NovelToon NovelToon

Queen My Heart

Bab. 1. Kejadian Yang Berakhir Dendam

"Awas!!!" Teriak seseorang dengan suara yang melengking tinggi.

Pria itu berteriak kencang saat melihat dari arah berlawanan jarum jam seorang gadis berjalan santai sambil menikmati musik yang bersumber dari hpnya dengan memasangkan headset bluetooth di telinganya.

Dia membuka beberapa chat yang ada di aplikasi pesan chatnya sembari mendengarkan musik dari hpnya tersebut.

Saking asyiknya hingga dia tidak menyadari sedari tadi, ada orang yang berteriak ke arahnya karena sebuah mobil dengan kecepatan yang sangat tinggi sudah semakin dekat dengannya.

"Hey!!! Minggir!!!" Teriaknya lagi tapi tetap tidak didengar oleh gadis tersebut.

Dengan secepat kilat, pria itu segera mempercepat langkahnya dan berlari kencang ke arah gadis yang berjalan itu.

Dia melompati ke arah gadis itu hingga tubuh mereka terlempar jauh ke arah trotoar.

"Aaaahhhhh!!" Pekiknya saat menyadari tubuhnya terlempar jauh.

Beberapa orang yang berada di sekitar lokasi tempat kejadian segera mendatangi dan berkerumun di sekitarnya.

"Kalian tidak apa-apa kan?" Tanya salah seorang dari pejalan kaki yang kebetulan melihat kejadian tersebut.

Perempuan itu segera tersadar dari keterkejutannya dan betapa kagetnya lagi sekaligus malu karena pria yang menolongnya tersebut tangannya menyentuh aset benda terpenting miliknya.

"Empuk, kenyal!!" Perkataan itu bebas meluncur begitu saja dari mulutnya.

"Prak!!!" Bunyi tamparan itu cukup keras.

Betapa malu, marahnya Setelah melihat tangan kekar dari pria itu memegang gunung kembarnya.

Wajahnya memerah menahan rasa malu dan amarahnya yang bercampur menjadi satu.

Pria itu memegang pipi kirinya yang memerah akibat tamparan yang cukup keras. Si pria terkejut karena tidak menyangka jika dirinya sudah menolong seorang gadis tapi, balasannya malahan tamparan keras yang dia dapatkan.

Zoe segera bangkit dari bawah kunkungan pria yang menolongnya tadi. Wajahnya masih memerah, darahnya mendidih hingga naik ke puncak ubun-ubunnya, matanya melotot dan tangannya mengepal kuat.

"Bukannya berterima kasih malahan menampar," umpat pria itu.

"Hey!! Siapa juga yang suruh selamatkan gw, aku tidak pernah meminta tolong padamu, lagian kamu ini menolong atau Cari kesempatan segala," makinya dengan menunjuk ke arah pria yang ada di depannya itu.

Pria itu tersenyum meremehkan dan masih sesekali mengelus wajahnya yang terkena tamparan keras dari seorang gadis.

"Makanya kalau jalan itu lihat-lihat dan jangan seenaknya mainin hpnya, andai saja aku tidak menolongmu sedari tadi mungkin kamu sudah rata dengan aspal," umpatnya dengan emosi yang sudah tidak tertahan lagi.

"Emangnya di sekitar sini ada tulisan di larang main hp sambil jalan, tidak ada kan?" Tanyanya yang mengedarkan pandangannya ke sekeliling arahnya.

"Oohh jadi harus ada tulisan yang mengatakan dilarang main hp sambil jalan baru loh berhati-hati gitu, heran gw ada tipe cewek yang seperti loh di dunia ini yang tidak tahu diri dan tidak tahu balas budi banget, sudah ditolonging malahan nyolot dan marah-marah gak jelas," balasnya si pria.

"Jadi kamu sangat mendambakan aku mengucapkan kata terima kasih gitu? Terus tadi apa yang kamu lakukan saat memegang….," Ucapan Zoe terpotong saat tanpa disadarinya dia mempraktekkan cara pria yang ada di depannya itu ketika tanpa sengaja memegang aset pentingnya itu.

"Jika suatu saat kita bertemu lagi aku akan balas semua ini, camkan itu baik-baik!!" Ucap Zoeya sembari menunjuk-nunjuk wajahnya pria itu

Zoeya lalu bergegas meninggalkan tempat tersebut yang semakin lama semakin banyak orang yang memperhatikannya. Sehingga semakin malu lah dirinya.

"Aku akan menunggu dan menantikan pertemuan kita lagi cantik," gumamnya yang diam-diam mengagumi gadis yang kira-kira baru berumur 17 tahun itu.

"Entah semalam aku mimpi apa sampe-sampe harus bertemu dengan pria yang sangat menyebalkan," geram Zoe Saldana.

