NovelToon NovelToon

Pelakor Pilihan

Bab. 1. Permintaan Seorang Istri

Tangis pilu dari seorang perempuan menyayat hati bagi siapa pun yang mendengarnya. Perempuan itu sedang duduk di samping suaminya dengan menundukkan kepalanya dalam deraian air matanya.

Penyakit yang diidapnya kurang lebih empat tahun belakangan ini sudah menggerogoti dirinya. Penyakitnya itu membuatnya tidak berdaya. Disisi lain, dia sangat ingin membahagiakan suaminya tercinta yang sudah dinikahinya selama enam tahun itu.

Mereka menikah atas dasar suka sama suka. Mereka pacaran hampir dua tahun lamanya, memutuskan untuk mengakhiri masa pacaran mereka ke jenjang yang lebih serius. Pertemuan pertama mereka saat kuliah di luar negeri hingga memutuskan untuk menikah.

"Mas, aku mohon penuhilah permintaanku ini, aku tidak mungkin bisa menjadi istri yang sempurna lagi, apapun caranya!!" Liana memelas sendu dengan deraian air matanya.

Suaminya hanya terdiam terpaku tak bergeming, tanpa ada niat untuk menimpali perkataan dari istrinya itu.

"Mas Lion Lie Dirgantara, please!! Anggap saja ini adalah permintaan terakhirku pada Mas," ucapnya yang sudah berlutut di hadapan suaminya itu dengan wajahnya yang sudah basah dipenuhi dengan air mata.

Air matanya menetes membasahi pipinya, dia tidak segan untuk berlutut dan mengemis di depan suaminya agar apa yang diinginkannya itu bisa dipenuhi oleh Lion.

Tapi, semua permintaan dan perkataan dari mulut istrinya itu sama sekali tidak membuatnya bergeming dari kediamannya. Dia masih tetap dalam pendiriannya. Bahkan sedikit pun dia masih terdiam membisu seribu bahasa. Bungkam jalan yang dipilih oleh Lion.

"Mas Lion tolonglah aku, kalau Mas memang sangat mencintaiku tolong penuhi permintaanku kali ini," ucapnya dengan deraian air matanya.

"Maaf, sampai kapan pun aku tidak akan memenuhi permintaanmu ini," jawabnya lalu meninggalkan kamar pribadinya dengan wajahnya yang memerah menahan amarahnya.

"Aku tidak mungkin menduakanmu, apa pun yang terjadi, camkan itu baik-baik," terangnya dengan sedikit mengepalkan tangannya.

Brakk!!!!!

Pintu kayu jati itu tertutup dengan kuatnya. Hingga membuat tembok sedikit bergetar. Liana Anggraini berdiri dari posisi berlututnya dan menghapus jejak air matanya.

"Aku harus bagaimana lagi untuk membuatnya memenuhi permintaanku itu, aku sudah bosan untuk melayaninya sehingga jalan ini terpaksa aku tempuh," tuturnya sembari menghapus jejak air matanya yang menetes membasahi pipinya dan mengibaskan tangannya serta pakaiannya yang sedikit kusut.

Perempuan itu segera masuk ke dalam kamar mandi. Dia ingin bertemu dengan seseorang di luar sambil mencari cara agar bisa membuat suaminya menyetujui permintaannya itu.

"Ini semua gara-gara Mas Arjuna, sehingga aku terpaksa harus berjuang ekstra keras untuk meyakinkan Lion agar dia segera menikah lagi," ucapnya dengan mengguyur seluruh tubuhnya yang polos dengan air dari showernya.

"Aaaahhhhhh!!!" Teriak Lion yang memukul setir mobilnya.

"Aku sangat mencintaimu Liana, mana mungkin aku bisa melakukan hal itu, aku tidak mungkin tega melihatmu menderita dan sedih jika aku harus menikah lagi dengan wanita lain," sesalnya dengan memegang bajunya di bagian dadanya itu.

Lion segera menjalankan mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Pikirannya kalut, dia tidak bisa berpikir dengan baik. Perasaannya sangat sedih dengan permintaan dari istrinya yang sudah hampir dua bulan itu dia ucapkan.

"Liana!!!! Cintaku padamu tidak akan pernah berubah hingga akhir waktuku, walaupun hingga nanti kamu tidak bisa lagi melayaniku di atas ranjang!!" Teriaknya sambil terus mengemudikan kendaraannya.

