"Sayang, kapan kamu bisa kasih mami cucu sih, kalau seperti ini terus." Tanya wanita paruh baya itu sambil duduk di sofa yang berada di ruang kerja sang anak.
"Kamu sibuk kerja terus dan ma----" Ucapan sang ibu langsung di potong oleh pria yang tak lain adalah Angga Radjasa.
"Mami tenang aja, aku udah nikah kok, tapi belum sa---"ucapan Angga langsung dipotong oleh ibunya
"APA!! Kamu hamilin anak siapa? Dan kapan kamu nikah sih sayang."
"Aduh mami jangan teriak dong. Dia gak hamil kok Mi dan kami nikah Online dua bulan lalu." Jawab Angga dengan santai.
"APA!!!"
"Isshh Mami suka sekali teriak-teriak."
"Bagaimana Mami gak teriak, masa ia kamu nikah Online dan gak bilang ke Mami dan Papi lagi." Kata sang ibu dengan jengkel.
"Kan Mami sama Papi sibuk terus dan gak punya waktu buat ngobrol sama Angga." Jawab Angga acuh tak acuh.
"Tapikan seengganya kamu kasih tahu Mami lewat telepon gitu."
"Ya udah kan Mami udah tau kalau aku udah nikah."
"Iya....tapi gimana istri kamu cantik engga atau gimana." Tanya ibunya
"Kami belum bertemu Mi tapi minggu depan katanya mau ketemu."
"Dia cantik kok Mi tapi dia masih berumur tujuh belas tahun." Lanjut Angga
"Astaga sayang gimana kamu bisa nikahin anak di bawah umur sih dan gak pernah ketemu, apa kamu cintai sama dia?"
"Ya Mami!! Dia bukan anak di bawah umur kok. Dan masalah cinta Angga cinta kok sama dia. Dia orangnya perhatian sama Angga. Kalau Angga lagi marah pasti dia bujukin." Jawab Angga sambil mengingat ketika dia saat itu lagi marah, karena sang kekasih seharian tidak membalas pesan dan tidak mengangkat teleponnya. Dan dengan berbagai cara sang kekasih meminta maaf dan akhirnya Angga luluh juga dengan bujuk rayu sang kekasih.
"Namanya siapa sayang dan pekerjaanya?" Tanya ibunya dengan nada ingin tau.
"Namanya itu Adelia hartanto Mi dan dia masih sekolah Mi."
"Ya udah kalau gitu Mami cuma bisa doa'in yang terbaik buat hubungan kalian sayang. Mami Restuin kalian berdua."
"Iya makasih Mi, aku janji bakal bawa Adel ke hadapan Papi, Mami dan Amira." Kata Angga dengan bersungguh-sungguh.
Angga tidak pernah menjalin hubungan sebelumnya. namun entah kenapa ia setuju saja ketika sahabatnya menyarankan dia untuk menggunakan Aplikasi yang sering orang gunakan untuk chat atau apapun itu.
Dan sahabat gila nya itu menyarankan dia berkenalan dengan salah satu wanita yang sudah di undang nya untuk berkenalan dan wanita yang di ajak kenalan merespon chat dari Anggaa. Dan mulai lah dari situ mereka mengenal satu sama lain.
Angga yang sudah terlanjut jatuh cinta langsung saja mengajak wanita itu menikah. namun sayangnya wanita itu menolak karena alasan yang belum jelas dan Angga hanya bisa menunggu sampai wanita itu siap.
Setelah lima bulan kenalan, akhirnya wanita itu menerima lamaran Angga. Namun mereka hanya bisa menikah secara Online karena si wanita yang masih sekolah dan tidak bisa mengunjungi Angga di jakarta.
Awalnya Angga menolak namun lagi-lagi karena takut kehilangan Angga menyetujuinya. Mereka mengucapkan janji suci melewati vidio call dan di kedua pihak ada saksinya dan seorang pendeta di pihak Angga. Dan mereka akhirnya sah menjadi suami istri.
Hari-hari mereka dilewati dengan sangat bahagia namun ada juga sedih, sedih karena Angga tidak merasakan malam pertama, akan tetapi jika mereka sudah bertemu mereka akan melakukannya.
Suara handphone itu membuat Angga sadar dari lamunannya. Sang ibu sudah pulang beberapa jam lalu setelah menginterogasi Angga dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat Angga pusing.
My wife is calling....
Itulah yang tertera di layar handphone nya dan Angga langsung mengangkat telepon tersebut.
"Selamat sore sayang." Kata pertama yang keluar dari mulut Angga.
"Sore juga...kamu udah makan? Tanya Adel
"Belum dan kamu?" Tanya Angga balik
"Kenapa belum makan, kalau kamu sakit gimana?"
"Aku udah makan kok." Lanjutnya
"Masih banyak pekerjaan sayang. aku gak bakal sakit kok." Jawab Angga
"Kamu lebih mentingin pekerjaan dari kesehatan kamu. Kalau kamu gak makan aku gak jadi ketemu sama kamu minggu depan." Ancam Adel
"Ehh jangan sayang. Oke aku makan sekarang ya."