Ia yang berjalan sambil sesekali mengibaskan pakaiannya yang terkena kotoran dan debu saat tadi jatuh di atas trotoar. Mulutnya komat-kamit menyumpahi bahkan memaki pria itu yang sangat kurang ajar menurutnya.

Zoeya segera bergegas menuju kamar mandi atau toilet umum yang ada di sekitar kampusnya.

"Aku bersumpah!! Jika suatu hari nanti aku bertemu lagi dengannya aku akan memukulnya hingga pingsan," keluhnya yang sangat kesal dengan apa yang dialaminya hingga penampilannya berantakan seperti itu.

Beberapa saat kemudian, Zoe segera berjalan ke arah kelasnya. Dan betapa jengkel, heran dan terkejutnya saat melihat jika kelasnya sudah bubar dan dia berpapasan dengan Dosennya yang meninggalkan ruangan tersebut.

"Ya Allah…. Kenapa bisa seperti ini?" Sesalnya yang sangat tidak menyangka jika dirinya harus bolos mata kuliahnya disebabkan karena kecelakaan dan insiden kecil yang menimpanya di jalan.

Bab. 2. Pertemuan

Tiga tahun kemudian..

Rumah yang besar, mewah itu layaknya seperti istana saja. Rumah yang lumayan besar itu, dihuni oleh beberapa orang. Ada beberapa cucu dari pemilik rumah itu yang tinggal di dalamnya.

Tuk… tuk…

Gadis cantik, manis, ayu dengan make up naturalnya. Suara bunyi sepatu dari seseorang yang sedang berjalan menuruni tangga seirama dengan hentakan kakinya.

Dengan rambut panjang terurai hingga ke punggungnya sedikit bergelombang di ujungnya, warna hitam kecoklatan berkilauan terkena sinar matahari masuk ke dalam rumahnya melalui celah jendela rumahnya.

"Kakak Zack!! jangan lama-lama, sudah hampir jam 8 nih, entar Zoe terlambat!!" teriak Zoe Saldana putri pertama sekaligus anak kedua dari Arya Wiguna Albert Kim Said.

Zoe kemudian duduk di kursinya sambil mengoleskan selai ke atas rotinya sambil sesekali meneguk susunya.

"Sayang makannya pelan-pelan saja, entar keselek loh," ucap Neneknya.

Neneknya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku cucu ke limanya itu.

"Kalau gak buru-buru nanti Zoe kena omelan Pimpinan perusahaan Nek kalau harus terlambat datang di hari pertama mulai kerja," jawabnya yang sudah bersungut-sungut.

"Kalau gak mau terlambat yah harus cepat bangun pagi, kalau selalu terlambat kan begini jadinya," tutur Nenek Elizabeth.

"Walaupun cepat pasti tetap terlambat juga, kayak nenek gak tahu saja sifat kakak Zack," timpal Amanda yang tidak mau diam.

Nenek mereka hanya menggelengkan kepalanya dengan terheran melihat tingkah laku semua cucunya. Mama Elisabeth memutuskan untuk menetap di London Inggris tempat kelahirannya.

Mama Elisabeth ditemani oleh cucunya Zack Lee Kim Said, Zoe Saldana Kim Said, Amanda Mark, Andreas Said, dan si Kembar Raditya Mark dan Keyna Mark.

Ke tujuh cucunya itu lah yang menemani Mama Elisabeth di Kediamannya di London. Mama Elisabeth memutuskan untuk pindah ke Inggris karena tidak ingin terus terpuruk dalam kesedihannya.

Dua orang yang dia kasihi di dalam hidupnya, telah meninggalkan dirinya untuk selamanya.

Zack Lee berlari menuruni tangga dengan langkah yang cukup panjang. Hanya menyambar sepotong roti dan minum dalam sekali tegukan susunya.

Lalu meraih tangan kanan Neneknya menciumi punggung tangan tersebut. Seperti itulah kebiasaan mereka setiap hari.

"Yang mau ikut sama saya, buruan saya gak mau menunggu kalian jika masih lama," ucap Zack yang meninggalkan mereka yang keheranan dengan sikap sepupunya.

Seperti itulah setiap hari kebiasaan dari cucunya. Zoe Saldana yang belum dapat ijin dari kakaknya untuk kembali mengendarai mobilnya sendiri.

Dikarenakan beberapa minggu yang lalu Zoe menabrak mobil seseorang yang membuatnya harus berhadapan dengan kepolisian. Dengan alasan itu pula hingga sekarang Arya Wiguna tidak memberikan izin mengemudi pada putri tunggalnya.

