NovelToon NovelToon

Culun Tapi Kok Hebat

Terpuruknya Suatu Keluarga

Siang itu, Sasa Sangkuriang berangkat ke Kampus dengan naik sepeda, ia berpamitan kepada ibunya, tapi tidak berpamitan bapaknya, karena baginya, bapaknya cuma satu, yang tidak dapat bisa digantikan oleh pria lain.

Kabarnya sih, Bapaknya Sasa Sangkuriang, dinyatakan sudah meninggal dunia, atas kecelakaan kerja, yang kurang berhati-hati, tapi anehnya tubuh mayat bapaknya tidak ditemukan dimana-mana, meskipun sudah dicari ke lobang semut sekalipun.

Bahkan di waktu samaan itu pula, Ibunya Sasa Sangkuriang, melahirkan di Rumah Sakit Sisi Maharaja, terdapat di jalan Sudirman no 30, tentu di daerah Jakarta Utara.

Tapi anehnya lagi, anak yang dilahirkan tidak pernah muncul dihadapannya, membuat Ibu Sasa Sangkuriang bertanya, kepada Nenek Sasa Sangkuriang. "Mama... Dimana anakku... Aku ingin melihat wajahnya... Entah gimana rupa anakku?"

Nenek Sasa Sangkuriang, malah menangis tersedu-sedu, ia tidak sanggup menjawab pertanyaan putrinya, dengan berat hati ia berkata."Lesti sayang... Anakmu sudah meninggal dunia, ia tidak lahir selamat... Maafkan Mama sayang...."

Ibu Sasa Sangkuriang tidak terima hal itu, bahwa anaknya meninggal dunia, makanya mendengar jawaban sang Nenek Sasa Sangkuriang, ia malah menangis, dan berharap Bapak Sasa Sangkuriang memeluknya dan memberikan perhatian lebih untuknya.

Tiba-tiba Pak Harto sebagai mandor, mengunjungi Rumah Sakit Sisi Maharaja, ingin bertemu keluarga besar Alim Muhammad, tapi Pak mandor itu, nggak sanggup mengunjungi, setelah sampai di pintu kamar pasien Rumah Sakit, dimana Ibu Sasa Sangkuriang terbaring lemas di sana.

Tapi informasi keadaan Alim sebagai supir truk tempat ia bekerja dengannya, harus segera disampaikan.

Tunggu dulu, bagaimana Pak Mandor tahu, kalau Ibu Sasa Sangkuriang, sudah berada di Rumah Sakit.

Begini ceritanya, Pak Mandor itu, mendengar kabar, Supir truknya mengalami kecelakaan, sehingga bahan baku bangunan, tumpah ke mana-mana, belum lagi mobil truknya terguling, tapi anehnya mayatnya tidak ditemukan.

Makanya Pak Mandor cepat-cepat ke rumah Alim Muhammad, mengenai kabar itu, menurut aku sih, seharusnya telpon aja, kenyataannya sih nggak bisa ditelepon, karena Keluarga Besar Alim Muhammad sangat miskin, tentu tidak punya hp, yang bisa dihubungi.

Tapi sayang sekali, Keluarga Besar Alim Muhammad, tidak ada di tempat, bahkan tetangganya kasih tahu, bahwa Keluarga Besar Alim, ada di Rumah Sakit, serta dikasih tahu alamat Rumah Sakitnya dimana.

Setelah tahu dimana Rumah Sakitnya, Pak Mandor bergegas menuju ke sana, hingga sampai di pintu Kamar Pasien saat ini.

"Assalamualaikum Bu... Izin masuk... Ada yang ingin saya sampaikan kepada Anda... Ini penting..." Ucapan Pak mandor, dengan ramah tamah, yang begitu sopan, sekaligus santun, membuat semua orang mendengar sapaannya.

"Wassalamu'alaikum... Silakan masuk Pak... Ada apa ini? Kok rasanya penting banget..." Balas sapaan sang nenek Sangkuriang, dan mengijinkan Pak mandor, masuk ruang kamar pasien.

"Begini Bu... Ini mengenai si Alim..." sang Pak Mandor membuka suaranya, dan menyampaikan apa yang harus disampaikan, kepada Keluarga Besar Alim Muhammad.

"Loh ada apa si Alim? Apakah dia melakukan kesalahan?" Balas sang Nenek Sasa Sangkuriang, ia sangat curiga, bahwa Alim, pasti melakukan kesalahan, sampai-sampai Pak Mandor datang repot-repot untuk kemari.

"Sejujurnya aku tidak tega Bu untuk menyampaikan ya..." Ucapan Pak Mandor, begitu ragu-ragu, apalagi melihat tubuh istri si Alim, lemas di kasur pasien.

"Sudah Pak katakan saja... Kok cemas gitu..." Ungkapan sang Nenek Sasa Sangkuriang, ia semakin yakin, si Alim Muhammad, telah melakukan kesalahan.

"Kumohon Ibu... Harus kuat hati... Atas apa? Yang aku sampaikan hari ini..." Mohon sang Pak Mandor, karena berita yang dia sampaikan sangat buruk.

Sang Nenek Sasa Sangkuriang, menghela nafas, ia pun berkata. "Baiklah... Tolong sampaikan... Apa yang Pak Mandor ingin sampaikan?"

"Ibu... Ku mohon kuat hati iya... Aku hanya sampaikan..." Perkataan si Pak Mandor terhenti, ia pun menghela nafas panjang, setelah itu, ia pun berkata. "Si Alim Muhammad... Mengalami kecelakaan... Kami pun sudah berusaha menemukan mayat si Alim ini, seharusnya tubuh mayatnya berada tempat kejadian perkara, Tapi kenyataannya... Tubuh mayat si Alim, seakan ditelan bumi, aku mohon Ibu kuat hati! Atas kabar berita si Alim."

"Tidak...!!! Suamiku! Suamiku!" Teriakkan histeris Ibu Sasa Sangkuriang, setelah mendengar kabar suaminya, ia berteriak kencang saat itu adalah: Lesti Purnama, Sekaligus sebagai Ibunya Sasa Sangkuriang, bahkan saat ini, ia semakin menderita dan semakin terpuruk, dan ia pun semakin tidak percaya, kecelakaan yang dialami suaminya, yang bernama Alim Muhammad itu.

Makanya... Ia menyakinkan pada dirinya, dengan berkata. "Mama...!!! Katakan padaku! Kalau semua aku dengar itu tidak benar! Mama...!!!"

Sang Nenek Sasa Sangkuriang pun, tidak bisa berkata apa-apa, seolah-olah dirinya patung nggak bisa bergerak, setelah mendengar keadaan menantunya mengalami kecelakaan.

Aku kasih tahu aja deh! Nama Nenek Sasa Sangkuriang ini, adalah Ibu Izul Sakti, udah itu saja.

Habis itu apa lagi ya? Oh ya, seluruh keluarga merasa mendapat nasib yang buruk, bahkan nasibnya bertubi-tubi ia terima.

Karena Lesti Purnama adalah wanita yang baik, dan telah jatuh cinta dengan seorang, yang bernama Alim Muhammad, meskipun pria ini berkerja serabutan, tapi Lesti tetap mencintainya.

Akan tetapi seorang Ayah Lesti. Tidak setuju atas pernikahan putrinya, karena ia takut putrinya tidak bahagia, pada akhirnya ketakutannya pun semakin memuncak, setelah melihat putrinya, kawin lari, atau disebut nikah siri kali ya.

