Alvaro Radiana Putra Zein, 30 tahun. Pria dewasa dengan usia sudah matang. Dia berdarah dingin tak tersentuh. Belum pernah sama sekali berpacaran dan dia menderita OCD akut, atau memiliki tingkat kebersihan yang tinggi. Dia seorang Presdir. Dia tampan. Kaya raya. Tajir. Pintar. Memiliki segalanya. Dia dibesarkan dalam keluarga yang hangat dan harmonis. Diusia yang sudah matang dia belum memikirkan menikah. Dia belum menemukan cinta sejatinya. Dia juga keturunan Indonesia-Inggris.
Aluna Agung Santoso, 25 tahun. Seorang gadis somplak, ceria, periang, cantik, pintar, baik, urakkan, ceroboh, cerewet dan lucu. Dia dijuluki jomblo tidak laku, di usia 25 tahun dia belum sama sekali berpacaran. Dia menyukai seorang pria. Namun sayang cintanya selalu tak sampai karena hubungan persahabatan. Dia dilahirkan dalam keluarga yang hangat, sompak, blak-blakan. Dia gadis yang tak pernah merasa sedih. Hidupnya selalu happy dan membawa aura yang positif bagi banyak orang.
Rayyan Wijaya, 30 tahun. Dia sahabat baik Aluna. Orangnya baik. Tampan. Lembut. Pintar. Dan paling baik pada Aluna. Mereka berdua bersahabat sejak Aluna pindah ke Jakarta dan rumah mereka bertentangga. Aluna adalah bagian dari hidup Rayyan. Gadis itu selalu membuatnya tertawa dan mampu melepaskan semua beban dipundaknya. Dia dosen disalah satu Universitas ternama
Dicky Maulana, 30 tahun. Sahabat baik Alvaro. Dia juga pria matang dan seorang Cassanova dan Playboy tingkat tinggi. Pria periang dan selalu PD dengan ketampanan nya. Dia juga seorang Presdir diperusahaan miliknya. Dia sering bekerja sama dengan Alvaro dalam membangun bisnis. Hidupnya adalah bergonta-ganti pasangan. Dia pernah disakiti dan trauma akan masa lalunya.
Yura Anastasya, usia 26 tahun. Dia sahabat terbaik Aluna. Satu kantor. Satu pekerjaan. Dia sedang menjalani hubungan dengan seorang polisi. Dia dan Aluna adalah gadis yang sama-sama berisik. Dia juga seorang putri dari keluarga kaya, namun tidak bahagia karena kedua orangtuanya memilih berpisah.
Mira Rosari, 26 tahun. Cantik. Baik. Kalem. Paling feminim. Dia juga sahabat baik Aluna. Diantara mereka bertiga, Mira lah yang bersifat sedikit baik sisanya adalah somplak. Dia juga dilahirkan dari keluarga kaya, namun sejak Ibu nya meninggal dan Ayahnya menikah lagi membuatnya meninggalkan yang Ayah dan memilih hidup sendiri.
Sonny Ericsson, 30 tahun. Asissten pribadi Alvaro. Dia keturunan Indonesia-Inggris. Dia menetap dan mengabdikan hidup pada keluarga Zein. Sejak kecil dia dan Alvaro sudah berteman dan bersahabat.
Bayu Anggara, 30 tahun. Polisi dan pacar Yura. Dia juga dekat dengan Aluna dan bersahabat dengan gadis berisik itu.
Yandi Syahputra, 30 tahun. Polisi dan pacar Mira.
Alya Putri Zein, 27 tahun. Model dan artis ternama. Dia adik kandung Alvaro.
Andreas Sirait, 28 tahun. Keturunan Batak. Manager divisi IT dan menyukai Aluna.
Oke guys sekilas dulu info tentang mereka. Nanti visualnya author tambahin kalau ceritanya udah berjalan.
Jangan lupa, like, komen dan votenya ya.
