NovelToon NovelToon

CINTA MU Membawaku To Jannah

PRESDIR BARU.

"Mari kita perkenalkan Presdir baru di HARAPAN grup ini, dan dia adalah wanita pertama dan termuda yang akan menjadi pimpinan di HARAPAN GRUP ini. Dan marilah kita sambut pemimpin baru kita, yaitu Nona Syafiqah Ulfairah!" sambut seorang MC, disebuah Acara disalah satu perusahaan terkenal di kota JK.

Setelah MC memanggil nama pimpinan baru, diperusahaan tersebut, para tamu, serta para karyawan, yang ada disana langsung bertepuk tangan. Apalagi setelah melihat seorang wanita cantik, yang kini sudah berdiri diatas podium. Membuat semua mata terfokus kearahnya. Dan diantara mereka ada yang senang menyambut Presdir baru mereka, dan ada juga yang tidak suka dengan kehadiran pimpinan baru tersebut.

"Terima kasih, atas sambutan ini, saya benar-benar merasa tersanjung" ucap Wanita cantik tersebut.

"Baik, saya akan memperkenalkan diri saya terlebih dahulu. Oke nama Syafiqah Ulfairah. Umur saya dua puluh dua tahun. Dan saya berharap kita bisa bekerjasama dalam membesarkan perusahaan ini. Untuk itu saya mohon bantuan kalian semuanya agar kedepannya perusahaan kita semakin maju. Mari sukses bersama di Harapan grup." tutur Syafiqah dalam kata sambutan pertamanya, sebagai pimpinan baru diperusahaan HARAPAN grup itu.

Mendengar kata-kata sambutan dari pemimpin yang baru, membuat para karyawan mau pun para tamu undangan yang hadir, langsung bertepuk tangan dengan meriah. Mereka seperti menyukai pemimpin baru mereka, yang cantik, cerdas, dan elegan. Namun tak semuanya yang merasa suka pada pemimpin baru tersebut. Karena ada beberapa orang juga yang memandang dengan tatapan sinis pada Syafiqah

"Cih! Tambah besar kepala saja dia! Setelah Kakek memberikan kepercayaan kepadanya! Dasar sok cantik banget dia!" ucap seorang wanita yang menatap sinis pada Syafiqah, dari sudut ruangan aula tempat acara terselenggara tersebut.

"Sssth! Pelankan suara kamu Rizka! Ingat kita masih dikelilingi orang-orang yang menyukai anak haram Om kamu itu! Jadi jagalah ucapanmu!" ucap seorang wanita paruh baya, yang sedang duduk disamping Wanita yang dipanggil Rizka tersebut.

"Huh! Ini semua gara-gara Kakek Mah! Yang tidak adil pada cucunya sendiri! Masa Dia lebih percaya pada anak haram itu!" protes Rizka terlihat amat kesal.

"Rizka! Kamu tidak bisa diam ya! Jangan buat Papa tambah kesal ya! Jeniy, sebaiknya kamu bawa anak kamu ini pergi dari sini! Karena dia bisa menghancurkan semua rencanaku!" ujar seorang pria paruh baya, yang kebetulan duduk disamping wanita paruh baya yang di panggil Jenny itu.

"Baiklah Mas Teddy. Ayo Rizka kita pergi dulu dari sini, sebelum Papa kamu, semakin marah padamu, Nak," ajak Jenny, seraya ia menarik tangan Rizka, dengan paksa.

"Tapi Mah, aku mau.." protes Rizka, namun langsung dipotong oleh pria yang bernama Teddy tersebut.

"Rizka! Apakah kamu tidak mengerti bahasa manusia hah!" bentak Teddy terlihat amat geram pada Rizka.

"Huh! Papa sama saja! Egois!" sungut Rizka, sambil menyentakkan kakinya. Lalu ia pun berlalu pergi dengan wajah kekesalannya.

Setelah kepergian Rizka, dan Jenny. Teddy langsung mengambil benda pipihnya, yang berada didalam kantong jas. Lalu ia langsung melakukan panggilan pada seseorang. Dan tak berapa lama, sambungan pun terhubung.

