"Bagaimana bisa ada tokoh utama memiliki nasib semengenaskan ini!"
Entah sudah berapa kali kalimat kesal itu terlontar, yang pasti wajah wanita dengan rambut sepanjang pinggang itu sudah nampak kesal bukan main. Manik yang seharusnya legam tetapi menjadi biru karena dibalut softlens itu sedari tadi terfokus pada sebuah novel berjudul Rise of Phoenix di tangannya, wajahnya kesal begitu juga beberapa sumpah serapah yang sedari tadi ia lontarkan untuk penulis novel.
Hembusan nafas kasar menjadi pertanda ia sudah menyerah membaca novel itu, jari-jari lentiknya menghempaskan novel itu ke sofa, membiarkannya menghantam bantalan empuk sebelum tergolek tidak berguna di lantai.
"A Jia kemarilah!"
Seorang wanita dengan rambut sepanjang leher datang, di tangannya ada beberapa kertas.
"Ada apa Jessica? Jangan berulah lagi aku sedang menyusun jadwalmu!" jawab A Jia sembari masih fokus pada kertas di tangannya.
"A Jia lihatlah novel itu, yang benar saja aku harus memerankan tokoh lemah yang sepanjang novel hanya tertindas dan bahkan dia mati di akhir cerita."
Jessica Yu adalah seorang artis top yang tengah naik daun, karirnya yang melejit berkat tubuhnya yang bagaian dewi dan kepiawaiannya dalam dunia akting. Sudah banyak film dan drama yang dibintangi oleh Jessica, sudah tidak bisa dihitung jari lagi. Setiap acara award tahunan Jessica selalu menyabet berbagai nominasi sekaligus, ia pulang dengan lebih dari satu piala.
Pada kesempatan kali ini ada sebuah novel sangat populer yang akan di angkat menjadi sebuah film, Jessica mendapatkan peran sebagai protagonis wanita. Naskah film belum jadi tetapi Jessica sangat penasaran dengan novel yang begitu populer sehingga tertarik membaca novel yang akan ia perankan itu.
Sepanjang membaca novel Jessica tidak hentinya memaki penulis cerita, itu karena jalan cerita yang tidak sesuai dengan harapannya. Tokoh protagonis wanita yang akan ia perankan mendapatkan siksaan yang begitu mengenaskan sepanjang jalan cerita novel, mulai dari ibu dan kakak tirinya yang hanya bisa menindas, saat menikah protagonis wanita harus menjalani cinta sepihak karena putra mahkota sang suami sangat membencinya alih-alih mencintai, tidak hanya putra mahkota tetapi di istana ia ditindas oleh ibu suri dan selir milik putra mahkota. Tidak ada kisah menyenangkan dari kehidupan protagonis wanita, yang paling miris adalah protagonis wanita akan mati terpenggal oleh pedang orang yang paling di cintainya yaitu putra mahkota.
Jessica biasanya memerankan seorang tokoh wanita kerier seperti pengacara hebat atau ceo wanita yang pintar, tidak pernah memerankan tokoh wanita lemah yang setiap hari ditindas seperti ini. Bukannya Jessica tidak profesional kerena tidak bisa memerankan tokoh itu tetapi ia hanya menyayangkan saja protagonis wanita yang begitu tersiksa tanpa adanya setitik kebahagiaan.
"Memang apa masalahnya? Kau harus sekali-kali memerankan wanita lemah." sahut A Jia.
"Bukan itu masalahnya, tetapi aku merasa tidak adil saja, seorang protagonis tersiksa sepanjang cerita sedangkan antagonisnya justru bersama putra mahkota dan hidup bahagia. Bukankah lebih baik menjadi seorang antagonis?"
Tokoh protagonis wanita memiliki kisah mengerikan di akhir cerita, menjalani pengasingan dan diturunkan secara tidak hormat dari gelar ratunya. Setelah memiliki status sebagai rakyat jelata ia menikah dengan lelaki tulus yang merupakan tangan kanan putra mahkota, tetapi karena pernikahan itu ia justru harus mati terpenggal oleh putra mahkota karena dianggap sebagai penghiatanat. Sedangkan nasib baik berada di pihak antagonis wanita, ia yang kerjaannya menindas dan menfitnah tiada henti justru masih bertahan di sisi putra mahkota sampai cerita berakhir.
