Seorang wanita turun dari taxi dengan tergesa-gesa. Wanita cantik berusia 24 tahun itu langsung memasuki salah satu toko roti terbesar di LA.
"hufftt..." ia menghembuskan nafasnya dan mengabsen di mesin finger print. Toko roti tempatnya bekerja menyediakan mesin absensi biometrik untuk semua karyawan disana. Toko roti tersebut merupakan salah satu toko roti terkenal di kotanya. Pemiliknya merupakan salah satu istri dari pebisnis ternama.
"Casey, kenapa kamu datang pagi ini?" tanya Leandra rekan kerjanya di bagian kasir. Ia terkejut melihat temannya datang pagi ini karena biasanya Casey datang siang hari.
"Mulai sekarang aku akan bekerja full time di sini, " ujar Casey mengambil baju kerjanya dari dalam tasnya dan menaruh barang-barangnya ke dalam loker karyawan.
"Bagaimana dengan mengajar anak-anak?" tanya Leandra lagi.
"Aku hanya guru pengganti saja di sana selama satu tahun ini, Mrs Eleanor sudah selesai cuti, untuk sementara aku akan bekerja disini full time menunggu ada panggilan dari beberapa sekolah yang baru ku lamar beberapa hari ini," pungkas Casey.
"Begitu ya, semoga lamaran mu di terima," tukas Leandra. Casey lalu mengangguk.
"Aku ke toilet ganti baju dulu ya," kata Casey melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
Setelah mengganti pakaiannya, Casey lalu menuju kasir. Toko roti tempatnya bekerja sudah mulai ramai pengunjung.
"Casey..." panggil seorang wanita paruh baya dengan tampilan elegan. Semua orang yang bertemu dengannya pasti akan mengira jika wanita itu masih di usia 40-an. Namun ternyata wanita itu sedang menjalani usia ke 55 tahun.
"Oh...Mrs. Luvena, selamat pagi," ucap Emma menunduk pada wanita di depannya yang merupakan pemilik toko tempatnya bekerja.
"Ada yang bisa saya bantu Mrs. Luvena," ujar Casey.
"Tidak ada Casey, saya hanya singgah sebentar saja di sini. Saya bosan di rumah," ujar Luvena. Dua hari ini suaminya sedang pergi bersama putra bungsunya ke luar kota untuk urusan bisnis. Luvena bosan di rumah dan memilih datang ke toko rotinya. Cucu kesayangannya juga sudah kembali ke New York bersama menantunya. Membuatnya semakin bosan.
"Apa Mrs. Luvena ingin saya buatkan kopi" tawar Casey ramah.
"Kamu tidak keberatan?" tukas Luvena.
Casey menggelengkan kepalanya dan tersenyum, "tentu saja tidak Mrs. Luvena," ucap Casey. Luvena lalu menganggukkan kepalanya. Casey melangkahkan kakinya menuju pantry toko untuk membuat secangkir roti pada atasannya itu.
Tak lama kemudian Casey menghampiri Luvena yang sedang duduk di kursi. Toko tersebut juga menyediakan meja dan kursi untuk pengunjung yang ingin menikmati rotinya di sana.
"Ini kopinya Mrs. Luvena, maaf jika kopi buatan saya tidak seenak buatan barista," ujar Casey.
"Terima kasih Casey," pungkas Luvena, Casey kemudian mengangguk.
"Kalau begitu saya kembali bekerja dulu Mrs. Luvena," ujar Emma permisi.
"Mrs. Luvena cantik bukan," ujar Leandra yang berada di samping Casey menatap pemilik toko tempat mereka bekerja yang sedang menikmati roti dan kopinya.
"Iya, beliau tetap cantik di usianya yang sudah kepala lima," balas Casey. Seorang pembeli mendatangi Leandra untuk membayar. Tangan lentiknya mulai menekan tombol-tombol yang ada di mesin kasir.
"Semuanya 200 dollar Madam," ucap Casey. Si pembeli kemudian membayarnya dengan uang pas.
"Terima kasih sudah berkunjung ke toko kami Madam. Semoga anda menikmati cakenya," ucap Casey ramah.
"Mrs. Luvena sangat beruntung karena memiliki suami kaya yang sangat mencintainya dan anak yang sangat tampan. Pasti kehidupannya sangat bahagia," pungkas Leandra lagi setelah pembeli tadi pergi.
"Aku bahkan selalu membayangkan jika aku menjadi menantu Mrs. Luvena," ujar Leandra tersenyum membayangkan dirinya menjadi anggota keluarga Garfield.
