NovelToon NovelToon

Di Atas Ranjang Suster Tiara

Bab. 1 : Kondisi Sang Adik

Happy reading....

"Udah mau pulang Ra?" tanya Irena, pada Tiara. Irena baru saja datang ke tempat kerjanya itu, berganti shift dengan Tiara.

Wanita itu hanya mengangguk sambil tersenyum, lantas ia segara memakai jaketnya, di luar sana cuaca sedang tidak kondusif, gerimis di serta angin yang cukup kencang.

"Aku masuk dulu ya Ra," sambung Irena.

"Iya." sahut Tiara singkat.

Tiara, wanita berusia 25 tahun itu berkerja sebagai Suster di salah satu Rumah Sakit swasta yang ada di kota tersebut. Tiara terkenal sebagai Suster yang ramah, baik, namun ia tidak pernah banyak bicara. Hanya bicara seperlunya saja. Ketika berbaur dengan suster-suster yang lainnya pun, ia cukup hanya menyimak saja obrolan mereka.

Tiara kini tengah menunggu taksi online yang sebelumnya ia sudah pesan. Hingga beberapa saat kemudian, Taksi tersebut sampai.

Tiara pun buru-buru berjalan menjauh taksi tersebut, menutup kepala dengan tasnya. Namun baru saja ia akan masuk ke dalam Taksi, terdengar seseorang memanggilnya.

"Suster Tiara..."

Sontak Tiara pun langsung menoleh ke sumber suara tersebut.

"Bisa saya bicara sebentar?"

"Baik Dok," jawab Tiara. Ia kembali menutup pintu mobil tersebut, lalu meminta sang sopir taksi untuk menunggu sebentar.

Tiara pun berlari kecil menghampiri seorang yang menganggapnya itu.

"Ada apa ya Dokter Marvin?"

"Mengenai kondisi Adik Anda, Sus. Emm.. sebaiknya kita bicara di ruangan saya." jelas Dokter Marvin. Tiara pun mengangguk, lalu ia mengikuti langkah laki-laki itu menuju ruangannya.

"Silahkan duduk Suster Tiara," ucap Dokter Marvin, mempersilakan Tiara untuk duduk di kursi yang ada di hadapannya.

Tiara hanya mengangguk, lalu ia pun mendudukkan dirinya di kursi tersebut.

"Bagaimana kondisi Adik saya Dok? Dia baik-baik sajakan? Tadi saya sempat melihatnya, tapi dia sedang tertidur." Tiara langsung memberondong beberapa pertanyaan pada Dokter yang menangani Adiknya itu. Raut wajah kekhawatiran terpancar jelas dari wajah cantik Tiara.

Dokter Marvin terlihat menghelai napas beratnya. "Kondisinya semakin memburuk Suster Tiara. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, sebaiknya kita harus secepatnya membawa beliau ke luar negeri, menjalankan pengobatan di sana," jelas Dokter Marvin.

Tiara tidak mampu berkata-kata, ia hanya bisa membekam mulutnya, matanya mulai berembun.

Memang ini bukan yang pertama kalinya Dokter Marvin, menyarankan Tiara untuk membawa Tari—adiknya, untuk menjalankan pengobatan di luar negeri. Tapi masalah, dari mana ia harus mendapatkan biayanya? Biaya di luar perawatan di sana pasti akan memakan biaya banyak! Bahkan selama ini perawatan dan pengobatan yang di jalankan oleh Tari, di biayai oleh suaminya Tiara.

Suaminya itu bahkan harus mengeluarkan biaya puluhan juga setiap bulannya untuk perawatan adiknya Tiara. Reyhan—suaminya selama ini memang tidak pernah mempermasalahkan soal itu, hanya saja Tiara cukup tahu diri, apa lagi sindiran dari sang mertua—Mamahnya Reyhan. Yang selama mengatakan bahwa Tiara dan Adiknya itu beban untuk keluarga mereka. Membuat Tiara ragu untuk mengatakan pada Reyhan jika Adiknya harus menjalani perawatan di luar negeri.