"Cerita ini sangat aneh A Jia, harusnya tidak ada alur yang seperti ini, dimana-mana tokoh protagonis akan balas dendam dan mendapatkan kebahagiaan, bukannya sengsara seperti ini. Bagaimana bisa cerita aneh seperti ini begitu terkenal ... A Jia katakan pada produser Jiang agar ada perombakan, protagonis wanita harus bisa bangkit, jangan terpuruk sepanjang film!"
"Meski kau adalah kesayangan produser Jiang, tetapi kembali lagi ini adalah film yang diangkat dari novel, haruslah sama persis dan tidak boleh sembarang dirubah."
"Kalau begitu aku tidak mau menerimanya, aku juga belum menandatangi kontraknya kan?"
"Sudah di tanda tangani oleh agensi, Jessica tidak apa lah kau memerankan ini, putri Yueying ini digambarkan sebagai wanita super cantik, peran ini sangat cocok denganmu."
"Apa?! Bagaimana bisa si tua Liu itu begitu sembrono. Aku tidak cocok berperan sebagai wanita lemah dan tertindas, lihatlah wajahku? Adakah tanda-tanda wanita tertindas?"
Karena film ini bisa dikatakan sebagai sebuah peluang besar untuk meraup keuntungan maka dari itu agensi langsung menandatanginya tanpa bertanya terlebih dahulu terhadap artis yang bersangkutan. Novelnya begitu popoler baik di kalangan remaja hingga orang dewasa, ribuan orang begitu menunggu film ini untuk dibuat, jadi bukan tidak mungkin keuntungannya akan sangat besar.
"Pak Liu tentu akan berliur mendapatkan film itu," tambah A Jia.
"Aku mendengar juga beberapa kabar jika penulis memang memilih kau sebagai pemeran protagonis wanita dan Yao Alan sebagai pemeran utama pria, jika tidak sesuai pilihannya maka ia tidak akan setuju novelnya di angkat menjadi film." Seorang lelaki tiba-tiba masuk dan duduk di samping Jessica.
"Dewa Yao tentu akan sangat pas memerankan peran pangeran mahkota." seru A Jia dengan berbinar, mendengar nama aktor yang biasa dipanggil dengan sebutan dewa Yao itu A Jia menjadi tertarik, sudah lama ia mendambakan lelaki tampan itu.
"Mungkin memang cocok jika pangeran mahkota kejam tanpa perasaan itu diperankan oleh dia." sahut Jessica.
Yao Alan adalah aktor terkenal yang lebih dulu memiliki panggung daripada Jessica, julukannya sebagai dewa Yao bukan hanya julukan semata. Wajahnya yang begity tampan dan perawakannya yang tinggi tegap mendukungnya untuk cocok menyandang sebutan dewa Yao. Karakter Yao Alan sendiri jika dilihat dari kacamata luar adalah seseorang yang tegas dan terkesan dingin.
"Jessica kau harus menerima tawaran ini! Aku ingin berlama-lama melihat dewa Yao."
Jessica memutar bola matanya malas, "kalau begitu kau saja yang memerankan putri Yueying A Jia!"
Setelah mengucapkan kalimat itu Jessica melangkahkan kakinya dari sana, tidak memperdulikan A Jia yang berusaha memanggil namanya. Jessica membanting pintu dengan kesal, merebahkan dirinya di ranjang king size kesayangannya. Baru saja memejamkan mata tetapi ada sesuatu yang mengganjal di ranjang, saat mengambil benda itu Jessica berhasil membolakkan matanya, itu adalah novel berjudul Rise of Phoenix yang tadi ia baca. Masalahnya Jessica yakin sekali jika tadi membacanya di luar, jangankan membawa novel ini ke kamarnya tadi saja ia sempat membanting novel itu hingga terjatuh.
"Mungkin A Jia membawakan dua novel dan meletakan salah satunya di kamarku." monolognya pada udara.
