Queny Friska Frederic bersama teman sekolahnya sedang merayakan hari kelulusan sekolahnya walau hatinya merasa sedih baru saja kehilangan orangtuanya disebabkan sebuah kecelakaan, tapi tak membuat Queny menyerah menjalani kehidupannya apalagi dikasihani oleh teman sekolahnya maupun walaupun.
Queny hanya menatap teman sekolah menikmati musik yang didengarkan sedangkan dia berdiri sendiri di pojok, dia merasa tak mampu untuk merasa senang walau demi orang lain.
" Queny ikhlaslah om dan tante pasti sudah merasa bahagia disisinya, kamu jangan bersedih lagi ayo kita ke sana" kata Wefina.
Wefina merupakan sahabat satu-satunya Queny di sekolah mereka sudah bersahabat sejak kecil dan orangtua mereka juga bersahabat.
Queny hanya menanggapinya dengan senyuman dan menggelengkan kepalanya akhirnya Wefina membiarkan sahabatnya sendiri karena dia tahu sahabatnya masih dirundung kesedihan.
Queny hanya bisa menghela nafas beratnya sebenarnya dia sudah ingin pergi.
" Wefina maaf aku pulang dulu, aku merasa lelah besok kita bertemu " Queny, mengirim pesan pada sahabatnya dan meninggalkan acara menuju pulang.
Queny mengendarai mobilnya menuju rumahnya kedua orangtuanya meninggalkan sebuah rumah dan cafe padanya juga mobil milik ayahnya, Queny juga memiliki SIM sewaktu ayahnya masih hidup tidak membiarkannya mrngendarai mobil sendirian.
Selama perjalanan Queny mengingat kebersamaannya dengan sang ayah saat memperlajari mengendarai mobil, membuatnya sedih.
" Ayah"
Saat melewati jembatan tanpa sengaja dia melihat dua anak kecil duduk sepertinya kedinginan, Queny yang merasa kasihan memberhentikan mobilnya.
Terlihatlah seorang anak duduk sekiranya berumur tiga tahun dan di sampingnya hanya di alas dengan kain sekitar berumur lima bulan, Queny mendekatinya.
Anak berumur tiga tahun melihatnya dan salah satu tangannya memegang tangan adiknya seakan dia takut.
" Halo adik jangan takut kakak takkan melukai kalian, kakak hanya ingin tahu kenapa kalian bisa berada di sini? " Quenny, melihat keadaan sekitarnya.
Melihat anak pertama hanya diam ketakutan membuat Queny merasa kasihan, Quenny memeluk mereka terdengar suara tangisan membuat hati Quenny merasakan sesuatu yang tak pernah dia rasakan.
" Sayang ayo ikut kakak pulang disini tak baik untuk kalian, kakak akan menjaga kalian " kata Quenny, tersenyum.
Anak pertama menanggukan kepalanya dia dapat merasakan kasih sayang seorang ibu pada Quenny, Quenny tersenyum menggendong bayi dan anak pertama memegang celananya. Quenny tidak lupa membawa barang yang sebelumnya ada di samping mereka, Quenny mengendarai mobilnya menuju rumah peninggalan orangtuanya.
Mobil masuk perkarangan rumah yang tidak kecil tapi juga tak besar.
Quenny membantu mereka turun membawa mereka ke kamarnya membaringkan si kecil di atas kasur.
" Mama adik belum makan" kata si kakak.
Deg
Dia di panggil mama oleh seorang anak yang baru pertama jumpainya, dia tak menyangka akan ada seorang memanggilnya mama saat ia baru saja tamat sekolah tapi ia merasa bahagia akhirnya ada dua orang yang kini menjadi tanggung jawabnya dan keluarganya.
Quenny berjanji akan menjadi mama bagi mereka.
" Nanti mama buatkan susu untuk adiknya, sekarang boleh mama tahu nama kalian? " Quenny.
" Nama saya Andrean dan adik saya bernama Fina" kata Andrean dengan malunya. Quenny tersenyum.
Quenny melihat tas yang sebelumnya ia bawa mungkin ada sesuatu di sana, ia ingin bertanya kenapa keduanya berada di sana dan dimana orangtuanya.
Quenny memeriksa tas menemukan susu yang masih hangat dengan hati ia memberikan susu pada Fina, seketika Fina tidur setelah susu habis.
" Sekarang Andrean ikut mama ke ruang makan kita makan malam bersama " kata Quenny, merapikan bantal ke sisi kasur agar Fina tak jatuh.
Untung sebelumnya Quenny sudah memasak nasi melihat isi kulkasnya kosong akhirnya Quenny hanya bisa memasak nasi goreng.