"Sus..."

"Suster Tiara..." panggil Dokter Marvin.

"Ah iya." Tiara sedikit tersentak, karna ia tadi tengah melamun.

"Bagaimana?" tanya Dokter Marvin.

"Sa—saya akan usahakan secepatnya Dok, saya akan bicarakan dulu sama suami saya," jawab Tiara.

Dokter Marvin terlihat menganggukkan kepalanya pelan, lalu tersenyum tipis.

"Emm, kalau begitu saya pamit dulu Dok, terima kasih untuk informasinya." pamit Tiara seraya berajak dari tempat duduknya itu. Tanpa menunggu jawaban dari Dokter Marvin, Tiara langsung berajak dari ruangan tersebut dan kembali menghampiri taksi yang sedari sudah menunggunya.

"Maaf ya Pak lama," ucap Tiara pada sang sopir taksi. Usai ia masuk ke dalam taksi tersebut.

"Tidak apa-apa Mbak, santai saja. Sesuai di aplikasi ya Mbak tujuannya?"

"Iya Pak."

Setelah itu mobil taksi yang di tumpangi Tiara tersebut mulai melaju, membelah jalan raya yang terlihat padat, padahal cuaca cukup buruk, namun seperti tidak menghambat aktifitas penghuni Ibu kota tersebut.

Hingga dua puluh menit kemudian, akhirnya Tiara pun sampai di depan rumahnya, ah tidak itu bukan rumahnya, melainkan rumah suaminya.

"Ini Pak, terima kasih ya." Tiara memberikan ongkos taksi tersebut, sebelum ia turun dari mobil taksi itu.

"Terima kasih Mbak, apa tidak ada uang pas? Saya tidak ada kembalinya."

"Ambil saja Pak, itung-itung itu bonus buat Bapak karna tadi sudah menunggu saya cukup lama."

"Terima kasih Mbak."

"Sama-sama."

Setalah itu Tiara pun langsung turun dari mobil taksi tersebut, ia berlari kecil menuju teras rumah mewah tersebut, karna rintik hujan gerimis masih setia turun membasahi bumi.

"Mas Rey sudah pulang? Tumben sekali ia pulang jam segini?" gumam Tiara, ia melihat mobil milik suaminya sudah terparkir rapi di garasi.

Tiara pun membuka pintu rumah, lalu masuk ke dalam rumah tersebut. Di rumah mewah berlantai dua itu, memang tidak ada asisten rumah tangga, semua perkejaan rumah Tiara yang mengerjakannya. Sebenarnya Reyhan sudah menyediakan pembantu saat awal mereka pindah ke rumah tersebut, namun Mamahnya Reyhan, memecatnya karna dia bilang boros, tidak usah pakai pembantu, karna Tiara juga bisa mengerjakan semuanya.

"Halah, ngapain sih pakai pembantu Rey, istri kamu juga gak ada kerjaan, biarin dia aja yang mengerjakan tugas rumah, jangan terlalu di manja, dia itu hanya benalu di keluarga kita!" ucap Sarah—Mamahnya Reyhan. Dengan lugas wanita parubaya itu mengatakan semuanya itu di depan Tiara langsung.

"Tiara kerja Mah, siapa bilang Tiara gak kerja. Dia itu Suster, perawat di rumah sakit!"

"Iya Mamah tau Rey, tapikan dia gak kerja dua puluh empat jam di sana. Udah deh, kamu jangan banyak protes! Boros juga kalau harus bayar pembantu, kamu paham! Istri kamu ini cuman beban aja buat keluarga kita!"

"Mah jangan bicara seperti itu, Tiara itu istri Rey, jadi sudah tangung jawab Rey!" Rey nampak tidak suka, Mamahnya berbicara seperti itu. Raut wajah penuh amarah terlihat dari wajah tampan suami Tiara pada saat itu.