Sedangkan Liana yang sudah cantik dengan gaun malam berwarna merah itu cukup ketat di tubuhnya. Penampilannya sangat seksi cantik.

"Tunggu, sabar dikit kenapa sih, aku kan butuh perawatan dulu sebelum kita bertemu," jawabnya saat panggilan teleponnya sudah tersambung.

Sedari tadi hpnya terus berdering hingga membuatnya sedikit ngomel tidak jelas.

"Aku tahu kalau hari ini adalah jadwal kita bertemu, sabar dong sedikit," balasnya lalu memakai high heelsnya.

Liana segera meraih tasnya yang warnanya senada dengan tasnya itu. Dia mematuk dirinya di depan cermin terlebih dahulu sebelum dia meninggalkan kamarnya.

Seorang anak balita berumur kira-kira lima tahun berlari ke arahnya Liana, "Mami!!" Teriaknya yang kegirangan melihat maminya yang melangkah turun dari lantai atas dengan penampilan yang sangat cantik.

"Angel sayang, putrinya Mami, kalau Papi nanti pulang terus cariin Mami bilang, mami bertemu dengan dokter untuk mengobati penyakitnya Mami," ucapnya dengan mengecup kening putri tunggalnya itu.

"Siap Mami, tapi jangan lupa beliin boneka yang gede yah Mi," jawabnya dengan senyuman manisnya.

"Oke deh sayang, Mami pergi dulu yah, Angela jangan nakal yah, baik-baik sama Mbak Maya," tuturnya dengan penuh kelembutan sambil menurunkan tubuh putrinya itu ke atas teras rumahnya.

"Hati-hati yah Mi," ucapnya Angela.

"Bye,, bye cantik," balasnya saat sudah berada di dalam mobilnya.

"Mbak tolong dijaga putriku dengan baik yah, kalau bapak pulang terus dia tanya aku, bilang saja aku ke dokter," tuturnya lalu memajukan mobilnya ke arah luar menuju jalan raya.

Liana meninggalkan putrinya bersama beberapa maid dan baby sitter nya. Seperti itulah kebiasaannya, jika keluar Ingin bertemu dengan kekasihnya.

"Aku harus mencari cara yang paling tepat untuk memaksa Mas Lion untuk segera menikahi perempuan lain, aku juga sudah tidak sabar harus seperti ini terus, berpura-pura sakit untuk menolak keinginannya bermain di ranjang, walaupun aku gak sakit, tapi aku sama sekali tidak mencintainya," gumamnya sambil menyetir mobilnya.

Liana dan Lion pernah menjalin hubungan pacaran, tapi hanya Lion saja yang mencintai Liana sedangkan Liana terpaksa menikahi Lion yang notabene kekasihnya saat itu karena alasan harta dari kedua Orang tuanya. Jika dia tidak menikah, maka Liana sama sekali tidak mendapatkan sepeserpun harta kekayaan warisan dari keluarganya.

"Huuu kenapa juga dia sulit sekali menerima dan bersedia untuk menikah, padahal kan bagus kalau punya dua istri walaupun aku tidak bakalan Sudi untuk melayaninya, karena tubuhku ini hanya untuk Mas Arjuna seorang bahkan selama pernikahan kami, sekalipun dia tidak pernah menyentuhku apa lagi berhubungan intim dengannya, amit-amit jabang bayi deh," ujarnya yang entah kenapa sangat tidak ingin melayani Lion sebagai suaminya.

Sedangkan di tempat lain, Lion memarkirkan mobilnya di pinggir pantai,dia menatap ke arah laut seakan-akan dia mengabarkan kepada angin, kepada laut, ombak, matahari jika dirinya sedang kebingungan dan dilema dengan permintaan istrinya.

"Liana!!!! aku tidak mungkin menduakan cintamu sampai kapanpun hingga akhir waktuku di dunia ini," teriak Lion yang duduk di atas kap mobilnya.

Air matanya menetes membasahi pipinya, memang selama ini selama ini sudah menikah dengan Liana kurang lebih empat tahun tapi, hanya baru sekali berhubungan intim dengan Liana dan itu pun dalam keadaan tidak sadarkan diri juga.

"Aku harus bagaimana Liana, aku tidak mungkin menduakan cintamu!! aku sangat mencintaimu melebihi diriku sendiri," Lion menangis tersedu-sedu.