Mereka malam bersama Quenny tersenyum melihat Andrean makan dengan lahapnya.
" Aku tak menyangka sekarang aku sudah memiliki dua anak sekarang apa yang harus aku lakukan? " Quenny, memikirkan langkah selanjutnya.
" Mama Andrean sudah selesai" kata Andrean, menyadarkan Quenny.
Quenny tersenyum. " Sekarang kita cuci tangan dan tidur" kata Quenny.
" Tapi ma " Andrean, melihat piring kotor di atas meja.
" Nanti biar mama yang bereskan" kata Quenny, mengajak Andrean ke kamar mandi membersihkan tangan karena tak ada gugar gigi jadi hanya mencuci tangan.
Quenny membantu Andrean naik kasur dan ikut membaring badan di samping Fina agar dia tak jatuh.
" Sebaiknya esok aku pergi berbelanja tapi aku tak mungkin membawanya, esok akan ku pikirkan" kata Quenny, memenjamkan matanya karena dia merasa lelah.
" Hiks hiks" terdengar suara tangisan membuat Quenny terbangun.
" Oh sayang kamu nangis" kata Quenny, melihat Fina bangun dan menangis. Quenny tersenyum memeriksa popoknya ternyata basah sepertinya ia pipis.
" Sekarang Fina diam dulu ya nanti kakak akan bangun" kata Quenny, mencium pipi kurus Fina. Fina tersenyum jari manisnya masuk ke mulutnya.
Quenny kembali memeriksa tas mungkin ada sesuatu untuk di pakai Fina, saat ia memeriksa tas ia terkejut menemukan dompet berisi uang yang banyak.
" Kok tak ada pengenalnya apa mereka sengaja di buang atau" Quenny menggelengkan kepalanya mengambil popok dan memasangnya ke Fina setelah selesai Quenny melihat jam ternyata sudah jam tiga pagi.
Quenny lebih memilih ke kamar mandi membersihkan diri dan bersiap untuk melaksanakan sholat malam.
Quenny melihat dua anak yang sekarang menjadi anaknya ia tersenyum tak menyangka akan takdir hidupnya seperti saat ini menjadi seorang ibu pada saat ia masih muda. Quenny menutup meja ia harus membersihkan rumah dan memasak untuk sarapan pagi.
Saat Quenny membersihkan rumah terdengar suara Andrean memanggilnya.
" Mama" panggil Andrean. Quenny tersenyum melihat Andrean sudah bangun ia terlihat gemes saat baru bangun.
" Sayang sudah bangun" kata Quenny. Andrean tersenyum malu saat Quenny memanggilnya sayang.
" Mama sedang apa? " Andrean, melihat Quenny memegang sapu.
" Mama sedang membersihkan rumah sekarang Andrean duduk disini ya sebentar lagi selesai nanti mama mandikan putra mama ini" kata Quenny, tersenyum, mencubit hidung Andrean.
Andrean mengukuti perintah Quenny duduk di kursi tak jauh dari Quenny, mata Andrean tak henti terus mengikuti gerakan Quenny.
Quenny memandikan kedua anak angkatnya itu dan mereka sekarang sarapan pagi, untuk Fina Quenny membuat bubur sedangkan untuknya dan Andrean hanya telur beruntung tadi warung sudah terbuka.
Tok tok tok
Quenny membuka pintu ternyata sahabatna Wefina datang.
" Assalamualaikum, Quen " Wefina masuk begitu saja padahal Quenny ingin mengatakan sesuatu.
Quenny hanya menghela nafasnya melihat prilaku sahabatnya satu ini menyusul sahabatnya, ketika mendekat Quenny melihat sahabatnya terpaku melihat kedua anaknya duduk di karpet tebalnya.
Quenny tersenyum duduk di samping Andrean dan memangku Fina yang sedang meminum susunya.
" Quenny, ini siapa kenapa ada di rumahmu" kata Wefina, menunjuk arah Andrean dan Fina.
" Mama, dia siapa? " Andrean, dengan suara cadel.
"Apa mama" teriak Wefina. Teriakan Wefina membuat kedua anak tersebut ketakutan dan menangis Andrean memeluk erat Quenny dan Fina menangis.
Quenny menatap tajam ke arah sahabatnya memintanya untuk diam dan berusaha menenangkan mereka. Wefina dengan diam duduk di samping Quenny memandang kasih sayang sahabatnya pada kedua anak angkatnya.
Quenny menceritakan semuanya pada Wefina ia tak ingin membuat sahabatnya khawatir.
