Hai.
Salam kenal, dan selamat membaca dari penulis awam.
Terima kasih buat yang udah mau klik cerita ini.
Jangan lupa tinggalkan jejak agar Authornya semangat yah.
Dan jangan lupa bahagia untuk setiap harinya.
Sedikit pesan.
Maaf jika ada kesalahan tulisan atau cerita yang kadang tidak nyambung, karena masih pemula.
Jika berkenan, kalau ada terlihat kesalahan di komen langsung juga tidak apa, malah lebih baik.
Terima Kasih 😍😍
"Tanpa perkenalan, tanpa salam bagaimana aku dan kamu bisa menjadi kita?"
Hari ini merupakan hari kelulusan dari sekolah menengah atas. Semua terlihat bahagia.
Tentu saja, karena lelah dengan drama PR ketinggalan dan ngantuk karena begadang semaleman.
Semua beban rasanya runtuh dari bahu para pelajar itu.
Tapi sesaat salah satu dari mereka terlihat gelisa, bagaimana tidak, setelah ini dia harus kembali mencari cara agar bisa mencari uang yang banyak untuk masa depannya dan biaya kuliah.
Beberapa bulan terlewati dengan baik baik saja. Pagi ini awal yang baru untuk Alzellina putri.
“Ospekkkk elllll. Kok lo malah telat sihh.” grutunya pada dirinya sendiri.
Sebenarnya belum terlalu telat, karena sekarang masih jam 05.30 pagi, dan kampus tidak berjarak jauh dari tempatnya sekarang.
Tempat tinggal yang sekaligus digunakan untuk mencari pundi pundi kehidupannya.
Zelin membuka sebuah kafe kecil dirumahnya. Hanya terdapat 3 ruangan di bangunan ini. Satu untuk kafe dan disekat sedikit untuk dapur, satu kamar dengan kamar mandi di dalam, dan satu kamar mandi untuk pengunjung kafe.
Bangunan ini sudah dibeli atas namanya. Rumah ibu dan ayahnya yang dulu di jual karena jauh dari kampus dan dia harus repot untuk mencari pekerjaan part time, jadi ini adalah ide yang cemerlang menurutnya, apalagi tempat ini sangat dekat dengan kampus.
“Mandi dulu apa nyapu dulu yah?.” tanyanya pada diri sendiri.
Akhirnya setelah pertimbangan begitu banyak Zelin menyapu semua ruangan, mencuci gelas yang kotor karena tadi malam dan langsung masuk kamar mandi. Semua selesai. Jam sekarang 06.58.
“Huhhh. Jam 7. Ospek jam 7.10, masih ada 10 menit lagi buat kekampus.” Ucapnya.
Sebelum berangkat zelin menempelkan sebuah kertas dengan tulisan membuka lowongan pekerjaan, karena pasti akan kelabakan kalau tidak ada yang membantunya nanti.
***
Ospek 1
Para senior memberikan arahan tentang peraturan yang harus dipatuhi saat ospek, ditambah dengan pengenalan di masing masing kelompok yang sudah di bagikan. Semua mahasiswa memperkenalkan dirinya didepan kelompoknya masing masing. Dengan berurut sedangkan zelin bingung harus memperkenalkan dirinya bagaimana. Dan sekarang gilirannya.
“Hei. Nama saya Alzelina Putri, saya berasa dari kota X .” ucapnya sambil menunduk.
Tidak terlihat buruk bagi orang-orang, tapi deg degannya minta ampun baginya.
“Al. besok kalo ospek rapiin rambutnya, iket yang bener ya.” tegur salah seorang senior pria padanya.
Zelin pun membalas dengan anggukan. Dan dilanjutkan dengan orang yang berada disebelahnya.
Hari ini waktunya dikampus cukup singkat, karena hanya membahas tentang peraturan ospek yang akan berjalan nanti dan sedikit perkenalan.
‘Tidak ada yang menarik.’ ucap gadis 15 tahun itu didalam hati.
Mungkin karena hari ini dia terlalu lelah, jadi tidak ingin mencari banyak teman terlebih dahulu.
Melirik sekitar kampus, tampak sangat ramai karena penerimaan siswa baru. Ditambah kampus ini sangat ternama, dan dia mendapatkan beasiswa untuk kuliah disini dengan jurusan manajemen.
‘Tuhan begitu baik yah. Biarin aku dapat kuliah dikampus semewah ini. Ada kafe juga didalamnya, bahkan alfamart toko sejuta umat juga ada didalam kampus ini.' ucapnya dalam hati.
