NovelToon NovelToon

Terpaksa Menikah SMA

SAH!!!

"Bagaimana para saksi?"

"SAH..." Teriak saksi dan beberapa orang yang ada diruangan tersebut. Setelah mendengar kata sah, semua orang pun menengadahkan tangannya. Untuk mendoakan kedua pengantin muda yang baru saja resmi menjadi sepasang suami-istri tersebut, agar memiliki kehidupan pernikahan yang sakinah, mawadah, dan warahmah.

Setelah berdoa, pengantin wanita pun mencium tangan lelaki yang baru saja resmi menjadi suaminya, menjadi imamnya, dan menjadi pemimpin dalam keluarga kecil mereka nanti. Itupun kalo pernikahan mereka berlanjut lebih jauh, itu semua karena pernikahan yang mereka lakukan sekarang, berdasarkan kata TERPAKSA... Semua itu berawal sejak kejadian 3 hari yang lalu...

Flashback On

Sore itu, selepas latihan basket. Seorang pria tinggi jangkung, berkulit putih, dan memiliki hidung mancung sedang berjalan di koridor sekolah yang sudah sepi, sambil membawa 2 bola basket di tangannya. Tujuannya adalah ruang olahraga, biasanya setelah latihan basket , teman-teman setimnya lah yang mengembalikkan bola basket yang sudah mereka pakai ke ruang olahraga.

Tapi tadi setelah bermain basket, teman-temannya pada ngacir duluan, seperti sengaja ingin mengerjainya.

"Ini anak-anak kayaknya udah pada kompakan deh buat ngerjain gue, baru gue tinggal bentar ke toilet udah pada ngilang. Mana bolanya nggak dibalikin, kan jadi gue yang harus ngebalikinnya ke ruang olahraga." Gerutu Rendi, dia adalah kapten basket di SMA KUSUKA JAYA, sekolah tempatnya sekarang berada. Keadaan sekolah saat ini sudah semakin sepi, karena hari sudah sore jadi anak-anak sudah banyak yang pulang.

Tinggal satu dua murid saja yang masih ada di sekolah, termasuk dirinya. Rendi pun bergegas ke ruang olahraga, setelah sampai di ruang olahraga, Rendi segera membuka pintunya dan membawa masuk bola basket yang dibawanya dan menaruhnya ditempatnya kembali.

Setelah menaruh bolanya, Rendi pun membalikkan badannya dan berjalan menuju pintu. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti ketika melihat sesuatu yang mencuri perhatiannya. Rendi pun berjalan menuju ke tempat sampah, dan mengambil sebuah surat. Dibukanya surat itu, dari penampakannya sepertinya itu surat cinta. Daripada penasaran, dia pun membuka surat itu.

Dan ternyata dugaannya benar, sepertinya surat itu dari salah satu fans Pak Bowo, guru olahraga yang ada di sekolahnya. Pak Bowo memang terkenal tampan dan karismatik, tak hanya itu Pak Bowo juga masih muda tapi bisa bersikap dewasa. Pak Bowo juga terkenal dengan kebaikan dan keramahannya pada seluruh penghuni sekolah. Maka tak heran banyak siswi yang menyukainya dan diam-diam mengirim surat cinta kepadanya, seperti yang sedang dibacanya saat ini.

Rendi menggeleng-gelengakan kepalanya saat membaca surat cinta itu, benar-benar surat cinta yang dibuat oleh remaja zaman now. Sangat lebay bin alay menurutnya. Disaat Rendi sedang sedang asyik membaca surat cinta itu, tiba-tiba ada yang membuka pintu. Rendi segera membuang kembali surat cintanya, karena mengira yang datang adalah Pak Bowo. Tapi dugaannya salah, bukan Pak Bowo yang datang, melainkan seorang gadis berhijab yang sedang membawa beberapa peralatan olahraga di tangannya.