Awalnya dia ingin berangkat ke Kantornya, tetapi hatinya yang tidak tenang sehingga melarikan mobilnya hingga ke Pantai.

Mampir baca novel baru aku judulnya "Terpaksa Menjadi Orang ketiga" ada give away kecil-kecilan khusus pembaca yang rajin" Caranya hanya baca, Like dan komentar.

Mampir dong Kak ke novel baru aku judulnya:

Mampir Baca Kakak Novel Baru Aku Judulnya MENJADI ISTRI KEDUA OM KOMANDAN 🙏🏻

Bab.2. Mencari Calon Istri Untuk Suamiku

Seorang gadis dengan postur tubuh yang cukup tinggi bak model, rambutnya terikat satu, kulit cukup putih dan halus.

Gadis itu memakai pakaian yang bertuliskan dipunggungnya sebuah hotel xx, memakai celana jeans hitam, sepatu sneaker sedang berlari di tengah keramaian jalan Ibu kota, tasnya lompat-lompat kanan kiri seakan mengikuti langkah kakinya yang tidak henti.

"Sudah jam satu lewat, semoga gak kena omelan ibu Fatma hari ini," ucapnya yang terus melangkahkan kakinya menuju Hotel tempat dia bekerja selama kurang lebih satu bulan ini.

Hari ini, gadis itu bekerja sip siang hari hingga malam. Dia bekerja sebagai OG di hotel ternama bintang lima di sekitar pusat ibu kota. Sesekali melirik ke arah jam yang ada di pergelangan tangannya.

"Tersisa lima menit lagi, aku harus lebih cepat," senyumannya sumringah saat sudah berada di depan lobby hotel tempat kerjanya.

Dia melangkah ke arah pintu, tapi langkahnya terhenti, "Aaaaaahhhhh!!" Teriaknya saat dirinya bertabrakan dengan seorang perempuan yang sangat cantik dan seksi memakai gaun malam yang berwarna merah.

Gadis itu terjatuh ke atas lantai hingga punggungnya sedikit membentur pot bunga yang kebetulan berada di sekitar pintu masuk. Gadis itu sedikit meringis kesakitan dan mengelus bokongnya yang sakit terkena hantaman lantai keramik.

Bukannya nolongin wanita berbaju merah itu malah memaki si gadis dengan makian yang cukup tajam dan menusuk telinga,"Hey!! Kalau jalan itu lihat-lihat dong, emang matanya ditaruh dimana?" Tanyanya yang melepaskan pegangan pria yang ada di sampingnya itu.

Gladis nama gadis yang terjatuh ke atas lantai itu. Dia hanya tersenyum menanggapi perkataan dari si wanita yang tidak lain adalah Liana.

"Hey, Bu seharusnya aku yang bertanya seperti itu, ini malah kebalik," ucapnya sembari berdiri dari duduknya dengan wajah yang sedikit kesal.

"Apa Ibu!! Kenapa kamu panggil aku Ibu, memangnya kapan aku nikah sama bapakmu, lagian aku belum setua itu juga kali," balasnya Liana yang tidak suka dengan perkataan dari Gladis.

"Kalau dilihat-lihat dari atas hingga ujung rambut sepertinya dia pantas aku dicalonkan sebagai calon istrinya Lion, walaupun kerjanya sebagai OG tapi, wajahnya lumayan lah, aku harus secepatnya mengatakan hal ini pada Liana." Tatapannya menelisik ke arah Gladis.

"Terus aku harus panggil apa, tidak mungkin kan aku panggil Nenek kan?"ujar Gladis dengan tatapan matanya yang jengah.

Liana ingin maju untuk memberikan pelajaran pada Gladis tapi, segera dicegah oleh Arjuna kekasihnya sekaligus suami sirinya itu. Liana sebenarnya ingin meminta cerai sama suaminya Lion, tetapi dilarang oleh Arjuna.

Alasannya karena, jika dia bercerai dengan suaminya Liana tidak akan mendapatkan harta gono gini dari Lion dan Liana akan dicoret dari daftar penerima harta warisan dalam keluarganya.

Arjuna tidak mungkin menginginkan hal itu terjadi, itu sama saja dengan menutup jalannya untuk menikmati semua kekayaan dan fasilitas yang diberikan oleh Liana untuknya selama ini.