"Ya udah aku tutup ya bye sayang..."kata Adel mengakhiri panggilan mereka dan tanpa menunggu balasan dari Angga.
Panggilan barusan adalah panggilan sayang kedua oleh Adel selama mereka menikah dan Angga sangat bahagia mendengar Adel memanggil dia dengan kata 'sayang'.
Adelia hartanto, anak yatim piatu yang beruntung (?) Mengenal seorang pengusaha yang tak lain adalah Angga Radjasa. Adelia terlalu kaku untuk memulai sebuah hubungan di umurnya yang ke tujuh belas tahun. Dia menikah secara Online dengan seorang pria yang bahkan tidak pernah ia temui.
Dia berkenalan secara Online karena paksaan dari sahabatnya. Karena kata sahabatnya 'lo itu harus cari seseorang yang bisa biayain lo dan juga nerima lo, udah lo terima aja tu cowok siapa tau cocok kan' kata Devina---sahabatnya, awalnya Adel ragu berkenalan dengan seorang pria lewat media Online karena di berita banyak kejadian yang sangat mengerikan.
Namun laki-laki itu mampu membuat Adel mau menerimanya. Awal hubungan mereka baik-baik saja, Angga selalu mengirim uang tiap bulan kepada Adel dan Adel kadang menolak hal itu. Karena tidak enak dan bisa dianggap cewe matre, namun Angga selalu memaksa dan akhirnya Adel menerima uang tersebut.
Minggu depan Adel akan bertemu dengan Angga, rasanya Adel ingin membatalkan niatnya yang ingin bertemu namun apalah daya dia sudah janji dengan suami nya jika mereka akan bertemu dan melepas rindu.
Sekarang Adel masih berada di kelas, hari ini tidak ada guru. Katanya para guru rapat jadi semua murid bebas dari pelajaran hari ini.
"Eh Del gimana hubungan lo sama si om itu." Tanya Devina teman Adel.
"Dev bisa gak sih lo gak usah panggil dia Om juga."
"Gue berasa kaya simpenan om-om aja." Lanjut Adel
"Yey elo, terus gue mesti manggil dia gimana?"
"Ya terserah lo, tapi asal lo jangan panggil dia Om."
"Iya tuan putri." Jawab Devina dengan geli.
"Tumben lo gak nongkrong sama si Adit." Kata Adel.
"Dia gak sekolah."
"Lo ada masalah sama Adit ya Dev?"
"Engga kok...gue cuma lagi gak Mood aja bahas dia."
"Oh oke, gimana kalau pulang sekolah ini kita ke cafe biasa?" Tanya Adel
"Oke gue mau. Tapi lo yang traktir ya."
"Gue mana punya duit, lo aja yang traktirin gue." kata Adel
"Gue tau lo udah dapat kiriman dari suami lo." Kata Devina dengan suara yang lumayan tinggi.
"Astaga Dev, suara lo bisa gak sih kecilin dikit, tar kalo anak-anak yang lain tau gimana." Kata Adel dengan jengkel.
"Sorry Del, lo tau kan gue gimana kalau masalah traktiran." Jawabnya dengan polos.
"Iya gue tau. Oke kali ini gue yang traktir, tapi awas ya kalo mulut lo lemes lagi." Kata Adel
"Yeeee!!!! "Teriak Devina dengan girang sambil meloncat dan membuat semua murid yang berada di kelas itu melihat ke arah mereka berdua.
Devina langsung berhenti dan meminta maaf kepada murid yang terganggu oleh teriakannnya.
"Jangan malu-maluin gue Dev." Kata Adel dengan jengkel dan menarik tangan Devina ke arah perpustakaan.
"Ye sorry gue kan lagi bahagia karena lo traktirin gue. Kapan lagi coba bisa makan gratis." Kata Devina sambil nyengir tidak jelas.
"Ya elah tapi gak gitu juga kali jeng." panggilan dari Adel untuk Devina
"Iya ... iya"
Setelah itu mereka memasuki Perpustakaan dan memilih tempat duduk yang berada di pojokan.
Adel mengambil sebuah novel yang sangat dia sukai yang berjudul TRAPPED BY YOU yang penulisnya adalah Sitinuratika. Novel ini adalah novel kesukaan Adel dan dia sangat menyukai karakter dari pemeran pria di novel itu.
Adel hanyut dalam membaca kisah romansa itu sampai-sampai teleponnya yang berdering tidak ia pedulikan dan membuat sang penelpon menjadi marah besar.
******
Adel masih fokus dengan novel yang ia baca, sampai suara Devina memanggil namanya dan membuyar kahayalnya tentang tokoh utama pria yang sangat tampan itu.
"Eh Del handphone lo tuh berdering dari tadi"kata Devina
"Mungkin dari ibu kost kali"jawab Adel acuh
"Lah kenapa bu kost nelpon lo?" Tanya Devani
"Gara-gara gue gak ba----"kata-kata Adel terpotong ketika ia mengingat jika ia sudah membayar tagihan kost, lalu siapa yang menelpon
"Lo kenapa?, lo belum bayar kost" tanya Devina
"Gue udah bayar kok malahan untuk tiga bulan kedepan"
"Lalu yang nelpon lo siapa?" Tanya Devani sekali lagi
Adel langsung mengecek handphonenya dan ada sepuluh panggilan tidak terjawab dari....