Gadis itu terlihat terkejut saat melihat Rendi, mungkin dia pikir, karena hari sudah sore tidak ada orang lagi di ruang olahraga. Rendi pun juga sedikit terkejut dengan kedatangan gadis itu. Namun dia segera bernafas lega, karena bukan Pak Bowo yang datang.

"Maaf, aku pikir tidak ada orang di ruangan ini. Itu sebabnya aku langsung masuk, tanpa mengetuk pintu terlebih dulu." Ucapnya meminta maaf.

"Oh ya, nggak papa. Santai aja, gue juga udah mau keluar kok." Rendi pun berjalan melewati gadis itu, dan menuju pintu. Sedangkan gadis itu segera menyimpan kembali peralatan olahraga yang dibawanya. Setelah itu dia pun berbalik dan hendak keluar, namun diurungkan langkahnya ketika melihat cowok tadi masih berdiri didepan pintu. Dia pikir cowok itu sudah pergi, ternyata belum. Melihat Rendi seperti kesusahan membuka pintunya, gadis itupun mendekat kearah Rendi dan bertanya.

"Kok belum keluar? Kenapa?" Tanyanya pada Rendi.

"Hah, ini kok pintunya susah dibuka yah? Perasaan tadi pintunya baik-baik saja, tapi kok sekarang macet gini sih?" Rendi pun menjadi bingung, memikirkan cara agar pintunya terbuka dan dia bisa keluar. Jujur saja dia merasa kurang nyaman berada dalam satu ruangan tertutup bersama seorang gadis, walaupun selama ini dia terkenal sebagai seorang playboy, tapi dia selalu menghargai gadis yang berkencan dengannya. Dia tidak pernah menyentuh apalagi merusak gadis yang berkencan dengannya.

Walau tak memungkiri selama dia menjadi playboy, tidak sedikit gadis yang rela menyerahkan tubuhnya. Apalagi alasannya kalo bukan untuk menguras dompet Rendi, tapi Rendi termasuk orang yang beriman kuat. Buktinya dia masih bisa mengendalikan dirinya dan hawa nafsunya, paling hanya pegangan tangan yang dilakukan Rendi. Yang paling parah, hanya pelukan. Tidak lebih dari itu, baginya pacaran hanyalah "just fun and no ***"

Mendengar ucapan Rendi, gadis itupun mendekat kearah pintu dan mencoba membukanya, namun gagal juga.

"Kayaknya ini pintunya bukan macet, tapi sengaja dikunciin dari luar."

"Hah? Maksud lo, ada yang sengaja ngunciin kita dari luar?"

"Maybe, atau mungkin yang ngunci ruangannya tadi udah pulang duluan. Mungkin dia petugas di sekolah ini, dan mungkin juga karena dia pikir tidak ada orang di dalam ruangan ini, makanya pintunya dikunci. Apalagi ini udah terlalu sore, pasti orang itu mengira kalo ruangan ini sudah kosong." Tebak gadis itu.

"Mungkin, lalu sekarang bagaimana? Kan nggak lucu kalau kita kekunci semalaman disini. Pasti dingin dan juga banyak nyamuk, mana hp gue ketinggalan lagi ditas." Keluh Rendi.

"Ini cowok berisik banget sih, bukannya mikirin solusi supaya kita keluar dari sini malah ngeluh mulu." Batin gadis itu.

"Eh, lo bawa hp nggak? Pinjem bentar dong, gue mau telpon teman gue biar dateng kesini dan buka pintunya." Pinta Rendi.

"Iya bentar." Gadis itupun merogoh saku roknya dan mengambil ponselnya. "Nih." Ucapnya sambil menyodorkan ponselnya pada Rendi.

"Hp lo jadul banget, keluaran tahun berapa nih? Nggak kekinian banget, tapi nggak papa lah daripada nggak ada sama sekali." Ucap Rendi ketika melihat hp gadis itu.

"Ckk,, udah dipinjemin bukannya terima kasih malah ngehina."

