Pagi Hari
" Kau bilang ya sama dia itu istri mu besok tidak usah masak lagi !"
" Bukan dibereskan sampahnya selesai masak, malah pergi begitu saja di tinggalkan !" kata Monik adik ipar Diah yang berbicara pada abang kandungnya.
Diah yang mendengarnya menangis di dalam kamar sambil menyuapi anaknya yang baru berusia 7 bulan. Diah yang selesai masak langsung menyuapi dan memandikan bayinya. Maksud hatinya setelah bayinya mandi dan makan serta yang lainnya dia baru akan merapikan dapur dan piring kotor yang ada disana.
Namun adik iparnya itu kurang terima akan hal itu, dia mengira Diah tidak perduli dan pergi dengan meninggalkan sampah yang menumpuk untuk dirinya ( Monik adik iparnya ).
Abang dan adik bertengkar di dapur, Bima suami Diah mau mandi dan berangkat ke tempat kerjanya. Monik terus saja mengomel dan mengeluarkan kata - kata yang menyakitkan hati Diah.
Setiap hari Diah selalu memasak dan menyiapkan bekal untuk suami dan ayah mertuanya. Sementara adik iparnya bangun selalu siang dan selalu marah - marah saja kerjanya.
@@@@@@@@@🌼🌼🌼🌼🌼🌼
Bima suami Diah sudah pergi kerja, dia terburu - buru karena sudah terlambat meladeni adiknya yang mencari masalah.
Setelah abang, ayah, dan ibu pergi bekerja semua tinggallah Diah, anaknya dan Monik dirumah.
" Bag !"
" Bug !"
Terdengar suara dari luar kamarnya Diah, Monik selalu melakukan itu kalau dia sedang marah kepada orang lain.
Monik tidak suka dengan Diah, tidak tahu mengapa Monik begitu sikapnya terhadap Diah.
Sementara Diah hanya menahan rasa sakit hatinya dari dalam kamarnya.
Hidup bersama mertua beginilah jadinya, selalu ada saja yang tidak suka.
Diah selalu rajin, setiap pagi masak untuk semua orang dirumah mertuanya.
Membereskan rumah juga dilakukan sendirian, dan mencuci pakaiannya sendiri dan suami serta anaknya yang masih kecil.
Monik anak paling kecil dalam keluarganya, dia terbiasa dimanja oleh kedua orang tuanya.
Mereka ada empat bersaudara, tiga perempuan dan satu laki - laki yang sekarang sudah menjadi suaminya Diah.
Siang itu Lastri datang ke rumah ibunya bersama semua keluarga kecilnya. Mereka semua disana makan dan tiduran diruang tv tanpa mau mencuci piring bekas makannya.
Nasi dan semua lauk habis mereka makan, dan Lastri ( kakak ipar Diah ) tidak mau hanya sekedar memasakkan nasi untuk menggantikan yang sudah habis.
Setelah selesai makan, sorenya mereka pulang semua ke rumah mereka.
Piring kotor menumpuk, nasi belum dimasak, dan lauk juga tidak ada lagi.
Anak Diah terus menangis dan tidak bisa ditinggalkan. Sementara Monik adik iparnya tiduran di depan tv sambil melipatkan kakinya.
Diah sungguh bingung mau bagaimana, bisa dibilang hampir semua pekerjaan dirumah Diah yang mengerjakannya.
Anak gadis dirumah hanya nonton tv dan bermain game dengan ponselnya saja.
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼❤️
Bima suaminya pulang jam 21 : 00 setiap hari sampai dirumah. Diah setiap hari kelelahan dengan pekerjaannya, mertua dan suaminya tidak tahu bagaimana Monik dirumahnya.
Setiap kali Diah bercerita tentang keluhannya yang lelah dan lainnya Bima tidak percaya dengan semua cerita Diah.
" Kau jangan mengada - ada dengan ucapan mu, dan mas bilang jangan berpikir dan berprasangka yang tidak baik." Bima suaminya tidak terima bila keluarganya di ceritakan.
" Tapi mas, aku tidak berbicara yang tidak benar. Itulah kenyataan tentang semuanya." ucap Diah ke Bima.
" Sudahlah kau selalu menjelekkan keluarga ku saja." kata suaminya.
Bima mengambil handuk dan pergi mandi dengan hati kesalnya. Sedangkan Diah menangis karena selalu disalahkan suaminya.
