NovelToon NovelToon

DIRASTA (ON GOING)

Prolog

Tak pantas jika terus menyalahkan takdir dan bunuh diri bukanlah satu-satunya jalan, akan ada pelangi setelah hujan –Danira Egawasta

NAMAKU Danira Egawasta, tapi aku lebih suka dipanggil Dira. Danira adalah nama pemberian nenekku, DANIRA (Dani-Ira).

Ayahku bernama Dani dan ibuku bernama Ira. Ibuku meninggal saat aku dilahirkan, dan ayahku?? Aku anak dari selingkuhan ayah, itulah mengapa ayah dan ibu ku serta saudara-saudaraku tak pernah bersikap baik padaku.

Aku tak mempermasalahkan hal itu karena aku sadar akan posisiku, mungkin ini karma yang harus aku terima dari seoang anak selingkuhan.

Tapi aku tak pernah membenci ibu kandungku, bahkan aku sangat merindukannya kehadirannya.

Aku hanya berharap suatu hari nanti pelangi hadir mewarnai hidupku.

Hah, rupanya pelangi dihidupku tak punya banyak warna hanya kelabu dan semuanya menghitam saat aku tak lagi mendapatkan tamu bulanan.

Ini first time aku nulis cerita romance remaja, aku berharap kalian suka alur ceritanya.

...If you want to continue, please follow me and share this story....

...Ditunggu komennya❤️😊🙏...

...Thank you...

...And see you...

01. Bukan Aku

INIKAH takdir seorang anak selingkuhan?

Jangankan mendapatkan kasih sayang dan diperhatikan bahkan keberadaanku saja tak pernah dianggap ada.

“Bu, Dira boleh ikut sarapan?”

“Udah gak ada makanan, makanya jadi cewek itu jangan malas” Jawab ibuku ketus

“Tapi Dira laper mah”

“Mah, papah berangkat dulu” Pamit ayahku

“Ema juga mah, udah gak nafsu makan” Tambah adikku Ema

“Ngerusak suasana aja” Gerutu ibuku

“Nih, buat lo baru gw minum dikit” Bang Dewa memberiku susu miliknya.

Untungnya aku masuk kelas tepat waktu, sebelum jam pelajaran dimulai aku sudah sampai.

“Dir, kerjain tugas gw” Salsa melempar buku tugasnya kearahku, aku tak memiliki keberanian untuk menolaknya karena itu Salsa semakin semena-mena terhadapku.

Dan tak ada satu pun anak di sekolah ini yang mau berteman denganku, jangan kan berteman mendekatiku saja tidak pernah. Mereka selalu memandangku aneh, cupu and bla bla bla.

Bel pulang sekolah berbunyi, aku bergegas mengemasi buku-buku ku kedalam tas.

"Mau kemana Lo cupu buru-buru amat" Sindir Salsa yang tak ku hiraukan.

"Lah nantangin"

"Mau kamu apa sih Sa, aku punya salah apa sama kamu"Tanpa sadar kata-kata itu lolos begitu saja dari mulutku. Dengan segera aku menunduk sembari menggigit bibir bawahku.

Salsa menarik kerah seragamku" Sini Lo cupu" Dan mendorong tubuh ku hingga jatuh kelantai.

"Apaan sih Lo Sa, Lo udah keterlaluan tau gak" Ucap Dani teman sekelas ku

"Cihhhh, Lo mau belain si cupu ini hahhh"

"Gw gak belain , sebagai cowok gw risih liat kelakuan Lo"

"Lo juga Ra, jadi cewek lemah amat" Setelah mengatakan itu Dani melenggang pergi keluar kelas.

***

Aku sudah mengganti seragam sekolahku dengan kaos dan juga jeans hitam panjang. Aku bekerja sampingan disalah satu cafe di dekat sekolahku.

Sebenarnya alasan utama ku bekerja karena aku memang membutuhkannya, setiap bulan ayah memberiku jatah uang jajan namun Ema selalu mengambilnya dariku bahkan tak menyisakan setikitpun untukku.

