NovelToon NovelToon

Gavino ( Sistem Mafia )

Keluarga Miskin

Ingatan Gavino, pemuda kuat yang mendapat kekuatan sistem mafia, kembali ke masa kecilnya dulu.

Semuanya sangat berbeda dengan keadaannya yang sekarang. Karena untuk sekarang ini, semuanya bisa dia kendalikan.

Kekuasaan dan uang, sangat berpengaruh dengan kekuatan yang dimiliki seorang ketua mafia. Dan semuanya itu, dimiliki Gavino sekarang.

Sangat berbeda dengan keadaannya di masa lalu. Di mana pada waktu itu, dia bukanlah siapa-siapa. Karena keadaannya pada waktu itu sangatlah miskin.

*****

"Bambino inutile!"

"Anak tidak berguna!"

"Bambino inutile!"

"Anak tidak berguna!"

Riuhnya cacian yang keluar dari mulut anak-anak sepulang dari sekolah, membuat suasana siang hari menjadi semakin panas.

Apalagi, anak laki-laki yang menerima ledekan dan cacian tersebut, hanya bisa diam dan menunduk. Tanpa mau membalas ledekan dan cacian yang dia terima.

Anak laki-laki tersebut tidak mau menambah masalah, dengan membalas olok-olok mereka semua. Karena dia sangat tahu, bagaimana keadaan dirinya sendiri. Dan juga keadaan kedua orang tuanya di rumah.

Gavino, adalah anak laki-laki berumur sekitar delapan tahun. Dia hidup bersama dengan kedua orang tuanya, di kota kecil Monte Isola, yang ada di negara Italia.

Keadaan keluarganya miskin, dan jauh dari kata cukup.

Ayahnya bernama Giordano. Buruh bangunan, yang kadang-kadang hanya bisa bekerja pada musim panas dan musim semi. Karena negara Italia, ada empat musim. Yaitu primavera (Spring) atau musim semi, estate (Musim Panas), autunno (Musim Gugur) dan inverno (Musim Dingin).

Pada musim gugur dan musim dingin, Giordano hanya bisa mengerjakan pekerjaan yang ada di dekat rumahnya. Membantu pekerjaan tetangga yang meminta bantuan, atau membantu istrinya yang berjualan makanan.

Ibunya Gavino Mirele, adalah seorang wanita yang cantik. Meskipun keadaan mereka tidak bisa menegaskan kecantikannya. Tapi, guratan wajahnya tetap memperlihatkan bahwa dia memang cantik.

Bekerja membantu suaminya untuk bisa menghasilkan uang. Dengan berjualan makanan di depan rumah.

"Gavino brutto, puzzolente, sporco!"

"Gavino jelek, bau, dekil!"

Bully-an itu terdengar lagi sepanjang jalan. Dan itu dilakukan oleh anak-anak seusianya juga. Tapi mereka dari kalangan orang-orang kaya dan terhormat. Tidak sama seperti keadaan Gavino.

'Damn it!'

"Sialll!"

'Accidenti!'

"Sialll!"

Gavino kembali membatin. Dia hanya bisa mengumpat dalam hati. Karena tidak punya keberanian untuk melawan mereka semua.

"Huhuhu..."

Pletok!

Tak!

Tuk!

"Aduh! Aduh..."

Kepalanya yang terkenal lemparan batu, terasa sakit. Sehingga Gavino mengaduh, dengan menutupi kepalanya dengan telapak tangannya yang tidak seberapa.

"Hahaha..."

"Wek... Wek...Wek..."

Gavino hanya bisa berlari, untuk bisa menghindar dari bully-an teman-temannya itu.

"Madre! Madre!"

"Mama..."

Gavino berteriak keras, memanggil ibunya, saat tiba di rumah. Tangan dan kepalanya tampak berdarah. Akibat lemparan batu dari teman-temannya tadi.

"Sayang. Amore..."

Ibunya Gavino, Mirele tampak keluar dengan tergopoh-gopoh. Dengan memangil sayang pada anaknya itu.

"Kenapa kepala dan tanganmu?"