"Bukannya ngehina, tapi fakta. Hp lo ini mang jadul."

"Iya iya, hp aku mang jadul. Tapi setidaknya itu aku beli pakai usahaku sendiri, itu jauh lebih berkesan daripada punya hp keluaran terbaru dan kekinian tapi hasil minta dari ortu." Balas gadis itu.

"Lo nyindir gue?"

"Nggak, kalo kesindir ya maaf. Aku kan cuman ngomong fakta."

"Ini cewek rese juga, lama-lama sama dia bisa bikin darah tinggi." Batin Rendi. "Kok nggak bisa, pulsanya abis yah?" Tanya Rendi ketika gagal menghubungi temannya.

...****************...

Assalamualaikum para readers....☺️😁

Salam kenal semuanya.... Semoga kalian suka sama ceritanya yah...🥰🥰

Masih diruang olahraga

"Ini cewek rese juga, lama-lama sama dia bisa bikin darah tinggi." Batin Rendi. "Kok nggak bisa, pulsanya abis yah?" Tanya Rendi ketika gagal menghubungi temannya.

"Masa sih, perasaan tadi pagi masih ada, coba dicek."

"Ckk, ini yang lo bilang masih ada." Ucap Rendi sambil menunjukkan ponsel itu ada didepan yang empunya.

"Hah, tinggal 150 rupiah, kok bisa." Kaget gadis itu, saat melihat pulsanya tinggal kurang dari 500 perak.

"Ya mana gue tau, ini kan ponsel lo."

"Sini coba liat." Gadis itupun mengambil ponselnya dan melihat panggilan keluar. " Pantes aja abis, dipakai telponan sama tuh anak pasti."

"Anak siapa?"

"Itu teman aku, tadi pinjem hp, katanya mau telfon mamanya bentar karena hpx lowbat. Tapi malah dipakai hampir 2 jam'an, telpon siapa sih tuh anak mang nggak panas apa kupingnya telponan selama itu." Gumam gadis itu.

"Mang lo nggak liat waktu dia pakai." Tanya Rendi dan dibalas gelengan kepala oleh gadis itu.

"Tadi setelah ngasih dia hp, aku keruang OSIS. Makanya nggak liat, maaf yah hpnya jadi nggak bisa dipake."

"Mang lo nggak punya kuota internetan yah?"

"Nggak punya, abis juga."

"Hari gini, nggak punya kuota, hah?"

"Nggak sempet beli, mang penting banget gitu."

"Wah nih cewek pasti dari keluarga kurang mampu, pulsa sama kuota nggak punya, hpnya juga jadul banget. Tapi kok dia bisa sekolah disini, inikan sekolah elit. Pasti biaya sekolah disini mahal, hah, pasti murid beasiswa." Batin Rendi lagi.

"Lo pasti murid beasiswa kan?"

"Iya, mangnya kenapa?"

"Udah gue duga." Gumam Rendi namun masih bisa didengar gadis itu.

"Duga apa?"

"Hemm,, nggak, bukan apa-apa."

"Jadi, sekarang gimana caranya buat kita keluar dari sini?" Tanya gadis itu, dan hanya dibalas Rendi dengan mengangkat kedua bahunya dan berjalan menuju sofa yang ada diruangan tersebut. "Mana gue tau, lo berdoa aja, supaya ada orang yang ngebukain pintunya buat kita." Ujar Rendi sambil mendaratkan bokongnya disofa.

"Hhuuufffttt....." Gadis itu hanya bisa menghela nafas mendengar jawaban Rendi, dia benar-benar bingung memikirkan cara untuk keluar dari ruangan itu. Apalagi dia hanya berdua saja dengan laki-laki yang tidak dikenalnya, dan itu membuatnya semakin merasa tidak nyaman berada di ruangan itu.

Melihat gadis itu hanya berdiri saja didekat pintu, Rendi pun menyuruhnya untuk duduk di sofa depannya.