“Ra, lo gak mau istirahat dulu?” Itu satu-satunya temanku sekaligus rekan kerjaku Sami.

Aku menggeleng

“Yaudah, kalo Lo capek gak usah dipaksain” Terang Sami

“Ok” Jawabku

Bisa dibilang Sami adalah pria yang baik tampan pula. Kalau boleh jujur aku memang sedikit menyukainya tapi apa wanita sepertiku pantas untuknya.

Karena banyaknya pelanggan hari ini membuat pekerjaanku sangat sibuk sampai aku lupa jika sudah lewat jam sepuluh malam. Aku dengan segera membereskan pekerjaan ku. Bisa gawat jika orang rumah tau.

"Belum selesai Ra" Tanya Sami

"Sebentar lagi" Jawabku singkat yang masih sibuk menyelesaikan pekerjaanku.

"Gw bantu ya" Tawarnya

"Gak usah Sam, ini tinggal dikit lagi kok"

"Alhamdulillah akhirnya kelar juga" Ucapku sumringah melihat pekerjaanku sudah rapih. Aku pun bergegas ke loker untuk mengambil tas milikku.

Aku sudah berdiri di depan cafe menunggu ojek yang sudah ku pesan dari aplikasi online.

"Ra, masih disini" Aku mengangguk

"Masih nunggu ojek" Tanyanya lagi

"Iya" Jawabku

"Mau gw anter" Tawar Sami

Aku menggerakkan kedua tanganku "Enggak usah Sam, bentar lagi ojeknya sampe kok"

"Ohhhh" Aku menautkan alisku saat mendapati Sami masih berdiri di sampingku

"Kamu kenapa masih disini???gak pulang???"

Tanyaku heran

"Ntar nunggu ojek Lo datang"

"Lo yakin gak mau gw anter aja" Tawarnya lagi

Aku menghembuskan nafasku jengah" Enggak Sami, makasih ya" Ucapku

"Ehhh itu ojekku datang"

"Bye Sam, aku duluan ya" Aku segera berlari kearah Abang ojek

"Mbak Danira" Tanya Bapak ojeknya

"Iya pak" Lalu bapak ojeknya memberikan satu helmnya padaku yang segera kupasang di kepalaku.

"Aku duluan ya Sam" Pamitku

"Tapi besok mau ya Ra gw anter" Ucap Sami sedikit teriak karena bapak ojek sudah menjalankan motornya.

“DARI MANA KAMU DIRA!!!!” Pekik ayah dengan wajah penuh amarah, aku hanya menunduk tak ada nyali untuk menatap wajah ayah.

“JAWAB!!!!PLAKKKK” Sebuah tamparan mendarat di pipiku.

“Dasar anak gak tau diri, mau jadi apa kamu jam segini baru pulang” Itu suara ibu ku yang baru saja keluar dari kamar

“Yah, ma-maaf Di-Dira…”

“PLAKKKK” Lagi-lagi sebuah tamparan mendarat di pipiku.

“Paling dia habis foya-foya pakek uang mamah” Tuduh Ema padaku yang membuat ayah semakin marah padaku.

“Jawab Dira, apa yang kamu lakukan diluar sana sampai jam segini baru pulang"

"A-aku " Ayah menghempaskan tubuhku hingga jatuh kelantai

"SEJAK KAPAN KAMU LIAT KAYAK GINI, JAWAB DIRA DAN LAGI KAMU CURI UANG IBU KAMU HAHHH"

“Enggak yah Dira gak ngambil uang ibu” Bantahku yang mulai berderai air mata

“Mana ada maling mau ngaku" Ucap Ema lagi

“Ulurkan tanganmu” Perintah ibuku yang langsung kuturuti. Ibu memukul tanganku dengan gagang kemoceng.

Cetakkk cetakkk

Begitulah kira-kira bunyi gagang kemoceng yang bertubrukan dengan punggung tanganku.