"Kita segera ke dalam sayang, aku ada ide yang sangat bagus," bisiknya di telinga Liana.

Liana hanya tersenyum licik menanggapi perkataan dari kekasihnya itu, lalu membalas bisikan dari Arjuna dengan anggukan saja.

"Maafkan kami, ini semua gara-gara kesalahan kami dan sebagai permintaan maafku, aku mengundang Mbak datang ke kamar kami malam ini jam 8, semoga Mbak tidak keberatan," tuturnya dengan mengulurkan sebuah kartu nama kedepannya Gadis.

Gladis menatap ke arah Arjuna tanpa banyak pikir lalu mengambil kartu nama itu tanpa banyak pikir lagi.

"Kalaupun atasan Mbak marah, aku yang akan berbicara dengannya," ujarnya lagi untuk meyakinkan Gladis.

"Ok, aku pegang kartu dan kata-katanya, kapan Anda bohong, aku akan mencari Anda hingga dapat," balasnya.

"Ingat kami ada di kamar 303 dan kami sangat berharap atas kedatanganmu di Kamar kami," ucapnya dengan wajah yang ramah.

"Kalau gitu saya permisi dulu, saya sudah terlambat," terangnya lalu kembali berlari ke arah dalam hotel.

Arjuna tersenyum licik,"akhirnya aku dapat perempuan yang bisa aku manfaatkan untuk jadi istri sirinya Lion, aku tidak ingin berbagi lagi dengan Lion cukup satu tahun itu saja sehingga mereka punya anak."

Arjuna adalah kekasihnya Liana semasa sekolah di SMA dulu, tetapi sewaktu Liana memutuskan untuk kuliah di luar negeri, mereka lost kontak sama sekali hingga kurang lebih empat tahun lalu mereka kembali bertemu setelah Liana baru satu bulan melahirkan.

Dari situlah Liana, memutuskan untuk membohongi suaminya Lion kalau dirinya semenjak selesai melahirkan dia tidak bisa melayani suaminya lagi di atas ranjang hingga saat ini juga.

"Sayang, seperti yang aku lihat dari wajahmu ada yang kamu rencanakan?" tanyanya Liana yang melihat raut wajah kekasihnya seperti menyimpan sesuatu.

Arjuna tersenyum sebelum menjawab pertanyaan dari Liana yang sedari tadi mereka bergandengan tangan hingga ke arah kamar mereka berdua lalu menjawab pertanyaan dari Liana,"aku sudah menemukan wanita yang cocok untuk kamu nikahkan dengan Liona suamimu itu."

Liana memperlihatkan wajah sumringahnya di hadapan Arjuna," serius?" tanyanya dengan wajah yang penasaran sekaligus bahagia dalam waktu yang bersamaan.

"Apa kamu tidak perhatikan cewek tadi, aku akui postur tubuhnya dan wajahnya yang sedikit oriental itu sangat pas dan cocok untuk menjadi pelakor dalam rumah tanggamu, kata lainnya pelakor yang terpaksa," jelasnya yang sudah bahagia padahal baru saja ngebayangin saja.

Seulas senyum yang tersungging di bibirnya Liana sambil berkata, "Kita masuk saja dulu, baru kita lanjutkan pembahasan tentang rencana Mas yang aku yakini akan berhasil," tutur Liana yang sama sekali tidak melepaskan pelukannya Arjuna di atas pinggangnya.

"Ternyata namanya adalah Gladis," ucap Arjuna yang membaca sebuah name tag yang dia pungut tadi sewaktu Liana tabrakan dengan Gladis diam-diam.

Liana sedikit cemburu saat Arjuna menyebutkan namanya perempuan itu dengan wajahnya yang tersenyum tipis.

Bab. 3. Calon Istri Kedua Yang Cocok

Liana sedikit merasakan cemburu saat Arjuna kekasihnya memuji wanita lain di depannya. Liana mengerucutkan bibirnya dengan wajahnya yang masam ke depan Arjuna. Kekasihnya yang mengetahui hal itu, segera memeluk erat dengan penuh posesif tubuhnya Liana, agar tidak lagi cemburu dan berpikiran yang macam-macam.

"Jangan berwajah seperti itu di hadapanku jika tidak aku akan memakanmu habis-habisan sekarang juga," ucapnya dengan penuh kelicikan.