Dengan terbata-bata, Gavino menceritakan tentang kejadian yang dia alami tadi. Saat pulang sekolah.

Hal yang sebenarnya sering kali dia terima. Yaitu perlakuan buruk dari sebagian teman-temannya yang merupakan anak-anak orang kaya.

"Sabar ya Sayang. Kamu anak yang pintar. Suatu hari nanti, Kamu pasti bisa menjadi seorang yang kuat dan bisa mengalahkan orang-orang yang jahat."

Perkataan dan harapan ibunya, bagaikan sebuah doa yang terbaik. Dan itu memang diinginkan oleh Gavino selama ini.

"Ayo bersihkan dirimu. Nanti ibu bantu untuk mengobati luka-luka yang ada di tangan dan kepalamu."

Begitulah keseharian Gavino selama ada di sekolah dasar, yang ada di dekat rumahnya.

Dia selalu mendapat ejekan dan perlakuan tidak baik. Tapi dia dan keluarganya, hanya bisa menahan diri dengan diam. Berharap suatu saat nanti, Gavino bisa mengubah nasibnya sendiri. Dengan kecerdasan dan kepintarannya di sekolah.

Malam hari, di saat Gavino tertidur.

Dia seakan-akan bermimpi, ada di sebuah ruangan. Dengan banyak tombol di sebuah monitor yang ada di depannya.

( Selamat datang good father )

( Anda bisa cek in mulai sekarang )

Gavino tidak segera beraksi. Dia tidak tahu apa yang ada di depannya saat ini. Apalagi, dengan suara yang tiba-tiba memberikan perintah.

"Apa maksudnya?"

( Anda bisa memilih level sesuai keinginan )

( Level 1 : memukul dengan kekuatan 1 tangan )

( Level 2 : memukul dengan kekuatan 2 tangan )

Begitu seterusnya, hingga level 10.

( Silahkan di mulai dari sekarang )

Gavino yang tidak tahu apa-apa, mengeleng cepat. Dia yang selama ini memang tidak pernah berbuat kasar, tentu bingung dengan adanya sistem yang tiba-tiba datang ke alam mimpinya.

Dengan nafas ngos-ngosan, Gavino terbangun dari tidurnya. Dia merasa mimpi itu nyata.

"Apa tadi? sistem?" tanya Gavino pada dirinya sendiri.

*****

Hari terus berlalu, kemudian berganti dengan tahun. Hingga Gavino sudah ada di sekolah tingkat SMP.

Dia memang salah satu siswa yang cerdas. Sehingga bisa masuk ke sekolah dengan menggunakan beasiswa.

Sayangnya, kecerdasannya itu tidak diperhitungkan oleh teman-temannya yang memuja penampilan. Terutama mode pakaian. Sehingga Gavino tetap menjadi murid yang tersisihkan.

Gavino yang tidak pernah memakai pakaian baru dan mahal, sering kali diledek dan jadi bahan pembicaraan.

Bully-an juga dia terima di sekolah ini. Sama seperti saat ada di sekolah dasar, yang ada di dekat rumahnya.

Dan sekarang, sekolah SMP ini tentu saja ditempati oleh anak-anak dari berbagai sekolah dasar. Tapi itu tidak membuat Gavino dilirik secara intelektual.

"Lihatlah. Sepatunya saja sudah tampak seperti sepatu sampah!" ejek salah satu siswa putri, yang melihatnya dengan tatapan jijik.

"Baunya juga seperti tumpukan sampah. Bukan seorang murid sekolah."

Tapi dari semua ejekan dan bully-an yang dia terima. Membuat Gavino bertekad untuk bisa pergi sekolah ke kota. Yaitu Roma.

Kota besar Italia, yang banyak memberikan mimpi orang-orang seperti dirinya.

Menurut Gavino, kota besar memiliki segudang jawaban atas kesulitan yang dua miliki selama ini.

Kemiskinan, cemooh dari orang-orang yang mengenal mereka. Dan juga tidak dianggap sebagai seorang manusia, sesuai dengan hak asasi manusia.

