Milanita memundurkan langkahnya, perasaannya mendadak getir bahkan dadanya terasa sesak saat melihat sesuatu yang sangat tidak pantas yang sedang dilakukan oleh suaminya Caviar Klan di dalam kamarnya bersama assisten'nya sendiri yang bermana Laudya.
Dia hanya bisa mengintip dari balik pintu yang memang sedikit terbuka, ingin rasanya Milan menerobos masuk ke dalam sana dan membunuh kedua orang yang saat ini sedang bercinta di ranjang yang biasanya dia gunakan untuk melakukan hal tersebut bersama suaminya itu.
Akan tetapi, kakinya terasa kaku untuk digerakkan, bahkan bibirnya membisu dengan mata yang terlihat berkaca-kaca, sungguh ... Milan yang merupakan artis papan atas yang selalu di puja banyak pria merasa terhina karena telah diinjak-injak oleh dua orang yang sangat dia percaya, yaitu suaminya dan assisten-nya sendiri.
'Kurang ajar kalian, tega sekali kalian mengkhianati aku, lihat saja, aku akan membalas apa yang kalian lakukan ini, aku bersumpah,' (batin Milan)
Dia pun berbalik dan meninggalkan tempat itu, tangisnya pecah mengiringi langkah kakinya, dadanya terasa akan meledak hingga akhirnya dia pun berlari keluar dari dalam rumah, rumah besar dan mewah yang sudah dia huni selama lebih dari lima tahun bersama suaminya itu.
Dengan masih memakai gaun berwarna pink yang dia gunakan untuk syuting iklan yang baru selesai dia kerjakan. Make up di wajahnya pun terlihat berantakan menyatu dengan air mata yang saat ini memenuhi wajah cantik seorang Milannita.
Milan pun segera berlari ke arah mobil, menyalakan mobil dengan tergesa-gesa dan langsung melaju meninggalkan halaman rumahnya lalu melesat kencang di jalanan.
Dia terus berkendara tanpa tau arah dan tujuan, hanya memutar stir dengan wajah yang berurai air mata mata dan raut kesedihan yang begitu ketara dari wajah cantik wanita bernama Milannita tersebut.
'Dasar kurang ajar, aku akan membalas penghinaan ini, Laudya ...' ( Batin Milanita )
Mobilnya pun kini berhenti di jalanan sepi, jalanan yang tidak ada satupun kendaraan di sana, dan Milan sama sekali tidak menyadari bahwa saat ini dirinya sedang berada di tempat yang rawan perampokan.
Milan pun menyandarkan kepalanya di atas stir mobil, memejamkan mata dan kembali mengingat kejadian yang membuat dadanya terasa sesak.
Sampai akhirnya, tiba-tiba saja mobil kacanya di ketuk kasar membuat Milan terkejut lalu mengangkat kepalanya dan menatap ke arah luar jendela.
Trok ... Trok ... Trok ...
''Wey keluar ...'' teriak seorang pria di luar sana.
''Siapa mereka? mau apa ...? terus dimana aku ...?'' gumam Milan panik menatap sekeliling.
Trok ... Trok ... Trok ...
Orang tersebut kembali mengetuk kaca mobil, bahkan kali ini lebih bertenaga membuat Milan sontak berteriak panik menutup kedua telinganya.
''Haaaa ...'' teriak Milan.
''Cepat keluar ... Kalau tidak aku akan hancurkan mobil kamu ini,'' teriak orang di luar sana yang sepertinya berjumlah dua orang.
Mau tidak mau akhirnya Milan pun memutuskan untuk membuka kaca mobil, karena terlalu takut jika harus benar-benar keluar dari dalam mobil.
''Ada apa? siapa kalian?'' tanya Milan menatap pria tinggi besar di luar sana.
''Hey ... Aku bilang 'kan keluar?'' Bentak pria tersebut.
''Tapi mau apa? untuk apa aku keluar ...?'' jawab Milan dengan bibir gemetar.
Tanpa di sangka, pria tersebut mengeluarkan satu pucuk pistol dan langsung diarahkan di kepala Milan bahkan menempel sempurna membuat Milan benar-benar merasa ketakutan.
''Cepat keluar? kalau tidak aku akan ledakan kepala kamu ini.''