"Duduk, jangan berdiri terus. Mang nggak capek berdiri terus disitu." Namun gadis itu tidak mendengarkan Rendi dan tetap berdiri di tempatnya, Rendi yang melihatnya berpikir kalo gadis itu mungkin tidak merasa nyaman duduk di dekatnya.

"Duduk, nanti kaki lo kram kalau berdiri terus disitu."

"Nggak makasih."

"Lo tuh udah berdiri hampir setengah jam tau disitu, gue aja yang ngeliatnya pegel, duduk gih. Risih tau ngeliat lo berdiri terus disitu." Ucap Rendi pada gadis itu, namun gadis itu masih bergeming dan memilih mengabaikan Rendi. Sehingga membuat Rendi berdecak kecal.

"Ckk, lo tuh denger nggak sih gue ngomong." Lanjut Rendi lagi. "Berasa ngomong ama tembok gue." Kesel Rendi, karena gadis itu masih saja mengabaikannya.

"Hhuuufffttt...." Rendi bisa mendengar gadis itu menghela nafas kasar, namun setelah itu dia melihat gadis itu beranjak untuk duduk di sofa depan Rendi.

Rendi yang melihatnya tersenyum simpul, akhirnya dia berhasil membujuk gadis itu untuk duduk. Bukannya apa-apa, dia hanya merasa tidak nyaman melihat gadis itu terus berdiri di dekat pintu, sedangkan dia duduk anteng disofa.

"Daritadi kek, mang kaki lo nggak pegel apa berdiri terus disitu. "Rendi mencoba untuk berbasa-basi dengan gadis itu.

"Biasa aja." Balas gadis itu dengan singkat.

"Ini cewek irit banget sih ngomongnya." Batin Rendi. Cukup lama mereka terdiam dengan pikiran masing-masing, Rendi diam-diam memperhatikan penampilan gadis itu. Gadis berhijab dengan penampilan sederhana, dan tak lupa kacamata bulat yang selalu menghiasi wajahnya.

Rendi melirik tas dan sepatu gadis itu, sangat sederhana, tidak kekinian apalagi merk branded. Gadis itu bahkan tidak menggunakan jam tangan atau aksesoris lainnya, tidak seperti gadis lainnya yang ada di sekolah itu. Dua kata dari Rendi untuk gadis itu, sederhana dan cupu. Rendi bisa tau hanya dari melihat penampilan gadis itu, kalau gadis itu pasti seorang kutu buku. Dan sepertinya gadis itu tau kalau Rendi sedang memperhatikannya.

"Ngapain liat-liat?" Tanyanya datar.

"Nggak usah ge'er, gue cuman pengen liat tagename lo. Tapi ketutup sama kerudung lo." Alibi Rendi. "Oh yah, kita belum kenalan. Kenalin nama gue Rendi, nama lo siapa?" Rendi menjulurkan tangannya didepan gadis itu, satu detik, dua detik, tiga detik. Tangan Rendi sudah mulai pegal, tapi gadis itu masih belum membalas jabat tangannya. Jangankan menjabat tangannya, meliriknya saja tidak.

...****************...

Gara-gara Cicak

"Nggak usah ge'er, gue cuman pengen liat tagename lo tapi ketutup sama kerudung lo." Alibi Rendi. "Oh yah, kita belum kenalan. Kenalin nama gue Rendi, nama lo siapa?" Rendi menjulurkan tangannya didepan gadis itu, satu detik, dua detik, tiga detik. Tangan Rendi sudah mulai pegal, tapi gadis itu masih belum membalas jabat tangannya. Jangankan menjabat tangannya, meliriknya saja tidak.

Karena merasa diabaikan, Rendi pun menarik kembali tangannya. Dan tentunya dengan perasaan dongkol, dia merasa kesal, karena merasa kalo dari tadi gadis itu terus mengabaikannya.