Zelin berjalan menuju pintu keluar kampusnya. Melirik jam tangan karet berwarna hitam di tanganya. Jam 11.00. dan ia langsung pulang kerumah.
“Ternyata belum ada yang mau ngelamar yah”, ucapnya pada dirinya sendiri.
Zelin masuk dan merapikan beberapa kursi. Kafe ini tidak terlalu besar jadi tidak cukup lelah untuk membereskannya sendiri, tapi jika tidak ada yang membantunya, kuliahnya akan terbengkalai.
***
Jam 21.00 kafenya harus ditutup, karena dia takut akan kesiangan lagi bila tidak tidur sekarang.
“Buang sampah dulu kali yah.” lagi lagi bicara pada diri sendiri.
Akhirnya Zelin keluar dari kafe, untuk membuang sampah ke depan. Tiba-tiba dia mendengar suara teriakan wanita.
Zelin mencari asal suara, dan melihat seorang cewek sedang dikepung tiga pria berbadan besar.
‘Walaupun bisa sedikit bela diri, tetep aja gak mungkin aku bisa mengalahkan tiga orang itu.’ ucapnya dalam hati.
Akhirnya terbesit ide yang bagus diotaknya. Zelin segera membuka hpnya dan membuka youtube, mencari suara mobil polisi dan spelan-pelan mendekat sehingga preman itu kabur.
“kakak tidak apa-apa.?” tanyanya pada perempuan yang sedang ketakutan itu.
Perempuan itu mengangguk dan zelin terlihat bernafas lega.
“Rumah kakak dimana? Biar aku anter." katanya sambil memegang pundak perempuan itu.
“Saya tidak punya rumah, apa boleh saya menginap ditempatmu, semalam saja, besok saya akan pergi." katanya dengan tatapan yang sedu dan memohon.
Dikamarnya sekarang, zelin memberikan baju dan celana kepada perempuan tadi, dan menyuruhnya untuk mandi ataupun sekedar bersih-bersih. Terlihat zelin sedang memikirkan bagaimana selanjutnya.
“Kakak sudah selesai.?” tanyanya melihat perempuan itu keluar dari kamar mandinya.
“Sudah, terima kasih yah. Karena kamu, saya masih tetep hidup.” katanya sambil berjalan kearah Zelin yang sedang duduk di sofa kamarnya itu.
“Tidak apa kak, lagian aku hanya tinggal sendiri, hmm… Kalo boleh aku tau, nama kakak siapa?." tanya zelin dengan penuh hati-hati.
Takut perempuan yang disebelahnya ini merasa tidak nyaman.
“Nama saya Adelia, kamu bisa panggil saya Lia, saya berumur 20 tahun." jawabnya.
“Oke kak Lia, aku Alzelina putri kak, kalo kakak mau, kakak boleh tinggal disini bersama ku.” ucapnya tulus.
***
Pagi yang berbeda
Pagi ini Zelin bangun jam 05.00. shalat subuh terlebih dahulu dan membangunkan Adelia. Ini merupakan pagi yang berbeda dari biasanya.
“kak Lia, bangun yuk shalat subuh.” ucapnya sambil memegang bahu Lia,
Terlihat Lia yang mengeliat dan duduk zelinpun keluar kamar menuju kafe. Menyapu dan mencuci piring dan gelas yang kotor karena tadi malam. Menyapu selesai, sekarang Zelin menuju dapur untuk mencuci piring, tiba-tiba lia keluar dari kamar.
“Biar kakak yang nyuci ini. Kamu mandi dan siap-siap kuliah saja ya.” ucap lia sambil tersenyum tulus.
“Bener nih kak, tidak apa-apa?."
“Tidak apa-apa kok, malah kakak seneng bantuin kamu."
"Hmm. Makasih kakak, oh ya, nanti kalo kakak mau buka kafenya duluan tidak apa-apa, itupun kalo kakak ngerasa bosan tidak punya temen, resep makanan ada dipintu kulkas kak." ucapnya sambil memeluk Lia.
“Iya dek, udah sana mandi."
“Iya iya kak." jawabnya sambil melepaskan pelukkan dan masuk kekamar.
Lia melirik jam dinding kafe, 06.45.
“Katanya jam 7 mau berangkat, belum keluar juga dari kamar." gumamnya sambil berjalan kekamar.
“Kenapa malah ngelamun sih dek?." tanya Lia
“Hehe. Bingung kak, senior meminta ku agar rambut ku rapi, tapi aku tidak bisa menguncirnya dengan benar kak." ucapnya sambil memajukan bibirnya kesal.