“Bu, maafin Danira, Dira janji gak akan lakuin itu lagi" Ucapku memohon

"Jadi kamu sekarang ngaku kalo kamu malingnya" Aku hanya menunduk mendapatkan tuduhan itu, yang jelas-jelas bukan aku pelakunya

Ku tatap wajah ayah yang sama sekali tak bergeming melihat ibu menghukumku.

Author POV

Saat Danira hendak masuk kedalam kamarnya tiba-tiba saja Ema menarik tangan Danira dan membawanya masuk kedalam kamarnya.

Ema memojokkan tubuh Danira Kedinding, menatapnya sinis.

"Gw gak akan bikin Lo ngerasa nyaman dirumah ini" Ucapnya

"Salah aku apa Ema"

"Gw udah tau siapa Lo sebenarnya"

"Maksudnya?"

"Lo anak ****** yang udah ngancurin keluarga gw" Ema menjengut kasar rambut Danira membuat Danira meringis kesakitan

"E-ema"

"Harusnya dari dulu keluarga gw gak usah nampung Lo"

"Lo sama Lo sama, sama-sama suka ngerebut milik orang lain Dasar ****** sialan" Kata-kata Ema benar-benar membuat hati Danira tertusuk.

"Apa yang kamu omongin bener-bener jahat Ema"

"Jahat mana sama nyokap Lo yang murahan itu"

"Cukup Ema Lo boleh hina aku, tapi jangan pernah kamu ucap yang enggak-enggak soal ibuku" Ema mendorong tubuh Danira keluar dari kamarnya.

Danira masuk kedalam kamarnya, menumpahkan segala sesak di dadanya. Danira tidak menyangka jika adiknya Ema akan berbicara sebegitunya.

Berkali-kali Danira menguatkan dirinya sendiri, kalau bukan dirinya sendiri siapa lagi yang mau menguatkannya.

Danira mengambil bingkai foto ibunya di meja belajarnya. Ditatapnya dalam-dalam wajah orang yang sangat ia rindukan kehadirannya. Danira sangat ingin memeluknya saat ini.

Buk, Danira gak pernah benci sama ibu Danira yakin ibu orang baik Danira yakin ibu gak pernah menghancurkan keluarga ayah.

Danira memeluk bingkai foto ibu nya, menenggelamkan wajahnya di lipatan kedua tangannya. Ia tidak ingin Isakannya terdengar hingga ke luar.

Tapi rupanya didepan pintu kamar Danira sudah berdiri seseorang yang mendengar semua kesedihan yang dirasakan Danira saat ini. Ya orang itu adalah Dewa, Abang tiri Danira.

Reading continue.....

Please follow me😊

Share cerita ini ketemen-temen kalian,

Tinggalin komentar ya, biar kita saling kenal😁

Vote for continue reading 👍

See you❤️🙏

02. Ulang Tahun

...Alangkah baiknya follow dulu yuk 😊Have fun guys with this story❤️...

.......

.......

.......

.......

.......

...~Star Reading~...

Aku lebih suka jas hujan dibanding payung, meskipun kehujanan tapi air hujannya tidak membasahi ku, bagaimana dengan mu...-Danira Egawasta

KALAU aku boleh minta aku tak ingin untuk dilahirkan untuk saat ini, esok atau pun di masa yang akan datang. Aku tang ingin menjadi versi Dira yang lebih baik aku sama sekali tak ingin ada di dunia ini.

Tuhan bisakah itu terjadi???

TOK…TOK…TOK…

“Dir, boleh gw masuk?” Itu suara bang Dewa, aku menyeka singkat air mataku dan berjalan membukakan pintu.

Aku mempersilahkan bang Dewa masuk.

“Tangan Lo…” Aku menyembunyikan tanganku dari bang Dewa

"Gak apa-apa kok bang udah gak sakit" Ucapku berbohong

“Gw tau itu sakit, ini gw bawain kotak P3K buat Lo seenggaknya bersihin luka Lo" Perintah bang Dewa

"Iya bang makasih" Aku menerima kotak P3K yang diberikan bang Dewa

"Sama Gw mau minta maaf" Imbuhnya

"Minta maaf kenapa bang?"