Gavino ingin merubah nasib dan keadaan keluarga dengan bersekolah di kota besar.

Dia merasa sangat yakin jika, kepintaran dan kecerdasan yang dia miliki, bisa membawanya pergi ke sekolah besar di kota Roma.

Kota impian Gavino.

Bugh!

Plak!

Pletak!

Tiba-tiba, ada tangan yang memukul perut dan menampar pipinya.

"Auwwwhhhh..."

Gavino tersungkur dan kesakitan. Tapi itu tidak dihiraukan oleh orang-orang yang tadi melakukan kekerasan terhadap dirinya.

"Mata itu dijaga. Ngapain melotot melihatku? bosan hidup ya Kamu!" Salah satu dari mereka, memaki dan mengumpat Gavino.

Padahal Gavino tidak merasa melakukannya.

Mungkin ini adalah tadi, saat dia sedang melamun. Dia tidak memperhatikan keadaan, yang pada saat itu ada segerombolan anak-anak geng lewat. Sehingga menganggap Gavino sedang melihat ke arahnya.

Pulang dalam keadaan seperti ini, sudah biasa terjadi. Dan ibunya, selalu memintanya untuk tetap sabar dengan doa dan harapan-harapan yang dia ucapkan.

Setiap mengalami hal serupa, malam harinya Gavino selalu bermimpi, dengan adanya dia di dalam ruangan yang mirip dengan sebuah monitor. Dan tombol-tombol angka, ada di layar tersebut.

###

Hai gaesss...

Jumpa lagi dengan novel TK. Tapi kali ini dengan genre yang berbeda. Dan karena ini adalah novel pertama TK dengan genre sistem, dipastikan akan banyak sekali kekurangannya.

Oleh sebab itu, minta kritik dan saran yang dapat membangun novel ini menjadi lebih baik.

Terima kasih untuk semuanya 😍😍🙏🙏

Di Kota Roma

( Selamat datang good father )

( Anda bisa cek in sekarang )

( Lakukan cek in aktifkan sistem mafia )

( Level 1 : memukul dengan kekuatan 1 tangan )

( Level 2 : memukul dengan kekuatan 2 tangan )

Begitu seterusnya, hingga level 10.

( Silahkan ditentukan mulai sekarang )

Gavino terdiam dan tidak mau melakukan apa-apa yang diperintahkan. Dia tidak tahu, apa yang saat ada di depan matanya.

"Sebenarnya, siapa yang bicara ini?" tanya Gavino seorang diri.

"Apa yang aku dapat, jika Aku memilih?"

Gavino mengajukan satu pertanyaan, yang dia miliki. Karena dia memang benar-benar tidak tahu dunia sistem.

( Good father akan menerima kekuatan )

"Kekuatan?" tanya Gavino lagi, dengan tidak percaya begitu saja.

( Silahkan pilih, dan tentukan. Kekuatan level yang good father inginkan )

Gavino yang masih ragu, dan juga tidak percaya, mulai mengerakkan tangannya. Untuk menekan tombol angka pada monitor yang tepat di depan wajahnya.

Click!

"Hosh... hosh... hosh..."

Nafas Gavino memburu. Ternyata dia baru saja terbangun dari tidurnya. Ini karena mimpi yang dia tampak sangat nyata untuknya.

"Hufhhh..."

Gavino menghembuskan nafas lega, karena semua tadi hanyalah sebuah mimpi.

Dia kembali menghela nafas panjang, kemudian membuangnya perlahan-lahan. Setelahnya, dia turun dari tempat tidur. Keluar dari dalam kamar, kemudian mencari keberadaan ibunya yang biasanya sudah ada di dapur di jam pagi seperti ini.

"Mama. Ada yang bisa Gavin lakukan untuk membantu Mama?"

Mirele menolehkan kepalanya, melihat keberadaan anaknya. "Kamu sudah bangun?" tanya Mirele pada akhirnya.

Gavino hanya mengangguk saja. Kemudian duduk di kursi kayu yang sudah renta, tak jauh dari tempat ibunya beraktivitas di dapur.