Novel ini hanya fiktif semata. Jika terjadi kesamaan nama dan tempat. Mohon kiranya bijak dalam menanggapi.
Ohhhh ya jangan lupa mampir ke karya author yang lainnya ya.
Antara Dokter & Mafia.
Love Story' CEO
Istri Kecil CEO Lumpuh.
Jika berkenan mohon dukungannya jangan lupakan ya.
Love U guys....
Okehhh kita masuk ke cerita Alvaro dan Aluna...........
"Apa kau mengingat wajahku?". Tanya Alvaro mendekati Aluna, hingga membuat gadis itu mundur beberapa langkah.
"Ma-maaf Pak, saya tidak mengerti maksud Bapak". Kilah Aluna menahan gugupnya.
"Hmmmm, kau yakin?". Alvaro semakin memojokkan gadis itu, sumpah demi apapun gadis ini sangat lucu "Bukankah aku pacarmu?". Bisik Alvaro dengan suara mendesah ditelinga Aluna.
Aluna bergidik ngeri sambil memejamkan matanya ketakutan. Entah kemana hilangnya keberanian Aluna. Setiap kali berdekatan dengan pria yang dia akui sebagai pacar didepan teman-teman nya itu membuat jantungnya berdegup kencang..........
Yuk simak langsung......
Happy Reading🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
"Alunnnnnnnnnnnnaaaaaaaaaa".
Seorang wanita paruh baya memercikkan air yang dia bawa didalam gayung pada wajah putrinya yang enggan bangun sedari.
"Banjir.... Banjir.... Banjir...". Teriak gadis itu melompat dari ranjangnya dan bersilat seperti orang sedang mengajar baku hantam.
"Bunda". Gadis itu merenggut kesal.
"Kamu ya. Udah siang nggak bangun-bangun. Liat ini jam berapa?". Omel wanita itu menunjukkan jam waker putri.
"Astaga jam 7. Kenapa Bunda nggak bangunin Aluna dari tadi". Protes gadis itu.
Dia dengan kekuatan kilat mengambil handuk dan berhambur kekamar mandi. Membersihkan diri dikamar mandi.
Sang Ibu menggeleng kepala melihat tingkah putri bungsunya itu. Padahal usianya sudah 25 tahun tapi tingkahnya masih seperti anak SMA.
Aluna membersihkan diri secepat kilat. Dia mengambil baju kemeja warna putih, rok span serta blazer untuk seragam kantornya. Dia memasukkan alat-alat make up nya kedalam tas munggil milik nya lalu merampas sepatu tinggi nya dengan cepat.
Setengah berlari gadis itu menuruni tangga rumahnya. Disana samua orang sudah siap menunggunya sarapan pagi.
"Pagi semua". Sapanya ramah.
"Pagi juga sayang".
"Pagi Dek".
"Pagi anak-anak nya Bunda". Aluna mengecup pucuk kepala dua pria kembar yang berumur lima tahun itu.
"Pagi Bunda". Keduanya membalas ciuman Aluna dipipi.
Aluna mengambil selembar roti yang sudah diolesi dengan selai oleh Bunda dan Kakak Iparnya.
"Ngak sarapan Nak?". Tanya sang Ayah melihat putrinya hanya mengambil selembar roti.
"Ngak Ayah. Aluna telat". Dia melihat arloji yang melingkar ditangan mulusnya.
"Aluna berangkat semua". Dia menyalimi anggota keluarganya satu persatu. Lalu berjalan dengan setengah berlari.
Mereka semua menggeleng melihat sikap gadis itu. Setiap hari selalu kesiangan. Tidak pernah sarapan karena terlambat. Begitu terus. Kadang mereka heran, apa sebenarnya yang dilakukan gadis itu hingga bisa kesiangan setiap hari? Apa dia begadang atau kerja malam?
Aluna masuk kedalam mobil sahabat nya Yura. Yura dan Mira sudah menunggunya dari tadi.