“Sini kakak yang bantu rapikan." kata Lia sambil mengambil ikat rambut ditangan zelin.
Dengan cekatan lia mengikat rambut adiknya itu.
“Terima kasih kak, aku pamit yah, inget jangan kecapean." kata zelin sambil memeluk Lia.
Mereka terlihat seperti saudara kandung, padahal baru kenal sebentar
***
Hari kedua ospek, Zelin tidak lagi ditegur karena sekarang rambutnya sudah rapi.
‘Bahagianya punya kakak.’ gumamnya dalam hati.
“Hei. Boleh kenalan?.” ucap seorang cowok menepuk pundak Zelin.
“Eh oh iya. hei.” jawabnya agak sedikit kaku.
“Gue Bayu.” sambil mengulurkan tangannya.
“Aku Alzellina Putri.” tanpa meraih tangan Bayu.
“Anak manajemenkan?.” tanya bayu sambil melihat muka Zelin yang merasa tidak nyaman.
“Kalo lo gak nyaman gue pergi deh, sorry ganggu ketenangan lo." tambah Bayu.
“Iya, aku anak majemen, tidak apa kok. Lagian tidak ada yang mengganggu.” jawabnya dengan sedikit rasa bersalah.
Hari ini Zelin mendapatkan teman baru, hanya saja seorang pria. Memang sedikit susah yah berkenalan dengan orang-orang yang berbeda, menurutnya.
Zelin dan Bayu sempat bertukaran nomor telfon, alasan Bayu biar nanti ada urusan dengan kampus bisa bertanya pada zelin.
Hari kedua ospek lumayan mengasikkan, karena diajak keliling kampus yang mewah itu, sampai pada waktu shalat dzuhur, semua mahasiswa ospek dibubarkan dahulu untuk menjalankan ibadah bagi yang muslim. Setelah itu jam 13.00 kembali berkumpul di aula besar itu.
“Eh Al, shalat yuk.” ajak Bayu.
“Okedeh, hayuk.” balas Zelin dan mereka mengarah ke Mesjid kampus.
Selesai shalat, semua berkumpul kembali ke aula dan senior memberikan arahan dan sedikit teguran untuk mahasiswa yang masih terlambat saat ospek.
Jam 15.00, semuanya dibubarkan.
‘Sudah waktunya pulang.’ ucap zelin dalam hati.
Kakak hebat
Zelin pulang kerumah, terlihat kafe sedikit ramai dan dia tersenyum manis.
‘Duhhhh diabetes gue yang disamping lo Al.' ucap Bayu dalam hati.
“Hayuk masuk Bayu, ini kafe ku, aku tinggal sama kakak disini. Kalau mau mesen langsung kedepan saja yah, aku mau ganti baju dulu.” ucap Zelin dan berjalan menuju kamarnya.
Bayu terlihat cukup kagum dengan kemandirian Zelin.
“Kak, boleh liat menunya.” ucapnya pada Lia.
“Oh sebentar.” jawab Lia sambil memberikan buku menu.
Lia mengantarkan nasi goring dan jus buah naga ke meja Bayu.
“Bagaimana, enak?." kata Zelin yang tiba-tiba datang dengan rapi dan wangi yang khas.
“Enak, eh gue kira lo cuma ganti baju, taunya mandi.” ucap Bayu masih sambil memakan nasi gorepng.
Dan hanya di balas cengiran oleh Zelin. Dia pamit untuk membantu kakaknya.
“Kak, kata Bayu masakan kakak enakkkk." pujinya sambil memeluk Lia.
“Hehe. Syukur deh, setidaknya kakak bisa bantu kamu." jawabnya sambil menepuk punggung adeknya itu.
“Hebat banget sih kak, aku kira resep di kulkas bakalan berguna, ternyata kakak lebih ahli, nanti ajari aku yah kak." pujian lagi sambil melepaskan pelukannya.
"Bisa sedikit-sedikit dek." balas Lia dengan senyuman.
"Tidak ada beban kehidupan yang tidak berat, jadi teruslah bersemangat setiap paginya. Mulailah semuanya dengan senyuman"
Jam 21.00 kafe tutup. Zelin membuang sampah keluar kafe dan mendengar suara teriakan anak kecil.
‘Duhh… apa lagi ini.' batinnya.
Zelin melangkah pelan menuju tempat sampah dengan sekantong sampah baru.
“Yaallah, anak siapa ini.” katanya sedikit berteriak.
Terlihat seorang anak kecil cantik. Kira-kira berumur 2 tahun memakai baju biru langit dan rambutnya yang masih pendek.