"No.. No.., kita selesaikan dulu rencana kita baru kita nikmati kemenangan kita itu bersama," terangnya.

Arjuna hanya tersenyum menanggapi perkataan dari kekasihnya itu.

"Sayang, gimana menurutmu jika Gladys kita jadikan sebagai istri dari Lion suamimu?" tanyanya yang tangannya sudah bergerilya menjalar ke mana-mana.

Liana membalikkan badannya hingga mereka saling berhadapan satu sama lain," what's?" Tanyanya dengan nada yang tidak percaya.

"Iya, aku serius lah, karena menurut penglihatanku, dia yang paling pantas untuk jadi pelakor dalam rumah tanggamu, aku tidak mungkin memilihkan perempuan yang Jelek sayang untuk singa itu," terangnya dengan gurauannya.

"Apa alasannya sehingga Mas memilih siapa namanya tadi, Gla…?"tanyanya Liana yang lupa siapa namanya perempuan yang tabrakan dengannya.

"Gladis namanya, karena coba kamu ingat wajahnya yang oriental mirip orang keturunan Tionghoa, tinggi, putih walaupun dia hanya og, tapi aku yakin dia bisa kita manfaatkan," tuturnya Arjuna yang sudah membayangkan rencananya bakal terjadi.

Liana terdiam dan mencoba mengingat-ingat kejadian baru beberapa jam lalu itu dia memegang keningnya seperti anak kecil yang sedang berpikir saja.

"Bagaimana?" Tanyanya Arjuna yang kembali menarik tubuh kekasihnya yang sangat ingin dinikahi itu ke dalam pelukannya.

"That's a very good idea dear,"

"Of course, we have to find the best idea to make Arjuna accept and agree to marry,"

("Tentu saja, kita harus mencari ide yang paling bagus untuk membuat Arjuna menerima dan setuju menikah,")

"Setelah mereka menikah, kita akan berkeliling dunia seperti yang biasa dulu kamu lakukan semasa muda kamu," tuturnya Arjuna yang masih memeluk tubuh kekasihnya itu.

"Okey, tapi rencananya gimana?" Tanyanya yang menatap tajam ke dalam dua bola mata Arjuna.

Arjuna pun mulai menjelaskan semua rencananya dengan baik, Liana memperhatikan dengan seksama dan sesekali ikut menimpali perkataan dari Arjuna.

"Baiklah berarti aku harus memanggil Lion ke sini," Katanya lalu meraih hpnya untuk segera menelpon Lion Suaminya.

Sedangkan di tempat lain, Gladis sedikit bisa bernafas lega karena ternyata Ibu Fatma hari ini tidak masuk sehingga dia masih bisa terselamatkan dari omelan, gaji yang dipotong sama kerja tambahan.

"Jam 8 malam yah, tadi Pak siapa namanya tadi lupa yang memintaku ke kamarnya," tuturnya sambil membersihkan jendela kamar yang kebetulan kosong tamunya itu.

"Hey Gladys, enak yah kalau ibu Fatma tidak masuk kerja," ucap temannya yang kebetulan satu tim hari itu juga.

"Iya sangat malah, kalau seperti ini terus tiap hari, pasti semakin semangat kerja Anna," balasnya lagi.

"Ayok sudah, kita lanjutkan supaya malam ini kita cepat pulang," terang Anna lagi.

"Mas ada di mana? Apa boleh Mas jemput Liana di hotel xx di jalan B?"tanyanya saat teleponnya sudah tersambung.

"Kamu ngapain di sana sayang, kamu baik-baik saja kan?" tanyanya yang sudah nampak khawatir dengan segera meminggirkan mobilnya ke arah pinggir jalan terlebih dahulu untuk melanjutkan pembicaraan mereka lebih serius.

"Aku tidak apa-apa kok, mobilku tiba-tiba mesinnya mogok terus tadi teman nelpon untuk ketemuan di Hotel," jawabnya dengan memutar bola matanya jengah.

Arjuna lalu membisikkan sesuatu ke telinga Liana, ia pun segera menyetujui dan melakukan perintah dari kekasihnya.

"Tapi, kalau Mas mau kita nginep di hotel saja, gimana?" Tanyanya yang sangat berharap agar Lion memenuhi permintaannya.

"Oke, kalau gitu tunggu Mas akan datang secepatnya," jawabnya.