"Halo Bos!" sapa seseorang dari seberang.

"Apakah kalian, sudah melakukan, apa yang aku perintahkan, Dino?" tanya Teddy terdengar datar.

"Semuanya sudah beres Bos! Tinggal menunggu hasilnya saja," balas orang yang di panggil Dino tersebut.

"Kerja bagus! Ingat jangan sampai meninggal jejak! Kamu paham?!"

"Paham Bos!"

Setelah mendapatkan jawaban terakhir dari orang yang dipanggil Dino, Teddy, langsung menutup panggilannya. Lalu ia kembali menatap Syafiqah, yang terlihat masih berbincang-bincang pada kakek, serta teman-teman kolega sang kakeknya. Tatapan Teddy begitu tajam, seraya ia tersenyum sinis, saat menatap Syafiqah dari kejauhan.

"Tertawalah sepuasnya! Karena setelah ini kau tidak akan pernah bisa tertawa lagi gadis bodoh! Kau pikir bisa mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku hah? Bermimpi saja kau tidak akan bisa lagi! Karena sebentar lagi berita kematian mu akan segera tersebar! Dan itu tidak akan lama lagi!" batin Teddy yang terlihat masih menatap sinis pada Syafiqah

...*****...

Sementara disisi lain.

"Selamat Presdir Syafiqah, Anda benar-benar luar biasa! Saya sangat mengagumi Anda, sudah cantik, cerdas lagi. Sehingga diusia yang masih muda ini sudah menyandang gelar Presdir luar biasa!" ujar seorang pria muda, yang terlihat lumayan tampan. Ia nampaknya baru saja Hadir, diacara pengangkatan pemimpin baru tersebut.

"Terima kasih Pak, Firman! Anda terlalu berlebihan memuji saya," balas Syafiqah, terlihat amat santai, menanggapi pria yang ada didepannya itu. Disaat bersamaan, tiba-tiba muncul seorang pria muda dengan setelan jas hitam, yang nampaknya ia juga baru saja datang.

"Firman! Menjauhlah dari tunanganku! Lo nggak boleh dekat-dekat dengannya!" ucap pria itu dengan tatapan mata yang begitu tajam, dan dingin, menatap pria yang dipanggil Firman itu.

Mendengar suara pria tersebut, dengan spontan Syafiqah pun menoleh ke arah sumber suara, "Fariz? Kapan kamu kembali? Kok nggak ngabarin aku sih?" tanyanya, dan tanpa rasa segan pada orang yang disekitarnya, ia langsung memeluk pria yang dipanggil Fariz tersebut.

"Kalau aku mengabari kamu itu namanya bukan suprise Sayang," balas Fariz, sambil menyambut pelukannya Syafiqah, "Apakah kamu sangat merindukanku Sayang?" bisiknya, lagi ditelinga Syafiqah, membuat Syafiqah, bergidik, dan dengan spontan ia pun mendorong tubuh Fariz.

"Jangan sembarang!" katanya, sembari ia membenarkan rambutnya, "Maaf sepertinya aku harus pergi ada urusan mendadak soalnya," lanjutnya lagi, dan Syafiqah pun berlalu meninggalkan Fariz yang masih berdiri didekat Firman.

"Mengapa Lo kembali begitu cepat? Bukannya Lo masih bersenang-senang dengan Vera?" tanya Firman setelah, Syafiqah telah menjauh.

"Jaga ucapan Lo! Nanti ada yang mendengarnya bisa-bisa gue gagal beristri seorang Presdir!" balas Fariz, dengan suara sedikit berbisik.

"Cih! Dasar cowok matre Lo! Hati-hati Bro! Jangan kebablasan, yang ada bukannya dapat seorang istri Presdir, malah dapat babu lagi Lo!" ledek Firman, dengan suara yang ikut berbisik juga.

"Diam Lo! Dari pada ngomong sama ember! Lebih baik gue menyapa calon kakek mertua deh!" kata Fariz, sambil ia berlalu meninggalkan Firman, yang terlihat masih tersenyum penuh kemenangan.

...******...

Sementara disisi lain.