"Mas, sudah. Bener yang dikatakan Mamah, sudah Mas, Tiara gak apa-apa kok," pungkas Tiara dengan cepat.

"Tapi, sayang..." Tiara terlihat mengelengkan kepalanya, memberi kode agar suaminya itu diam. Helaian nafas berat terdengar dari suami itu.

"Baguslah kalau kamu sadar diri!" ketus Mamah Sarah, memandang Tiara dengan tatapan merendahkan.

***

Tiara mengehelai napasnya, melihat keadaan rumah yang terlihat berantakan, padahal tadi pagi sebelum ia berangkat kerja keadaan rumah sudah sangat rapi. Aneh, pikir Tiara, rumah biasanya tidak seberantakan ini, jika pun Reyhan pulang lebih cepat, bahkan suaminya itu terkadang suka membantu juga.

"Sepatu siapa ini?" gumam Tiara, ia menemukan selebalah sepatu heels berwarna merah, yang tergelatak di ruang tamu. Tiara mengambil sepatu heels tersebut, mengamatinya.

Seingat Tiara, dia tidak punya sepatu heels seperti ini, apa lagi warnanya merah menyala, Tiara sama sekali tidak menyukai warna tersebut.

"Mas..." panggil Tiara, ia memanggil Reyhan suaminya.

"Mas Rey...." panggil Tiara lagi, namun tidak ada sahutan sama sekali dari laki-laki yang berstatus suaminya itu.

"Apa Mas Rey di kamar ya?" Tiara pun berjalan menaiki anak tangga, lagi ia menemukan pasangan sepatu heels yang kini ia pegang itu, terlihat tergeletak di atas anak tangga.

Tiara pun mengambilnya, lalu dengan langkah yang cepat ia menuju kamarnya. Tiara langsung menghentikan langkahnya, saat melihat pintu kamar tersebut sedikit terbuka.

"Emmmttt...."

Tiara terdiam saat mendengar suara aneh tersebut. Suara wanita mendayu penuh kenikmatan terdengar jelas di telinga Tiara.

Brakk!!

Tiara langsung membuka pintu tersebut dengan lebar, dan...

Deg!

Bersambung...

Bab. 2 : Di Atas Ranjang Suster Tiara

Brakk!!

Tiara langsung membuka pintu tersebut dengan lebar, dan...

Deg!

Tiara langsung membungkam mulutnya, tubuhnya seketika terasa lemas, seperti ada bongkahan batu besar yang menimpa dadanya, sesak, perih, hancur!

Di saat ia melihat memandang yang begitu menjijikan di atas ranjangnya.

Begitu juga dengan dua manusia yang kini tengah menikmati surga duniawi itu, mereka terlihat terkejut dan menghentikan aktifitas panas mereka itu.

"Ti—Tiara...." gumam Reyhan, saat melihat istrinya itu kini sudah berdiri di ambang pintu kamar tersebut.

Sementara wanita yang di samping Reyhan, ia langsung menarik selimut lalu menutupi tubuhnya yang tanpa sehelai benang pun itu.

Tiara bergeming. Sakit? Jangan di tanya! Perih? Tentu saja! Bagaimana tidak? Kini ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, suaminya tengah bercinta dengan wanita lain, dan yang lebih menyakitkan bagi Tiara, suaminya itu melakukan hal yang menjijikan itu di atas ranjangnya.

Kenapa? Kenapa Reyhan tega melakukan ini semua pada Tiara? Tiara tidak pernah mencurigai suaminya itu sama sekali, selama ini yang Tiara tahu jika suaminya itu sangat mencintainya, menyayanginya dan setia.

Bahkan selama ini Tiara tidak mencium gelagat suaminya yang aneh atau bagaimana. Bahkan semalam saja mereka masih sempat memadu kasih, tapi lihatlah! Apakah selama ini Tiara yang bodoh?

Tanpa kata Tiara kembali menutup pintu kamar tersebut dengan kasar.