Mendengar kabar itu, sang Ayah Lesti, kena serangan jantung, karena jantungnya nggak kuat, disebabkan telah dimakan usia, hingga membuat sang Ayah Lesti meninggal dunia.

Itu baru pertama loh, belum lagi, yang kedua, dimana saat kala itu, untuk pertama kalinya Lesti Purnama, melahirkan seorang anak kembar, sayang sekali anak satunya meninggal dunia, dan satu lagi selamat, makanya yang selamat itu, bernama Sasa Sangkuriang.

Yang ketiga, dulunya sang Ibu Lesti, sangat membenci anak menantu itu, kok berani menikah putrinya, tanpa restu dari seorang Ayah Lesti, yang bernama Pak Samuel itu.

Kenyataannya... Apa? Nasi menjadi bubur, sang Ibu Izul Sakti, mau menerima menantunya, dengan syarat membuat putrinya bahagia.

Yang keempat, datang lagi musibah, malah si Alim Muhammad meninggal dunia.

Apakah disebut ini karma, karma karena tidak dapat restu dari seorang Ayahnya Lesti, hingga musibah ini, ia dapat berulang kali, dan tidak menemukan bahagia yang ia cari, entahlah aku pusing memikirkannya.

Sudah lima tahun menjadi Janda, Ibu Lesti Purnama, terus menjalankan hidupnya sehari-hari, dengan alasan membesarkan Anak Perempuan satu-satunya, yang bernama Sasa Sangkuriang.

Sedangkan Ibu Izul Sakti, nggak tega, melihat putrinya menjadi Janda! Makanya dari itu, ia mencari pria terbaik yang bisa terima Lesti Purnama apa adanya.

Maka... Ketemu lah Pria itu, cukup mampang bisa dibilang, seperti nggak kaya, nggak juga miskin.

Meskipun demikian, Ibu Izul Sakti, sangat yakin pria yang ia pilih, bisa membahagiakan putrinya, walaupun hidup sederhana, nama pria itu bernama Pak Sanjaya.

Ibu Lesti Purnama pun, justru menerimanya, itu pun kalau sudah dibujuk berulang kali oleh Mamanya, hingga ia mau, untuk menikah dengannya, walaupun... Ada paksaan sih bisa dibilang, dan harus... Mencintai seorang pria, yang tidak pernah ia cintai.

Emang butuh waktu, lama-kelamaan ia harus belajar untuk mencintai, karena Pak Sanjaya ini, orangnya Sholeh loh, shalat pun tidak pernah ia tinggalkan, bahkan tiap malam terus berdoa, belum lagi, lu harus tahu ya... Setiap laki-laki dunia ini... Nggak bisa lepas untuk merokok kan... Padahal kita tahu rokok itu bahaya... Dia... Sanjaya... Nggak pernah merokok, walaupun dalam Rumah atau diluar Rumah... Mantap kali pria ini deh.

Tapi ya gitu... Sasa Sangkuriang, tidak terima ia sebagai Ayahnya.

Ia sering panggil Paman... Kadang kala di panggil Pa de... Ia tidak pernah, sekalipun panggil Ayah, karena apa ya? Mungkin ada sebuah tuduhan, yang belum tentu benar sih... Apa itu? Beritanya begini... Ibunya Sasa Sangkuriang, sering disebut, sebagai Siluman, yang mencari tumbal, hanya demi kecantikan, sudah banyak memakan korban, katanya... Itu berarti... Beritanya belum tentu benar... Informasi dari mana tuh... Kok bisa ada rumor begitu... Itupun masih misteri yang belum dipecahkan sih.

Makanya setiap kali datang ke Kampus, Sasa Sangkuriang, sering di ejek, dan disebutkan sebagai Putri Siluman, karena ia lahir, dari Ibu anak siluman....

Salah satu contohnya, Tika Putri, bersama teman-temannya, berusaha merunduk Sasa Sangkuriang, biar mampus, dan cepat-cepat deh keluar dari Kampus.

Sebab... Tika Putri ini takut, Ayahnya yang bernama Pak Sanjaya, akan menjadi tumbal kecantikan Ibu Lesti Purnama, yang tampaknya selalu awet muda loh... Itu berarti... Tika Putri, merupakan saudara tiri Sasa Sangkuriang deh.

Kok bisa begitu... Padahal sebagai saudara akur dong, ini malah sebaliknya.

Mungkin sebab ini juga, Sasa Sangkuriang, tidak terima Pak Sanjaya sebagai Ayahnya.

Setiap kali pergi ke Kampus, ada aja, mau merunduk Sasa Sangkuriang, padahal ingin cepat-cepat selesaikan studinya, dan keluar dari Kampus secepatnya ia bisa loh.

Tapi ya gitu, harus menyesuaikan semester, yang ia kejar.

Oh... Begitu..., keadaan Keluarga Besar Pak Sanjaya, sekarang ini, tampaknya tidak tahan lama deh, keluarga ini.

"Alhamdulillah... Nyampai juga ke Kampus... Mudah-mudahan Tika tidak cari masalah denganku..."Gumam Sasa Sangkuriang, sambil memarkirkan Sepeda kesayangannya.

Setelah itu, segera masuk kelas cepat-cepat, jangan sampai... Ia bertemu Tika Putri, dengan teman-teman terbaiknya. Yaitu Inu dan juga Sari, bisa bahaya jumpa sama mereka.

Ini... Bukankah seharusnya... Melaporkan Civitas Universitas, atau BPM kali...

Emang tahu istilah Civitas Universitas atau BPM? Jujur aja aku nggak tahu, karena kerjaan aku hanya serabutan, hanya saja aku pernah dengar, salah satunya BPM, singkatan dari Badan Perwakilan Mahasiswa, tugasnya persis OSIS SMA, sedangkan Civitas Universitas, terdiri dari seorang staf Dosen, Pengurus Administrasi, Satpam mungkin, apalagi Clear servis, nggak tahu deh, tanya saja Mba Google, google tahu banyak.

Makanya itu... Kok aneh... Kenapa nggak dilaporkan? Agar masalah clear....

Nggak bisa cuy,... Kalau dilaporkan, yang ada ia harus ribut dengan Ayah angkatnya, karena Ayah angkat ini, malah peduli Putri kandungnya, ketimbang anak tirinya.

Belum lagi, Ibu Sasa Sangkuriang, harus bisa mencintai, dan menyayangi, Suami barunya, kalau sampai ada keributan, keluarga besar ini, bisa hancur kapan saja.

Karena pernikahan yang mereka laksanakan, bukan berdasarkan cinta dan kasih sayang.

Dan sekaligus berusaha, move on almarhum suaminya, dan berikan kesempatan kepada pria lain, untuk masuk kehidupannya.

Ya... Sangat berat cuy, karena sampai sekarang, Lesti Purnama masih ada rasa pada almarhum suaminya, hebatnya... Cintanya itu... Sangat besar. Apakah ini namanya cinta sejati? Mungkin begitu.

Buktinya Sasa Sangkuriang, hasil cinta mereka berdua, kalau bukan cinta, Sasa gak akan lahir, emang ada sih hamil diluar nikah, tapi soal, perlecehan anak gadis, sangat jarang ada kabar mereka hamil, karena hukum Indonesia sangat ketat, karena ketatnya itu, banyak anak Gadis, harus kehilangan nyawa, hanya karena ingin menghapus bukti.