Mereka selalu sering bertengkar karena keluarga dari suaminya selalu menindas Diah.
Bima dulu pernah berjanji untuk pindah rumah setelah 2 tahun dirumah ibunya itu.
Namun setelah 2 tahun berlalu janjinya itu nihil dan tak pernah ditepati.
Sampai suatu hari Diah sudah lelah bertanya kepada suaminya untuk pindah rumah.
Diah pun pasrah dan menerima dengan lapang dada dan bersabar untuk berada dirumah mertuanya.
Diah juga selalu berdoa dalam ibadahnya agar ada jalan untuk hidup dan keluarga kecilnya.
Saat baru nikah dan sampai anak pertama lahir Bima selalu egois dan tidak terlalu perduli pada Diah. Sifatnya berubah setelah menikah, tidak seperti pertama kali mereka berkenalan dan saling mengenal.
Sifat Bima yang terlalu ke kanak - kanakan dan tidak suka bila istrinya menasehati masalah pakaian dan yang lainnya.
Seakan menurutnya Diah mengatur hidupnya setelah menikah dengannya.
Adiknya Monik setelah semua orang pergi kerja selalu menelpon teman lelakinya untuk datang ke rumahnya.
Hampir setiap hari seperti itu, dan mereka pergi jalan entah kemana.
Sementara yang dipikir ibu mertua dan suami Diah itu Monik selalu dirumah dan membereskan rumah bersama Diah.
Namun pada kenyataannya seluruh pekerjaan rumah dari pagi sampai sore Diah lah yang mengerjakan semuanya.
Monik selalu pulang kerumah sebelum semuanya pulang dari kerja, dan cepat berganti pakaian rumahnya. Jadi semua orang mengira dia selalu dirumah seharian.
Diah tidak pernah membicarakan tentang Monik adiknya yang selalu tidak pernah dirumah dan mengajak teman lelakinya kerumah.
Diah dirumah itu seperti orang lain yang tidak pernah dihargai oleh adiknya dan kakaknya Bima.
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼
Lastri kakak ipar Diah bila berkunjung kerumah ibunya.
" Dirumah mana pernah kerja itu bu, kerjanya makan tidur saja. Dia selalu dikamarnya, lihat saja tubuhnya sudah gendut karena kebanyakan makan dan tidur." ucap Kakak iparnya ke para tetangga dirumah mertua Diah.
Diah menjadi bahan gosip kakak iparnya bila datang kerumah ibunya.
Setiap Diah keluar rumah dan ingin ke warung mata para tetangga selalu melirik sinis dan tajam kepadanya.
" Bu.." Diah menyapa tetangganya.
Namun tetangganya itu selalu melengos dan tidak membalas sapaan Diah kepadanya.
Diah selalu bingung dan tidak tahu kalau namanya sudah seperti selebritis dan selalu menjadi bahan cerita dari kakak iparnya.
Sampai suatu hari ada yang berkata buruk kepadanya.
" Hai Diah, kamu dirumah ngapain saja sih ?"
" Jangan tidur saja dirumah, lihat tuh badan sudah seperti lembu saja. Lagian dirumah apa tidak ada kerjaannya sampai - sampai bisanya tidur ?" tetangganya berkata sangat tidak enak di dengar.
Diah hanya diam saja, dan tidak berkata apa pun. Hatinya sangat sakit sekali dituduh seperti itu, namun Diah tidak memperdulikan ucapan pemilik warung di dekat rumahnya itu.
" Mengapa mereka bisa berkata seperti itu ya ?"
" Sementara aku tidak pernah keluar dan berbicara atau bergosip dengan mereka."
" Apalah salah ku sehingga mereka seperti itu kepada ku.. ?" berkata dalam hatinya.
Tubuh Diah memang membesar setelah habis melahirkan, beda dengan tubuh para ipar - iparnya yang tetap tidak ada perubahan sama sekali disaat hamil dan setalah melahirkan.
Namun bukan salah dirinya yang menjadikan seperti itu, dari keluarganya Diah tinggi dan besar. Sementara dari keluarga suaminya kecil dan pendek, hanya suaminya yang tinggi.
Diah selalu menjadi cibiran saat dia keluar rumah namun dia tidak menghiraukan cibiran itu lagi.
Tetapi tak di pungkiri hatinya sakit bila mendengar ucapan mereka dan perkataan yang sinis tentang dirinya.
Bima tidak tahu istrinya selalu menderita dari pertama kali hadir dan datang dirumah ibunya.