Braakk!

Dengan langkah yang cepat Tiara langsung berajak dari sana, ia berjalan menuruni anak tangga, tanpa memperhatikannya. Tidak! Tiara Tidak perduli ia akan terpelincir atau terjatuh dari tangga tersebut, bahkan jika bisa rasanya Tiara ingin berakhir cukup sampai di sini.

"Sayang, tunggu!" teriak Reyhan yang kini berjalan tergesa-gesa menyusul Tiara.

Teriakan Reyhan tentu saja masih terdengar jelas di telinga Tiara, namun Tiara sama sekali tidak menghiraukannya.

"Tiara sayang... Aku bisa jelaskan semuanya, ini tidak seperti yang kamu pikirkan!" teriak Reyhan lagi.

Ucapan Rey kali ini berhasil membuat langkah Tiara berhenti. Lalu Tiara berbalik menghadap laki-laki yang berstatus suaminya itu.

"Sayang, maafkan aku. Sungguh ini bukan seperti yang kamu pikirkan Tiara, percayalah!" ucap Reyhan, yang kini sudah berdiri di hadapan Tiara, Rey meraih tangan Tiara. Namun dengan cepat Tiara menepis tangan suaminya itu, dan menjauhkan tangannya.

Tiara menatap lekat manik mata suaminya itu, jika dulu Tiara selalu menatap teduh suaminya itu, namun saat ini Tiara menatapnya dengan tatapan penuh amarah serta kilat membenci terlihat dari bola mata wanita itu.

"Aku bisa jelaskan, Ti..."

Plak!

Rey langsung memegangi pipinya yang baru saja mendapatkan tamparan kerasa dari wanita yang ada di hadapannya itu, Rey terlihat begitu shock, ia tak menyangka jika Tiara akan mendaratkan di pipi sebelah kanannya itu.

"Cukup Mas!" pekik Tiara.

"Kamu tega Mas! Aku benar-benar benci sama kamu Mas, aku benci!" Tiara melampiaskan rasa sakit yang ada di dadanya itu.

"Maafkan aku sayang," sesal Rey, ia langsung menghambur memeluk istrinya itu, namun entah dapat dorongan dari mana, tiba-tiba saja Tiara langsung mendorong tubuh suaminya itu, saking kuatnya dorongan Tiara pada tubuh Rey tersebut, Rey kehilanganmu keseimbangan, ia terhuyung ke lantai.

"Jangan panggil aku sayang lagi. Aku bukan kesayangannya kamu lagi Mas! Kamu jahat. Kenapa Mas kenapa? Kenapa kamu menghianati aku. Jika kamu memang sudah tidak sudi lagi dengan aku, kenapa kamu tidak ceraikan aku dulu Mas, kenapa kamu melakukan hal menjijikan itu di saat aku masih berstatus istri kamu Mas! Kenapa?" Tiara benar-benar sudah tidak bisa mengontrol emosi itu.

Bagiamana tidak emosi! Melihat perselingkuhan suaminya itu tepat di depan matanya.

"Tiara, aku bisa jelaskan. Aku mohon beri aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya!" Rey memohon pada istrinya itu.

Namun nampaknya Tiara tidak perduli, bahkan sama sekali tidak peduli! Tiara malah memberikan senyuman yang sulit diartikan oleh laki-laki yang ada di hadapannya itu.

"Penjelasan? Penjelasan apa lagi Mas? Sudahlah Mas kamu tidak usah mengelak! Aku sudah melihatnya sendiri! Bahkan kamu sangat menikmatinya Mas!"

Jika bisa ingin rasanya Tiara menghabisi laki-laki yang ada di hadapannya itu. Agar dia sadar dari! Tapi itu rasa tidak mungkin!

"Aku khilaf Tiara, sumpah aku khilaf! Aku sama sekali tidak bermaksud melakukan itu dengan Lian. Niatku cuman ingin menolong dia saja Tiara!" Rey masih berusaha meyakinkan Tiara.