Jessica membolak-balikkan novel itu secara acak, "dasar penulis kejam, aku tidak sudi memerankan tokoh lemah ini!"
Baru saja menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba saja Jessica merasakan matanya berkunang, kepalanya juga berat bukan main.
"Ada apa denganku?" tanyanya kebingungan.
Jessica memejamkan matanya guna menperbaiki keadaannya, tapi rupanya itu tidaklah berpengaruh banyak, ia masih merasakan begitu banyak ketidaknyamanan. Hal itu terjadi selama beberapa lima menit sebelum semuanya kembali normal, kepalanya yang tadi pusing bukan main sekarang sudah tidak lagi. Jessica membuka matanya, pemandangan yang pertama kali ia tangkap adalah kamar dengan aksen kuno, baik dinding maupun perabotan lainnya semuanya kuno. Selanjutnya pandangan Jessica beralih pada pakaiannya sendiri, bukan lagi sweater ungu kesayangannya melainkan sebuah hanfu sewarna bunga persih yang melekat di tubuhnya.
"Apa ini? Apakah aku bermimpi?"
Kembali memperhatikan sekeklilingnya yang memang hanya ada dirinya sendiri, kini Jessica bangkit dari ranjang itu. Matanya memejam merasakan sakit yang teramat di bagian kakinya, diangkatnya sedikit hanfunya hingga ia menemukan luka memar memanjang yang nampak mengerikan, itu nampak seperti luka bekas cambukkan.
"Darimana aku memiliki luka ini?" tanyanya kebingungan, jika ini
Bagi seorang artis seperti dirinya, tubuh adalah aset utama, sebisa mungkin ia akan membuat tubuhnya tidak terluka terlebih jika luka yang membekas. Jessica ingat tidak pernah memiliki luka itu, jangankan cambukan tamparan saja tidak pernah sudi ia terima. Jessika beranjak membuka pintu, diluar kamar terlihat sedikit ramai, sekitar 5 orang pelayan tengah membersihkan kediaman kuno itu.
"Apakah syutingnya sudah mulai? Tapi bagaimana bisa ak-"
Brakk,
Belum sampai Jessika menyelesaikan kalimatnya pintu terbuka menampilkan sosok seorang permaisuri dan juga seorang putri kerjaan, wajahnya memang tidak begitu cantik tetapi dandanannya begitu menor dan perhiasan yang ia kenakan terkesan berlebihan. Mereka mendekati Jessika, yang lebih tua terlihat mendorong Jessika hingga ia terjatuh ke lantai, membiarkan luka di kakinya semakin sakit.
"Malam ini kita harus puas menyiksamu karena besok kau sudah akan pergi Yueying!"
Jessika mengeryitkan dahinya begitu mendengar nama itu, seketika kemarahan memenuhi hatinya. "dasar produser Jiang keparat, sudah kubilang aku ingin naskahnya dirubah!"
"Dimana kameranya? Dimana si keparat Jiang itu!"
Mata Jessika berpendar, melihat sekelilingnya, mencari alat syuting entah itu kamera atau yang lainnya. Tetapi setelah beberapa saat mencari ia tidak menemukan apapun, tempat ini sepi selain mereka dan para pelayan yang kini menundukkan kepalanya dalam-dalam.
"Apa yang kau bicarakan Yueying, apakah otakmu mulai terganggu?"
Jessika mulai mencairkan otaknya, jika ini adalah syuting maka pasti ramai orang dan ada alat syuting, tidak mungkin syuting dengan kamera tersembunyi tanpa sutradara dan orang yang membantu lainnya. Kedua mata Jessika membelalak begitu menyadari satu hal.
"Apakah aku masuk ke dalam novel?"
...════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════...
...Dont forget to click the vote button!...
...════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════...
Jika ada pertanyaan tuliskan saja di kolom komentar, terima kasih sudah mampir di cerita ini silahkan tunggu episode selanjutnya ^_^
And, see you.
"Apakah aku masuk ke dalam novel?"
Tidak ingin terlalu lama terlarut dalam pikirannya kini Jessica melangkahkan kakinya menuju ke luar ruangan, meninggalkan dua orang yang menatap keheranan ke arahnya. Dibukanya pintu dengan kasar, hanya sebuah halaman dengan kolam teratai yang ia lihat, hatinya menjadi sangat tidak tenang.