"Tidurlah kembali. Atau belajarlah sana! Bukannya Kamu ada ujian akhir?"

"Bagaimana dengan pengajuan beasiswa ke Roma?"

Gavino menjawab pertanyaan dari mamanya, satu persatu. Dia juga bilang pada mamanya itu, jika dia akan bisa sukses dikemudian hari. Dengan semua yang dia miliki.

"Iya Sayang. Kamu harus optimis dengan kemampuanmu sendiri. Ubahlah nasibmu, dengan tangan yang Kamu miliki."

*****

Beberapa minggu kemudian.

Gavino pulang ke rumah dengan senang hati. Dia membawa selembar kertas yang diberikan oleh pihak sekolah tadi, saat waktunya pulang sekolah.

Di keras tersebut dinyatakan bahwa, Gavino lulus dalam seleksi penerimaan beasiswa ke sekolah besar di kota Roma. Dengan demikian, dia juga mendapatkan jaminan biaya hidup. Selama Gavino bisa mempertahankan prestasi belajarnya.

"Cih! Dasar miskin. Yang di cari hanya gratisan saja!"

"Cupu!"

"Bau sampah!"

Sepertinya cacian dan bully-an yang diterima Gavino tidak berubah. Meskipun dia sudah bisa membuktikan bahwa, otaknya mampu bersaing, bahkan lebih unggul dari mereka-mereka yang merupakan anak-anak orang kaya.

Tapi Gavino juga tetap diam. Dia tidak mau membalas ledekan tersebut, dengan sebuah perkataan ataupun tindakan yang bisa membuat mereka jera.

Dia hanya membenarkan posisi letak kacamatanya, yang sudah tampak memudar bingkai dan juga lensanya.

Beberapa hari kemudian, Gavino benar-benar pergi ke kota Roma. Kota impian setiap orang, yang ingin merubah nasib dan keadaan mereka.

Sama seperti yang dilakukan oleh Gavino. Dia ingin bisa merubah keadaan keluarganya, dengan mendapatkan pendidikan di sekolah besar yang ada di kota Roma.

Dia seakan-akan melupakan semua tentang keadaannya yang memang serba kekurangan.

Dengan bersemangat, Gavino berangkat ke kota Roma, hanya dengan berbekal baju-baju miliknya yang sudah lusuh. Bersama dengan sepatunya yang sama lusuhnya.

Gavino tidak mempermasalahkan soal itu. Dia beranggapan bahwa, kepintaran otaknya bisa menutupi kekurangan dirinya dalam hal penampilan.

Namun sayangnya, di kota besar Roma tidak sama seperti yang ada di dalam bayangannya selama ini. Penampilan seseorang, sangatlah diperhatikan. Bahkan hal kecil sekalipun, seperti jepit rambut, bisa menjadi bahan perbincangan untuk kelas model.

Orang-orang yang mengagungkan sebuah mode, atau cara berpakaian yang harus trendy, bermerek, dan yang pastinya mahal juga harganya.

Di sekolah barunya ini, Gavino justru mendapatkan bully-an yang lebih parah di banding saat berada di kotanya sendiri. Yaitu Monte Isola.

Di sekolah ini, Gavino yang sudah berada di tingkat SMA, mendapat celaan bukan hanya dari pihak teman-temannya. Bahkan, dari wali murid atau orang tua siswa.

Mereka, para orang tua, merasa khawatir dengan keadaan Gavino yang tampak tidak sehat.

Tubuhnya yang kurus kering, dengan baju dan sepatu yang sudah tidak layak untuk dipakai, membuat merasa risih, ilfill dan harus jauh-jauh dari keberadaan Gavino.

"Da dove viene questa strana creatura?"

"Makhluk aneh dari mana ini?"

Begitulah mereka memperlakukan Gavino. Mereka semua, tidak ada yang mau berteman ataupun berdekatan dengan Gavino.

Mereka takut jika, ada virus atau penyakit yang di bawa Gavino. Sehingga mereka akan tertular nantinya.