Saat Monik sudah lulus dari sekolah SMA nya dia bekerja sambil kuliah. Keinginannya untuk bisa meraih cita - cita sangatlah tinggi, dia rela kuliah malam dan bekerja di pagi.
Setelah beberapa lamanya kuliah dia pun mendapat pekerjaan yang lumayan dan bergengsi menurutnya.
Bekerja di perusahaan pemerintahnya semakin sombong dan angkuh dengan keluarga yang hanya sederhana.
Kakak ya mulai melirik dan mencari muka kepada Monik adiknya. Dia mencoba menghasut dan mencari kepercayaan pada Monik.
Keesokan harinya Monik bangun pagi - pagi sekali dan memasak sendiri untuk sarapan pagi dirinya. Dia sengaja berbuat seperti itu ke Diah dan abangnya.
Monik begitu karena hasutan Lastri kakaknya yang paling tua dari semua saudaranya.
Mulai saat itu Diah pun pisah dapur dari mertuanya, padahal dari awal ibu mertuanya yang mengatakan untuk satu dapur saja.
Karena mertuanya merasa terbantu dengan adanya Diah dirumah.
Ibunya Bima masih bekerja diluar, secara otomatis karena adanya Diah istrinya Bima mertuanya merasa terbantu pekerjaan rumah.
Tetapi Monik yang tidak suka dengan Diah semakin menunjukkan kebenciannya karena sudah diprovokasi oleh Lastri kakaknya.
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀
Suatu pagi Diah yang sudah selesai mencuci piring dan segala urusan dapurnya, mengambil sapu dan ingin membereskan ruang tamu serta yang lainnya.
Disana ada Monik yang ingin sarapan pagi dengan seragam kerjanya.
Di atas meja tersebut ada mantel hujan milik abangnya sementara dia ingin makan dan duduk disana.
Betapa terkejutnya Diah saat sedang berjalan melewati Monik, mantel itu dicampakkannya ke lantai di hadapan Diah.
Setelah itu Monik duduk dan makan dengan tenang seperti tidak ada kejadian apa - apa.
Mantel itu di ambil Diah dari hadapannya yang tepat berada di depan kakinya saat itu.
" Hah..." Diah hanya menghela nafasnya saja.
Dan tidak berkata apa pun ke Monik adik iparnya itu, mantel itu pun diletakkannya di dalam kamarnya dan tidak akan meletakkannya lagi diluar kamarnya.
Diah Menyapu kamarnya
Jam sudah menunjukkan pukul 07 : 00 pagi, Monik segera berangkat ke tempat kerjanya.
Saat diah selesai menyapu kamarnya dan sekalian menyapu ruang tamu, tanpa sengaja mata Diah melihat piring bekas makan Monik tidak beranjak dari sana.
Yang berarti Monik tidak meletakkan piring kotor itu di wastafel dan pergi begitu saja.
" Apakah aku sudah dianggapnya pembantu dirumah ini ?"
" Sebegitu bencinya kah dia pada ku dan sebegitu hina aku dimatanya ya Allah.." Diah tak tahan dengan semua ini.
Namun dia tidak bisa berbuat apa pun disana, Diah hany ibu rumah tangga yang tidak berpenghasilan. Dan hanya stay dirumah momong anaknya dan bekerja seperti biasanya ibu rumah tangga.
Pernah dalam benaknya dia sangat ingin bekerja, namun Bima suaminya tidak memperbolehkannya. Semua ipar selalu memandangnya sebelah mata dan tidak ada sedikit pun mempunyai rasa kasih sayang untuk dirinya.
🌼🌼🌼🌼🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀
Hari ini hari Minggu, tepat dirumah mertuanya mendapat giliran arisan keluarga. Dari semalam mertua sudah sibuk berbelanja bahan untuk membuat makanan untuk arisan tersebut.
Namun saat itu tidak ada satu orang pun anaknya yang perempuan datang untuk membantu ibunya dirumah.
Diah yang dari subuh sudah sibuk masak untuk sarapan, dan meracik semua bumbu untuk memasak makanan untuk acara.
Diah sangat kelelahan, dari pagi dia belum makan. Menyiapkan semua makanan dan juga anaknya yang harus di perhatikan mandi dan makannya, sungguh membuat dia merasa pusing kepalanya.
Sementara setelah siang disaat para tamu arisan sudah datang, Lastri dan seluruh ke lima anaknya datang untuk makan siang dirumah.