"Maaf gue telat". Alun memasang sabuk pengaman nya.
"Udah tiap hari". Jawab Yura ketus sekaligus kesal. Dia menjalankan mobilnya.
Aluna memasang bedaknya dimobil. Tak lupa menempelkan sedikit foundation dan bedak tabur serta lip blam dibibirnya. Gadis itu tidak terlalu suka berdandan. Penampilan nya biasa saja terkesan cuek dengan pakaian namun tetap cantik dengan wajah imutnya.
"Gue heran. Kenapa sih loe bisa telat tiap hari?". Protes Mira "Kita berdua udah jamuran nungguin loe". Omel Mira melipat kedua tangannya kesal.
"Kagak usah marah-marah Mir. Ntar cepat tua. Nungguin teman itu bisa dapat pahala". Ujar Aluna tanpa dosa sambil memasang lip blam dibibir seksinya.
"Ck, nambah pahala loe bilang? Yang ada gue mati jemuran gara-gara loe". Omel Mira.
Sedangkan Yura hanya menggeleng saja. Sudah tak heran dan memang begitu terus setiap hari. Si Aluna biang kerok masalah. Jika masalah terlambat dia juara satunya. Jika masalah makan dia pemenangnya. Namun masalah percintaan dia urutan terakhir. Gadis berusia 25 tahun belum pernah pacaran. Padahal dia cantik dan mengemaskan. Bukan tidak ada pria yang mau tapi dia terlalu pemilih.
Drt drt drt drt drt
Ponsel Aluna berbunyi.
"Sttt. Loe berdua jangan berisik. Calon gue nelpon". Ujar Aluna. Yura dan Mira memutar bola matanya malas.
"Pagi Kak".
"Pagi Na". Sapa suara lembut diseberang sana "Sudah berangkat?". Sambungnya dengan nada lembut membuat Aluna melayang diudara.
"Lagi dijalan Kak. Di jemput sama Mimir dan Yuyur". Kedua gadis yang disebut namannya mengendus kesal saat Aluna mengubah nama mereka berdua.
"Jam makan siang nanti Kakak jemput. Sekalian makan siang bersama. Kebetulan kelas hari ini hanya satu mata kuliah. Bagiamana?". Aluna berjingkrak senang. Namun cepat-cepat dia mengubah raut wajahnya.
"Iya Kak boleh. Nanti aku kabarin lagi ya?". Senyum Aluna manis. Padahal percuma juga pria diseberang sana tidak akan melihat nya.
"Iya Na. semangat kerjanya". Pria itu mematikan sambungannya.
"Kak Ray?". Tanya Yura.
"Yoiii... Calon laki gueeee". Seru Aluna sambil mengkhayal kan wajah Rayyan
"Calon laki. Calon laki". Cibir Mira "Tapi nggak jadi-jadian. hueee". Ejek Mira tertawa melihat wajah kesal Aluna.
"Ck, loe liat aja nanti. Kalau gue udah jadian sama Kak Ray. Loe berdua harus traktir gue". Ujar Aluna menyombongkan diri.
Yura dan Mira saling melihat ketika Aluna bertingkah PD seperti itu. Bukan mereka tidak tahu jika kedua orang beda usia itu saling menyukai. Yang membuat Yura dan Mira bertanya-tanya sampai hari ini keduanya belum juga jadian. Entah apa kendalanya. Seperti ada tembok pemisah yang membuat mereka sulit bersatu.
Sampai digedung pencakar langit. Yura segera memarkirkan mobilnya. Mereka bertiga turun sambil bercanda ria. Gadis-gadis cantik itu selalu menjadi pusat perhatian dikantor.
Namun sayang sudah ada pemiliknya. Mira pacaran dengan polisi dan begitu juga Yura yang menjalin hubungan dengan pria yang berstatus polisi. Hanya Aluna saja yang jomblo akut. Mereka sering hangout bareng, tak jarang juga Rayyan ikut bersama mereka. Sehingga pacar Mira dan Yura mengenal Aluna dan Rayyan.