''Eu ... Ja-jangan aku mohon, apa kamu tau aku siapa? aku artis terkenal, kalian bisa dipenjara jika ketahuan membunuh artis papan atas kayak aku ini, lagian kalau kalian mau uang, kalian tinggal bilang aja,'' ucap Milan dengan mata yang semakin memerah.
''KELUAAAAAR ...''
Orang tersebut berteriak seraya menarik pelatuk pistol yang di genggamnya.
''Ba-baik ... Jauhkan dulu pistol itu dari kepala aku, gimana mau keluar kalau benda ini masih ada di kepalaku ini.''
Orang tersebut pun menjauhkan pistol dari kepala Milan, kemudian, Milan segera membuka pintu mobil dengan tubuh yang gemetar, dan perasaan campur aduk.
Ceklek ...
Pintu mobil pun di buka, dengan kaki gemetar Milan mulai menapaki kaki berbalut sepatu high hill berwarna merah itu keluar dari dalam mobil.
Dengan kedua tangan yang di angkat ke udara dirinya kini berdiri tepat di samping orang itu, dengan mata yang mengarah ke arah pistol yang saat ini masih berada di dalam genggaman orang jahat tersebut.
Setelah Milan berdiri di sana, tiba-tiba saja tubuhnya dihempaskan ke atas aspal dan tanpa basa-basi lagi, perampok yang berjumlah dua orang itu segera naik ke dalam mobil miliknya membuat Milan sontak berteriak kencang.
''HEY ... MAU KALIAN BAWA KE MANA MOBIL AKU INI ...?'' teriak Milan dan dia pun langsung diarahkan pistol tepat di wajahnya membuat Milan sontak terdiam, menatap mobil kesayangannya itu dibawa oleh para perampok itu.
Kini artis papan atas dengan sejuta prestasi dan memiliki banyak pans itu pun hanya bisa berdiri mematung tanpa bisa berbuat apapun dan tanpa memegang uang sepeserpun, bahkan dia sama sekali tidak tahu sedang berada di mana saat ini.
''Ma*pus ... Apa yang harus aku lakukan sekarang, semua barang berhargaku ada di mobil semua, ya Tuhan kenapa hari ini aku sial sekali, aku harus menerima kenyataan suamiku berselingkuh dengan assistenku sendiri, dan sekarang mobilku di rampok, apakah ini akhir dari hidup seorang Milannita ... Hiks hiks hiks ... Haaaaaaaa ...'' Teriak Milan terduduk lemas di atas aspal.
Tidak tahu harus bagaimana lagi, dia hanya bisa menangisi nasib buruk yang saat ini sedang menimpanya, menangis sejadi-jadinya di tengah jalan dengan suara tangis yang menggema dan terdengar pilu di dengar.
Sampai akhirnya, satu buah mobil pickup tiba-tiba berhenti tepat di depan tubuhnya, mobil tersebut nampak terisi penuh dengan buah-buahan yang sepertinya hendak di bawa ke pasar.
Ckiiit ...
Suara rem mobil terdengar nyaring dan mengejutkan Milan, dia yang sedang menangis sesenggukan pun sontak menghentikan suara tangisnya lalu menatap mobil tersebut.
Perlahan, seorang pria pun keluar dari dalam mobil, pria tersebut hanya mengenakan kaos oblong berwarna hitam dengan celana jeans yang robek di bagian lututnya, berjalan menghampiri Milan dengan kening yang dikerutkan.
''Hey ... Sedang apa anda di tengah jalan?'' tanya pria tersebut berjalan menghampiri.
Awalnya pria itu hendak memarahi wanita yang masih mengenakan dress berwarna pink itu, namun, seketika dia pun mengurungkan niatnya saat menatap wajah wanita tersebut yang ternyata dia adalah Milannita, artis yang dia dambakan, dan artis idolanya yang sangat dia puja.
''Milannita ...? kamu beneran Milannita yang suka saya lihat di Televisi itu?'' tanya sang Pria itu tersenyum begitu senangnya.
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
''Hey ... Sedang apa anda di tengah jalan?'' tanya pria tersebut.
Sontak Milan pun mengangkat kepalanya, menghentikan suara tangis yang semula menggelegar memecah keheningan, akan tetapi wajah artis yang terkenal dengan kecantikannya itu masih terlihat muram dengan suara Isak yang sedikit terdengar.