" Kakak sudah datang, makan nak !"
" Ajak anaknya makan semua, ibu sudah siap masak kok." ucap Mertua Diah kala itu.
Lastri dan ke lima anaknya semua pada makan bersama di ruang tv tanpa menghiraukan siapa pun dan tanpa tahu malu sedikit pun.
Bima yang melihat istrinya ada rasa kasihan ketika istrinya menangis.
Bima sebenarnya sangat sayang pada istri dan anaknya, namun apalah daya keadaan ekonomi lah yang membuatnya harus seperti ini.
Apalagi orang tuanya yang meminta untuk dia tetap tinggal bersama mereka.
Bima anak laki - laki satu dari yang lainnya, namun dia belum bisa berbuat sesuatu dalam hal materi. Dalam hatinya dia selalu terbesit ingin membahagiakan istrinya, tapi apalah daya kehidupannya belum mapan juga untuk bisa pindah dari rumah ibunya.
🌼🌼🌼🌼🌼🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀
Sekarang sudah pukul 15:30, Lastri dan anak - anaknya sudah selesai makan semua.
Mereka hanya duduk saja berdiam diri, piring kotor menumpuk, orang arisan ada yang datang dan pergi dari tadi.
" Oh iya bang, kita belum buat itu dirumah."
" Atau kita sekarang pulang saja yuk nanti kita baru balik lagi." ucap kak Lastri dengan anak lelakinya.
Tanpa basa - basi mereka pun pulang kerumah setelah selesai makan siang dirumah.
Tidak ada berkata sesuatu apa pun dari mulutnya kepada Diah. Karena sudah terbiasa dan menganggap Diah bukan siapa - siapa.
Sedangkan Monik yang dari tadi pagi tidur dan baru bangun jam 10 pagi. Begitu bangun mandi dan sarapan, di hari libur itu dia beralasan ada urusan diluar bersama temannya.
Padahal Monik sengaja keluar rumah karena ingin menghindari pekerjaan dan acara arisan tersebut saja.
Begitu setiap harinya kehidupan Diah yang harus dia lakukan dirumah mertuanya.
" Ma..., makan yuk !" ayah mau makan nih. ayah ambilkan ya kita makan bersama." ucap Bima ke istrinya yang tahu dari tadi belum makan.
Diah tiduran dikamar disebelah anaknya, setelah selesai mencuci piring yang begitu banyaknya.
Lastri pulang dengan rasa tidak perduli bahwa ada acara dirumah ibunya sendiri.
Dan lagi pula ibunya Lastri saja hanya diam saja dan tidak pernah berkata atau meminta tolong ke semua anak perempuannya.
Bima datang dengan piring dan nasinya, dia mengajak istrinya untuk makan bersama.
Bima membelai istrinya yang sedang tiduran memeluk anak mereka.
" Ma, ayo makan dulu."
" Ayah sudah bawakan nasi untuk kita makan berdua." ucap Bima mengajak istrinya.
Diah pun duduk dari tidurannya, melihat sepiring nasi dan lauk disana. Bima menyediakan dua sendok untuk Diah dan dirinya. Bima memberikan sendok dan mengajak istrinya untuk makan bersama. Bima menatap Diah yang sedang menyendok nasinya dan memakannya dengan penuh rasa cinta. Tiba - tiba dia mencium keningnya Diah sambil berbicara dalam hatinya.
" Sabar ya sayang, mas akan usahakan untuk bahagiakan kamu dan anak kita." berkata dalam hatinya.
Diah dan Bima pun makan bersama di dalam kamar sambil menatap anaknya yang sedang tidur setelah tadi makan siangnya.
Diah pun sedikit lega hatinya karena ada perhatian dari Bima suaminya, Diah pun bersabar untuk ujian hidupnya yang harus memang seperti itu.
Arisan sudah selesai, rumah dibereskan dan piring dicuci oleh Diah. Bima ikut membantu membereskan rumah dan mengepel lantainya.
Anak mereka sudah bangun saat Diah sudah selesai mencuci piring - piring kotor itu.
Diah langsung sambung memandikan anaknya dan memberinya susu karena sudah haus dari tadi. Semua pekerjaan itu membuat Diah sangat kelelahan seharian penuh.
Tiba - tiba Monik pulang langsung masuk dan berjalan ke kamarnya. Bima hanya melihat adiknya itu dengan menghela nafas saja.