Mereka bertiga masuk. Aluna, Yura dan Mira berbeda divisi. Aluna bagian divisi teknik komputer dan jaringan, karena gadis ini cukup ahli IT, meski tak mendalami bidang itu namun jasa nya cukup diperhitungkan diperusahaan ini, bahkan dia karyawan termuda diperusahaan. Yura pemasaran. Mira dibagian pengembangan. Namun ketiganya tetap berteman baik.
Aluna duduk dikursinya. Disana sudah banyak tumpukkan laporan yang menunggu. Dia juga menangani proposal. Proyek produk. Pengambangan dan Pemasaran. Karena keahlian dan kecepatannya dalam bekerja Aluna dipercayakan untuk membuat semua hal yang berhubungan dengan laporan apapun.
"Ahhhhhhhh". Aluna meretak-retakkan jari-jarinya.
Tangan munggilnya dengan cepat berlarian di stut keyboard komputer.
"Lun, Proposal yang saya ajuin sama kamu kemarin udah dikerjain?". Tanya kepala bagian.
"Udah kelar Pak. Ini". Aluna menyerahkan maff yang sudah diselesaikan beberapa hari yang lalu.
"Wahhh. Kamu memang bisa diandalkan". Puji nya dengan senyuman "Sebagai ucapan terima kasih nanti siang saya mau ajak kamu makan siang bareng yang lainnya. Gimana?". Tawarnya.
"Nggak usah Pak. Saya udah janjian sama orang". Tolak Aluna halus.
"Ohhh gitu ya. Ya udah dehhh nggak apa-apa". sahutnya sedikit kecewa.
Bukan Aluna tidak tahu jika Managernya itu menyukainya. Manager muda dengan segudang prestasi. Usia nya juga berbeda hanya tiga tahun dari Aluna. Dia tampan dan idaman semua wanita yang ada dikantor Aluna. Tapi Aluna sama sekali tidak tertarik. Gadis itu memang sedikit cuek pad laki-laki
Nama pria itu Andreas. Yang biasa disapa Pak Andre. Dia manager termuda disini. Wajahnya tampan dan menarik. Usianya 28 tahun....
**Bersambung.......
Hai guys jangan lupa ikutin cerita Alvaro dan Aluna ya**.....
Happy Reading 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Aluna membereskan meja kerjanya. Waktunya jam makan siang. Wajah gadis itu tersenyum bahagia. Entah apa yang membuatnya bahagia. Dia memang selalu begitu. Tersenyum tanpa beban.
"Mimir, Yuyur".
Aluna menghampiri kedua sahabatnya yang sudah menunggu didepan pintunya.
"Ayo". Ajak Mira. Meski wajahnya kesal dengan nama panggilan Aluna. Tapi sudah biasa. Mau dibuat sekesal apapun dia tidak bisa marah pada sahabat nya itu.
Rayyan sudah menunggu didepan gedung. Dosen tampan itu menjadi pusat perhatian para karyawan yang ada disana. Meski bukan pertama kalinya Rayyan berada disini. Namun tetap saja dia mencuri perhatian.
"Kak Ray".
"Nana".
Rayyan tersenyum hangat melihat Aluna yang sudah berjalan dengan sumringah kearahnya bersama kedua sahabatnya Mira dan Yura.
"Kakak udah lama?". Tanya Aluna saat sudah mendekat pada Rayyan.
"Baru kok". Senyum Rayyan "Yura sama Mira mau ikut?". Tawar Rayyan.
"Ngak Kak, kita juga dijemput. Kita ketemu disana aja nanti". Jawab Yura.
"Ya udah kalau gitu kita duluan ya". Ujar Rayyan
"Iya Kak kita nyusul". Sahut Mira.
"Mimir, Yuyur. Gue duluan ya. Jangan lama-lama takut ntar cacing diperut gue kelaperan gara-gara nungguin loe berdua". Seru Aluna masuk kedalam mobil.