Awalnya, pemuda yang memakai kaos oblong dengan celana jeans yang terdapat robekan di lutut itu hendak memarahi wanita yang saat ini menghalangi jalannya, namun, seketika dia mengurungkan niatnya saat dia melihat wajah dari wanita tersebut.
''Milannita ...? kamu Milannita artis terkenal itu 'kan? yang suka saya lihat di Televisi itu?'' teriak pemuda bernama Zergo tertawa senang merasa tidak percaya.
''Akhirnya ada yang kenal aku juga, aku pikir kamu bakal kayak perampok tadi, hiks hiks hiks ...''
''Tapi kamu beneran Milannita itu 'kan?''
''Iya ...''
''Ya Tuhan ... Mimpi apa aku semalam ...? Saya beneran ketemu artis idola saya ... ha ... ha ... ha ...''
''Ketawanya nanti lagi, bantuin saya dulu, saya dirampok, uang, ATM, ponsel dan semua barang berharga saya yang lainnya udah hilang di bawa rampok tadi, gimana ini. Hiks hiks hiks ...'' Milan kembali menangis sesenggukan.
''Jadi beneran kamu di rampok?''
Milan menganggukkan kepalanya.
''Emang tuh ya, perampok kurang ajar, gak tau apa kalau dia itu artis terkenal. Ya udah, saya bakal bantu kamu.''
''Bantuin apa?''
''Nanti saya bakalan antar kamu pulang, tapi saya harus ke pasar dulu. Kamu lihat, saya harus antar buah-buahan itu ke pasar.''
''Kamu penjual buah?''
''Bukan, saya agen buah-buahan, saya punya perkebunan di sana, dan hasil kebunnya saya kirim ke pedagang di pasar.''
''Oh begitu? Tunggu ... Jadi saya harus ikut kamu ke pasar dulu gitu?''
''Tentu saja. Apa kamu mau saya tinggal di sini?''
Milan menggelengkan kepalanya.
''Ya udah, sekarang kamu berdiri dulu. Masa artis cantik kayak kamu duduk di aspal kayak gitu?'' pinta Zergo mengulurkan satu tangannya.
Milan menatap tangan lebar laki-laki yang belum diketahui namanya itu, meski ragu pada awalnya, tapi akhirnya, dia pun menerima uluran tangan Zergo, menggenggam erat dan berdiri seketika itu juga dengan bantuan tangan kokoh yang terasa hangat di telapak tangannya.
''Makasih ...'' ucap Milan sesaat setelah dia berdiri tegak.
''Sama-sama ... Hmm ... Ternyata kamu lebih cantik dari yang saya kira, selama ini saya hanya bisa melihat kamu dari Televisi, dan sekarang, melihat wajah kamu langsung seperti ini benar-benar membuat saya merasa tidak percaya,'' ucap Zergo, menatap lekat wajah Milan membuat wanita itu salah tingkah dan merasa tidak nyaman.
''Udah jangan ngomong aja, cepat antar saya pulang.''
''Oh iya, tunggu, saya bukakan dulu pintu mobilnya.''
Zergo berjalan ke arah mobil, lalu membuka pintu mobil pick up berwarna putih yang terisi penuh dengan berbagai macam buah-buahan yang terlihat masih segar di belakangnya.
Ceklek ...
Pintu mobil pun di buka, Milan menatap ke dalam mobil dan mengerutkan keningnya seketika. Matanya nampak menatap kursi mobil yang terlihat usang bahkan sudah terdapat robekan di tengah-tengahnya.
'Beneran aku harus duduk di sana? ya ampun, aku bisa gatal-gatal nanti ...' ( Batin Milan merasa jijik )
''Kenapa diam aja, Nona Milannita? buruan naik, saya harus segera pergi ke pasar,'' pinta Zergo menatap heran wajah Milan.
Sepertinya, Zergo mengerti bahwa Atris idolanya itu merasa tidak nyaman dengan keadaan kursi mobil miliknya, dia pun mengelap kursi mobil tersebut menggunakan handuk kecil yang semula melingkar di lehernya.
''Nah, udah bersih? kamu bisa duduk sekarang. Maaf keadaan mobil saya memang begini,'' ucap Zergo.
Mau tidak mau, Milan pun masuk ke dalam mobil dengan bibir yang dikerucutkan sedemikan rupa, dan kening yang dikerutkan, merasa enggan masuk ke dalam sana sebenarnya.