Nampak Syafiqah sedang berjalan menuju perparkiran, khusus untuk para petinggi perusahaan. Ia juga terlihat sedang menghampiri sebuah mobil Mercedes Benz berwarna merah. Sesampainya dimobil tersebut ia langsung masuk. Dan tak berapa lama mobil pun melaju dengan perlahan, hingga mobil memasuki jalan beraspal, Syafiqah pun mempercepat lajunya.

Pada awalnya, laju mobil terlihat stabil, hingga akhirnya, sebuah truk yang tiba-tiba, muncul dari perempatan jalan, membuat Syafiqah tak bisa mengimbangi laju mobilnya, apalagi rem mobil tak berpungsi membuat ia semakin panik, hingga mobil makin kehilangan keseimbangannya dan akhirnya mobilnya pun menabrak sebuah mobil truk yang lainnya dan..

GUBRAAAAK!!!

...⊶⊷⊶•❉্᭄͜͡💚❉্᭄͜͡•⊶⊷⊶...

Dear Readers.♥️

Alhamdulillah..hari ini Author tampil kembali dicerita terbaru di bulan baru. Dan semoga dicerita kali ini, dapat juga memberikan manfaat untuk kita semua, dan semoga Allah memberikan keberkahannya pada Novel terbaru Author. Aamiin. Untuk itu Author mengharapkan dukungan dari para Readers.

So jangan lupa tinggalkan jejaknya ya guys Syukron 🙏😘

MENJADI HANTU?

Keesokan Harinya.

Kabar kecelakaan mobil yang melibatkan seorang Presdir wanita pertama di perusahaan Harapan gurp. Mengejutkan para kalangan pembisnis, pasalnya dihari kecelakaan tersebut, adalah hari pengangkatannya sebagai Presdir. Sehingga berita itu menjadi trending topik. Dan otomatis para pemburu berita, berbondong-bondong ke perusahaan HRP grup, untuk mencari kabar terbaru dari sang Presdir. Bahkan mereka juga tak segan-segan, mendatangi rumah sakit, tempat sang Presdir dirawat.

Sehingga pihak rumah sakit, jadi merasa terganggu, atas apa yang mereka lakukan. Hingga kepala rumah sakit meminta, pihak keluarga untuk mengatasinya. Dan karena pihak keluarga, bukan sekedar orang biasa, membuat mereka begitu mudah menanganinya. Sehingga kini, suasana rumah sakit kembali normal.

"Terima kasih Pak Wijaya Kusuma! Berkat Anda, para wartawan itu, akhirnya pergi juga, padahal Saya sempat khawatir. Karena sifat mereka yang terlihat Arogan bisa saja menggangu para pasien Disini! Untuk itu saya benar-benar sangat berterima kasih pada Pak Wijaya," ujar seorang pria berjas putih, disalah satu ruangan dokter.

"Sama-sama Dok! Saya rasa itu memang sudah kewajiban saya untuk mengatasinya. Walau bagaimanapun, penyebab para wartawan berbondong-bondong kesini, juga karena cucu saya yang sedang dirawat disini! Makanya saya harus bertindak lebih cepat lagi," balas Pria tua yang dipanggil pak Wijaya Kusuma itu.

"Oh iya, gimana keadaan cucu saya Dok?" tanya Wijaya, terlihat begitu penasaran.

"Kondisi pasien saat ini, sangat memperihatinkan Pak, hingga kini ia mengalami koma. Dan saat ini pasien hanya menunggu sebuah keajaiban saja Pak. Tapi kami akan terus berusaha melakukan yang terbaik untuk cuci Anda Pak!" balas sang Dokter.

Mendengar perkataan sang Dokter, raut wajah Wijaya langsung berubah. Terlihat jelas raut wajah tua kini terlihat begitu sedih. Namun, ia berusaha menegarkan dirinya, "Apakah saya boleh melihatnya Dok?" tanyanya lagi, masih berusaha menutupi kesedihannya.

"Tentu saja boleh Pak! Kalau begitu mari saya antar, karena kebetulan jadwal saya untuk memperiksanya," balas sang Dokter, seraya ia bangkit dari kursi kebesarannya. Begitu juga dengan Wijaya, yang akhirnya keduanya meninggalkan ruangan sang Dokter.