" Monik, kamu bantu kenapa ibu dirumah..!"
" Sudah tahu ada acara kamu malah keluar gak perduli." ucap Abangnya.
Monik malah menutup pintu kamar dengan membantingnya.
" Bam !" suara pintu yang di tutup dengan keras.
Dan dia berdiam diri dikamarnya dengan masa bodoh disana.
Rutinitas Diah seperti biasa dan sekarang setiap hari Jumat, Sabtu, dan Minggu dia selalu kerumah orang tuanya. Diah sangat suntuk dirumah mertuanya dan merasa tertekan disana.
Dia merasa tidak ada yang mengerti dengan dirinya, suaminya pun terkadang perduli terkadang malah hanya sibuk dengan dunianya sendiri. Bila Diah sudah di rumah orang tuanya hatinya dan pikirannya sangat lega seperti tidak ada beban.
Namun suaminya tidak suka kalau Diah selalu pergi kerumah orang tuanya. Bima selalu kesal walau tidak dilontarkan kemarahannya, tapi Diah tahu dan merasa dari sikap Bima terhadapnya.
Malam itu ketika mau tidur, Diah dan Bima pernah bertengkar dirumah orang tua Diah. Saat itu sudah jam 12 malam dan Bima sangat egois karena memaksakan Diah dari tadi untuk pulang kerumah ibunya.
Diah tidak ingin pulang karena dia sudah mengantuk dan kasihan anaknya yang masih kecil bersepeda motor malam - malam.
Namun Bima bersih kukuh untuk terus mengajaknya pulang.
" Sudahlah mas..., besok saja kita pulang."
" Lagian kan besok hari libur, tidur sajalah disini dulu." kata Diah ke suaminya.
Bima tidak mau dan malah tetap berkeras ingin pulang, sampai mereka bertengkar jadinya.
Diah akhirnya habis kesabarannya kepada Bima dan mengatakan sesuatu yang sedikit kasar kepada suaminya.
" Ya sudah kalau mas memang maunya pulang, pulang saja lah sendiri dan tinggalkan saja aku disini."
"Terserah saja pada mas maunya bagaimana." Diah sudah gak tahan dengan semuanya."
" Sekarang kalau mau mas ceraikan Diah ceraikan saja." ucapan Diah sudah putus asa dan jenuh dengan semua banyaknya perdebatan.
Bima suaminya pun keluar dari kamar itu, dan membuka pintu rumah mengeluarkan sepeda motornya dari dalam rumah.
Bima menyalakan motornya dan melajukan keretanya di jalanan dengan hati yang kesal.
Diah keluar dan meninggalkan anaknya sebentar lalu menutup pintu rumahnya, namun tidak di kunci karena dia tahu pasti suaminya akan kembali.
Diah menangis semua emosinya tumpah dengan seiring air matanya. Kedua orang tuanya Diah tidak tahu akan kejadian itu. Semua orang sudah tidur malam itu, dan mereka sengaja mengecilkan suara mereka saat bertengkar tadi.
Tidak beberapa lama kemudian, Bima kembali lagi dengan motornya ke dalam rumah Diah.
Memasukkan motornya dan menutup pintu serta menguncinya kembali. Bima pergi ke kamar mandi dan mencuci mukanya.
Bima lalu masuk ke kamar dan melihat istrinya sedang menangis disana. Bima langsung memeluknya dengan erat, mungkin Bima baru menyadari setelah beberapa menit diluar tadi.
" Ma, ini ada roti ayah belikan untuk mama."
" Makanlah ma." kata Bima.
" Maafkan ayah ya ma, ayah gak mau pisah dari mama."
" Tolong jangan ucapkan lagi kata - kata itu, ayah tidak mau lagi mendengarkannya." Bima menangis dan memeluk istrinya sekali lagi.
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🍀🍀🍀🍀🍀🍀
Dulu juga sudah pernah mereka bertengkar hebat dan sampai mau berpisah.
Diah sampai pingsan saat mendengar kata - kata pisah dari mulut Bima sendiri.
Diah saat itu tidak sadarkan diri ditengah malam karena pertengkaran itu.
Bima panik karena Diah pingsan dan lemas malam itu saat sedang bertengkar.
" Ma, bangun ma !"
" Ma..!" suara Bima memanggil Diah saat itu.
Bima menggosok - gosok tangan Diah dan kakinya yang mulai dingin. Bima sangat takut dan panik saat itu, dia tidak tahu mau bagaimana lagi.