“Gw tau bukan lo yang ngambil uang mamah" Terangnya

"Pelakunya Ema" Perjelasnya

Tapi semua gak akan percaya jika Ema pelaku sebenarnya dan lagi pula semua sudah terjadi.

"Gw harap Lo bisa maklumi, Ema belum bisa bersikap dewasa"

"Iya bang aku gak ada marah kok sama Ema"

Bukannya aku juga adikmu bang?

"Dir, Lo kenapa?" Panggilan bang Dewa membuyarkan lamunanku

"Eh gak kok bang"

"Lo mending istirahat, besok lagi kalo pulang kerja jangan kemaleman" Seketika mataku melebar

"Ba-bang Dewa tau Danira kerja?" Tanyaku ragu

Bang Dewa mengangguk "Gw gak sengaja liat Lo"

"Oh"

"Tapi Dira mohon bang jangan kasih tau hal ini ke ayah atau ibu" Mohonku

"Tenang aja"

"Lain kali kalo Ema minta duit jajan Lo jangan kasih, papah udah ngasih kita jatah masing-masing" Aku mengangguk paham

Bang Dewa mengeluarkan sesuatu dari belakang bajunya.

“Oiya, gw pengen ngasih ini ke lo"

"Selamat ulang tahun" Bang Dewa mengacak gemas rambutku

Apa??? Bang Dewa inget kalo hari ini aku ulang tahun.

“Terimakasih bang” Jawabku singkat

“Ok, gw balik ke kamar gw”

“Bang, Dira boleh minta sesuatu?” Bang Dewa mengangguk

“Dira boleh peluk abang?” Pintaku yang dibalas anggukan oleh bang Dewa.

"Makasih bang udah inget ulang tahun Dira"

“Udah Ra, lo bisa lepasin pelukan lo”

“Ma-maaf bang”

Dewa POV

Sejujurnya ada rasa benci di hati gw tiap kali gw liat wajah polos Lo. Tapi disisi lain Lo itu adik gw meskipun kita lahir dari rahim yang berbeda tapi kita punya darah yang sama.

Gw gak tau sikap gw ini salah apa bener tapi gw masih belum bisa nerima Lo sepenuhnya Danira.

Flashback On

Waktu itu aku masih duduk di bangku SMP. Aku sering liat mamah nangis tanpa aku tau penyebabnya apa. Tiap kali aku tanya alasannya mamah selalu bilang gak apa-apa.

Bahkan aku pernah memergoki mamah mau bunuh diri, aku yang gak tau apa-apa cuma bisa nangis saat itu.

Sampai akhirnya aku ngeliat di depan mataku kedua orangtuaku sedang bertengkar, bahkan papah yang selama ini gak pernah bersikap kasar menampar mamah di depanku. Aku hanya bisa menangis melihat kedua orangtuaku yang terus saja beradu argument.

Dan saat itu juga papah pergi dari rumah. Sesekali papah pulang itu pun hanya untuk mengambil pakaiannya lalu pergi lagi. Dan setiap melihat itu mamah hanya diam dan menangis.

"Mah, kenapa papah gak pernah dirumah" Tanya ku

"Papah lagi kerja sayang jadi belum bisa nemenin kita" Terang mamah

Tapi aku tau jika hubungan kedua orangtuaku sedang tidak baik-baik saja.

Sejak saat itu mamah jadi sering menangis dan melamun. Padahal kondisi mamah saat itu tengah mengandung adikku.

Bahkan saat mamah melahirkan papah sama sekali gak peduli dengan keadaan mamah dan juga anak yang mamah lahirkan.

Entah apa yang sebenarnya sedang terjadi di keluarga ku, sampai papah pulang dengan membawa bayi ditangannya.

Flashback Off

"Bu, Dira boleh ikutan sarapan?"