Zoe Saldana memilih untuk kuliah di University of Harvard UK, Zoe dan Zack bersama ke lima sepupunya yaitu Amanda Putri Mark, Andreas, Keyna dan Raditya. Mereka berbeda jurusan Zoe Saldana mengambil jurusan kedokteran, Zack, Andreas, Raditya jurusan bisnis, dan Keyna dan Amanda memilih jurusan desain.

Orang tua mereka tidak pernah membatasi atau pun mengatur apa yang mereka kehendaki kepada anak-anaknya, mereka memberikan kebebasan untuk menentukan pilihan mereka sendiri.

Hari ini adalah hari pertama Zoe Saldana kembali ke Kampusnya, setelah beberapa hari yang lalu mengalami kecelakaan. Zoe Saldana tidak sengaja menabrak mobil seseorang dari belakang. Zoe Saldana waktu itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi karena terlalu terburu-buru ingin ke Kampusnya sehingga tidak terlalu fokus pada kondisi jalan yang dilaluinya.

Zoe memakai baju almamaternya sebelum masuk ke dalam ruangan prakteknya. Zoe memilih jurusan Dokter anak padahal jika dilihat dari karakter Zoe yang sedikit tomboy jurusan tersebut kadang orang menilai tidak pantas dari ambil bahkan dari sebagian anggota keluarganya terkesan menyepelekan dan tidak percaya jika Zoe bisa berhasil dengan jurusan yang dia pilih.

Mereka menginginkan Zoe mengambil jurusan Dokter ahli bedah atau dokter umum ketimbang dokter anak.

Untung saja Zoe masih bisa terselamatkan karena Dosennya terlambat sekitar sepuluh menit sebelum kedatangannya.

"Hey Zoe, Kamu beruntung banget untung Pak Leonardo belum datang, jika tidak Aku yakin Kamu pasti tidak bisa mengikuti praktek hari ini," ucap Abigail Clancy.

Zoe hanya menatap temannya itu tanpa ada niat untuk menimpalinya. Zoe hanya membuka tasnya dan mengeluarkan bukunya.

Hingga sore hari, Zoe masih sibuk dengan perkuliahannya. Sama halnya dengan sepupunya yang lain. Andreas, Keyna serta Raditya tahun terakhirnya tahun ini dan mereka sudah dinyatakan lulus sehingga ketiganya lebih sibuk dibandingkan dengan sepupunya yang lain.

"Ya Allah sudah terlambat shalat Ashar kalau gini," ucap Zoe yang melirik ke arah jam yang melingkar manis di pergelangan tangan kanannya.

Zoe segera merapikan buku-bukunya ke dalam tasnya. Berjalan terburu-buru untuk segera berjalan ke arah luar kampus. Zoe terpaksa memakai kendaraan umum untuk sampai ke Apartemennya yang jaraknya tidak jauh dari Harvard University.

Apartemen tersebut sengaja dibeli oleh Zoe untuk sebagai tempat shalat dan istirahat sejenak sebelum pulang ke kediaman Neneknya.

Dari pada harus bolak-balik yang butuh waktu lama sehingga Zoe meminta izin kepada kedua orang tuanya Ayah Arya Wiguna Albert Kim Said dan Mamanya Delia Paramitha Wirawan Kim Said.

Zoe saking buru-burunya hingga harus berlarian ke dalam lift, karena sudah hampir jam 4 lewat yang waktu shalat ashar hampir habis. Sehingga Zoe memutuskan untuk berlari tapi karena terlalu terburu-buru tanpa dia sadari dia menabrak tubuh tinggi tegap seseorang yang berjalan berlawanan arah dengannya.

Bab. 3. Milik Siapa?

Tanpa memerhatikan daerah sekitarnya, Zoe hanya fokus berlari dan mempercepat langkahnya. Zoe saking buru-burunya hingga harus berlarian ke dalam lift, karena sudah hampir jam 4 lewat yang waktu shalat ashar hampir habis.

Sehingga Zoe memutuskan untuk berlari tapi karena terlalu terburu-buru tanpa dia sadari dia menabrak tubuh tinggi tegap seseorang yang berjalan berlawanan arah dengannya.

Tapi, orang yang berpakaian serba hitam itu sedikit pun tidak meminta maaf atau pun membantu Zoe untuk memungut buku-bukunya yang berhamburan ke atas lantai marmer.

Hal itu membuat Zoe menggeram kesal dan sangat marah karena membuat waktunya terbuang percuma.

"Hey!!! stoooppp!!" teriak Zoe dengan wajah yang sudah memerah menahan amarahnya.

Suara teriakan dari Zoe menggelegar memenuhi seluruh lantai dasar tersebut.

"Awas saja kalau suatu saat nanti kita bertemu lagi, aku akan memukulimu dengan buku-buku ini," sumpah serapah dari Zoe Saking jengkelnya dengan sikap dari orang yang kemungkinannya seorang pria dari postur tubuhnya.

