ini terulang kembali. Jika kamu memiliki masalah katakan kepada Ayah dan Ibu agar kami bisa membantumu mencari jalan keluarnya sebelum semuanya terlambat, apapun konsekuensi nya akan Ayah hadapi nak."

"Ayah juga tidak habis pikir kemana saja dirumah selama 3 hari ini? Menghilang tanpa kabar, dan paling tidak dimasuk akal kamu malah ditemukan di Rumah Tua yang tidak jauh dari perumahan kita. Apa yang kamu lakukan disana?"

"Aku tidak menghilang selama 3 hari Ayah, hanya 3 jam saja aku pergi meninggalkan rumah." Jelasku membela diri karena menurutku apa yang Ayah katakan itu salah.

"3 jam katamu? Coba lihat tanggal saat ini."

Ayah benar, aku telah menghilang selama 3 hari. Sekarang sudah tanggal 5 april 2019, padahal aku pergi pada tanggal 2 april 2019. Aku tidak bisa menerima kenyataan ini, karena menurutku baru 3 jam saja aku pergi meninggalkan rumah.

"Tapi, Ayah..."

"Sudah Ayah tidak ingin mendengar argumenmu lagi, kedepannya Ayah tidak ingin kejadian seperti ini terulang kembali. Dan Ayah harap, jika kamu memiliki masalah segera melaporkan kepada Ayah dan Ibu. Karena kami adalah orang tua yang sangat begitu mencintaimu." jelas Ayah, dia memelukku dengan erat dan mencium keningku.

Aku melihat dari matanya bahwa dia sangat begitu mengkhawatirkan keadaanku, begitu juga dengan Ibu yang ada disampingku.

"Wah, ternyata Ayah hanya memiliki 1 orang anak saja nih." seru kakakku

"Kemarilah, Putraku. Kalian adalah aset Ayah yang paling berharga."

"Kalau Ayah mengatakan bahwa kami adalah aset yang berharaga berarti Ayah terkena investasi bodong dong." balas kakak

"Kenapa begitu?"

"Karena kami berdua ini hanya beban keluarga saja."

"Baguslah kalau kalian tahu diri, hahaha."

Siang itu aku melihat Ayah tertawa begitu lepas seperi tidak ada beban masalah apapun. Karena waktu masih begitu banyak akhirnya kami memutuskan beristirahat dikamar masing-masing.

"Sebenarnya, apa yang sedang kau cari tahu dirumah itu?" tanya kakak sambil menyeimbangin langkah kakiku menuju kamar.

"Tidak ada, hanya bermain saja," balasku dengan ketus karena tidak ingin kakak menghancurkan rencana besarku.

"Bermain saja kamu bilang? Tidak mungkin jangan berbohong dengan kakakmu ini, didalam tubuh kita mengalir darah yang sama. Jadi mau bagaimana pun kau tetap bisa berbohong kepadaku."

Benar saja, sedari dulu kakak sudah tau sifat rasa penasaran dan keras kepalaku.

"Ah, tenang saja lah kak."

"Jangan buat sesuatu yang diluar kendali terjadi didalam rumah ini, kakak harap kedepannya kamu mengerti itu!" Jelas kakak meninggalkan ku lebih dulu.

"Siap, aman ketuaa." Balasku dengan seloroh

Sejenak aku merebahkan tubuhku diatas kasur, namun isi pikiranku terlalu berisik membuatku sangat susah untuk tidur. Aku memutuskan untuk mencari tahu tentang rumah tua itu melalui googel, siapa sangkah mana tau nanti aku menemukan informasi lebih detail tentang rumah itu.

Aku mengetik laptop ku dengan sangat cepat demi mendapatkan hasil yang memuaskan, tapi ternyata apa yang aku cari tidak muncul.

Manusia, menghilang tanpa sebab. Bisa jadi karena di sembunyikan genderuwo.

Malah penelusuran tidak masuk akal yang muncul, karena sangat begitu tepat dengan situasi ku kemarin aku pun membaca artikel tersebut.

"Artikel seperti apa ini?! Dasar tidak masuk akal, mana mungkin seseorang bisa menghilang tanpa sebab karena disembunyikan genderuwo!"

"Tapi, masuk akal juga kemarin aku meminum wastafel berdarah dirumah tua itu. Apa jangan-jangan karena air itu aku jadi melupakan keadaan diluar rumah?!"

"Argh, ini seperti memecahkan soal matematika!"

Kesal? Tentu saja, aku menutup laptopku dan langsung berbaring tanpa memikirkan apapun lagi. Tidak tahu kedepannya rencana apa lagi yang akan aku buat, yang jelas untuk sekarang aku memutuskan untuk beristirahat karena tubuhku sangat begitu lelah seperti ada yang menguras energi ku secara perlahan.

Srek..Srek..Srek..

Diatas langit-langit kamar aku seperti mendengar ada sesuatu yang berjalan, mataku sontak langsung melihat dengan tajam kearah atas. Dengan samar-samar kudengar lagi suara itu.

Ini seperti langkah kaki yang disertai dengan suara seretan baju yang panjang, perlahan lahan suara itu terdengar dengan jelas.

"Hei, siapa diatas sana?!"

"Oh, mungkin saja kucing."

Aku memutuskan untuk kembali tidur, tetapi setetes darah jatuh mengenai pipi kananku. Aku mengusap darah itu dan melihat keatas, ternyata langit-langit kamarku sudah penuh dengan darah.

"Arghhh!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!