Lion segera mengemudikan mobilnya menuju hotel yang dimaksud oleh Liana Istrinya itu.

"Bagaimana sayang apa dia setuju untuk datang?" tanyanya Arjuna yang tidak sabaran.

"Yes, dia akan segera kesini, ayo cepat persiapkan semuanya dengan sebaiknya dan Mas kalau sudah lihat Mas Lion datang segera hubungi atau cari perempuan itu, jadi Mas secepatnya ke kamar sebelah untuk sembunyi,nanti dia datang dan lihat Mas lagi," ucapnya sambil mendorong pelan tubuh selingkuhannya itu.

Arjuna segera berjalan ke arah kamar yang ada di depannya yang baru saja dia sewa. Sebelum itu, dia memberikan tips kepada ob untuk mencari dan menyuruh Gladis datang ke kamar yang sudah ditentukan oleh mereka berdua.

Beberapa saat kemudian, Lion sudah datang ke kamarnya yang disewa oleh Liana. Lion sangat bahagia karena pikirannya sudah memikirkan kalau mereka akan melakukan hubungan intim yang sudah lama tidak mereka lakukan hingga kurang lebih empat tahun lamanya.

Liana langsung memeluk tubuhnya Lion untuk menghindari agar dia tidak curiga dengan apa yang telah mereka rencanakan sebelumnya.

"Sayang, kenapa baru datang Mas?, aku capek nungguin Mas loh," ucapnya dengan penuh nada sensual dan dilembutkan sembari bergelantung di tangan kirinya Lion.

"Maaf sayang, macet sedikit soalnya tadi, jadi Mas harus terlambat datang," balasnya lalu mengecup kening istrinya dengan penuh kasih sayang.

Lion ingin melanjutkan ciumannya hingga turun ke bibirnya tapi, segera dicegah oleh Liana dengan meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya Lion.

"Stop dulu sayang, kita habiskan minuman ini dulu, baru kita mulai bermain," tutur Liana lalu mengambil dua buah gelas minuman yang sudah berisi anggur merah yang sangat menggiurkan itu.

Liana menggoyangkan dua gelas itu di depan matanya Lion. Warnanya yang sangat cantik dengan aroma khasnya, mampu membuat Lion tanpa banyak pikir segera meminumnya dengan hanya dua kali tegukan saja.

"Semoga gadis itu sudah menuju ke sini hingga apa yang kami inginkan berhasil secepatnya dan berjalan sesuai dengan rencana."pandangan matanya Liana selalu mengarah ke pintu.

Hanya butuh waktu kurang lebih lima menit saja, Lion sudah teler setelah menghabiskan minumannya. Lion yang tidak tahan minum minuman keras yang beralkohol dalam sekejap mata langsung tertidur. Liana memeriksa Lion apa masih sadar atau sudah teler.

"Hey… Hey Mas Lion bangun dong," ucapnya dengan menggoyangkan tubuhnya Lion menggunakan kakinya.

Liana segera menelpon nomor hp Arjuna untuk segera datang untuk membantunya memindahkan tubuhnya Lion ke atas ranjang king size-nya.

"Bagaimana, apa dia sudah tidak sadarkan diri?"tanyanya saat melihat kondisi Lion yang sudah tertidur.

"Ayo cepat pindahkan tubuhnya, terus buka bajunya Mas hingga hanya meninggalkan celana boxernya saja," terang Liana.

Tok… Tok… Tok…

Suara ketukan di pintu membuat mereka harus segera menyelesaikan apa yang mereka lakukan.

"Mas cepat sembunyi, jangan sampai perempuan itu melihat Mas, dan ingat hpnya sudah di aktifkan untuk mengambil gambar mereka," jelasnya lalu segera mendorong tubuhnya Arjuna ke dalam lemari.

Liana segera berjalan ke arah pintu untuk membukanya. Liana sempat terpaku melihat wajahnya Gladis yang sangat cantik dan glowing dimatanya.

"Maaf Nyonya, apa ada sesuatu di wajahku?" Tanyanya Gladis di hadapan Liana yang keheranan melihat reaksi dari Liana dengan mengibaskan tangannya ke arah wajah Liana.

"Mas Arjuna sangat pintar mencari calon Pelakor Suamiku, kalau gini tampilannya gak malu-maluin lah." 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!