My husband...
"What!!, yang nelpon gue ternyata si Angga" kata Adel dengan panik
"Gak usah teriak juga kali, tar dimarahin penjaga perpustakaan baru tau rasa lo" kata Devina
"Gimana gak teriak Dev, yang nelpon gue sekarang ini adalah bank berjalan gue" ucap Adel frustasi
Adel langsung menelpon Angga balik dan satu sampai tiga kali nada dering Angga masih belum menjawab panggilannya. Dan untuk yang terakhir kalinya Adel menelpon, akhirnya Angga menjawab teleponnya.
"Sayang maafkan aku, karena lama menjawab panggilanmu, tadi aku sedang berada di ruang kepala sekolah" kata Adel dengan jantung yang berdetak cepat, ia sangat takut jika Angga marah kepadanya dan kali ini iya harus berbohong untuk keselamatanya.
Di seberang sana Angga masih belum menjawab, ia rasanya masih marah kepada Adel, karena lama mengangkat panggilannya.
"Sayang....kau masih marah" tanya Adel sekali lagi
"Baiklah....aku akan mempercepat pertemuan kita, aku akan berangkat besok"kata Adel pada akhirnya
"Benarkah?" Tanya Angga memastikan, Adel akhirnya bernapas lega saat mendengar suara Angga.
"Mmm ya...apakah kau senang?" Tanya Adel
"Ya aku sangat senang, aku akan menjemputmu besok"kata Angga dengan semangat
"Tetapi bagaimana dengan sekolahmu baby?"tanya Angga
"Kami hanya menunggu pengumuman kelulusan dan perpisahan untuk minggu depan"jawab Adel
"Ya sudah kalau begitu, jam berapa kamu berangkat dari sana baby?" Tanya Angga
"Aku akan mengambil penerbangan pagi dan mungkin sampai di sana agak siang" kata Adel
"Baiklah aku akan menjemput mu besok baby, see you tomorrow Honey" kata Angga
"See you tomorrow sayang"ucap Adel dan mengakhiri panggilannya
Adel merenung ucapannya tadi, bagaimana mungkin ia bisa mengatakan jika besok ia akan bertemu dengan Angga, dia bahkan belum siap sama sekali.
"Lo serius Del mau berangkat besok?" Tanya Devina memastikan
"Aduh gimana ya, tadinya gue gak mau tapi si Angga lagi marah dan gue gak tau lagi gimana caranya buat nenangin dia"kata Adel dengan putus asa
"Yah jadi lo ninggalin gue disini?"tanya Devani dengan nada sedih
"Lo jangan sedih gitu dong, gue juga bakal balik lagi kok ke sini"
"Gimana gak sedih, kalau lo gak ada siapa lagi yang bisa traktirin gue"jawab Devina
"Ya elah lo Dev masa yang lo pikirin traktiran terus"
"Ya udah yuk kita ke Cafe sekarang"ajak Adel sambil menari tangan Devani ke luar dari perpustakaan.
*****
Di tempat lain, jakarta
"Lo kesambet apa, sampai senyum-senyum sendiri?" Tanya Andi---teman dari Angga
Sekarang ini mereka berada di ruang kerja milik Angga, Andi yang notabene-nya teman Angga ingin mengajak pria itu pergi keluar untuk makan.
"Iri ya lo...?" Tanya Angga
"Lah kok iri, gue kan cuma nanya"kata Andi dengan nada jengkel
"Besok gue akan bertemu langsung dengan Adel"
"WHAT!!!"
"Gak usah teriak juga kali" kata Angga dengan jengkel
"Gimana gue gak teriak, kan katanya lo ketemu sama dia minggu depan, terus kenapa bisa besok?" Tanya Andi dengan kepo
"Kepo lo, gue tadi marah sama Adel gara-gara dia lama angkat telepon dari gue" jelas Angga
"Dan dia bujuk gue dengan, memajukan jadwal ketemu kami"lanjut Angga
"Benarkah, kalau gitu gue ikut deh"
"Ngapain lo ikut?" Tanya Angga
"Ya gue mau liat dia, gimana orangnya gitu" kata Andi
"Gak perlu, gue butuh privasi sama istri gue"kata Angga
"Ye elo ya gak asik"
"Suka-suka gue dong"
"Lo mau ngapain kesini"tanya Angga, temannya ini biasanya tidak pernah kesini dengan mendadak
"Gue cuma mau ajak lo makan bareng"
"Gue gak bisa, pekerjaan gue masih numpuk"jawab Angga sambil memperlihatkan tumpukan dokumen di depannya kepada Andi
"Ya udah, kalo gitu kapan-kapan aja ya, sekalian ajak istri lo"kata Andi sambil berlalu dari hadapan Angga dan langsung menghilang setelah melewati belokan di dekat pintu keluar ruangan Angga.
****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!