Anak kecil itu duduk diatas tumpukkan sampah, matanya berair dan kedua tangannya terangkat seperti ingin minta gendong.
Zelin menggendong anak itu dan langsung masuk kedalam kafenya.
“Kak Lia. kak." teriaknya sedikit cemas.
“Kenapa dek, kakak cuci piring.” jawab lia sambil membilas piring-piring itu.
Zelin datang sambil menggendong anak kecil.
“Astaghfirullah. Siapa ini dek?.” tanya Lia sedikit takut.
“Aku tidak tau kak, ketemu ditempat sampah, kasian. Dia minta gendong." kata zelin.
“Bawa kekamar dek, nanti kakak bikini dia susu dulu.” suruh Lia.
Zelin berjalan menuju kamarnya.
‘Kemaren kak Lia, sekarang anak ini. Besok siapa lagi tuhan?, apa ini rejeki yah?.’ batin Zelin.
Lia masuk kedalam kamar dengan segelas susu ditangannya, melihat Zelin yang sedang duduk bersama anak kecil itu diatas kasur.
“Kamu mau rawat dia dek?." tanya lia.
“Iya kak, tidam apa-apakan kita rawat dia?." tanya Zelin meminta izin.
“Yah tidak apa-apa dong dek, malah kakak seneng, punya temen waktu kamu kuliah." jawab Lia sambil mengelus kepala Zelin.
‘Hatimu bagai malaikat dek. Tanpa cacat dan iri hati. Semoga tuhan membalas kebaikanmu.’ ucap Lia dalam hati.
“Mamamam.” ucap anak kecil itu.
Sontak Lia dan zelin yang mendengar terkekeh ketawa melihat tingkah lucu anak kecil itu.
“Kita kasih nama Melfa aja yah kak?." semangat Zelin memberikan nama anaknya itu.
“Mmm. Bagus, boleh juga. Hallo Melfa, panggil aku Bunda Lia yah.” ucap Lia mengecup muncak kepala Melfa.
“Dan aku mama Zelin.” ucap zelin tak mau kalahpun.
Akhirnya malam itu mereka tertidur bertiga diatas ranjang.
Pagi ini seperti biasa, Zelin bangun jam 05.00, shalat subuh dan membangunkan Lia.
Jam 06.50 zelin masih didalam kamar. Bingung harus mengikat rambutnya.
“Kak rapikan rambut aku lagi boleh?.” ucap Zelin pada kakaknya Lia.
Lia masuk kedalam kamar dan mengikat rambut adiknya itu.
“Kamu udah gede loh dek, mengikat rambut yang rapi saja tidak bisa. Malah udah punya anak pula sekarang." ucap lia sambil merapikan rambut Zelin.
“Emang muka aku udah tua yah kak? akukan masih 15 tahun.” balasnya sambil cemberut.
Lia yang mendengar umur Zelinpun kaget.
‘Memang sih terlihat dari muka dia masih sangat muda, tapikan dia udah kuliah.' batin Lia.
“Tidak usah kaget kak, nanti aku certain deh, sekarang udah mau telat nih.” katanya sambil memakai sepatu.
“Kak nanti kalo Melfa bangun bikini susu dulu yah kak. Makasih banyak kak Lia, berangkat dulu.” ucapnya menitipkan Melfa yang sekarang berstatus sebagai anaknya.
***
Ospek berakhir. Mulai senin besok Zelin sah menjadi mahasiswa di kampus mewah ini. Hubungannya dengan Lia dan Melfa semakin hari semakin hangat. Zelin merasa bersyukur mempunyai orang-orang baru itu didalam hidupnya. Setidaknya sekarang, Zelin memiliki tujuan utama untuk sukses, yaitu untuk kakak dan anaknya.
Lia sedang sibuk di kafe hari ini, karena sabtu kuliah libur jadi kafe sedikit ramai. Zelin duduk di sofa kamarnya, melihat Melfa tertidur pulas di ranjang itu.
Zelin mengambil buku tabungannya, yang diletakkan didalam laci lemarinya.
‘ada 9 juta, tadinya mau beli baju buat kak Lia, tapi kasian kalau Melfa punya sedikit baju, bahkan dotnya saja belum ada. Mainan buat melfa, dan kursi dorong. Kira-kira cukup tidak yah.’ bahasnya didalam hati.
Setelah shalat ashar Zelin memanggil Lia yang tengah memberekan meja dan kursi di kafe. Sekarang sudah mulai sepi.
“Kak Lia, shalat dulu yuk, habis itu mandi, kita jalan-jalan ke mall bentar." ajak Zelin.