...*****...

Sementara diruang Intensif.

Nampak seorang gadis, terlihat sedang berbaring ditempat tidurnya. Dengan mulut dan hidung terpasang alat pernapasan. Sedangkan ditubuhnya terpasang alat pendeteksi jantung, dan alat-alat lainnya. Suasana diruangan tersebut terasa begitu dingin dan sepi. Yang terdengar hanyalah suara alat medis pendeteksi jantung. Disaat suasana terasa mencekam, tiba-tiba gadis itu bangun dan langsung duduk.

"Eh! Apakah aku sudah mati? Mengapa rohku bisa bisa keluar dari tubuhku?" sentak seorang gadis cantik, saat ia bisa melihat dirinya sendiri yang sedang terbaring tidak sadarkan diri, dengan mulut dan hidungnya di beri alat pernapasan serta banyak lagi alat-alat medis yang sedang menempel di tubuhnya

"Apa yang terjadi? Mengapa rohku tidak bisa bersatu dengan tubuhku?" gumam gadis itu, yang terlihat ia sempat berusaha ingin menyatukan rohnya lagi pada tubuhnya, "Aah! Mengapa begini? Apakah ini pertanda bahwa Aku akan segera mati? Tidak! Aku tidak ingin mati! Sebaiknya Aku harus kembali ketubuhku lagi!" gumam gadis itu lagi. Seraya ia kembali memposisikan rohnya tepat pada tubuhnya. Lalu ia pun berusaha untuk memasuki tubuhnya tersebut. Namun lagi-lagi tubuhnya seperti menolak rohnya.

"Aah tidak! Mengapa tidak bisa! Apa yang terjadi mengapa tubuhku menolak rohku untuk masuk? Pokoknya aku tidak mau mati! Hiks..Tidak..! Tidak! Aku belum ingin mati tuhan! Hiks ..hiks.." Tangis gadis itu pun pecah, ia terlihat begitu putus asa.

Disaat bersamaan pintu ruangan tersebut, terbuka, dan tak berapa lama muncullah dua orang pria yang satu memakai jas putih, dan yang satunya memakai jas hitam. Dan dibelakang pria berjas putih tersebut, terdapat seorang wanita berseragam serba putih. Melihat kedatangan mereka, gadis cantik itu langsung berlari, menuju ke pria berjas hitam, dengan raut wajahnya yang tua, nampak begitu sedih.

"Kakeek! Akhirnya Kakek datang juga!" teriak gadis cantik tersebut, yang terlihat ia bermaksud ingin memeluk Pria tua, yang dipanggil kakek olehnya. Namun anehnya tubuhnya malah menembus tubuh sang kakek.

"Hah?! Aku tidak bisa menyentuh Kakek? Kakek? Kakek! Syfiqah disini Kek! Apakah Kakek tidak mendengarku?! Lihatlah Fiqah ada dihadapan Kakek!" seru gadis yang menyebutkan dirinya Syafiqah. Seraya ia menangis dan masih berusaha menyentuh wajah Kakeknya. Namun lagi-lagi tangannya, kembali menembus wajah Pria tua itu, yang saat ini hanya terdiam terpaku sambil menatap sedih pada gadis yang sedang terbaring dihadapannya.

"Apakah Aku benar-benar sudah mati? Dan apakah sekarang aku sudah menjadi hantu gentayangankah?" gumam Syafiqah, yang saat ini ia sedang berdiri sejajar dengan sang kakak, sambil menatap tubuhnya sendiri, dengan tatapan keputus asaan. Disaat bersamaan Pria tua mengeluarkan suaranya, membuat ia langsung menatap wajah sang kakek.

"Fiqah? Kakak tahu kamu pasti mendengar Kakekkan? Kakek juga tahu, kalau kamu adalah anak yang kuat, dan Kakek juga yakin, kamu pasti akan bertahan, dan akan kembali sembuh. Jadi berjuanglah terus Nak, jangan mudah menyerah, ya Nak?" ucap sang Kakek, membuat gadis yang berada di samping langsung menangis tersedu-sedu, ia seakan ingin membalas perkataan sang Kakek. Akan tetapi ia yakin semuanya akan sia-sia, karena sang Kakek tidak akan mendengarnya.