Makanya aku berkata. "Sasa Sangkuriang, kamu sungguh derita ya... Belum apa-apa langsung bertemu Tika Putri, di pintu gerbang Kampus, bersama dua temannya itu."

Padahal, berharap... Tidak bertemu saudara tirinya.

"Hai Kak Tika, apa kabar?" Sapaan Sasa Sangkuriang, merasa ketakutan di hatinya, baginya... Ini hari sial.

"Berani sekali, kamu! Manggil aku Kakak! Emang kita akrab hah!" Marahnya Tika Putri, marahnya pun nggak jelas.

"Oh maaf... Aku pergi dulu..." Balas Sasa Sangkuriang, ia sebenarnya ingin melarikan diri, dari saudara tirinya.

"Esst! Kapan aku menyuruh kamu pergi!" Inu...! Sari...! Tangkap dia!" Perintah Tika Putri, dengan penuh emosional dan tegas, bisa dikatakan, wanita ini serem kayak hantu.

Sejujurnya Inu dan Sari, tidak ingin menuruti kemauan Tika Putri, tapi kok harus mau, karena kemauan itu, mereka berdua menangkap Sasa Sangkuriang, tanpa bersuara.

"Apa-apaan ini! Lepaskan aku! Aku harus masuk kelas!" Teriakkan histeris Sasa Sangkuriang, membuat penjaga keamanan, atau bisa dikatakan Satpam, mendengar keributan nggak jauh dari sana, tentu berlari dan menghampiri mereka.

Dengan tegas, Satpam berkata. "Ada apa ribut-ribut! Tolong cerita! Mungkin bapak bisa selesaikan masalah kalian!"

"Adu... Ini kenapa orang ikut campur dah..." Bergumam Tika Putri, nggak nyangka... Teriakkan si Sasa, membuat Satpam datang kemari.

"Aduh... Pak Satpam... Kami nggak ribut kok... Hanya saja Sasa ini, nggak mau belajar kelompok sama kami Pak... Jadi kami paksa deh..." Ucapan Halus, seorang gadis begitu manis, yang bernama Tika Putri, dengan rambut panjang, berwarna emas permata, dengan pakaian anak gaul, seperti anak zaman sekarang.

"Kalau nggak mau, jangan dipaksa, lepaskan dia, kasihan..." Jawab si Satpam itu, yang berani dan begitu kekar, seakan atlet terkenal, padahal cuma seorang Satpam.

"Tapi pak!" Nolaknya Tika Putri, ia tak ingin mangsanya lari.

"Tapi apa?" Satpam pun semakin tegas, membuat Tika Putri, nggak berarti baginya, padahal dia ini Gadis manis loh.

"Pak Satpam,... Atau aku panggil Paman Doli Andika, seharusnya tidak ikut campur...." Ucapan Pemuda Kaya, menghampiri mereka.

"Si anak sombong... Ingin menjadi Ksatria, aku sudah muak dengan sifat sombong itu, apa kamu sudah hebat di sini..." Balas si Satpam itu, karena dia sangat kesal, dengan anak playboy seperti dia.

"Aku anggap saja, itu pujian Paman Doli... Hei Nona manis, apa ada masalah." Ungkapan si Pemuda Kaya, dengan stelan Jaket Hoodie sweater paling keren, setiap rajutan nya, seakan dari seniman hebat. Pria ini bernama Danu Arjuna sok tampan.

"Pak Satpam ini... Mengganggu aktivitas belajar kelompok kami, jadi tolonglah..." Rengekan Tika Putri sok imut. Aku merasa jijik deh.

"Hei Nona! Jangan kamu karang yang terjadi di sini... Kamu tahu akibatnya telah berbohong disini!" Marahnya Pak Satpam itu.

"Paman Doli... Kecilkan suaramu... Sangat tidak pantas berteriak-teriak di depan wanita... Belum lagi wanita ini begitu manis, bagaimana aku tak tahan ingin menggodanya, karena bagiku... Bunga Mawar... Tidak secantik dirinya..." Ungkapan Danu Arjuna, sambil merayu wanita di depannya, dia sangat tidak tahan, maka... Dengan cepat, ia menggenggam tangan, dan siap menciuminya.

"Dasar Playboy! Sungguh Playboy!" Marahnya di hati kecil Pak Satpam, hingga cuma dia yang bisa mendengar kata-katanya sendiri, sedangkan Tika Putri, malah malu-malu kayak Kucing, seperti... Meo... Meo... Meo....

Setelah mencium, Danu Arjuna melepaskan genggamannya, seraya berkata."Jadi... Paman Doli... Tolong lepaskan mereka...."

"Baiklah... Aku akan melepaskan mereka, setelah mereka lepaskan Siswi yang tidak mau belajar kelompok sama mereka... Paham anak muda..." Balas Si Satpam itu, karena dia sangat kasihan, terhadap Sasa Sangkuriang, yang diperlakukan tidak enak hati buat Sasa sendiri.

"Ya ampun... Paman Doli... Siswi mana... Bukankah di hadapanmu Siswi semua, bahkan bulan pun sangat malu, karena Nona ini terlalu manis, iya kan Nona..." Ungkapan Danu Arjuna, bahkan setiap kata, ada aja gombalan ya.

"Dasar sontoloyo! Ini pagi! Mana ada bulan di pagi buta begini! Aku tidak peduli ya, tunggu sebentar... Namamu siapa neng!" Kesalnya si Satpam itu, sambil bertanya pada Sasa Sangkuriang.

"Namaku Sasa Sangkuriang, Paman..." Jawab si Sasa.

"Iya itu dia, Sasa! Tolong lepaskan dia, baru aku lepaskan mereka, cepat! Sebelum aku berubah pikiran!" Perintah si Satpam, sambil mengancam.

"Paman Doli..." ungkapan Danu Arjuna, nggak bisa dilanjutkan, setelah melihat marahnya Satpam itu.

"Kamu ingin mengatakan apa? Anak Pemuda sialan!" Ungkapan balasan begitu marah, dari si Pak Satpam ini.

"Itu... Nggak jadi Pak... Nggak jadi..." Takutnya si Danu Arjuna tersebut.

Sehingga Sasa Sangkuriang, berlalu pergi, setelah dilepaskan mereka, sekaligus mereka para Siswa-siswi di sana, beranjak masuk kelas.

Sedangkan si Satpam, kembali ketempat ya, sebagai pos penjaga.

"Sial! Kali ini kamu lolos! Tapi tidak untuk hari lain!' Ungkapan Tika Putri, dalam hati, tampaknya dia sangat dendam.

Bersambung....

Penculikan

Jam istirahat, di Kampus, yang dimana Tika, Inu dan Sari, memakan pesanan di kantin, tentu di Sekolah Universitas Garuda Jaya.

Wilayah itu, terdapat daerah Jakarta Utara saat ini, dan merupakan Sekolah Universitas terbaik di sana.

"Sial! Aku kesal banget dah! Itu orang, berani banget melawan!" Marahnya Tika saat ini, untuk makan yang dia pesan aja, terasa nggak enak, bawanya marah aja.

"Ehhhh! Siapa kamu maksud? Tika!" Balas Inu dan Sari, secara serentak, tampaknya mereka berdua tidak tahu, apa yang di bicarakan oleh Tika saat ini.