Orang yang menabrak tubuh Zoe memakai pakaian yang serba hitam, sepatu warna putih, memakai topi dan masker wajah. Kejadian tersebut begitu cepat sehingga Zoe tidak cepat bereaksi untuk menangkap orang tersebut dan tidak bisa mengenali wajahnya.

Zoe tidak peduli lagi dengan orang tersebut dan segera menekan tombol lift untuk segera naik ke unit Apartemennya.

"Aku mimpi apa semalam sampai-sampai hari ini aku bisa bertemu dengan orang yang tidak tahu sopan santun," ucap Zoe yang sangat jengkel dengan insiden kecil yang terjadi padanya.

Lift pun sudah mulai berjalan perlahan menuju lantai 12 tempat Apartemennya berada. Zoe kembali berlari ke arah pintu Apartemennya dan tidak memperdulikan hpnya yang berdering sedari tadi. Bagi Zoe shalat ashar lebih penting dari segalanya.

Zoe membanting pintu kamarnya dan langsung melempar tasnya ke atas ranjang king size-nya. Zoe bergegas mengganti pakaiannya lalu mengambil air wudhu.

"Semoga saja aku tidak bertemu dengan orang itu lagi," ucapnya lalu memakai segera mukenanya.

Zoe melaksanakan shalat ashar dengan khusyuk dan selalu menyempatkan waktunya untuk membaca Al Qur'an. Beberapa saat kemudian, Zoe menyelesaikan shalatnya melipat perlengkapan tersebut ke dalam lemarinya.

Zoe meraih tasnya sambil mendudukkan bokongnya ke atas tempat tidurnya. Dan merogoh ke dalam tas tersebut, tapi bukan hp yang dia pegang melainkan sebuah senjata api.

Zoe langsung terjingkak setelah menyadari dan melihat dengan jelas benda apa yang dipegangnya.

"Ya Allah ini punya siapa?" tanya Zoe yang tidak percaya dan bertanya-tanya kenapa benda itu bisa sampai di dalam tasnya.

Arya dan keluarga besarnya menyembunyikan semua identitas anak dan keponakannya sehingga nama mereka yang terdaftar di Sekolah maupun Universitas mereka hanya menggunakan nama depan saja sama sekali tidak ada nama dari Ayah dan keluarga besar mereka.

Hal itu ditempuh dan dilakukan oleh Arya dengan berbagai pertimbangan. Apa lagi ada desas desus yang berkembang, jika ada beberapa organisasi hitam yang semakin pesat.

Kemajuan sangat mencengangkan bahkan ke dua geng Mafia tersebut saling bersitegang untuk memperkuat dan menjadi yang terkuat di dunia ini.

Semua rasa sudah bercampur aduk menjadi satu bagian di dalam pikiran Zoeya Saldana. Zoe berjalan ke arah Apartemennya dan berjalan terburu-buru. Saking tergesa-gesanya hingga dirinya ditabrak oleh seseorang.

Andai saja Zoe tidak mengetahui trik bela diri mungkin dirinya pasti sudah terduduk bahkan paling parahnya adalah nyungsep ke atas lantai keramik. Hingga harus ikhlas menciumi tanah Ratu Elizabeth.

Zoe tidak tahu kenapa Orang itu sama sekali tidak menggubris teriakannya yang suaranya menggelegar memecahkan keheningan di lantai dasar Apartemennya.

Karena sudah hampir waktu shalat ashar berakhir sehingga memutuskan untuk berhenti marah-marah dan melanjutkan perjalanannya menuju ke dalam Lift.

Zoe membanting pintunya dan melanjutkan langkah kakinya hingga ke dalam kamarnya dan melempar dengan asal tasnya ke atas ranjang king size-nya. Hpnya yang berdering sedari tadi sama sekali tidak digubrisnya.

Setelah beberapa saat melaksanakan shalat ashar Zoe pun merapikan kembali mukena dan beberapa perlengkapan shalatnya ke dalam lemarinya.

Zoe berdiri dan berjalan ke arah Ranjangnya lalu mencari keberadaan hpnya yang masih setia berdering.

Tas yang berwarna cokelat muda itu segera diraihnya dan merogoh isinya, tapi malahan isinya membuat Zoe terlonjak kaget dengan benda yang ada di dalam tasnya.

"Ya Allah ini punya siapa?" tanya Zoe dengan menggantung senjata itu di depan matanya lalu menutup mulutnya.

Tiba-tiba hpnya berdering membuatnya tersentak kaget karena terkejut dengan deringan hpnya sendiri sehingga pistol yang dipegangnya terlempar ke atas lantai.

"Ya elah ini hp mau buat aku jantungan apa?" ucap Zoe lalu meraih hpnya yang tidak berhenti berdering tersebut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!