Setelah Milan masuk dan duduk di kursi penumpang, Zergo pun masuk ke dalam mobil dan duduk di depan kemudi, bersiap untuk menyetir.
''Pasarnya deket ko, gak bakalan lama. Setelah selesai mengantar buah-buahan ini, saya janji akan mengantarkan kamu pulang, Nona Milannita,'' ucap Zergo mulai menyalakan mobil.
''Milan ... panggil saya Milan saja.'' Pinta Milan datar, dan duduk tegang merasa tidak nyaman.
''Oh ... Oke ... Nama saya Zergo.''
''Gak nanya ...''
''Hmm ...'' Zergo hanya tersenyum.
Mobil pun akhirnya berjalan menyusuri jalanan yang sepi dan tidak ada pengendara satu pun. Sepanjang jalan kedua orang itu hanya terdiam, Milan benar-benar merasa tidak nyaman berada di mobil itu.
Dia yang biasanya naik mobil mewah dan ber'AC, kini duduk di sana benar-benar membuatnya merasa tidak nyaman dan tentu saja ini adalah pengalaman pertama baginya, naik mobil pick up bersama orang yang tidak di kenal.
Sedangkan Zergo, laki-laki berkulit sawo matang dengan wajah berkarisma dan tampan itu, nampak grogi dan salah tingkah, terasa mimpi baginya wanita yang selama ini dia idolakan berada di dalam mobilnya kini, sungguh sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan selama ini dan tentu saja pengalaman yang tidak akan pernah dia lupakan.
''Hmm ... Sebentar lagi kita sampai,'' ujar Zergo memecah keheningan.
Milan hanya terdiam.
Ckiiit ...
Mobil pun diparkir di jalanan pasar, pasar tradisional yang saat ini tidak terlalu padat dengan pengunjung, hanya ada beberapa pedagang yang sedang membereskan dagangnya dan beberapa pembeli yang hendak meninggalkan pasar.
Milan nampak menatap sekeliling dengan perasaan jijik, jalanan becek, toko-toko yang berjejer, bahkan melihat pedagang yang terlihat kusam membuatnya enggan untuk turun dari dalam mobil.
''Kamu tunggu di sini ya, saya gak akan lama ko, saya hanya akan mengangkut buah-buahan itu ke toko yang di sana.''
Milan hanya mengangguk datar.
Zergo pun keluar dari dalam mobil, meninggalkan Milan yang saat ini sedang merasa kepanasan sebenarnya, dan merasa sesak berada di mobil itu.
Milan pun menoleh ke arah belakang, menatap Zergo yang saat ini mulai menurunkan buah-buahan yang memang diletakkan di sebuah keranjang besar.
''Apa dia seorang bos buah? atau agen buah ...'' gumam Milan bicara sendiri.
Satu jam kemudian.
''Duh ... Lama banget si? katanya cuma bentaran doang,'' gerutu Milan.
Lama berada di dalam mobil membuat Milan benar-benar merasa sesak dan kepanasan, dadanya bahkan terlihat naik turun merasakan sesak.
Akhirnya, Milan pun memutuskan untuk keluar dari dalam mobil, melupakan statusnya sebagai Artis terkenal dan dikenal banyak orang.
Ceklek ...
Pintu mobil pun di buka, Milan dengan sepatu high heelsnya keluar dari dalam mobil, dan seketika menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di pasar itu.
''Haaah ... Bukannya itu artis yang suka ada di Televisi ya ...?'' teriak salah satu pedagang yang sedang berdiri di depan tokonya.
Seketika, suasana pasar pun terdengar riuh dan mengerumuni Milan yang saat ini berdiri dengan kebingungan.
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Milannita berdiri gugup diantara kerumunan para pedagang yang saat ini berebut minta di poto bersama. Matanya nampak menatap satu-persatu orang dengan bibir yang sedikit dinaikan penuh rasa tidak suka.
'Aduh, kenapa aku pake turun segala si tadi,' ( Batin Milan )
''Mbak, Poto dulu ya, saya penggemar berat Mbak,'' pinta salah satu pedagang laki-laki mengeluarkan ponselnya.
Milan hanya mengerutkan keningnya merasa risih sebenarnya, dia menatap sekeliling mencari sosok Zergo pemuda yang membawanya ke sana.