"Ya ampun kalian berdua, apa kalian tidak tahu, yang ku maksud itu, Sasa lah! Siapa lagi bukan dia?" Tangkas dan kesalnya Tika.

"Sudah... Sudah... Jangan ngambek lagi dong... Setelah makan kita kan masuk kelas lagi, lu tahu kan dosen hari ini cukup galak, kalau nggak Lulus studi dari dia, mampus lah kita." Tanggapan Inu.

"Iya... Itu benar Tika... Yang sabar..." Timpal Sari.

"Jujur aja... Kenapa sih? Benci banget anak itu... Padahal dia itu baik loh." Tanya Inu penuh penasaran banget, padahal Tika Putri dan Sasa Sangkuriang itu kan Saudara.

"Lu pada aku kasih tahu iya, kenapa aku...? Benci sama dia! Karena dia itu Anak Siluman... Anak yang mencari tumbal demi kecantikan Ibunya, dan sudah banyak korban dimakan olehnya... Salah satunya Mantan Suami Ibu tiri ku, karena mengalami musibah, sekaligus aneh... Mayat tubuhnya tidak bisa di temukan, aku yakin... Sudah dimakan oleh Ibu tiri ku, begitu lah pendapat ku." Jelas Tika Putri.

"Kok jadi seram banget."

"Iya nih... Aku kok jadi takut." Komentar Inu dan Sari.

"Makanya... Aku ingin sekali ngerjain dia, kalau bisa... Aku buktikan... Sasa itu Siluman." Seriusan si Tika Putri. Tanpanya... Tika Putri sangat yakin... Sasa Sangkuriang itu Siluman.

"Gimana cara buktikan ya, Tika..." Tanya Sari.

"Sini aku bisikin... Gini caranya...." Saran Tika Putri, dan sekaligus, Mereka bertiga berbisik, seakan bikin rencana, tanpanya... Rencana mereka bertiga, kurang enakan. Bisa dikatakan, sangat buruk.

"Sebenarnya usia mereka berapa sih, kok percaya sama cerita takhayul!" Tanpanya aku begitu kesal, walaupun begitu aku akan lanjutkan ceritanya.

Singkat cerita, saat pulang Sekolah Universitas Garuda Jaya, Sasa Sangkuriang, berjalan menuju loker di lorong Sekolah Universitas, hanya untuk mengambil barangnya, habis itu ia akan pulang.

Tanpanya Sasa Sangkuriang, begitu hati-hati, menuju loker tersebut, sudah berapa kali, dikerjain Tika Putri, di situ.

"Aman... Tanpanya Tika tidak ada disini, aku harus cepat dan pulang." Ujarnya Sasa.

Setelah sampai di depan lokernya, ia membuka, dan ambil barang disitu, dan segera meninggalkan tempat itu, tentu hati-hati dan cepat, jangan sampai, Tika tahu dia disini.

Tanpa diduga, ada orang yang mengawasinya... Siapa mereka? Kok misterius sekali, sebab wujud dan rupanya nggak kelihatan, setelah melihat gerak-gerik mereka, tanpanya berusaha menculik orang.

Tambah lagi, Sasa Sangkuriang, malah tidak curiga, kalau ada orang misterius itu lagi awasi Sasa berada.

Sekaligus siap menikam Sasa kapan saja, dari belakang tentunya, dengan menggunakan obat bius tidur, yang dapat amnesia semetara.

Hop.... Hal itu berhasil, bahkan perlawanan Sasa tidak berguna sama sekali, iya tahulah... Fisik perempuan itu lemah. Tampaknya yang menyergap itu, laki-laki.

Lah... Bukannya tempat umum, seperti tempat penyimpan ini, atau disebut ruang Loker, seharusnya ramai seperti biasa, ini kemana orang-orang dah... Apa pada pulangnya? Nggak tahu mestinya sih, tanpanya bener-bener sepi deh.

Dan sekaligus aku tahu sih, hari ini pun, sudah menunjukkan hari jam siang menjelang sore. Tapi nggak sepi ini juga sih, setidaknya ada Cleaning servis disitu, karena pasti ada aja sampahnya, gimana ya tahulah,... Perilaku para Mahasiswa anak jaman sekarang, kurang mencintai kebersihan deh, contohnya buang sampah sembarang, padahal tong sampah dekat loh, 20 langkah nggak nyampai lah.

Mungkin mereka pikirkan. "Alah... Ada tukang bersih-bersih...."

Aku pernah kerja serabutan seperti itu, rasanya sedih deh, tapi nggak apa-apa deh, daripada tidak ada kerjaan, "Semangat berkerja!" Itulah yang ada gumam di hatiku.

Setelah itu, Sasa Sangkuriang tetap memberontak dan terus-menerus melawan, sehingga hijab atau kerudung cantik itu, malah berantakan, atau amburadul lah bisa dikatakan, tentu berwarna putih mengkilap seperti rembulan, kalau di pandang sih... Mantap kali... Bahkan indah sekali. Sehingga tidak ada kalah oleh kecantikan wajahnya itu loh. Soal body sih... Aduh... Jangan ditanyakan, gimana ya? Pokoknya aduhai banget dah.

Tapi iya gitu, pakaian sangat sopan, sehingga body nya,... Nggak nampak deh, rupanya ini kebalikan Tika Putri deh. Saudara tiri itu loh....

"Lepaskan aku!!! Lepaskan aku!!!" Teriakkan Sasa Sangkuriang, yang terus memberontak.

Kenyataannya sih... Sasa terkuras tenaganya, dan semakin lemah, belum lagi kepalanya itu, terasa pening, kayak ada muter-muter gitu, sehingga nggak lama lagi, Sasa, terasa ingin pingsan.

Breuh... Akhirnya pingsan juga Sasa.

"Bagus bawa dia!"

"Mantap kali Siswi ini...."

"Jangan banyak komentar, cepat bawa!"

"Bantuin lah, jangan diam aja."

"Ayo...."Komentar orang misterius itu, yang terdiri dari dua orang tidak deh, kurasa empat orang, atau lebihnya, sial! Samar-samar gitu bayangannya.

Meskipun begitu Sasa tetap di bawa pergi dari situ, oleh mereka, dan tidak ada tahu tindakan mereka, kecuali Allah SWT.

"Allah SWT, mereka berapa orang sih?" Tanya aku, dan berharap mendapatkan jawabannya.

Kenyataannya selama aku nunggu, nggak terjawab dong. Ya sudah deh, lanjut.

Sedangkan Tika, Inu, dan Sari, udah tiba di lorong Loker penyimpanan, sekaligus menaruh Garam, Tikus, dan menumpahkan Saus Tomat, seakan itu darah manusia asli, kalau orang bilang, Ori banget deh darahnya.

Tentu melakukan itu, merasa jijik, apalagi Tikus yang mereka bawa, untuk dapat di simpan dalam Loker Sasa, hanya untuk buktikan... Bahwa dia itu Siluman. Ini sih... Tindakan Fitnah loh. Nama juga orang lagi dendam, yang beginilah kelakuannya.

Ingin sekali aku pukul, anjir... Tidak dapat aku sentuh, tampaknya aku hantu, lanjut.

"Aku sungguh kasihan sama Sasa, punya saudara tiri kejam seperti mu... Tika!"

"Wus... Jangan bilang begitu... Bagaimana pun, gini-gini teman kita."