Jessica berlari keluar kediamannya, jujur saja bekas luka cambukan di kakinya terasa ngilu saat ia berlari tetapi rasa sakit itu mendadak tidak terasa karena ia ingin segera mengetahui sebuah fakta. Berlari tidak tentu arah untuk barangkali menemukan sesuatu yang terhubung dengan fakta. Jessica masih sangat berharap segera menemukan produser Jiang atau barangkali A Jia, tetapi semua harapannya itu haruslah luntur saat ia mendapati ada sekelompok prajurit berlalu di depannya dengan tombak menjuntai panjang dan pedang tajam, ia bisa melihat kilauan di ujungnya yang menandakan jika itu asli bukanlah palsu. Biasanya properti syuting bukanlah benda tajam asli karena memang tidak diperbolehkan.
"Aku masuk ke dalam novel sebagai Yueying yang bodoh dan lemah itu? Astaga kenyataan macam apa ini?"
Seluruh kakinya melemas, jatuh terduduk di tanah kotor sehingga sekarang hanfunya menjadi penuh dengan tanah. Keterpurukan itu hanya berlangsung beberapa menit karena selanjutnya Jessica sudah mencoba untuk kembali berdiri, menuju ke kolam untuk melihat memantulkan bayangannya melalui air. Wajahnya masih sama, itu adalah wajah dirinya, perawakannya juga sama sekali tidak berubah, Jessica memang sering berdiet agar tubuhnya tetap indah dan rupanya itu berhasil, ia memiliki tubuh yang bagus. Sedikit bernafas lega karena ternyata tidak ada perubahan dalam fisiknya ini.
"Bagaimana caranya keluar dari novel ini?"
Jessica mondar-mandir di depan kolam, memikirkan cara agar ia bisa kembali ke dunia nyata bukan dunia yang diciptakan oleh seorang penulis.
"Mungkin jika aku mati disini bisa kembali lagi, tapi jika ternyata tidak bagaimana nan—"
Kalimat itu menggantung di udara, dunia baru terlebih lagi ini adalah dunia dimana sosok Yueying menjadi tokoh yang tersiksa di sepanjang cerita. Jangankan sempat bahagia, bahkan di akhir cerita ia harus mati mengenaskan di tangan orang yang sangat ia cintai.
"Aku harus bagaimana?"
Satu jam penuh ia habiskan untuk berfikir di depan kolam, menatap air kolam yang tak beriak dan juga ikan yang berenang di bawahnya saja tidak mampu membuat Jessica menemukan solusi atas masalah yang menimpanya. Menghela nafas dalam, akhirnya Jessica berusaha menerima apa yang terjadi terhadap dirinya.
"Baiklah karena tidak ada cara lain, mari kita merubah jalan cerita. Lihat saja kau penulis tidak punya hati, akan aku pastikan Yueying menjadi tokoh utama yang kuat dan tidak tertindas!"
***
"Saya datang melapor pada putra mahkota, putri Yueying dari kerajaan Yong adalah putri yang tidak begitu menonjol. Putri Yueying besar tanpa seorang ibu dan menjadi putri yang terkenal bodoh, buta huruf dan selalu kalah dari kedua kakaknya. Putri ini tidak memiliki kekuatan apapaun untuk melawan sehingga ia juga kehilangan dukungan dari perdana menteri kerajaan Yong."
Brakkk,
Meja itu menjadi sasaran amarah lelaki yang disebut dengan sebutan pangeran itu, meski raut wajahnya tidak terlalu banyak menunjukkan emosi, tetapi sorot mata tajamnya berkata lain. Seolah itu dapat membunuh siapa saja yang berlama-lama bersitatap dengannya.
"Apakah raja Yong itu ingin bermain-main denganku?"
"Maksud raja mengirim putri Yueying sebagai tanda perdamaian tentu karena sudah tidak ada pilihan lain, dari pada mengirimkan 2 putri kesayangannya tentu putri Yueying ini menjadi pilihan yang tepat."