Mereka lupa jika, Gavino adalah siswa terbaik yang bisa mendapatkan beasiswa full, bersama dengan jaminan hidup nya di kota besar seperti Roma ini.

Sayangnya, geng Alano, yang merupakan kumpulan dari anak-anak orang kaya dan pejabat, tidak menyukai Gavino. Dengan semua keadaan yang ada padanya.

Mereka berencana untuk membuat Gavino tidak bisa melihat dunia lagi. Apalagi, di saat ada teman cewek mereka, yang tampak berbicara dengan Gavino. Mereka salah paham. Sehingga mengajar Gavino saat pulang sekolah di malam hari.

Bugh!

Bugh!

Dug!

Pletak!

"Auhhh..."

"Spiacente!"

"Spiacente!"

"Ampun!"

"Ampun!"

Jeritan ampun yang keluar dari mulut Gavino, seakan-akan merupakan musik yang membuat mereka semakin ingin menghabisi nyawa Gavino.

Padahal, Gavino tak sekalipun membalas mereka semua. Dia hanya menutupi wajahnya, atau bagian-bagian tertentu yang terkena pukulan dan tendangan dari orang-orang yang mengeroyoknya kali ini.

Kesadaran Gavino mulai samar. Dia juga sudah jatuh tertelungkup, dan tidak tahu, bagaimana dengan barang-barang bawaannya tadi.

Yaitu buku-buku pelajaran yang ada di dalam tas lusuhnya.

Untungnya, tas tersebut ada tak jauh dari tempatnya berada saat ini. Mereka semua tentu saja tidak ada yang tertarik dengan tas gembel.

Karena mereka adalah anak-anak orang kaya, untuk bisa membeli apa saja yang mereka inginkan.

"Payah!"

"Harusnya mati Kamu ke neraka!"

Keadaan Gavino yang sudah tidak bisa berbuat apa-apa, tidak menjadikan mereka berhenti untuk meledek dan menghinanya.

Bahkan mereka masih tetap menendang-nendang kaki dan tubuhnya Gavino, yang terbaring tak berdaya dalam keadaan tengkurap.

Kesadaran Gavino mulai hilang. Dia tidak bisa melihat dengan jelas, karena tubuhnya yang sudah sangat payah.

( Ting )

( Selamat datang good father )

( Anda bisa cek in sekarang )

"Siapa kalian?"

"Pergilah..."

"Pergi! Aku tidak peduli."

Suara Gavino yang dalam keadaan seperti ini, membuat teman-temannya mengira dia sudah tidak waras.

"Sepertinya otaknya bergeser saat Kamu pukul tadi!"

"Dasar memang dia gila!"

"Bertambah lagi populasi orang gila di Roma."

Apa yang dialami oleh Gavino, dijadikan sebagai bahan candaan untuk mereka semua.

Mereka semua tidak tahu, apa yang akan terjadi beberapa detik setelah mereka menutup mulutnya. Karena tiba-tiba, pusaran angin datang tanpa sebab dan tidak diketahui dari mana datangnya.

Gavino mulai melakukan hal yang selama ini belum pernah dia coba. Pada sistem yang ada pada dirinya sedari dulu.

Lahirnya Kekuatan

Sepersekian detik kemudian.

Wushhh...

Wushhh...

Wushhh...

"Ehhh..."

"Aghhh..."

( Selamat datang good father )

( Klik level yang anda inginkan )

"5."

( Anda memilih level 5 )

Bugh!

Bugh!

Angin kencang yang tiba-tiba muncul, dibarengi dengan gerakan Gavino yang tidak pernah disangka sebelumnya.

Geng yang dipimpin oleh Alano, satu persatu jatuh tersungkur tanpa bisa melawan.

Alano yang masih berdiri, memang dibiarkan begitu saja tanpa disentuh oleh Gavino.

"Woiii bangun!"

"Damn it!"

"****!"

"Ahhh sial!"

Alano terus mengumpat, saat melihat kawan-kawannya jatuh, saru persatu. Tanpa dia bisa atasi.