Zelin melihat jam karet hitam ditangannya. Sudah jam 16.00.
“Kak, ada yang mau kakak beli gak?, sekalian kita beli buat peralatan Melfa." ajak Zelin.
"Tidak dek, tabung aja dulu duitnya, kamu butuh nanti untuk kuliah kamu." jawab Lia.
Mereka ke mall berjalan kaki, karena dekat dari rumah. Hanya melewati sebuah taman dan di seberangnya ada gedung bertingkat.
Zelin dan Lia masuk kedalamnya. Melfa sekarang digendong Zelin, karena Lia pasti lelah bekerja dari pagi, pikirnya.
Menaiki escalator dan sampai dilantai yang menjual perlengkapan bayi.
Zelin mendudukan Melfa disalah satu kereta dorong untuk mencoba nyaman atau tidaknya.
“Mamamama.” ucap Melfa dengan lucunya.
“Eh Al.” ada tangan yang memegang bahu Zelin.
Zelin membalikkan badannya, dan melihat Bayu dan 2 orang temannya.
“Mamamama." ucap Melafa
Zelin kembali menggendong Melfa.
“Anak lo al?.” tanya Bayu, dengan nada sedikit kecewa.
“Eh iya Bay. Ini kenalin, kakak aku yang di kafe kamaren." jawab Zelin sambil memperkenalkan Lia.
Mereka bersalaman, begitu juga 2 orang teman Bayu.
“Ini temen gue, Raska dan ini Dani." ucapnya memperkenalkan temannya.
“Eh hai. Yaudah aku duluan yah Bay dan yang lainnya." ucap Zelin sedikit kaku.
“Iya Al”, jawab Bayu dan dibalas anggukan juga oleh yang lainnya.
Setelah membeli peralatan Melfa dan baju-bajunya, Zelin mengajak Lia membeli mukenah dan sajaddah.
“Di rumah Cuma ada satu mukenah yang bagus kak, nanti kalo lebaran kita pasti susah buat shalat id bareng, hmmm. Kita beli mukenah ya kak." ajak Zelin sambil memegang tangan lia.
“Ya sudah. Ayok dek." jawab Lia.
Akhirnya mereka bertiga masuk kedalam toko yang khusus untuk perlengkapan ibadah.
“Warna apa kak yang bagus?." tanya Zelin.
“Hm. Coklat susu kayaknya bagus dek.” jawab Lia.
“Bener juga yah kak, beli dua saja yah kak, biar modelnya samaan. Kakak warna coksu kan? Aku warna hitam." pilih Zelin.
Mereka keluar dari mall itu dengan banyak bahan bawaan. Kereta dorong tadi sudah digunakan, agar Melfa lebih nyaman.
Mereka berhenti dulu ditaman. Duduk dan istirahat. Zelin melihat Lia yang sedikit kelelahan.
“Kakak capek yah? biar aku saja yang bawa, kakak dorong kereta Melfa saja." ucap Zelin.
“Terima kasih yah dek, udah ngertiin kakak.” ucap Lia yang sedikit tidak enak.
“Tak apa-apa kak. Aku masih kuat kok, hehe." jawabnya sambil nyengir.
Mereka duduk sebentar dan kembali ke rumah. Melfa sudah tertidur waktu dijalan, dan Zelin memindahkannya kekasur. Menatap dengan penuh kasih sayang wajah dari anak kecil yang sudah menjadi putrinya itu.
“Dek.” panggil Lia yang baru selesai membereskan peralantan yang mereka beli tadi.
"Iya kak." jawab Zelin sambil tersenyum.
“Terima kasih, kakak tidak bisa berkata apa-apa lagi sama kamu. Karena kebaikan dan ketulusan hati kamu, kakak ngerasa punya keluarga lagi sekarang, dan kita rawat Melfa sama-sama yah dek." tutur Lia dengan tulus.
“Iya kak. Semua sudah direncanakan, kita hanya bisa lalui ini semua. Aku juga bersyukur punya melfa dan kak Lia. Apa kak Lia ada rencana buat kuliah?." tanya Zelin sambil memegang punggung tangan Lia.
“Liat nanti saja dek, yang penting adek lulus dulu.” balas Lia
“Iya kak, secepatnya aku bakalan lulus, dan waktunya kakak kuliah. Hmmm, tidak apa-apakan kak kalo kakak kuliahnya telat?." tanya Zelin dengan hati-hati.
“Tak apa-apa dek, menuntut ilmu tidak kenal usiakan?." balas Lia sambil tersenyum.
"Manusia baik, tidak pernah menganggap dirinya baik."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!