"Gak tau mau Lo udah bikin masalah masih minta makan" Ucap Ema ketus

"Yah" Panggil Danira namun ayah tak sedikitpun bergeming

"Duduk sini Ra" Perintahku

"Bang Lo kenapa sih gak usah sok baik sama dia yang ada ntar ngelunjak"

"Lo yang diem" Bentakku

"KALIAN INI BISA GAK SEHARI AJA GAK RIBUT" Bentak papah

"Pah, dia cuma minta makan dia juga anak papah"

"Kalo dari awal papah gak bisa nganggap dia anak ngapain papah bawa dia kerumah ini?"

"Diam kamu Dewa"

"Pah, selama ini Dewa selalu diam atas semua perlakuan papah"

"Danira gak salah gak seharusnya dia diperlakukan seperti ini"

"Bang" Mamah menahan tanganku

"Ayo Ra" Aku menarik tangan Danira untuk keluar dari rumah

"Bang"

"Naik Ra"

"Bang"

"Naik Ra, gw bilang naik ya naik" Bentakku

Aku melihat tubuh Danira bergetar, mungkin sikapku sudah keterlaluan padanya.

"Sorry Ra"

"Bang, maafin Danira" Ucapnya lirih

"Maaf kehadiran Danira di dunia ini udah bikin keluarga abang susah" Ucapnya lagi yang membuat hatiku tertusuk.

"Ini semua bukan salah Lo, tapi wan---" Ucapanku tertahan di tenggorokan saat kata-kata sialan itu keluar dari mulutku.

Hmmmm bagaima bisa aku mengucapkan hal itu.

"Maafin ibu kandung Danira ya bang" Pintanya dengan menyatukan kedua tangannya di dada, mata Danira mulai mulai menitihkan air mata dan entah kenapa air matanya membuatku semakin sakit.

Aku menariknya dalam pelukanku "Lo gak salah Ra, Lo gak perlu minta maaf" Ucapku

"Tapi semuanya benci Danira bang" Ucapnya dalam isakan

"Ada gw yang jagain Lo"

"Bang, kenapa harus Danira yang Nerima semua ini, Danira gak pernah minta untuk dilahirkan"

"Ayah benci Danira"

"Ibu benci Danira"

"Ema benci Danira"

"Tapi gw sayang sama Lo, Ra" Ucapku mencoba menenangkan Danira yang sudah luruh dalam tangisnya.

Aku memang gak bisa membelanya saat di depan mamah dan Ema tapi aku juga gak bisa melihat Danira sakit seperti sekarang.

Bagaimanapun juga dia adikku dan aku abangnya.

"Udah ya jangan nangis, bentar lagi sampe sekolah Lo" Aku mengusap air matanya yang masih mengalir

"Makasih bang" Ucapnya

"Senyum dulu dong" Danira menarik sudut bibirnya keatas menampilkan senyumnya walaupun aku tau itu hanya senyum palsu.

"Inget jangan pulang larut malam lagi, diluar bahaya Ra apalagi Lo cewek"

"Iya bang, bang Dewa hati-hati ya"

Aku melajukan mobilku meninggalkan gerbang sekolah Danira, pikiranku jadi kacau setelahnya.

Aku menjadi sosok yang lemah jika dihadapkan dalam situasi ini. Ini bukan pilihan yang harus ku pilih tapi aku hanya harus berdamai dengan ini semua.

**Hwaaaaaa ini Revisiannya🥲

Semoga kalian tetap suka

Yang udah baca , sok boleh baca ulang.

Aku menghapus beberapa part dan juga Mengantinya.

Tapi kalian tenang aja gak usah panik gak usah bingung alurnya tetap sama endingnya juga bakalan sama🤤

KOMEN YANG BANYAK YA😁

TINGGALIN TANDA CINTA JUGA❤️

PART-PART SELANJUTNYA BAKALAN TAMBAH SERU PASTINYA

KARENA KALIAN PASTI BAKALAN LANGSUNG DIBIKIN KLEPEK-KLEPEK SAMA YANG NAMANYA ORION GALANDRA🥰

SIAPAKAH DOI🤔🤔🤔

PANTENGIN TERUS POKOKNY

HEHEHEHE**

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!