"Tapi kan, tindakan ini loh... Kayak Siluman!" Komentar Inu dan Sari.

"Aku tahu ini kejam! Tapi aku kan, ingin melindungi Bapakku, aku tidak ingin Bapakku celaka, gara-gara Siluman itu." Tanggapan Tika Putri, atas komentar Inu dan Sari.

"Emangnya siapa yang bilang, kalau Sasa Siluman." Tanya Inu dan Sari.

"Orang-orang tetangga aku, lagi gosip sih, atas kematian Mantan Suami Ibu tiri ku, yang aku ceritakan tadi." Jawab Tika Putri, tanpa ragu.

"Dan lu... Percaya hal itu!" Ungkapan Inu dan Sari, sungguh-sungguh.

"Iya... Aku percaya. Udah ayo pergi..." Jawab Tika Putri, yang begitu polos, karena percaya perkataan orang-orang tetangganya.

"Inu... Aku rasa tindakan kita ini, salah!"

"Aku juga begitu." Bisik Inu dan Sari, cuma mereka berdua bisa dengar.

"Ayolah... Inu! Sari! Mari pulang!" Senangnya Tika Putri, sekaligus mengajak Inu dan Sari pulang.

Tanpa disadari mereka, Sasa Sangkuriang, Sudah diculik, bahkan aku pun tidak tahu siapa mereka.

Apakah lawan atau... Jangan-jangan teman, yang pasti, mereka membawanya ke tempat sepi, tentu salah satu gedung kosong, bisa dikatakan sebagai gudang deh.

Jangan-jangan ingin melecehkan Sasa Sangkuriang, aduh... Jangan salah sangka, mereka ini sebenarnya... Lagi jual Sasa, dengan harga yang sangat tinggi, tanpanya perdagangan manusia sih mah.

"Bagaimana kita hamili dia?"

"Wus... Jangan sembarang! Nanti harganya nggak tinggi dong."

"Tapi kan, sayang sekali, kita menculik, tapi belum rasakan nikmatnya tubuh Siswi."

"Kalau kita menyentuh dia, sama sekali tidak ada harganya, terpaksa deh, kita harus membunuhnya, kalau perlu, hilangkan jejaknya."

"Karena Siswi yang tidak suci lagi, bisa-bisa nggak ada mau bayar kita-kita, dengan harga paling tinggi, walaupun masih cantik, apalagi body bagus."

"Bandar kita tidak suka, dia maunya masih suci, begitu maksud mu."

"Iya."

"Banyak maunya sih Bandar, lagian kalau kita sentuh, si Bandar ini pasti tidak tahu apa-apa, apalagi Meraup curiga pada kita, bukannya kita ini langganannya."

"Lu nggak tahu sih, si Bandar ini, sudah siapkan dokter terbaik, bahkan sudah siap diperiksa secara teliti, jangan sempat Siswi kita jual, malah sudah bolong keduluan, bisa-bisa kita langsung mati ditempat, emangnya kamu mau!"

"Nggaklah."

"Ya udah, turuti kemauan si Bandar."

"Menjengkelkan sekali si Bandar.''

"Daripada lu jengkel di sini, mending lu siapkan mobil bawa kemari, dan aku nelpon bos Bandar."

"Iya deh."

"Tapi jangan pakai lama."

"Iya... Cerewet amat."

"Cepat sana pergi."

"Alamak, aku diusir, keparat juga kawanku ini."

Wah... Gawat! Udah siap di jual ini, Sasa sebaiknya kamu cepat sadar. Sasa!!! Sasa!!! Sasa!!! Cepat bangun!

Yasudah... Lewati bagian ini deh. Lagian aku ini hantu. Ngomong-ngomong, bagaimana bisa pula, aku jadi hantu.

Di sisi lain. Ada seorang pemuda berumur 17 tahun, berbadan pendek, walaupun begitu, dirinya pernah dikejar seluruh wanita cantik, yang ingin jadi pacarnya, bahkan ingin menjadi istrinya, sungguh gila, apa karena tampan, atau pemuda ini seorang anak konglomerat, yang pasti dia ini, seorang anak-anak yang belum cukup umur untuk menikah. Tapi pesona itu, sungguh menakjubkan.

Sekaligus Pemuda itu, lagi bersantai, di kafe terkenal di sana, lebih tepatnya di Kebun Jeruk, dengan daerah yang terkenal Jeruk manisnya, karena penduduknya ramah tamah, makanya disebut manis.

Padahal hari ini menjelang sore, tapi kalau sudah malam, Kafe ini akan penuh dengan Pemuda pemudi dengan gaya begitu sopan, dan sebagai membawa pacarnya, secara hukum syariah seharusnya dilarang, ada satu kata membuat aku tertarik, aturan hanya khusus untuk di langgar. Itulah yang terjadi zaman sekarang ini, benarkan....

"Hari ini, ada begitu banyak penjual Gadis cantik, berusaha hubungin ku." Ucapan Pemuda itu. Terhadap seorang wanita manis di sebelahnya, dengan corak pakaian begitu lucu, dengan berambut pendek, seakan dirinya seorang pria cantik, kelembutan kulit tangannya, membuat dirinya tersenyum.

"Oh benarkah... Aku tidak sabar berjumpa mereka... Tapi ingat... Mereka harus masih suci, maknanya... Belum tersentuh oleh pria mana pun, kamu mengerti kan, adik tampan ku...."

"Oh soal itu, jangan khawatir... Bisa di atur Kakak...."

"Adikku...."

"Iya Kakak..."

"Menurutmu kalau aku pakai hijab, apa aku kelihatan cantik..."

Gadis itu, yang ada disebelahnya, berusaha untuk dipeluk, dengan santainya Pemuda itu, berusaha menolak dan menghindarinya.

"Tentu saja, Kakak pasti kelihatan cantik, bahkan bidadari surga pun, kalah kecantikan Kakak."

"Terus... Saat aku ingin kali dipeluk olehmu. Kenapa lu harus hindari aku,... Aku rasa diriku kurang cantik bagimu..."

"Kakak tahu sendiri bukan,... Aku ini lelaki terhormat, tidak pantas bagiku dipeluk Kakak begitu manis. Aku harap pelukan hangat Kakak, dapat dirasakan lelaki yang begitu mencintai Kakak. Sebagai adik... Aku kurang pantas Kakak."

"Tapi kamu harus tahu, cintaku hanya untukmu adikku, maka tolong sekali saja, biarkan Kakak memeluk mu.... Kumohon... Bukannya aturan dibuat hanya khusus untuk dilanggar."

"Berarti kita tidak sependapat Kakak, aturan dibuat hanya khusus untuk dipatuhi, agar Alam Semesta yang ada di dunia ini, tetap terjaga."

"Emang begitu seharusnya, aturan yang dibuat di dunia ini, hanya saja tetap saja dilanggar, itupun ingin menuhi hasrat duniawi ini."

"Kakak... Kalau aku melakukannya... Aku takut bablas, hingga membuat Kakak hamil."

"Bagus dong... Itu artinya... Kamu mencintaiku..."

"Kakak... Itu bukan cinta, melainkan kepuasan sendiri, tolong dibedakan Kakak. Karena kepuasan gampang membuang mu, tapi kalau cinta tulus, itu akan setia sampai akhir hayat."

"Wah... Kalimat puitis sekali, aku makin sayang..."