"Kenapa tidak kamu dekati saja putranya," balas Casey.
"Heii...memangnya dia mau menikah dengan ku. Kalau saja aku orang kaya, aku pasti mendekatinya," tukas Leandra.
"Dan lagi pula anak Mrs. Luvena yang aku sukai itu ternyata sudah menikah," ujar Leandra.
"Whatt... jadi kamu menyukai suami orang?" tanya Casey terkejut.
"Waktu itu aku tidak tau jika anak pertama Mrs. Luvena sudah menikah, istrinya juga sangat cantik. Mereka sudah punya satu anak laki-laki dan sekarang mereka tinggal di New York," ucap Leandra.
"Bagaimana bisa kamu tau sampai sejauh itu?" tanya Casey.
"Aishh, kamu ini memang gak update banget sih. Semua juga mengenal Arthur Garfield, pengusaha terkenal di Amerika Serikat seperti ayahnya," jawab Leandra sedikit kesal melihat temannya itu yang jarang melihat berita dan media sosial.
"Kalau begitu kamu dekati saja anaknya yang lain, aku mendukung mu teman," kata Casey menepuk bahu Leandra tersenyum.
"Itu tidak akan pernah terjadi Casey, apa kamu tidak tau seperti apa putra kedua Mrs. Luvena? dia itu pria dingin tidak seperti kakaknya yang ramah. Lagipula aku tidak mungkin meninggalkan Jack," pungkas Leandra bergedik ngeri mengingat bayangan wajah anak Luvena yang kedua. Casey hanya menggelengkan kepalanya karena tidak mengenal wajah kedua anak Luvena.
"Tapi wajah tampannya tetap tidak bisa mengalihkan semua pandangan wanita," ujar Leandra senyum-senyum sendiri. Casey menghardikkan bahunya melihat temannya dan kembali fokus bekerja karena ada pengunjung yang mendatanginya.
*******
Casey keluar dari toko. Jam kerjanya sudah selesai. Ia bekerja dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore.
"Casey, apa kamu mau ke bar malam ini," ujar Leandra.
"Megan dan Pamela juga ikut," timpal Leandra. Megan dan Pamela merupakan teman dekat keduanya yang juga bekerja di toko roti yang sama. Hanya saja kedua orang itu dibagian dapur.
"Baiklah... aku ikut," kata Casey. Tiba-tiba sebuah mobil hitam berhenti di depan mereka.
"Ohh Jack sudah datang, apa kamu ingin ikut dengan kami. Aku akan meminta Jack untuk mengantar mu," ujar Leandra. Jack adalah kekasihnya yang merupakan salah satu Maneger di perusahaan yang ada di kota mereka. Awal pertemuan keduanya juga terjadi di Luvena' s bakery and cake. Setelah 5 bulan berteman akhirnya mereka pacaran.
"Tidak perlu Leandra, aku naik taxi saja. Lagi pula kita rumah kita beda arah. Aku tidak ingin merepotkan kalian," tolak Casey.
"Hmmm...ya sudah. Tapi lain kali kamu harus mau," ujar Leandra tidak ingin memaksa Casey.
"Kalau begitu aku pulang duluan, bye Casey," ujar Leandra lalu masuk ke dalam mobil kekasihnya.
Casey lalu berjalan menuju halte yang jaraknya tak jauh dari toko roti tempatnya bekerja. Ia hanya menggunakan taxi sesekali saja jika dalam keadaan darurat saja. Seperti tadi pagi, ia terpaksa menaiki taxi karena terlambat bangun. Casey memang tipe orang yang sangat hemat.
Casey menyeberang dengan penyeberang lainnya setelah lampu jalan berwarna merah.
Lima belas menit kemudian, Casey sampai di rumahnya.
"Selamat sore nona Casey," ujar satpam di rumahnya.
"Sore Mark," ujar Casey pada satpam rumah yang telah berkepala 4 itu. Casey membuka pintu rumahnya dan melihat kakak satu-satunya ada di sana. Duduk di sofa dengan kucing kesayangannya.
"Hai kak, kapan kakak pulang?" tanya Casey merebahkan tubuhnya di atas sofa.
"Baru saja, tadi Dariel mengajak kakak makan di luar," ucap Adeline.
"Aku belum pernah bertemu dengan kekasih mu itu kak. Padahal kalian sudah menjalin hubungan selama 5 bulan," pungkas Casey merebahkan tubuhnya di atas sofa.