"Khilaf?" Tiara tersenyum getir.

"Dan menolong? Menolong seperti apa itu hah maksud kamu? Menolong untuk memuaskan hasrat kalian berdua? Sungguh tega kamu Mas! Aku benci sama kamu!" Setalah itu Tiara langsung berajak dari hadapan Reyhan—suaminya itu.

"Tia... Tiara... kamu mau kemana?" panggil Reyhan, namun kali ini Tiara benar-benar sudah tidak ingin bicara lagi dengan suaminya itu, hati sangat hancur, Tiara butuh waktu sendiri.

'Kenapa? Kenapa hidupku selalu sulit?' batin Tiara lirih.

"Rey tunggu! Kamu mau kemana?" panggil Lian, ia memeluk Rey dari belakang.

"Lepaskan aku Lian, aku ingin mengejar Tiara, aku harus menjelaskan semuanya!" bentak Rey seraya melepaskan tangan wanita itu.

"Rey, dengarkan aku! Percuma saja kamu mengejar Tiara, menjelaskan semuanya saat ini percuma Rey, percuma! Biarkan dulu Tiara tenang, nanti aku akan membantu kamu menjelaskan semuanya," bujuk Tiara.

"Tapi Li..."

"Rey, percayalah padaku! Aku berjanji akan membantu kamu menjelaskan semuanya pada Tiara, aku berjanji Rey!"

Reyhan menghelai nafasnya beratnya. "Sebaiknya kamu pulang saja!" Usir Rey pada Lian.

"Tapi Rey..."

"Pulang!" bentak Rey.

"I—iya, aku pulang Rey," ucap Lian terlihat ketakutan.

Wanita itu pun langsung berajak meninggalkan rumah tersebut.

"Arghhh...." teriak Rey frustasi.

"Siapa yang sudah memberikan obat itu pada Lian!" pekik Rey penuh amarah.

Sebelum...

Lian adalah sekertaris Rey, Lian juga anak dari sepupu Mamah Sarah (Mamahnya Rey).

Tadi mereka baru saja pulang menghadiri sebuah pesta rekan bisnis mereka.

Saat di perjalanan pulang, Lian mengatakan kalau ia merasa tubuhnya sangat panas. Wanita itu mencoba membuka semua pakaian, namun Reyhan menahannya.

Reyhan tahu pasti terjadi sesuatu pada Lian.

"Tenangkan dirimu Lian, kita ke rumahku, semoga saja Tiara sudah pulang, aku akan minta bantuan dia, Lian pasti tau obat penangkalnya," ujar Rey pada Lian.

"Cepat Rey, cepat! Panas sekali." Suara wanita itu terdengar sangat berat. Rey hanya mengangguk, ia pun segara menambah kecepatan mobilnya itu.

Hingga tak lama kemudian mereka pun sampai. Reyhan langsung membantu Lian keluar dari mobil tersebut dan membawa wanita itu masuk ke dalam rumah.

"Kamu tunggu di sini, aku ke kamar dulu sebentar," ucap Rey pada Lian. Reyhan membaringkan wanita itu di sofa yang ada di ruang tamu. Reyhan ingin memeriksa apakah Tiara sudah pulang atau belum. Ia pun berjalan tergesa-gesa menuju kamarnya.

Tidak ada respon dari Lian, wanita itu sudah meracau tidak jelas, Lian benar-benar merasakan sensasi panas yang teramat luar biasa. Sebuah rasa bergejolak di diri wanita itu.

Reyhan yang sudah sampai di kamarnya, itu sama sekali tidak melihat tanda-tanda Tiara di sana.

"Tiara, sayang..." panggil Reyhan. Namun tidak ada sahutan. Rey berjalan menuju kamar mandi, namun nihil di sana juga tidak ada istrinya, sial seperti Tiara belum pulang.