Dan dia sangat merasa bersalah kepada Diah pada malam itu.
Minyak angin di oleskan dan di kasih cium ke hidung Diah beberapa kali, tapi Diah belum sadar sampai air di ciprat ke wajahnya.
Tiba - tiba Diah batuk dan sadar seketika, namun kondisinya masih lemah dan tidak bisa bergerak.
Bima sangat shock dan merasa bersyukur Diah sudah sadar malam itu juga.
Bima memeluk Diah dan menangis seketika.
" Ma, jangan tinggalkan ayah ya ma...?"
" Maafkan ayah, jangan pergi tinggalkan ayah ya ma."
" Ayah salah, ayah minta maaf." ucap Bima yang sebenarnya sangat menyayanginya.
Malam itu Akhirnya Bima dan Diah pun tidur, Bima jadi mendapat pelajaran dengan kejadian itu. Akhirnya dia bisa berpikir dalam bertindak atau berbicara dengan siapa pun.
Hari demi hari mereka bersama sudah bisa memahami namun tidak dipungkiri tetap masih mempunyai keegoisan masing - masing dalam berpikir. Terutama Bima yang memang sedikit sulit dimengerti dan tidak peka dengan istrinya.
Bima tipe pria yang tidak ada romantisnya, namun perhatiannya yang membuat Diah sangat nyaman kepadanya.
Tetapi Diah masih bersabar akan keputusan suami yang ingin bersama orang tuanya karena ingin merawatnya secara langsung disampingnya.
Istri bisa apa kalau suami sudah begitu, dan apalagi dengan keadaan ekonomi yang hanya kerja serabutan. Gaji alhamdulillah untuk makan sudah cukup tanpa ada sisa untuk yang lain.
Bila anak sakit, Diah yang harus pandai - pandai menabung seminggu 10 ribu di kaleng tabungannya. Diah tidak pernah sekali pun membeli barang yang dia senangi. Kalau pun ada dia selalu memendamnya dan lebih mementingkan untuk anak dan suaminya.
" Suatu saat aku pasti bisa membelinya, walau bukan sekarang nanti akan ada rezekinya." selalu itu yang dia ucap dalam hatinya.
🍄🍄🍄🍄🍄🍄
Suatu hari Diah pernah mencuci pakaian adiknya yang bekerja diluar dan tidak sempat menyucikan pakaiannya dirumah. Jadi Diah yang menyucikan pakaian adiknya itu, adiknya selalu pengertian dengan kakaknya ( Diah ). Adiknya memberikan sekedar uang jajan dan beli susu untuk anaknya Diah.
" Alhamdulillah bisa untuk buat beli susu ya nak.." ucapnya dalam hati.
" Terima kasih ya dek." ucap Diah ke adiknya.
" Iya kak, terima kasih juga kakak sudah mencuci baju ku."
" Aku ada sedikit rezeki tadi, jadi bisa membaginya ke kakak." ujar adiknya Diah.
Setiap seminggu sekali Diah datang ke rumah orang tuanya, hanya untuk sekedar melihat keadaan dan berkumpul bersama.
Dan selain itu, untuk menghilangkan kejenuhannya dirumah mertuanya.
Mertuanya sangat sayang pada Diah, tapi saudara dari suaminya yang membuat Diah sebenarnya tidak tahan. Suami Diah tidak tahu perlakuan para saudaranya ke Diah istrinya.
Yang Bima tahu istrinya baik - baik saja dan enak dirumah yang nayaman.
Karena semenjak Diah selalu bicara tentang keluarganya Bima marah, lalu Diah tidak pernah lagi bercerita lagi pada suaminya itu.
Semua dia pendam dan tertahan dalam dadanya, sampai - sampai Diah pernah menangis dimalam hari sendirian disaat semuanya sudah tidur.
Hampir setiap malam dia menumpahkan rasa kesal dan amarahnya dengan menangis saat itu.
Diah menangis tanpa suara, dan menutup mulutnya dengan bantal yang ada ditangannya.
Bahkan menjerit sekuatnya dengan bantal yang dia bekap sendiri ke mulutnya itu.
Diah sangat terpukul dan juga hanya bisa pasrah dengan keadaan.
Diah berencana akan bekerja bila anaknya sudah mulai beranjak besar sedikit. Dia ingin membantu suaminya agar bisa menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupannya.
Apalagi nanti anaknya akan sekolah dan butuh biaya untuk semua itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!