Kerajaan Wei dan kerajaan Yong sudah lama bersiteggang, sejak zaman dahulu sudah beberapa kali berperang. Tetapi, beberapa bulan lalu raja Yong mengirimkan surat perdamaian dua negara dengan aliansi pernikahan. Beberapa tahun belakangan ini Han Qiu Yue dianggkat menjadi putra mahkota kerajaan Wei, hal itu membuat kemajuan kerajaan sangat pesat, putra mahkota memiliki banyak prestasi seperti melatih prajurit hebat dan memajukan ekonomi negara. Jika perang akan pecah dengan kondisi negara Wei yang makmur seperti sekarang tentu saja kerajaan Yong akan kalah, itulah alasan raja Yong menerbangkan surat perdamaian.
"Kau harus tahu Yu Shu, dengan mengirim putri bodoh di sisiku adalah penghinaan terbesar, aku paling benci dengan orang lemah yang tidak bisa melindungi dirinya sendiri." ucapan itu terdengar dengan nada yang menyeramkan.
Han Qiu Yue adalah sosok putra mahkota bertangan besi, dia terkenal tidak memberikan ampun kepada siapapun yang berhianat, tidak peduli orang itu sudah pernah memiliki jasa besar, jika ia berhianat maka bersiap-siap saja untuk dipenggal di depan umum secara langsung oleh pedang putra mahkota. Seorang wanita yang bisa bersanding dengannya haruslah wanita kuat yang kuar biasa, bukan wanita sembarangan, apalagi wanita yang tidak memiliki kekuatan untuk melindungi diri sendiri.
"Tetapi saya mendengar rumor jika putri Yueying memiliki kecantikan seperti dewi bunga persik."
"Kau mempercayai rumor?"
Yu Shu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, rumor itu tidak mesti sepenuhnya benar karena hanya tersebar dari mulut ke mulut, sedangkan yang pertama Yu Shu sebutkan adalah hasil penyelidikannya yang pasti sudahlah benar adanya.
"Saya akan pergi memastikan rumor itu," ucap Yu Shu segera.
Putra mahkota menggeleng, "Tidak perlu karena itu tidak penting lagi, aku akan dengan mudah membuat putri tidak berguna itu tersingkirkan."
"Apa-apaan kalimatmu itu Qiu Yue?!"
Seorang wanita dengan mahkota di kepalanya memasuki ruangan itu dengan wajah marahnya, ia tidak sengaja mendengar kalimat putranya yang begitu tidak mengenakkan. Ratu Xiyun memiliki budi baik dan selalu tidak setuju dengan tindakan kejam putranya.
"Sudah kubilang untuk menjaga pintu depan, mengapa ibunda bisa masuk?" ucapan itu putra mahkota bisikkan pada Yu Shu.
Penjagaan kediaman putra mahkota memanglah ketat, tetapi jika yang menerobos masuk adalah ratu tentu para penjaga tidak memiliki alasan untuk menolak. Maksud kedatangan ratu sebenarnya adalah untuk memberikan wejangan pada putranya yang sebentar lagi akan melangsungkan pernikahan, tetapi belum sampai ia berucap justru mendengar kalimat tidak menyenangkan dari putra kebanggaannya itu.
"Qiu Yue, memang benar ini adalah pernikahan politik, kalian bahkan belum pernah bertemu. Jika kau memiliki wanita yang kau cintai kau bisa mengangkatnya menjadi seorang selir tetapi jangan sekalipun menyingkirkan putri Yueying."
"Bukankah ibu tahu sajak tentang seseorang yang lemah tidak bisa berada di sarang harimau? Kerajaan Wei ini mungkin akan jauh lebih berbahaya dari pada kerajaan Yong, jika posisi putri itu adalah seorang putri mahkota." ucapan itu terdengar acuh tak acuh.
Ratu terlihat menggelengkan kepalanya tidak mempercayai ucapan tidak menyenangkan itu, "Jangan pernah menjahatinya! Bagaimanapun kau adalah suaminya, kau haruslah bisa melindunginya."