"Ah sial, bagaimana ini?" Lalu Reyhan pun mengambil ponselnya dari dalam saku untuk menelpon istrinya itu. Namun belum saja Reyhan menelpon istrinya itu, tiba-tiba saja Reyhan merasakan ada sebuah tangan yang melingkar di perutnya.

"Rey, panas Rey... tolong aku," lirih Lian. Wanita itu sudah berada di belakang Rey dan memeluk Rey.

"Lian lepas, apa yang kamu lakukan!" Reyhan melepaskan tangan wanita itu. Lalu ia berbalik menghadap Lian.

"Sadar Lian, sadar! Tenangkan dirimu, aku tidak mungkin membantu kamu, tunggu sampai istriku datang, dia akan membantu kamu."

"Tidak Rey, aku sudah tidak tahan," ucap Lian, wanita itu langsung menghempaskan tubuhnya di atas ranjang milik Reyhan dan Tiara.

"Rey cepat Rey, lakukan, tusuk aku Rey, aku sudah tidak tahan, emmmttss..." Lian meremas buah dadanya itu dengan tangannya.

"Tidak Lian, aku masih waras! Kamu jangan gila, sebaiknya kamu jangan di situ, Tiara tidak suka ada orang lain yang menempati ranjangnya." Rey manarik tangan Lian. Agar wanita itu berajak dari sana.

Namun Lian malah kembali menarik kuat tangan Rey, sehingga Rey jatuh di atas tubuh wanita itu. Tanpa aba-aba, Lian yang sudah tidak bisa menahan gejolak panasnya itu, ia langsung mencumbui Rey.

Dan bodohnya, Reyhan sendiri malah terlihat pasrah dan menikmatinya. Dalam hati Reyhan menggerutu dirinya sendiri, namun tubuhnya seakan tidak menolak sentuhan yang di lakukan oleh wanita itu, hingga akhirnya terjadilah aktifitas panas di antara keduanya.

Bersambung...

Bodoh gak sih Rey! huh, kesel author juga

Like

Komen

Vote

Gift

Tonton iklannya juga ya geas yang ada di gift, wkwkwk. Biar author tambah semangat. Hahaha

Babay....

Bab. 3 : Tuan Smith

Tiara berjalan tanpa arah dan tujuan, ia hanya mengikuti langkah kakinya yang entah akan kemana. Bahkan ia tak memperdulikan tetasan air hujan yang membasihi tubuhnya itu. Sakit, hancur. Itulah yang saat ini Tiara rasakan.

Selama ini kurang apa Tiara pada Rey? Tiara sebisa mungkin menjadi istri yang baik untuk suaminya itu, melayani Rey, menyiapkan semua kebutuhan suaminya itu, membagi waktu mengurus perkerjaan dan juga rumah. Bahkan Tiara tidak mempedulikan tubuhnya yang lelah selepas menjalani tugas-tugasnya itu.

Tapi apa? Lihatlah, Rey teganya menghianati dirinya. Bermain gila dengan Lian, bahkan mereka melakukan aktifitas menjijikannya itu di atas ranjang Tiara dan juga Rey. Di mana ranjang tersebut menjadi saksi saat Tiara menyerahkan mahkotanya untuk suaminya itu dulu.

Rey berdalih ingin menolong Lian, menolong macam apa itu? Apanya yang di tolong?

"Kamu jahat Mas, aku benci sama kamu. Apa salahku sama kamu? Sehingga kamu tega menghianatiku Mas!" lirih Tiara.

*

*

*

Sementara itu di tempat lain, seorang laki-laki parubaya terlihat berjalan tergesa-gesa meninggalkan gedung pencakar langit, di mana gedung tersebut adalah gedung perusahaan miliknya. Tanganya terlihat memegangi ponsel yang menempel di dekat telinganya. Raut wajah laki-laki parubaya itu terlihat begitu di penuhi kecemasan.

"Tenangkan dia, saya akan segara pulang!" ucapnya kepada seseorang di balik sambungan telepon tersebut.