''Mbak, kenapa diam saja? ayo Poto dulu, saya penggemar berat anda lho, senang sekali artis terkenal kayak anda bisa datang ke pasar kami,'' ucap pedagang itu lagi sedikit memaksa.
Akhirnya, mau tidak mau dia pun mengikuti keinginan orang yang mengaku sebagai penggemar beratnya itu, berfoto bersamanya dengan senyum yang terlihat dipaksakan.
Akhirnya, Zergo pun melihat keriuhan yang berada di depan mobilnya, dia segera berlari ke arah dimana mobil itu berada dan meminta para pedagang itu untuk tenang dan sedikit mengurangi kepadatan.
''Kamu kemana aja si? lama banget,'' tanya Milan kesal.
''Maaf, tadi saya lama. Kita pulang sekarang.''
Zergo segera membuka pintu mobil dan membantu wanita bernama Milannita itu untuk masuk ke dalam mobil. Setelah itu, Zergo pun masuk ke dalam mobil melalui pintu samping dan duduk di depan kemudi.
Seketika, Zergo pun segera menyalakan mobil, dan mobil itu melaju pelan meninggalkan kerumunan yang saat ini masih meneriakkan nama artis papan atas, Milannita.
''Ikh ... Mereka bau-bau,'' rengek Milan mengusap tangan serta dress yang dikenakannya.
''Ha ... ha ... ha ..., namanya juga pedagang pasar, seharian berkeringat, ya pasti sedikit bau 'lah.''
''Ini namanya bukan sedikit bau lagi, tapi bau banget, bau ikan, bau daging mentah, ikh ... Menyebalkan,'' ucap Milan membuat Zergo terkekeh.
''Iya-iya, artis terkenal kayak kamu mana ngerti susahnya nyari duit di pasar, nungguin dagangannya ada yang beli dari pagi sampe sore, panas, berkeringat, tapi uang yang mereka dapatkan halal, lho.''
''Jadi maksud kamu, uang yang saya dapatkan sebagai artis, tidak halal, gitu ...?''
''Nggak, maksud saya bukan begitu.''
''Lalu ...?''
''Ya, maksud saya, kamu harus sedikit bersimpati kepada mereka yang ada di pasar tadi, orang yang kamu bilang bau itu adalah kepala keluarga yang sedang mencari nafkah untuk anak istrinya, begitu.'' Jelas Zergo dengan tatapan mata menatap lurus ke depan, menatap jalanan.
Milan hanya terdiam.
''Eh ... Tapi kayaknya ini udah mau malam lho, jalanan sini kalau malam sepi dan rawan begal. Gimana kalau saya antar pulangnya besok aja.''
''Terus saya tidur dimana?''
''Sementara di rumah saya dulu, kebetulan saya hanya tinggal sendirian, meskipun rumah saya tidak semewah rumah kamu, tapi lumayanlah dari pada kamu tidur di jalanan.''
''Apa di daerah sini gak ada hotel?''
Zergo menggelengkan kepalanya.
''Hmm ..., ya udah kalau gitu. Tapi kamu janji ya, besok kamu harus antar aku pulang ke kota,'' pinta Milan penuh penekanan.
''Iya, saya janji. Besok saya bakalan antar kamu pulang.''
''Satu lagi.''
''Apa?''
''Jangan macam-macam, jangan berani deket-deket sama saya, apalagi pegang-pegang atau nyentuh saya segala,'' tegas Milan memberi peringatan.
''Iya, baik Nona Milan. Saya gak akan macam-macam, lagian mana mungkin saya macam-macam sama artis idola saya sendiri,'' jawab Zergo tersenyum senang.
Akhirnya, mereka pun sampai di depan sebuah rumah, rumah sederhana namun, memiliki halaman yang lumayan luas lengkap dengan rumput hijau dan beberapa tanaman jeruk nipis di tengah-tengahnya.
Ckiiit ....
Mobil pun berhenti tepat di depan rumah, Zergo segera keluar dari dalam mobil, begitupun dengan Milan yang turun dengan mata menatap sekeliling halaman yang terlihat rindang dan asri dengan udaranya yang terasa segar.
''Nah, ini rumah saya. Semoga betah, ya.''
''Betah ...? orang saya cuma mau tinggal sehari doang di sini, ngapain pake betah segala,'' ketus Milan dengan wajah masam.
''O iya, kayaknya saya yang terlalu ngarep lebih, he ... he ... he ...!''