"Seseorang itu haruslah bisa berdiri di atas kakinya sendiri. Tetapi karena ini adalah perintah ibu maka aku tidak akan menjahatinya tetapi untuk melindunginya aku tidaklah bersedia."
Setelah mengucapkan kalimat itu putra mahkota melangkahkan kakinya pergi, meninggalkan sang ibu yang tengah diliputi amarah. Qiu Yue bahkan tidak peduli dengan ketidaksopanannya, membiarkan Yu Shu memohon maaf pada ratu atas ketidaksopanan yang dilakukan putra mahkota.
Sepeninggalan putra mahkota, kini ratu menatap ke arah Yu Shu. "Tolong nanti kau yang harus menjaga Yueying, disana dia tidak mendapatkan kebahagiaan, maka disini ia harus mendapatkan itu."
Ibu Yueying yang sudah lama meninggal adalah sahabat ratu, tentu bagaimana saja perlakuan yang didapatkan Yueying ratu ketahui. Selalu ada rasa iba saat mendengar berbagai pembicaraan tentang putri Yueying yang diperlakukan begitu tidak adil. Tetapi saat mendengar akan adanya pernikahan politik antar dua negara ini, ratu menjadi senang karena bisa melepaskan putri sahabatnya dari kesusahan.
...════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════...
...Dont forget to click the vote button!...
...════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════...
Jika ada pertanyaan tuliskan saja di kolom komentar, terima kasih sudah mampir di cerita ini silahkan tunggu episode selanjutnya ^_^
And, see you.
Bibir ranum itu kini sudah terisi penuh oleh pewarna bibir merah merona senada dengan hanfu yang ia kenakan. Riasan yang ada di wajahnya memang tidak berpengaruh banyak karena garis wajah itu sebenarnya sudah sangat sempurna tanpa polesan sedikitpun. Sebuah cermin lengkung yang digunakan untuk memantulkan bayangan kini membuat Jessica atau yang sekarang memiliki identitas baru sebagai putri Yueying tersenyum puas.
"Lihat saja bagaimana aku akan merubah alur novel," ucapnya disertai satu ujung bibir yang terangkat.
Gaun pernikahan sudah melekat indah di tubuhnya, mahkota phoenix juga sudah bertengger di atas kepala, begitu serasi dan tidak mudah didapati sebuah cela. Manik legam itu sekarang mulai mencampakkan cermin lengkung, mulai berpendar ke arah pintu. Jessica sudah bisa menebak jika selanjutnya pintu itu akan dibuka oleh kedua saudara seayah putri Yueying, Jessica masih ingat adegan ini, dimana putri Yueying akan disiksa oleh mereka sebelum menaiki kereta kuda untuk berangkat menikah ke kerajaan Wei.
Di dalam novel disebutkan jika putri Yueying hanya bisa menangis karena dimaki oleh mereka, ia hanya bisa menunduk dengan rasa ketakutan sepanjang perjalanan menuju ke kerajaan Wei. Tetapi kali ini Jessica tidak akan membiarkan itu, sebelum pergi ke kerajaan Wei ia akan memberikan sebuah kejutan terlebih dahulu kepada mereka yang disini.
"Satu... Dua... Ti—"
Brakk,
Belum sempat hitungannya sampai ke angka tiga, pintu kanar itu sudah terbuka dengan kasar, nampaklah dua putri lain yang tengah berdiri dengan angkuhnya. Sudah memperhitungkan kedatangan mereka dan itu tepat sasaran, Jessica hanya bisa menyunggingkan senyuman miringnya.
"Aku mendengar putra mahkota Wei itu bertangan dingin, siapapun akan mati di tangannya dengan mudah, jadi kau harus bersiap-siap saja untuk segera dikirim ke neraka."
Jessica masih mempertahankan senyuman miringnya, ia tidak bergerak barang satu senti pun, membiarkan kedua orang yang berdiri beberapa langkah di belakangnya ini menyelesaikan kalimatnya.
"Kau akan lebih tersiksa disana, tapi biarkan kami memberikan salam perpisahan dahulu."