Setalah itu ia mematikan sambungan teleponnya, lalu berjalan menuju parkiran khusus, di sana terlihat seorang laki-laki muda sudah menunggunya. Laki-laki muda itu menunduk hormat pada laki-laki parubaya tersebut, yang tak lain adalah atasannya.

"Kita pulang sekarang, Ken!" pinta laki-laki itu pada Asisten pribadinya.

Laki-laki yang bernama Ken itu, terlihat langsung menganggukkan kepalanya. Ia membukakan pintu mobil untuk Tuannya itu, setalah memastikan Tuannya itu masuk, Ken langsung menutup pintu mobil itu kembali, lalu ia menyusul masuk ke dalam mobil, duduk di kursi pengemudi, dan mobil pun mulai melaju meninggalkan tempat tersebut.

"Ken, segara carikan perawat untuk Teo. Kasian istri saya, seperti ia sangat kewalahan mengurus anak itu!" Perintah Tuan Smith pada asisten pribadinya itu. Selain Asisten pribadi, Ken juga salah satu orang kepercayaan pemilik perusahaan Smithan Grup, sebuah perusahaan besar, yang bergerak di bidang property.

"Baik Tuan," jawab Ken.

"Tapi ingat carikan perawat yang professional, perawat yang benar-benar ingin kerja serius! Jangan seperti yang sudah-sudah! Kau mengerti?"

"Baik Tuan."

"Ken apa yang kau lakukan?" pekik Tuan Smith. Ia terkejut saat Ken tiba-tiba mengerem mobilnya itu secara mendadak.

"Maaf Tuan, seperti saya menabrak seseorang," jawab Ken. Ken tak kalah terkejut dengan Tuanya itu.

"Astaga Ken, cepat liat! Kenapa kau tidak hati-hati! Cepat lihat!"

Ken langsung menganggukkan kepalanya, dengan cepat laki-laki itu turun dari mobilnya.

Tuan Smith terlihat memijat pelipis keningnya, satu masalah saja belum selesai, kenapa datang masalah baru. Ingin rasanya dia memarahi Ken, namun ia rasa tidak ada gunanya.

"Nona... Nona bangun..." ucap Ken pada wanita yang tertabrak olehnya barusan. Entahlah Ken, rasa ia tidak menabraknya, hanya hampir tertabrak saja.

Ken juga mengamati wanita tersebut, ia tidak melihat luka sama sekali. Tapi kenapa wanita itu tidak sadarkan diri?

"Ken, bagaimana?" teriak Tuan Smith dari dalam mobil, ia membuka kaca mobil tersebut.

"Seperti dia pingsan Tuan."

"Ya sudah masukan saja dia ke mobil, kita bawa pulang saja wanita itu. Ayo Ken, ada yang lebih penting dari pada ini!" tegas Tuan Smith.

Ken langsung mengangguk, ia pun mengangkat tubuh wanita tersebut dan memasukan ke dalam mobil.

"Apa lukanya serius?" tanya Tuan Smith pada Ken, yang kini sudah kembali melajukan mobilnya.

"Saya liat tidak ada luka sama sekali Tuan, dan seingat saya, tadi saya tidak menabraknya, hanya hampir tertabrak saja," jelas Ken.

"Lalu kenapa dia pingsan?"

Ken mengelengkan kepalanya. Karna ia pun tidak tahu sama sekali penyebabnya, apa mungkin karna wanita itu terkejut? Entahlah.

Tak lama kemudian, akhirnya mereka pun sampai di tempat tujuan. Tepatnya kediaman Tuan Smith, rumah mewah bergaya khas Eropa terlihat di sana.

"Kau urus wanita itu Ken, saya harus mengurus Teo dulu." titah Tuan Smith, sebelum ia keluar dari mobil tersebut.

"Baik Tuan."

Setalah itu Tuan Smith pun terlebih dahulu turun dari mobil tersebut, lalu ia berjalan masuk ke dalam rumah.