Yura dan Mira hanya geleng-geleng kepala saja sambil tersenyum gemes. Begitu juga dengan Rayyan bahkan tangan pria itu terulur mengacak rambut gadis yang duduk disampingnya itu.
Tidak lama kemudian jemputan untuk Mira dan Yura datang. Siapa lagi kalau bukan para pacar mereka.
"Udah lama nunggu Yank?". Tanya Bayu. Pacar Yura.
"Baru aja kok Yank". Sahut Yura tersenyum dan bersandar manja di lengan kekasihnya yang berseragam polisi itu.
"Rayyan dan Aluna. Udah pergi?". Bayu tersenyum melihat kekasih manjanya.
"Udah. Mereka duluan". Jawab Yura masih bergelut manja dilengan Bayu.
Sampai disebuah restoran cepat saji namun mewah. Rayyan segera memarkir mobilnya. Aluna dengan wajah sumringah turun tanpa menunggu Rayyan membuka pintu.
Rayyan hanya menggeleng gemes. Gadis itu selalu membuatnya tersenyum dengan tingkah manjanya.
"Kak, ayo". Tanpa sadar Aluna mengandeng lengan Rayyan. Membuat dosen tampan itu menjadi salah tingkah.
Mereka berdua masuk. Disana sudah ada Yura dan Bayu. Mira dan Yandi.
"Siang semua". Tanpa disuruh duduk Aluna duduk dengan senyum mengembang.
Rayyan mengikuti Aluna "Kalian sudah lama?". Tanya Rayyan.
"Baru sampai juga Kak". Sahut Mira.
"Pesan apa?". Yandi membolak-balik buku menu.
"Sini, Bang aku duluan". Aluna mengambil buku menu itu ditangan Yandi tanpa peduli pada wajah kesal kekasih sahabat nya itu.
"Mbak aku pesan, ayam goreng kremes, terus nasi putihnya tiga, terus es jeruk nya satu, terus sambal terasinya satu, terus apa lagi ya?". Aluna membolak-balik buku menu itu "Sama sop buntut satu, terus ceker ayam pedas kasih daun bawang dikit, jangan terlalu pedas, minyaknya yang masih baru, terus kasih sedikit gula jangan lupa merica juga". Ujar Aluna.
"Oh ya Mbak buat cowok ganteng disamping saya, pesannya ayam goreng plus nasi putih, minum nya teh es dingin. Bukan teh es panas ya Mbak". Aluna menutup buku menu itu.
Rayyan menggeleng dengan senyum. Aluna selalu tahu makanan kesukaan nya.
"Lun, loe yang benar aja pesan nya? Emang loe mampu ngabisin sebanyak itu?". Protes Yura.
"Loe tenang aja Yur. Ini mah cuma setengah diperut gueee". Aluna menarik turunkan alisnya santai.
"Loe ngak takut gendut Dek, makan sebanyak itu?". Tanya Bayu setengah tak percaya dengan porsi makan Aluna.
"Badan gueee anti gemuk Bang. Gue mau makan sebanyak apapun kagak bakal gede dah badan gue". Celetuk Aluna.
Yang lain hanya menggeleng saja. Aluna memang rajanya makan. Anehnya badannya tidak gemuk, seperti wanita pada umumnya. Badan proporsional dengan berat badan 50 kg dan tinggi 160 Cm. Walau dia yang paling pendek.
Pesanan mereka datang. Rayyan, Bayu, Yandi, Mira dan Yura hanya bisa mengangga melihat meja makan itu penuh. Siapa lagi pemesan makanan paling banyak kalau bukan Aluna. Gadis itu memesan banyak sekali.
"Ayo silahkan makan. Jangan malu-malu. Anggap aja punya sendiri. Kan bayar sendiri". Seru Aluna mengambil makanan yang dia pesan.