"Baru kali ini ada cewek yang nyuekin gue kayak gini, biasanya cewek yang bertemu dengan gue akan langsung klepek-klepek dan terpesona. Jangankan diabaiin atau dicuekin, didiemin aja gue nggak pernah, yang ada gue yang ngabaiin mereka. Nah nih cewek satu malah aneh, dia nggak ngelirik gue sama sekali." Batin Rendi sambil memperhatikan gadis itu.

"Lo anggota OSIS yah?" Tanya Rendi, saat melihat pin anggota OSIS dihijab gadis itu.

"Hemm" Jawab gadis itu dengan deheman, dan masih setia memandang kearah pintu.

"Lo liatin sampai mata lo sakit pun, itu pintu nggak akan kebuka. Kecuali, ada orang yang datang dan ngebukain kita pintunya. Makanya, daripada lo diem ngeliatin pintu itu terus, mending lo berdoa supaya ada orang baik hati yang datang ke sini dan ngebuka pintunya." Karena masih tidak mendapat respon apapun dari gadis itu, Rendi pun kembali berceloteh ria.

"Cuekin aja gue terus, udah kayak ngomong ma tembok, nggak ada respon." Gumam Rendi, namun masih bisa didengar oleh gadis itu. Namun dia tidak perduli dan lebih memilih abai.

Satu menit, dua menit, tiga menit, tidak terasa waktu sudah berjalan dua jam. Selama itupulah Rendi dan gadis itu terkunci berdua diruang olahraga, Rendi sudah mulai bosan dan gelisah karena hari sudah hampir gelap.

Harapannya agar ada orang yang datang, kini semakin pupus. Rendi melempar bola basket yang dari tadi dimainkannya untuk menghilangkan rasa bosan yang daritadi menghinggapinya. Bola basket itu dipantulkan ke tembok, ditangkap, dilempar lagi. Begitu terus sampai-sampai gadis yang sedang bersamanya menjadi bosan melihatnya.

Apalagi dari tadi Rendi terus saja berceloteh, entah apa yang sedang diucapkannya, gadis itu tidak terlalu memperhatikan.

"Ini cowok berisik banget sih, nggak capek apa celotehan terus dari tadi." Batin gadis itu, gadis itu pun beranjak dari tempatnya duduk dan berjalan menuju depan meja guru milik Pak Bowo. Dia lebih memilih bersandar di meja itu, sambil melihat keluar jendela. Gadis itu berharap ada orang yang lewat, agar dia dapat meminta tolong pada orang itu untuk membukakan pintunya. Disaat gadis itu tengah melamun, tiba-tiba...

Kruuyuukkk.... kruuyuukkk....

Rendi yang mendengarnya langsung tersenyum simpul, sudah ada ide dikepalanya untuk menggoda gadis itu. "Lo laper yah?"

"Biasa aja." Balas gadis itu, sambil memegangi perutnya yang mulai berontak ingin diisi. Tidak lama setelah berkata seperti itu, perut gadis itu berbunyi lagi, malah terdengar lebih jelas dari yang sebelumnya.

"Perut lo bunyi lagi tuh." Goda Rendi, gadis itu menggigit bibir bawahnya karena merasa malu. Rendi pun beranjak dari tempatnya dengan menenteng bola basket yang dari tadi dimainkannya, dia berjalan menuju lemari kecil yang tak jauh dari tempat gadis itu berdiri. Rendi lalu berjongkok dan membuka lemarinya, melihat isi dalam lemari, Rendi menghela nafas dan berjalan kearah gadis itu. "Nih, tapi cuman ada satu roti, bahkan gak air." Ucap Rendi.

"Ini punya siapa?" Tanya gadis itu heran.

"Punya Pak Bowo, gue sering liat dia nyimpen makanan sama minuman disitu. Tapi tadi cuman ada satu roti, nggak ada airnya juga, lo mau?" Tawar Rendi.

"Nggak!" Tolak gadis itu.