Mendengar cerita Quenny membuat Wefina merasa kasihan pada kedua anak yang kini bahagia bersama sahabatnya sungguh tega orangtua yang membuang mereka, tapi bagaimana dengan Quenny ia begitu tahu sahabatnya ingin menjadi seorang pembisnis sekaligus dokter.
Orangtua Quenny sangat menginginkan putrinya mengurus perusahaan yang didirikan oleh ayahnya tapi karena Quenny bercita menjadi seorang dokter orangtuanya hanya mendukung.
" Sekarang apa yang akan kamu lakukan Quen" kata Wefina.
Quenny tersenyum ia sangat tahu sahabatnya sangat mengkhawatirkan dirinya.
" Aku akan merawat mereka mungkin dengan pertemuan kami tak membuatku kesepian lagi" kata Quenny, mengingat ayahnya meninggal sebelum ia lulus sedangkan ibunya sudah meninggal sejak dua tahun lalu.
Wefina memeluk sahabatnya ia sangat tahu betapa rapuhnya saat ayahnya meninggal sedangkan dia sibuk dengan ujian.
" Aku akan mendukungmu tapi bagaimana dengan kuliahmu? " Wefina, mengingat tujuannya ke rumah sahabatnya membicarakan kuliah.
" Aku tetap dengan permintaan ayah dan cita-citaku Wef, jika mereka kamu khawatirkan aku sudah memikirkannya. Sekarang temani aku belanja membeli kebutuhan mereka beruntung aku menemukan uang dalam tas waktu menemukan mereka sepertinya memang sengaja di tinggalkan" kata Queeny, dengan suara pelan agar tak di dengar oleh Andrean.
" Sungguh tega orang itu membuang anak selucu mereka, ayo aku temani kita akan ke mall" kata Wefina.
Queen menggendong Fina sedangkan Andrean memegang ujung bajunya awalnya Wefina menawarkan ia memegang tangan Andrean tapi menolak membuat Wefina cemberut, tapi tak membuatnya marah ia tahu Andrean belum terbiasa dengannya.
Mereka menggunakan mobil Wefina pergi ke mall terbesar di kota mereka soal uang tidak perlu khawatir karena Quenny juga mendapat kiriman uang dari asistent ayahnya yang selama ingi mengirim uang melalui kartu Limited miliknya.
Andrean senyum melihat mall terlihat banyak orang sedangkan Fina tertidur di gendongan Quenny.
" Quen sebaiknya kita membeli kereta untuk bayi kembar untuk mereka memudahkan kita berbelanja nantinya" kata Wefina, Quenny menanggukan kepalanya mereka membeli kereta bayi kembar dengan hati-hati Quenn meletakan Fina ke kereta begitu pula dengan Andrean.
Mereka beralih menuju toko pakaian anak-anak membeli baju untuk Andrean dan Fina, para pengunjung di toko berbisik melihat dua gadis membawa dua anak di kereta tapi Quenny dan Wefina hanya mengacuhkannya.
Tidak lupa membeli makanan untuk bayi, susu Queen juga membeli tempat duduk untuk Andrean, setelah kebutuhan anak-anak di beli mereka membeli sembako tak terasa sudah lima juta Queen menghabiskan uang.
Melihat kedua anak lelah mereka memutuskan pulang sesampai rumah Queen memasak makan siang, mereka makan siang bersama Quenny menduduki Andrean kursi yang baru ia beli dan meletakkan makanan di depannya.
Queen menggendong Fina dan menyuapi bubur yang tadi ia buat, Wefina bangga melihat kasih sayang Quen terhadap dua anak yang tak dikenalinya.
Queenny dan Wefina membawa mereka ke kamar sudah waktunya tidur siang, Wefina mengajak Quenny duduk ditaman.
" Quen, apa kamu tidak mencari pembantu?. Kamu takkan kuat mengurus rumah dan mereka secara bersama apalagi kita sebentar lagi masuk Universitas" kata Wefina.
Quenny tersenyum. " Tadi pagi aku sudah menghubungi penyalur tenaga kerja untuk pembantu dan pengasuh " kata Quenny.
"Aku tak menyangka sahabatku cepat juga, baiklah aku pulang dulu nanti orang rumah mencari lagi" kata Wefina, pamit. Queen mengucapkan terima kasih karena sahabatnya sudah membantunya hari ini.
" Sepertinya mereka bangunnya lama sebaiknya aku melapor dulu pada Rt" kata Queen.
Queen menemui RT memberitahu kedatangan dua anaknya agar tidak ada masalah kemudian harinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!