Baru saja tangan itu akan menjambak rambut panjang milik Jessica, tetapi urung karena Jessica lebih cepat berdiri dan memutar tangan itu hingga membuat sang empunya meringis kesakitan. Dihempaskannya tangan itu dengan kasar, tidak lupa Jessica mengelap tangannya dengan sapu tangan, berpura-pura jijik sehabis memegang tangan itu.
"Hei! Apa yang kau lakukan?!" teriaknya tidak terima.
"Tanganmu terlalu hina untuk menyentuh rambutku, mungkin lebih cocok untuk membersihkan pakaian kotorku di belakang."
Mendengar ucapan tegas itu tentu saja mereka terkejut, biasanya mereka mengerjai Yueying sebagai pengisi waktu luang, membiarkannya menangis hingga wajahnya memerah juga hanya bisa menunduk ketakutan. Tetapi hari ini, adik mereka itu menaikkan dagunya, bahkan menatap tajam tanpa rasa takut ke arah mereka. Sebelumnya Yueying tidak pernah berani melakukan itu semua.
"Apa maksud perkataanmu?"
"Ah tidak-tidak aku yang salah, seharusnya tangamu itu lebih cocok membersihkan tempat pembuagan." ujar Jessica disertai dengan kekehan.
Gurat kemaharan sudah nampak, tangan itu kembali terangkat ke udara tetapi harus kembali dicekal oleh Jessica, untung saja refleknya bagus jadinya ia tidak perlu menerima sebuah tamparan yang meyakitkan.
Plakk,
Sekarang justru tangan satu tangan lainnya milik Jessica yang mencetak bekas kemerahan pada pipi kakaknya itu, tanpa rasa bersalah kini Jessica melipat kedua tangannya di dada, menertawakan wajah yang dipenuhi amarah di depannya.
"Sekarang kau berani kepada kami?!" kakak satunya lagi berteriak dan hendak berlari menyerbu Jessica, tetapi dengan cepat ia melepaskan salah satu hairpinnya dan menodongkannya ke depan. Hairpin dengan ujung runcing itu tentu akan menyakitkan jika menusuk ke kulit, alhasil ia berhenti dan justru mundur beberapa langkah.
"Jika ingin hairpin ini memotong nadi di lehermu maka majulah, aku akan dengan senang hati melakukannya."
Kini keduanya bergetar ketakukan, menatap sorot mata tajam milik adiknya yang biasanya ketakutan tetapi kini begitu tajam dan justru menakutkan. Yueying besar tanpa kasih sayang dan selalu tertindas sehingga ia tumbuh menjadi gadis penakut, tetapi hari ini berbeda ia bahkan berani menampar dan menodongkan hairpin tajam. Sungguh ini adalah keanehan yang membuat mereka kebingungan.
"Ada apa ini?" sebuah suara maskulin terdengar.
Sepasang wanita dan lelaki memasuki kamar itu karena mendengar ada keributan, siapa lagi jika bukan raja dan ratu negeri Wei. Ratu menatap Jessica atau sekarang kita panggil saja Yueying dengan keheranan, anak tirinya itu biasanya sudah menangis jika didatangi oleh kedua kakaknya, tetapi kali ini justru terlihat ia menaikkan dagunya tinggi-tinggi seperti tidak takut pada hal apapun.
"Ibu, Ayah lihatlah dia menamparku," ucapan itu disertai dengan mimik wajah yang pura-pura sedih.
Ratu memandang putrinya dengan pura-pura sedih, "Malang sekali putriku ini, oh astaga Yueying apakah kau tidak memiliki tata krama terhadap kedua kakakmu?"
Kini tatapan tajam dilayangkan ratu tetapi tidak membuat Jessica gentar, ia justru membuang wajahnya malas melihat ratu. Sedari kecil ia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari sang ratu, kenyataan jika Yueying adalah putri dari ratu sebelumnya membuat ia begitu membenci Yueying. Ratu masa kini awalnya hanya seorang selir, ia baru diangkat menjadi ratu saat ibu Yueying meninggal.
"Anggap saja itu adalah salam perpisahan," ucap Yueying mantap.
"Yueying kau adalah seorang putri, dimana letak kesopananmu itu!" kali ini raja Yong yang bersuara, kalimat itu mampu membuat siapa saja takut terkecuali Yueying.