Dia tidak melihat pergerakan Gavino yang begitu cepat. Berputar dan memukul seperti gerakan angin. Sama seperti sebuah bayangan saja.

Cardi, Jeffrie, dan Dante, telah tumbang tak jauh dari tempat Alano berdiri.

"Ck! Siallllan..."

Alano terus mengumpat, karena dia tidak tahu, siapa orang yang sudah membuat teman-temannya itu tidak berdaya. Karena dia masih melihat Gavino yang tergeletak di tempatnya yang tadi.

"Siapa yang berani menantang Alano? Keluar Kamu!"

Satu persatu temannya mengaduh. Merasakan kesakitan pada tubuh mereka, yang terkena pukulan Gavino. Luka mereka juga tampak nyata. Dengan darah dan juga bekas membiru pada bagian tubuh tertentu yang terkena serangan tak terduga tadi.

"Hai! Kalian kenapa?" tanya Alano bingung.

"Gavin. Gavino memukuli tanganku tadi."

"Ahhhh... ****!"

"Iya, dia juga memukul kepalaku."

"Hah! Membual kalian semua!"

Tapi tentu saja, Alano tidak percaya dengan semua ocehan teman-temannya itu. Apalagi, dia juga masih melihat keberadaan Gavino, yang tetap pada posisinya yang tadi. Yaitu berbaring dengan posisi telungkup, dengan beberapa luka yang cukup parah di badannya.

Rasa heran yang ada pada Alano sebagai ketua geng, belum hilang. Di saat pihak keamanan kota, yang sedang berpatroli. Memergoki mereka semua.

Semua orang, yang sedang berada di tempat kejadian, langsung kabur. Termasuk Alano.

Mereka semua lari mencari aman, dan meninggalkan Gavino yang tergeletak di tempatnya sendirian.

"Gelandangan mana ini, yang mereka pakai untuk samsak?" tanya petugas keamanan tersebut, yang sudah paham bagaimana perilaku anak-anak bandel tadi.

Tapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Karena geng yang tadi dia pergoki, adalah geng Alano. Yang terkenal dengan sebutan anak-anak borjuis.

Yaitu anak-anak orang kaya, dengan semua kemewahan, aset perekomian dan jabatan yang dimiliki oleh orang tua mereka.

Sehingga apapun yang mereka lakukan, tetap aman dan bisa dikendalikan oleh orang tua mereka. Seandainya mereka sampai di amankan oleh pihak kepolisian, atau keamanan kota.

Tubuh Gavino dibalik oleh petugas keamanan tadi. Dia ingin melihat keadaan korban, yang dijadikan bulan-bulanan geng Alano tadi.

Dan pada saat dia tidak mengenali siapa orang tersebut, petugas tadi juga kembali berdiri dari jongkoknya. Kemudian segera berlalu. Dia tidak mau ada urusan dengan gelandangan yang tidak punya identitas. Karena di kota ini, akan lebih rumit, jika harus menolong orang yang tidak memiliki identitas pasti.

Dalam keadaan terluka parah, Gavino sendirian. Tanpa ada orang yang mau menolongnya.

Tapi semuanya juga tidak tahu, jika dalam keadaan seperti ini. Gavino sedang menerima sistem alam, yang memberinya sebuah pilihan untuk bisa mengatasi semua permalasahan yang dia miliki.

Termasuk semua luka-luka yang ada pada tubuhnya saat ini.

Dalam suasana malam, Gavino berada di ruang dimensi lain. Di mana dia merasa ada di alam mimpi. Hal yang selama ini datang ke dunia mimpinya. Bahkan dia sendiri tidak tahu, jika semuanya itu bisa mengubah dirinya. Menjadi lebih kuat, dan di takuti oleh orang lain.

( Ting )

( Selamat datang Good father )

( Pilih sembuh atau mati )

Tentu saja Gavino tidak mau mati sia-sia di kota asing ini. Karena di kota Roma ini, dia sendirian. Tidak ada sanak keluarga yang lainnya.

Dan lagi, mimpinya untuk bisa mengubah nasibnya belum tercapai.

"Aku memilih hidup."