"Kamu yakin mampu ngabisinnya?". Tanya Rayyan menelan ludahnya susah payah.
"Hehhe tenang Kak. Ini mahhhh cuma secuil diperut aku". Sahut Aluna sambil mengambil sop yang dia pesan.
"Awas loe kalau nggak habis. Gue hukum loe cuci piring". Ancam Yura kesal. Bagaimana tidak meja mereka dipenuhi dengan pesanan Aluna.
Aluna hanya cuek-cuek saja. Dia menyantap makanannya dengan tak sabar.
"Pelan-pelan Na". Rayyan mengelus punggung gadis itu.
"Iya Kak". Aluna menyahut dengan mulut yang dipenuhi makanan. Hal itu justru membuatnya terlihat imut dan menggemaskan.
Rayyan terpesona dengan kecantikan gadis disamping ini.
"Oh My God. Kenapa dia menggemaskan sekali?". Rayyan memalingkan wajahnya takut jika ketahuan bahwa dia sedang terpesona melihat wajah menggemaskan Aluna.
Jika Yura dan Mira makan feminim dengan gaya wanita pada umumnya. Maka berbeda dengan Aluna. Gadis itu makan menggunakan tangan tanpa sendok. Dia juga makan dengan lahap tanpa peduli dengan tatapan mereka.
"Loe kayak udah setahun nggak makan Lun?". Sindir Mira menelan ludahnya. Cara makan Aluna benar-benar tak teratur.
"Loe kayak nggak tahu Aluna aja". Sambung Yura.
Sedangkan para lelaki hanya menggeleng dengan senyum. Mereka sudah biasa dengan kecerewatan para gadis itu.
Mereka melanjutkan makan. Makanan yang Aluna pesan habis tak tersisa.
"Minum dulu Na". Rayyan menyerahkan es jeruk kesukaan Aluna.
"Makasih Bapa Dosen". Goda Aluna mengedipkan matanya jahil. Rayyan terkekeh gemes.
"Gue heran Lun. Loe makan banyak banget tapi kenapa badan loe kagak gede-gede". Bayu geleng-geleng kepala.
"Jangan kan elu Bang, gue aja heran". Celetuk Aluna
Yura dan Bayu memutar bola mata mereka malas. Aluna benar-benar membuat orang salut dengan sikapnya. Tidak ada feminim sama sekali. Padahal dia cantik dan juga menggemaskan.
"Ya udah ayo".
Mereka pergi meninggalkan restoran dan kembali mengantar para kekasih mereka dikantor.
Bayu dan Yandi satu kantor, karena mereka bertugas ditempat yang sama.
Rayyan juga kembali ke kampus untuk menyelesaikan beberapa nilai para mahasiswa nya.
"Makasih Kak Ray". Aluna melepaskan sabuk pengaman nya.
"Iya Na". Tangan Rayyan terulur mengelus kepala gadis itu "Nanti Kakak jemput ya?". Rayyan tersenyum lembut.
"Kagak usah Kak. Aku sama Mimir dan Yuyur aja. Kita ketemu dirumah aja ntar. Aku punya film baru". Aluna mengeluarkan DVD yang baru dia beli kemarin.
"Wahhh boleh". Seru Rayyan.
"Ya udah Kak. Aku masuk dulu ya". Tak lupa Aluna menyalimi tangan Rayyan.
"Iya hati-hati". Senyum Rayyan.
Rayyan menatap punggung Aluna yang menjauh dari mobilnya. Senyum tak memudar diwajahnya ketika bersama Aluna.
"Andai kamu tahu Na, aku sangat mencintaimu". Rayyan memegang dadanya "Tapi aku nggak berani ungkapin perasaan aku. Aku takut kamu ngejauh dari aku". Gumam Rayyan menghela nafas pelan. Lalu menjalan kan mobilnya.
**Bersambung......
Hai guyysss jangan lupa dukungan buat Aluna dan Alvaro ya**...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!