Sebenarnya tidak ada alasan saja untuk takut, raja ini adalah ayahnya, sekalipun ia bertindak di luar batas tidak akan mungkin langsung menemui hukuman penggal, sebentar lagi dirinya juga akan pergi meninggalkan kerjaan Yong, tidak ada yang berani melukainya dengan pedang. Akan menjadi gosip panas jika putri yang akan dinikahkan pergi dengan kondisi terluka parah.
"Yang mulia bertanya tentang kesopanan? Memangnya Yueying ini pernah diajarkan tentang kesopanan?"
Sebut saja semenjak kepergian ibunya Yueying sama sekali tidak mendapatkan pendidikan yang baik, hanya hidup di istana belakang dengan para pelayan tanpa seorang pengajar yang biasanya ditugaskan mengajar tata krama dan tingkah laku seorang putri kerjaan. Sebenarnya faktor inilah juga yang membuat Yueying menjadi penakut dan gampang sekali tertindas, ia mencontoh para pelayan di kediamannya yang selalu menurut saat di marahi jujungan mereka.
"Pernakah ayah berpikir tentang putrimu ini? Sepanjang hidupnya ia tidak mendapatkan kasih sayang dan hanya dibesarkan oleh pelayan, lalu saat sudah beranjak dewasa justru dikorbankan ke kerajaan Wei sebagai tanda perdamaian. Pernahkah aku mengemis keadilan, pada langit yang memang sangat tidak adil ini?"
Bukan lagi rahasia jika pergi ke kerajaan Wei bukanlah hal yang bagus, memang disana akan menikah dan menjadi putri mahkota tetapi masalahnya putra mahkota Wei saat ini adalah orang tanpa perasaan. Kabar ini sudah menyebar hingga ke negeri Yong, putra mahkota Wei itu haus kekuasaan dan penuh perhitungan sekali dalam bertindak. Ia akan selalu dengan mudah menyingkirkan debu penganggu di sekitarnya untuk mencapai tujuannya.
Suatu hari untuk menghukum kejahatan pamannya sendiri ia bahkan menghukumnya dengan hukuman pancung di depan umum, perbuatannya itu disayangkan oleh orang-orang karena dianggap tidak berbakti dengan keluarga besar. Seolah menutup telinganya rapat-rapat, tahun berikutnya justru tersebar kabar jika ia membunuh salah kakak tertuanya karena dianggap sebagai ancaman, rumor itu menyebar bukan hanya di kerjaan Wei tetapi hingga ke negara tetangga. Sejak saat itu orang-orang semakin takut dengan bagaimana nantinya negeri Wei akan dipimpin oleh orang sekejam itu.
"Yueying, kau semakin berani saja!" ucap raja kembali.
"Bukankah yang aku katakan adalah kebenaran?"
"Bukankah sebuah kehormatan menikah dengan seorang putra mahkota Wei? Dia memiliki banyak prestasi, kau harus bersyukur Yueying." sahut ratu.
"Kalau itu adalah sebuah kehormatan, kenapa tidak salah satu kakakku saja yang dinikahkan kesana? Aku tahu yang mulia pasti takut mendengar seperti apa putra mahkota kerajaan Wei itu kan?"
Tentu saja amarah ratu memuncak begitu mendengarkan kalimat itu, "Yueying!"
"Sudah-sudah jangan bertengkar di hari baik seperti ini, marilah keluar iring-iringan sudah siap."
Jessica hanya mendecak kesal, harusnya ia bisa bertengkar lebih hebat lagi hingga menyebabkan kedua kakaknya merasakan hal yang menyedihkan, tetapi rupanya ia harus mengurungkan niat karena ia harus pergi menikah ke negara Wei. Sebenarnya ia sudah menyiapkan sebuah kejutan kecil untuk kedua kakak dan ratu, semoga saja nanti mereka akan terkejut dengan kejutan darinya itu.
...════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════...
...Dont forget to click the vote button!...
...════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════...
Jika ada pertanyaan tuliskan saja di kolom komentar, terima kasih sudah mampir di cerita ini silahkan tunggu episode selanjutnya ^_^
And, see you.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!