Gadis cantik yang berambut pendek itu, semakin agresif untuk menyentuh dada di depannya, tapi ya gitu, Pemuda tersebut mengelak dengan alasan.

"Kakak... Aku akan menjumpai sang Penjual, aku pergi dulu..." Bergegas lah pria itu pergi, dan meninggalkan kesan tak peduli.

"Sial... Selalu saja hindari aku, awas saja kamu ya..."

"Hei cantik, boleh Abang temani."

Ada seorang pria menghampirinya, yang begitu sopan, tampaknya dia ingin pdkt, tapi sialnya, Gadis cantik yang berambut pendek, malah membuat dirinya mood semakin buruk.

"Pergilah... Aku tidak butuh sok perhatian seperti dirimu!"

Pria itu, semakin agresif, dengan merangkul Gadis itu, dengan berkata.

"Ayolah... Jangan gitu dong, aku kan cuma, ingin jadi teman... Masa tidak boleh."

Gadis cantik yang berambut pendek, pasrah dengan berkata.

"Boleh aja... Tapi jangan disini... Aku kan malu."

Pria sok tampan itu, semakin senang, tampaknya gadis di sebelahnya, adalah gadis gampangan.

"Baiklah...Kamu ingin pergi kemana... Aku akan mengantarkan mu, kemana pun kamu sukai."

"Benarkah... Kalau begitu ayo..."

Mereka berdua pun, segera meninggalkan Kafe terkenal itu, yang bernama Kafe Mawar Naga Merah, dengan model corak China yang begitu cantik, bahkan pelayan Kafe ini, berpakaian Tradisional China. Dengan menu andalan mereka yaitu Bebek Peking.

Rasanya sangat menakjubkan lah, siapa pun memakannya akan terhipnotis, dan berkhayal terbang dengan bebek sedap.

Mantap kali itu, aku pengen makan itu sama Kakek, namanya siapa kakek itu, aku kok lupa gini. Yasudah lah, lupakan saja.

"Dito bener-bener hebat, belum apa-apa langsung dapat."

"Iya itu benar, aku kok jadi iri gini."

"Makanya... Cari pacar sana..."

"Iya... Aku usahakan. Sabar napa?"

Itu komentar salah satu kelompok sahabat Dito. Dan sekaligus mengikuti keluar, mana tahu ada pertunjukan menarik. Begitulah pikiran mereka.

Setelah sampai di depan pintu, secara mengejutkan. Elsa Sangkuriang, membanting pria yang sok tampan, yang berusaha merangkul dirinya, membuat pria itu, yang bernama Dito, harus tersyukur ke tanah lantai yang begitu manis corak naga merah.

"Mampus kau! Berani sekali menyentuh ku! Macam sudah kenal saja!"

Setelah berkata demikian, Elsa Sangkuriang langsung pergi meninggalkan Dito sendiri, yang saat ini merauk kesakitan.

"Keparat!!! Sakit sekali!!! Tolong aku!!!"

"Dito!!! Ya ampun!!! Kamu baik-baik saja kan!!!"

Ucapan temannya, yang menghampirinya, sekaligus menanyakan keadaannya.

"Baik-baik jidatmu... Tolongin!!!"

Malahan Dito, semakin kesal, kalau ada seorang tanya padanya. Walaupun itu, temannya.

"Sini gua bantuin... Ganas banget cewek itu."

Walaupun sudah di marahin, tapi iya gitu, temannya tetap ingin menolongnya.

Kalau aku sih. "Syukuri... Berani banget gangguan anakku... Tunggu sebentar! Emang aku kapan nikahnya, dan siapa istri gua, aku kok gak tahu..."

Bersambung....

Bos Mafia

"Hei... Wanita dungu! Setelah banting aku! Lu pikir kamu bisa lolos!"

Padahal Elsa Sangkuriang, ingin mau pergi loh, ini kenapa balik lagi dah, sebaiknya pulang Elsa... Pulang!

"Siapa kamu sebut, wanita dungu hah! Kalau berani maju sini! Udah hebat di sini hah! Tunjukkan!"

Ya ampun... Malah emosi si Elsa Sangkuriang, udah... Balik lu, usah ladeni pria brengsek itu.

"Buset... Galak amat nih... Udah Dito... Ayo pulang... Mungkin bukan jodohmu kali."

Aku sependapat pemikiran Temannya Dito, wanita itu banyak... Udah... Pulang aja... Cari yang lain,... Bahkan seharusnya, carilah yang jauh lebih baik.

"Minggir kamu Fit! Usah pegang-pegang! Aku ingin sekali mukulin wanita sombong ini!"

Fit... Salah satu Sahabat Dito, malah menurutinya, sambil berkata.

"Mas bro mohon maaf... Itu cewek..."

"Sama aja!"

"Dro... Tolongin... Dito malah emosi..."

Fit malah minta tolong, salah satu sahabatnya, yaitu Dro Duke, merupakan Anak Saudagar Kaya, dan sekaligus ternama daerah tersebut. Dengan nama perusahaannya, Emas Permata Yang Indah, sebab... Berhasil membuat hiasan kalung dan cincin bagaikan malaikat, siapa pun wanita yang telah memakainya, kelihatan cantik dan mewah. Tidak disangka orang terkenal seperti dia, ada di sini.

"Santai Fit... Biar aku bantuin... Justru aku lebih mendukung Dito, sebab... Cewek dungu ini, emang pantes untuk dipukuli."

Ungkapnya Saudagar kaya tersebut. Sambil berjalan santai... Sekaligus menunjukkan bahwa dia yang berkuasa.

"Dro! Panggil bawahan mu! Dan habisin dia! Aku tidak peduli, dia itu wanita!"

Perintah Dito, yang begitu tegas, menunjukkan dialah bosnya. Tapi ya gitu, kenyataannya... Dro Duke, salah satu sahabatnya, gimana ya bisa dikatakan? Nggak ada angin, gak ada hujan, tiba-tiba mencekik leher Dito, tanpa ampun, membuat Dito hampir nggak bernafas.

Melihat hal itu, Fit malah berkata. "Mas bro... Ini teman kita... Jangan gitu. Dia bisa terbunuh loh."

"Biarin... Berani sekali ngatur gua, lu pikir enteh siapa?''

"Aduh... Kok begini sahabat gua... Tolonglah Dro, lepaskan dia, Dito... Sebaiknya kamu minta maaf deh... Ris... Jangan diam aja dong."

Ternyata masih ada satu lagi sahabatnya, yang bernama Ris Hidayat, hingga terjadi percakapan tersebut, pada akhirnya berujung rusuh. Tampaknya cuma satu orang yang normal disini, yaitu Fit.

Sedangkan yang bernama Ris Hidayat berkata. "Mohon maaf, aku tidak ingin ikut campur, atas perkelahian yang tidak jelas seperti ini. Sebaiknya kita pulang aja deh, aku nggak serela makan nih." Ia pun berjalan, dan menghampiri pintu masuk Kafe, yang dimana sahabat berada saat ini.

"Ahhhhhhh! Terserah lu pada dah!"

Fit semakin pusing, makanya berkata demikian, bahkan nggak mau tahu deh, entah apa yang terjadi berikutnya, bisa dibilang begitu.

"Sungguh lucu, perkelahian sahabat sendiri, sebaiknya pulang aja deh."

Elsa pun tersenyum, itu sudah cukup membuktikan, bahwa dia sangat terhibur, atas perilaku empat sahabat di depan pintu Kafe. Dan sekaligus, memutuskan untuk pulang saja.