''Ya udah, buruan ajak saya masuk, capek ini.''
''Silahkan masuk Nona Milan.''
''Milan aja, jangan pake Nona segala. Saya gak suka dengernya.''
''Oke, silahkan masuk Mi-lan,'' Zergo dengan sedikit terbata-bata, berjalan ke arah teras rumah lalu segera membuka pintu.
Ceklek ....
Pintu rumah pun di buka, rumah sederhana namun, terlihat bersih dan nyaman, ruang tamu yang tidak terlalu banyak perabotan terlihat bersih hanya dengan satu setel kursi sudut berwana hitam.
''Silahkan duduk Milan, saya siapkan kamar kamu dulu sebentar.''
Milan hanya mengangguk dengan wajah datar lalu duduk di kursi dengan bersilang kaki, sepatu high heelsnya pun masih menempel sempurna dikakinya seperti enggan untuk dilepaskan.
Ceklek ....
Zergo membuka pintu kamar yang berada tepat di samping ruang tamu dan masuk ke dalamnya, sepertinya dia sedang membersihkan kamar yang memang sudah lama di biarkan kosong.
Tidak lama kemudian, Zergo pun keluar dari dalam kamar lalu mempersilahkan Milan untuk beristirahat di kamar tersebut.
''Silahkan istirahat di kamar ini, Nona Milan. Eh ... Maksud saya, Milan,'' pinta Zergo dengan sedikit cengengesan.
Milan hanya tersenyum datar, lalu masuk ke dalam kamar dan menatap sekeliling kamar yang terlihat sederhana namun, terlihat bersih dan juga rapih.
''Maaf ya. Kamarnya sederhana, beginilah keadaan saya.''
''Kamu tinggal sendiri?''
Zergo menganggukkan kepalanya.
''Gak punya saudara atau setidaknya orang tua kamu mungkin?''
''Orang tua saya sudah lama tiada, dan saya anak semata wayang, mereka hanya meninggalkan rumah ini sama perkebunan untuk saya kelola,'' jawab Zergo merasa sedih.
''Oh ... Maaf, saya tidak bermaksud.''
''Nggak apa-apa ko. Saya tau kamu pasti penasaran.''
''Siapa bilang, biasa aja.''
''Oh, kirain. Uhuk ... Saya kebelakang dulu ya, mau mandi,'' ucap Zergo hendak keluar dari dalam kamar.
''Tunggu, Zergo.''
''Ada apa?'' Zergo menghentikan langkah kakinya.
''Apa kamu punya pakaian wanita, atau apapun yang bisa saya pakai? pakaian saya semuanya ikut raib di ambil perampok tadi,'' pinta Milan sedikit terbata-bata.
''Hmm ... Sebentar, saya carikan di lemari mendiang ibu saya, siapa tau masih ada pakaian layak yang masih bisa dipakai.''
Milan menganggukkan kepalanya.
Zergo pun keluar dari dalam kamar, dan 10 menit kemudian dia kembali dengan membawa beberapa stell pakaian.
''Ini, meskipun tidak sesuai dengan selera kamu, tapi saya pikir lumayan daripada kamu kegerahan memakai gaun panjang seperti itu,'' Zergo meletakkan beberapa setel pakaian di atas ranjang.
''Ini ...?''
Zergo menganggukkan kepalanya.
''Kalau begitu saya keluar dulu ya.'' Zergo hendak melangkah lagi keluar dari dalam kamar.
''Tunggu ....''
''Apa lagi, mau saya bantuin ganti bajunya?''
''Ish ... kamar mandinya dimana?''
''Ada di belakang.''
''Kamar ini gak ada kamar mandinya?''
Zergo menggelengkan kepalanya.
''Hmm ...'' Milan bergumam kesal.
Setelah itu, Zergo pun keluar dari dalam kamar lalu menutup pintu dari luar.
Sementara itu, Milan segera meraih pakaian yang tadi diberikan oleh Zergo, merentangkan pakaian tersebut lalu mengerutkan kening.
''Pakaian apa ini? Apa ini yang disebut daster? pakaian yang biasa digunakan oleh ibu-ibu rumah tangga biasa?'' gumam Milan, merentangkan daster berwarna merah di depan matanya.
''Apa aku harus pakai baju kayak gini? ya Tuhan ... Mimpi apa aku semalam?'' Gerutu Milan kesal.
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!