"Kenapa? Bukannya lo lagi laper yah? Udah, nggak papa, makan aja, Pak Bowo juga nggak akan marah. Masa cuman gara-gara roti sebiji, Pak Bowo yang berwibawa marah-marahin kita." Melihat tak ada respon dari gadis itu, Rendi kembali berbicara. "Tenang aja, nanti gue yang tanggung jawab sama Pak Bowo. Udah nih makan." Rendi kembali memberikan roti itu.

"Aku tidak mau! Mengambil apalagi memakan makanan orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya, itu sama aja dengan nyuri. Aku lebih baik kelaparan, daripada memakan makanan yang diambil tanpa ijin dari pemiliknya." Tolak gadis itu, Rendi yang mendengarnya memutar bola matanya kesal.

"Jadi secara nggak langsung, lo ngatain gue ini pencuri gitu."

"Aku nggak bilang begitu."

"Lo mang nggak bilang secara langsung, tapi dari cara lo bicara tadi, seakan-akan ngatain kalo gue ini pencuri, karena udah ngambil rotinya tanpa seijin Pak Bowo. Lo mikir nggak sih, gue ngambil roti itu buat siapa, buat ELO. Dasar nggak tau terima kasih, bukannya bersyukur malah ngatain." Omel Rendi, dia merasa sangat kesal pada gadis itu. Sedangkan gadis itu hanya diam saja mendengar omelan Rendi.

Karena kesal Rendi pun menaruh rotinya di sofa dan mulai melemparkan bolanya ke sembarang arah. Karena sedang kesal, tanpa sadar Rendi melempar bolanya terlalu keras, sehingga membuat bola memantul ke tembok lalu memantul ke atas. Dan siapa yang menyangka karena lemparan bola Rendi ini, hidupnya dan gadis itu akan berubah drastis.

Bola itu memantul ke atas dan mengenai sesuatu yang sedang nemplok santuy di tembok, dan membuatnya terjatuh tepat diatas tangan gadis itu.

"Aaaaa..... Cicaaaakkkk....." Teriaknya sambil melempar cicak itu kedepan, dan naasnya cicak itu jatuh tepat didalam baju basket Rendi yang kebetulan sedang menunduk untuk mengambil bola basketnya.

"Waaaaahhhh.... Apaan nih...." Teriak Rendi saat cicak itu masuk kedalam baju basketnya, sambil jingkrak-jingkrak didepan sofa, Rendi mencoba untuk mengeluarkan cicaknya. Tapi dasar cicaknya nakal, mentang-mentang nemplok ma cogan jadi nggak mau lepas-lepas. (Ternyata cicak juga bisa mesum yah, hihi). Sedangkan gadis itu hanya melihatnya dengan tatapan geli, tanpa niatan membantu.

Bukannya apa-apa, dia hanya tidak ingin cicaknya pindah lagi kepadanya. Karena tidak berhasil mengeluarkan cicak itu dari bajunya, Rendi pun mau tak mau harus membuka bajunya. Gadis itu pun membelalakkan matanya dengan mulut sedikit terbuka, karena tidak menyangka kalau Rendi akan membuka bajunya, tepat didepannya pula.

"Aaaaa.... Apa-apaan sih kamu, main buka baju aja, mata aku jadi ternoda." Histeris gadis itu, dengan secepat kilat dia pun menutup mata dengan kedua tangannya. Gadis itu segera membalikkan badannya, memunggungi Rendi.

"Iiiissshhhh.... Jangan teriak-teriak terus napa, mending lo bantuin gue nyingkirin nih cicak."

"OGAH!" Tolak gadis itu cepat, Rendi pun mengibas-ngibaskan bajunya ke udara. Namun dia tidak melihat cicaknya sama sekali.

...****************...

Readers: Kira-kira cicaknya kemana yah???🤔🤔🤔

Author: Hehe penasaran yahh...🤭😁

Readers: Iyyaaa thoorrr... Penasaran nih...

Author: Kalau penasaran, tungguin author up lagi yah... 😁🥰🥰

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!