"Hei!!! Wanita dungu! Emang sudah izinkan lu pergi! Urusan kita belum selesai! Gara-gara lu... Aku hampir saja, mau bunuh temanku sendiri!"

Ucapan Dro Duke, setelah melihat Gadis manis, yang berambut pendek, mau pergi, seakan masalahnya udah selesai, padahal belum loh....

Membuat Dito bernafas lega, karena Dro sudah melepaskan dia.

"Dito... Kamu baik-baik saja kan, mending kita pulang aja deh... Iya." Bujukan Fit, karena sangat khawatir.

"Tidak akan pernah! Sebelum wanita dungu itu, mampus!" Emosi Dito sangat memuncak, kalau nggak di salurkan, akan menjadi sakit hati, makanya ia berkata begitu.

"Brengsek! Padahal aku sudah ampuni hari ini... Ternyata nggak bisa. Nih..., malah anak ini cari lubang kubur sendiri." Bergumam hati kecilnya Elsa Sangkuriang, sekaligus kesal.

"Putriku... Kenapa nggak ada takutnya? Eh... lagi-lagi aku bicara nggak jelas. Emang dia Putriku ya, ahahahaha... Mungkin sudah kelamaan jomblo, hingga menjadi hantu. Dan sekarang... Malah berkhayal, kalau aku sudah punya anak perempuan sepertimu. " Tampaknya aku bicara sendiri lagi. Itu membuat diriku lucu, tapi lucu darimana? Ahahahaha.

Baiklah... Aku ingin melihat, seperti apa pertunjukannya? Pasti sangat menarik, sehingga aku nggak sabar lagi, untuk melihatnya.

"Hei Nona manis, tampaknya aku punya ide yang sangat bagus, itu pun kalau kamu setuju." Ujarnya Dro Duke saat ini, dengan senyum mesumnya.

"Ehm... Menarik... Emang punya ide apaan?" Balas Elsa, yang begitu cantik dan menawan, hingga dia bersilang kan tangannya.

"Aku berharap Nona manis, tidak boleh menolak..."

Dro Duke semakin mendekati Elsa Sangkuriang, sedangkan Elsa sendiri, tidak ada takut-takutnya.

"Kelamaan... Langsung katakan saja."

Respon Elsa, bahkan semakin jijik, sejak Dro Duke, malah mendekati dirinya. Tentu langkah... Demi langkah. Dengan respon tangan manis Dro Duke, menyentuh dagu Elsa Sangkuriang, sedangkan Elsa, tidak ada niat untuk melawan apalagi untuk menangkisnya, setelah di gitu ih sih.

"Gini saja, bagaimana kamu itu, tidur satu malam sama aku, sedangkan saat ini, sebaiknya lupakan saja."

"Eh... Buset... Gampang banget... Sayang sekali aku harus menolaknya, karena aku sudah merasa rugi disini."

"Hei Nona! Aku bicara baik-baik disini! Jangan coba cari gali kuburan mu sendiri."

"Ah... Gak mungkin lah... Justru akulah yang harus berkata begitu."

Mendengar perkataan Elsa, membuat Dro Duke, semakin jengkel, terhadap wanita dungu di di depannya.

"Sialan! Berani sekali menolak tidur dengan ku!"

"Iya-iya lah menolak, kamu itu bukan Suamiku, kenapa mesti patuh pada mu."

Mantap... Kali ini aku mendukung mu Elsa, ahhhhhhh... Andai kamu itu putriku, aku pasti merasakan senang dong.

"Oh... Begitu... Bagaimana kamu itu, jadi istriku, jangan khawatir aku akan membuat dirimu bahagia, sekaligus tidak kekurangan uang tentunya."

Dro Duke berpikir, ia hanya ingin menjadi permaisurinya, hingga memberikan tanda seperti itu.

"Aku... Jadi istrimu,... Ogah lah, lagian kamu itu bukan tipeku. Jadi pergi jauh-jauh sana, bau kencur tahu...."

Elsa ini, malah peragakan tutup hidung, itu sudah cukup buktikan, ada bau sampah kencur sekitar sini.

Sedangkan Dro Duke semakin emosi, dan berusaha memukul wanita di hadapannya, setelah diperlakukan seperti itu.

Membuat wanita tersebut tersungkur di mamar keramik yang begitu cantik, setelah Dro Duke menamparnya.

"Brengsek! Aku sudah berusaha bersikap lembut padamu... Dan begini kah perilaku padaku... Dasar wanita tidak tahu diri."

"Sialan... Dia berani menamparku!"

Emosi marahnya Elsa Sangkuriang... Itupun semakin memuncak, dan memanas, membuat para pelayan Kafe, dan para langganan, terkejut secara serentak, setelah melihat kejadian tersebut.

Bahkan salah satu pelayan Kafe, segera melaporkan kejadian ini, kepada manager Kafe, sebelum terjadi rusuh, itupun para pos penjaga Kafe, segera menghampiri tempat kejadian, karena mereka, sebagai sekuriti di sana. Sudah sewajarnya melaksanakan tugasnya. Tapi lebih mengejutkan lagi, sekuriti itu merupakan seorang wanita ter gagah, dan paling jelek. Sekaligus berwatak lembut dan juga berbadan gemuk, walaupun begitu, jangan salah, mereka hebat dalam memukul orang.

"Ada apa ini??? Kenapa pula kamu memukulnya???"

"Iya nih Bu... Aku dipukul, tolong berikan keadilan untukku, kalau tidak aku akan melaporkan kejadian ini ke pihak wajib."

Memohon Elsa Sangkuriang, seakan dirinya yang paling disakiti, agar wanita sekuriti di depannya, mau membantunya.

"Wajah sedih mu, tidak berarti bagiku, karena aku paling berkuasa di sini, jadi... Jangan main-main kamu!" Tegasnya Dro Duke. Aku yakin sekali... Dro Duke sudah mulai sombong. Bahkan wanita sekuriti di depannya hanya sebuah benda tidak berguna, sekaligus ia mampu membuat semua orang yang ada di sini, untuk menghormatinya.

Hal itu sama sekali, tidak menggapai ocehan Dro Duke, malahan sekuriti itu, membantu wanita manis di sana, hanya untuk berdiri, siapakah dia... Tentu aja Elsa lah.

"Nona baik-baik saja...."

Sekuriti wanita satu lagi, malah berkata, dan memberikan saran padanya. "Tuan... Sebaiknya kamu harus menghormati dia, kalau tidak, kamu akan mampus, sekaligus perusahaan bapakmu yang kamu miliki, bisa aja di buat bangkrut olehnya, aku saranin... Cepat-cepat minta maaf deh."

"Aku harus minta maaf! Emangnya seberapa hebatnya dia!" Balas Dro Duke, nggak terima.

Duk... Suara itu sungguh menyakitkan, karena si ayam kecilnya kena tendang cukup keras, membuat pria perkasa, seperti Dro Duke ini... Harus berlutut dihadapan Elsa, sebab... Elsa lah yang menendangnya, bagian itu. Bagian mananya... Eeh.... Itu....

Apa namanya... Aduh... Susah sebutannya, tapi ya gitu deh, aku ikutan ngilu walaupun sudah jadi hantu, bahkan seluruh Kafe malah ikutan ngilu semuanya, kok ada aliran listrik gitu ya, yang kena tendang bukan kita, yang ngilu malah kita, sungguh aneh hidup ini.