Semantara itu Ken, menjalankan perintah yang di berikan Tuannya itu, untuk mengurus wanita yang tadi. Ken membawa wanita masuk ke dalam rumah, lalu membawanya ke salah satu kamar tamu yang ada di rumah tersebut. Setalah membaringkan wanita tersebut, yang kini masih belum sadarkan diri itu.

Ken meminta pelayan wanita untuk mengantikan pakaian wanita itu yang basah, sementara Ken ia menelepon Dokter pribadi keluarga Tuan Smith, untuk memeriksa kondisi wanita tersebut.

*

*

*

"Bagaimana kondisi Teo Mah?" tanya Tuan Smith pada istrinya itu.

"Dia masih di dalam Pah, pintu kamarnya di kunci dari dalam, tadi Mamah mendengar bunyi seperti barang pecah Pah. Mamah takut terjadi apa-apa pada Teo, Pah." jawab Nyonya Henzy, sambil terisak tangis.

"Kenapa tidak di dobrak saja pintunya Mah, kenapa tidak menyuruh orang rumah untuk merobohkan pintu kamarnya?"

"Sudah Pah, tadi sudah menyuruh mereka. Bahkan tiga orang sekaligus. Tapi pintunya sangat kuat, mereka tidak sanggup. Bukan hanya itu Teo mengancam mereka, jika mendobrak pintu kamarnya, maka Teo akan lompat dari jendela!"

"Anak itu benar-benar keterlaluan!" pekik Tuan Smith.

Tuan Smith langsung menggedor-gedor pintu kamar putranya itu.

"Teo, buka pintunya! Teo..." teriak Tuan Smith.

"Pah jangan teriak-teriak."

"Diam Mah, dia harus diberi pelajaran! Hidupnya selalu saja menyusahkan orang lain!" ucap Tuan Smith penuh amarah.

"Teo buka pintunya cepat!" Tuan Smith kembali menggedor-gedor pintu kamar putranya itu. Ia tidak mempedulikan istrinya yang menahannya itu.

Hingga beberapa saat kemudian.

Ceklek...

Pintu kamar tersebut terbuka.

"Kamu benar-benar terlaluan Teo!" geram Tuan Smith.

Ia langsung masuk ke dalam kamar tersebut, seraya menarik tangan putranya itu dengan kasar, Teo terlihat pasrah saat Papahnya itu mengikat tanganya dengan ratai.

"Pah jangan lakukan itu, kasian Teo.. Pah," pinta Nyonya Henzy memohon pada suaminya itu.

"Diam Mah, anak ini selalu saja membuat onar! Selalu merepotkan orang lain!" Tuan Smith tidak menghiraukan istrinya itu. Ia terus melakukan aksinya itu, merantai kedua tangan dan kedua kaki Teo, lalu mengikatnya ke ranjang tersebut.

Namun anehnya Teo masih terlihat pasrah, ia sama sekali tidak memberontak.

Setalah mengikat putranya itu, Tuan Smith pun langsung berjalan keluar dari kamar tersebut.

Semantara Nyonya Henzy, ia langsung memeluk putranya itu, sambil menangis.

Teo terlihat mengeleng-gelengkan kepalanya. Seperti memberikan sebuah isyarat pada wanita yang sudah melahirkannya itu. 'Jangan menangis Mah, aku baik-baik saja.'

"Cepatlah kembali seperti dulu Teo, Mamah sangat merindukan kamu yang dulu Nak," ucap Nyonya Henzy lirih, sambil mengusap kepala anaknya itu.

Bersambung...

Sebenernya apa yang terjadi pada Teo ya?

Kita main tebak-tebakan yuk!

Nanti di bab selanjutnya author kasih bocoran sedikit tentang si Teo ini.

Yang jawabnya benar, tau mendekati benar, nanti author kasih pulsa deh.

Buat tiga orang ya, masing-masing 20k

Jangan lupa juga...

Like

Komen

Vote

Gift

Babay...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!