( Ting )

( Pilihan di proses )

1%

5%

10%

25%

50%

75%

100%

( Sempurna )

Dan tidak diketahui bagaimana caranya, Gavino bisa berdiri dengan tegap. Tak ada satupun luka yang membekas dalam tubuhnya.

"Apa ini nyata? Atau Aku sedang ada di dunia mimpi?"

"Atau jangan-jangan, Aku sudah berpindah alam?"

Gavino bertanya-tanya seorang diri, dengan keadaan yang dia tidak ketahui.

( Ting )

( Anda mendapatkan hadiah good father )

( Silahkan pilih )

( Senjata atau kekuatan )

"Tidak. Aku tidak memerlukan semua itu."

( Ting )

( Hadiah harus diambil. Jika tidak, Anda akan mati )

"Gila! Apa ini? Kenapa pilihannya sulit sekali?"

"Tidak adakah yang memberikan hadiah uang?"

Gavino justru meminta yang lain. Bukan sesuatu yang tadi dipilihkan oleh sistem tersebut.

( Waktu Anda 1 detik )

Sebenarnya, Gavino ragu dengan semua hal yang dia alami ini. Karena semua ini dia anggap tidak nyata.

Hatinya ragu untuk menentukan pilihan. Tapi, dia juga tidak mau kehilangan kesempatan. Untuk bisa mewujudkan cita-cita yang ada sedari dulu. Yaitu mengubah nasib keluarganya, agar lebih baik.

Supaya tidak diremehkan, dan diabaikan begitu saja oleh pihak-pihak tertentu. Yang memuja kekayaan dan kedudukan. Sebagai tolok ukur sebuah tatanan kehidupan masyarakat. Karena kecerdasan tanpa adanya kekayaan dan kekuasaan, tidak diperhitungkan oleh manusia-manusia di jaman sekarang.

Dengan membuang rasa ragu yang ada di dalam hatinya, Gavino memutuskan untuk menerima hadiah yang ditawarkan.

Dia memilih kekuatan. Karena jika senjata, dia tidak tahu, senjata apa yang akan dia terima.

"Aku memilih kekuatan."

Dengan yakin, akhirnya Gavino menentukan pilihan.

( Ting )

( Kekuatan di proses )

1%

10%

50%

80%

100%

( Sempurna )

Tapi di saat proses penyaluran kekuatan sistem tersebut, Gavino mengalami kejang-kejang.

Dia juga berteriak kesakitan. Karena merasakan tubuhnya yang seperti ditusuk dengan ribuan jarum.

"Eh, ada orang kesurupan!"

"Orang gila itu!"

"Hah! Bukannya dia tadi yang terluka di sana?"

Beberapa orang yang secara kebetulan melihat keadaan Gavino berpikir bahwa, Gavino adalah orang gila atau sedang kesurupan.

Sedangkan keamanan yang tadi mengabaikan keberadaannya, justru kaget. Karena di tubuh Gavino yang tadi ada begitu banyak luka. Sekarang ini tampak bersih. Dan tidak ada satupun luka di tubuh tersebut.

Tapi keadaan Gavino yang sedang berteriak-teriak saat ini, juga membuat mereka yang melihatnya berpikir sama.

"Dia gila! Cepat panggil pihak kepolisian atau rumah sakit!"

"Iya, jangan sampai dia melakukan hal-hal yang mengancam keselamatan orang lain."

Dengan sangat terpaksa, keamanan tadi menelpon polisi. Meminta pada mereka untuk segera datang ke tempat kejadian.

Dia melaporkan jika, ada seseorang yang membuat kekacauan dan mengancam keselamatan orang lain.

Sayangnya, pada saat itu juga. Gavino jatuh tak sadarkan diri. Tubuhnya lemah, saat menerima kekuatan yang diberikan oleh sistem. Terutama untuk kekuatan sistem mafia.

Gavino pingsan, tepat di saat polisi datang ke tempat tersebut.

Dan mulai saat ini, Gavino akhirnya tahu. Bagaimana cara sistem yang dia miliki itu aktif.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!