Bisa nggak... Usah tendang bagian itu, nyesek rasanya, walaupun bukan aku yang kena.

"Keparat... Berani kau... Menendang barang Pamungkas ku!" Teriakkan Dro Duke, semakin tidak senang.

"Bahkan lebih bagus... Barang Pamungkas mu tidak bisa memberikan keturunan." Sombongnya Elsa.

"Sudah cukup! Bawahanku paling hebat serang dia, siapa yang berani membunuhnya aku kasih gaji tinggi, sekaligus perlindungan kalian akan aku jamin!" Teriakkan Dro Duke, yang begitu membara.

Seluruh pengawal pribadi Dro Duke, muncul dimana-mana, ada bersembunyi tong sampah juga, bahkan di tempat terduga, misalnya di bawah mobil.

Aku berpikir. "Bisa nggak sembunyi ya normal dikit, seakan tidak ada tempat lain saja."

"Siap Tuan muda! Serang....!!!" Teriakkan semangat mereka. Mereka siapa? Pengawalnya.

"Ya ampun... Kalian berdua mundur deh, aku tidak ingin kalian celaka." perilaku Elsa tenang-tenang aja, malahan menyuruh para wanita sekuriti itu, untuk mundur.

"Nggak bisa Nona muda, ini sudah menjadi tanggung jawab kami, belum lagi, anda adalah Bos Mafia, yang sangat kami hormati." Menolaknya Wanita sekuriti itu, dan siap mengambil posisi kuda-kuda, yang begitu kuat.

"Itu betul Nona muda..." Timpal Wanita sekuriti, yang satunya lagi.

"Sial... Identitas ku sudah terbongkar, apa aku seterkenal itu? Hingga di ketahui oleh sekuriti biasa, seperti mereka." Elsa bergumam sendiri, seakan bersifat tidak terlalu waspada, dan menanggapi pengawal pribadi Dro Duke, biasa aja, walaupun pasukan legendaris sekali pun, yang datang.

Bos Mafia, dia bos Mafia... Sial... Apa aku nggak salah dengar ini, kurasakan tidak... Itu artinya... Salah satu bos Mafia, Empat gerbang, penjaga pelindung Utara, Mafia Mawar Naga Merah, di wilayah tersebut, daerah manakah itu? Daerah Kebun Jeruk lah, ini adalah hari sial, bagi Dro Duke.

Aku yang sekarang, menjadi hantu, sangat terkejut, mendapatkan informasi ini, Dro Duke... Berhenti....

"Habisin dia! Habisin...!!!"

Lupakan saja, dia telah termakan emosi.

"Ayolah... Maju sini... Tanganku terasa gatal. Karena sudah lama nggak mukul orang, seperti sekencur dan sebau sampah kalian." Ucapan Elsa.

"Wanita dungu,... Kamu akan menyesali ini!" Balas salah satu pengawal pribadi Dro Duke, yang ingin menyerang, dengan tinju andalannya, bahkan salah satu dari mereka, ada menggunakan pisau, cukup untuk membunuh wanita dungu, di depannya.

Hal itu, tidak membuat khawatir dimata Elsa, seperti yang aku katakan, Elsa biasa saja tuh.

"Esst... Bukan aku yang sesali ini, melainkan kalian." Tanggapan Elsa. Untuk membalas menyerang, itu artinya... Perkelahian tidak bisa di hindari lagi, membuat semua pengunjung... Segera lari, karena mereka tidak ingin terlibat, atas perkelahian terjadi saat ini.

Bahkan manager Kafe, langsung keluar, sekaligus mengenali Elsa, karena dia adalah, salah satu bawahan Ibu Bos Elsa di sini, sebab..., merupakan daerah Kebon jeruk miliknya, jadi... Jangan main-main di sini.

"Pak gimana nih?" Tanya Pelayan Kafe, kepada manager Kafe.

"Biarkan saja... Ibu bos tidak selemah itu." Jawab Manager Kafe tersebut, yang bernama... Alex Perkasa. Dia tahu betul, sifat Ibu Bosnya.

Jumlah pengawalnya banyak, kira-kira 50 orang lah, tebakan aku. tapi entahlah... Jumlah mereka semakin berkurang, awalnya 50 orang, sekarang 30, itu pun dikurangi lagi, menjadi 25 orang.

Ternyata Elsa Sangkuriang ini, beneran hebatnya, sehingga pengawal pribadi Dro Duke, yang ingin maju, malah sekarang ragu-ragu, dan semakin takut, karena wanita selembut Elsa ini, ternyata dapat melukai kaki orang, hingga tidak dapat bisa berdiri dan juga... Untuk jalan pun susah.

Sebab... Serangannya, selalu mentargetkan kakinya.

Serang demi serangan pun, tetap dilancarkan dengan tendangan keras sekaligus hebat, seakan menampilkan pertunjukan tarian balet yang indah, Elsa begitu lihai mengunakan kakinya, bahkan serangan tusuk pisau pun, dapat dijepit dengan mudah, membuat sang pelaku pegang pisau, teriakkan kesakitan, hingga bergetar dimana-mana. Setelah itu, meninju wajahnya biar mampus. Dan akhirnya sang pelaku pingsan.

Dan itupun, terulang lagi dan lagi. bahkan orang yang tidak ada niat untuk menyerangnya malah diemban juga, pada akhirnya terkapar. Sungguh kasihan.

Ris Hidayat malah takjub melihat pertunjukan keren di depannya, hingga ia bersiul dan berkata. "Keren...."

"Apanya keren? Sebaiknya kita kabur..." Fit... Merasa ketakutan di dalam hatinya, dikarenakan anak perempuan, yang bernama Elsa itu, berkelahi hingga berdarah-darah, ia sangat khawatir, setelah berhasil kalahkan Pengawal pribadi Dro Duke, selanjutnya mereka, aku yakin, Elsa tidak akan beri ampun pada mereka.

Justru sebaliknya, si Dito, semakin geram, melihat pengawal pribadi Dro Duke, tidak mampu menghabisi wanita dungu.

"Dasar orang-orang tidak berguna, bercuma... Dro Duke membayar kalian."

"Hebatnya...." Timpalnya Ris Hidayat, sekaligus maju, dan menyerang wanita dungu, yang lagi asik bermain para pengawal, menyadari hal itu, Elsa menahan serangan Ris Hidayat, sebab melakukan tendangan padanya.

Elsa berhasil menahan serangan, membuat Ris berlangkah mundur. "Keren... Keren... Keren sekali."

Tanpanya pria yang bernama Ris Hidayat, merupakan ahli seni bela diri.

"Alex... Bantuin!" Teriakkan Elsa Sangkuriang, karena mendapatkan lawan yang tangguh.

"Ibu bos... Gua lagi bantu kok..." Balas santun dari Alex.

"Bantu apa lu?"

"Bantu doa... Ibu bos!"

"Kampret lu Alex! Besok-besok ku potong anu mu nya!"

"Jangan Ibu Bos... Iya deh aku bantuin..."

Alex pun melangkah, dan sudah berdiri sebelah kiri Elsa, sedangkan Wanita sekuriti pun, dari tadi tidak bisa bantu apa-apa, karena lincahnya Elsa tapi syukurlah, mereka tidak diincar para pengawal.

Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!