"Kamu saja yang tidak pernah di rumah. Dariel sudah beberapa kali datang kesini," ucap Adeline.
"Maklum saja kak, adikmu ini sibuk setiap hari mencari uang," kata Casey terkekeh membuat raut wajah Adeline sedikit murung.
"Seharusnya kamu itu menerima tawaran kakak untuk bekerja di kantor meneruskan bisnis kosmetik keluarga kita," pungkas Adeline pada adiknya yang cukup keras kepala. Meskipun begitu, Adeline tidak bisa memaksa keputusan adiknya. Namun ia akan selalu ada saat dimana adiknya itu membutuhkannya.
"Tawaranku masih berlaku hingga sekarang Casey," ucap Adeline.
"Jawabanku tetap sama, aku tidak mau kak."
"Apa mommy yang melarang mu?" tanya Adeline membuat Casey sedikit terkejut kemudian menggeleng.
"Ini tidak ada hubungannya dengan mommy kak," jawab Casey. Ia memang ingin mandiri. Sejak kuliah Casey memang sudah mandiri. Bekerja paruh waktu untuk membayar uang kuliahnya. Sebisa mungkin ia tidak ingin bergantung pada orang tuanya.
"Hai sayang..." ucap seorang wanita masuk ke dalam rumah membawa sebuah koper. Menghentikan pembicaraan Casey dan Adeline. Seorang pelayan menghampiri wanita itu untuk mengambil alih kopernya.
"Mom..." pekik Adeline bangkit dari sofa dan memeluk Matilda. Casey buru-buru bangun dari sofa dan mengubah posisi duduknya.
"Adel rindu mom."
"Mommy juga rindu putri mommy yang cantik ini," balas Matilda senang. Ia baru saja pulang dari liburannya ke prancis selama satu minggu ini.
"Ayo..ayo duduk dulu sayang. Mommy membawa oleh-oleh untuk kamu," ujar Matilda senang memanggil supir untuk membawa barang-barangnya yang ada di mobil.
"Aku ke atas dulu," ucap Casey bangkit dari sofa tidak ingin melihat kebahagiaan kedua orang di depannya.
"Casey, kamu jangan pergi dulu. Mommy membawa oleh-oleh untuk kita," ujar Adeline menghentikan langkah kaki adiknya.
"Kakak simpan saja dulu, aku buru-buru. Temanku mengundang ku ke acara ulang tahunnya," bohong Casey. Sebenarnya ia tau mommy nya tidak membeli apa-apa untuknya. Ia juga tau jika kakaknya tidak ingin membuat dirinya bersedih.
"Baiklah kalau begitu, nanti aku taruh di kamarmu," ujar Adeline. Meskipun Adeline tau, besar kemungkinan Matilda tidak membeli apa-apa untuk adiknya itu. Casey menganggukkan
kepalanya lalu pergi.
"Adel, mommy membelinya untuk mu bukan untuk Casey," pungkas Matilda tidak suka. Tebakan Adeline benar.
"Mom, Casey juga putri mommy," ujar Adeline spontan mendapat tatapan dingin dari Matilda.
"Ayolah mom, lupakan masa lalu," Adeline mengusap lengan ibunya dengan lembut. Kedua mata Matilda mulai berkaca-kaca.
"Mom..ah lupakan saja. Bagaimana kalau kita membuka oleh-olehnya saja," ujar Adeline tidak ingin melihat gurat kesedihan di wajah ibunya.
"Mommy lelah, mommy mau istirahat dulu," pungkas Matilda meninggalkan Adeline.
"Sampai kapan mommy akan seperti ini," gumam Adeline menatap punggung Matilda yang berjalan menjauhinya. Adeline yang sedang tidak berminat untuk membuka isi paper bag itu membawa barang-barang itu ke kamarnya.
******
Casey tiba di bar tempat Leandra dan dua temannya yang lain menunggunya disana.
"Hai guys.." panggil Casey menghampiri ketiga temannya yang duduk di bar stool.
"Maaf aku terlambat," ucap Casey duduk di bar stool.
"Santai saja, kami juga baru sampai," ucap Megan.
"Ini kedua kalinya kita datang kesini, untuk pertemuan kedepannya kita dimana lagi,ku harap jangan disini lagi," timpal Pamela yang tidak terlalu suka dengan tempatnya.
"Kalau bukan karena kalian bertiga setuju kesini aku mungkin tidak akan datang kesini, mana disini harganya mahal-mahal lagi," lanjut Pamela.
"Sesekali gak apa-apa kali," timpal Megan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!