"Dok? Saya mempercayakan cucu saya pada Anda! Jadi lakukan yang terbaik untuknya!" kata Pria tua itu, dengan tatapan mata yang terlihat masih memandang ke pembaringan sang cucu.

"Baiklah Pak Wijaya! Saya akan berusaha melakukan yang terbaik untuk cucu Anda!" balas sang Dokter dengan tegas.

"Terima kasih Dok! Ya sudah, karena ada urusan yang mendesak, jadi Saya permisi dulu Dok! Saya titipkan cucu saya pada Anda," ujar Wijaya seraya ia menjabat tangan sang Dokter.

"Baiklah Pak," balas sang Dokter. Setelah itu Wijaya pun pergi dengan langkah cepat meninggalkan ruangan intensif, tempat Syafiqah dirawat. Dan tak berapa lama Wijaya pergi, Dokter pun ikut meninggalkan ruangan tersebut, setelah memeriksa keadaan tubuh Syafiqah.

Kini tinggallah arwahnya Syafiqah yang terlihat masih menangis dalam keputus asaan. Ia merasa seperti tidak ada harapan lagi. Sehingga tanpa sadar kaki mulai bergerak, dan mulai melangkah dengan perasaan yang tidak menentu. Sehingga ia tak menyadari kalau dirinya telah menembus tembok dan..

"Astaghfirullah! Anda bikin saya kaget saja! Main muncul secara tiba-tiba, bikin kaget tau!" tegur seorang pria yang berpakaian Koko putih serta memakai peci hitam dikepalanya. Membuat Syafiqah kaget karena ternyata masih ada orang yang bisa melihatnya.

"Apakah Anda bisa melihat saya?"

...⊶⊷⊶•❉্᭄͜͡💚❉্᭄͜͡•⊶⊷⊶...

BUKAN HANTU.

"Apakah Anda bisa melihat saya?" tanya Syafiqah pada Pria berbaju Koko berwarna putih itu. Sambil tangannya tanpa sadar memegang tangan Pria tersebut. Sehingga dengan spontan Pria tersebut langsung menepis tangan Syafiqah.

"Jangan menyentuh Saya Nona! Kita bukan muhrim!" kata Sang pria. Membuat Syafiqah langsung bersorak kegirangan.

"Yeeee...! Ternyata Anda benaran bisa melihat saya!" katanya dengan mata yang terlihat berbinar senang. Dan disaat bersamaan, seorang pria menepuk pundak sang Pria berbaju Koko tersebut.

"Assalamu'alaikum Ustadz Afnan?!" ucap Pria yang baru saja datang.

"Ikhsan! Wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatu. Antum bikin kaget Ana saja!" balas pria berbaju Koko, yang dipanggil Afnan tersebut.

"Maaf Ustadz! Tapi apakah Antum baik-baik saja Ustadz?" tanya Pria yang dipanggil Ikhsan oleh Afnan.

Afnan, langsung mengerenyit dahinya saat mendengar pertanyaan Ikhsan, "Iya, Alhamdulilah Ana baik-baik saja! Mengapa Antum bertanya seperti itu?" tanyanya dengan tatapan penasaran.

"Ah, syukurlah. Hmm...itu tadi Ana melihat Antum bicara sendiri, jadi Ana berpikir.." balas Ikhsan, yang menghentikan kalimatnya. terlihat jelas ada keraguan, saat ingin meneruskan perkataannya.

Mendengar ucapan Ikhsan, tatapan Afnan pun langsung ke Syafiqah. Wanita tanpa hijab itu terlihat begitu pucat wajahnya. Dan tiba-tiba saja bulu kuduk Afnan merinding, apalagi saat melihat rambut Syafiqah yang panjang terlihat berantakan. Sementara Syafiqah yang mendapatkan tatapan dari Afnan, membuatnya merasa canggung, dan menjadi salah tingkah.

"Hemm...A-anu, apakah ada sesuatu di wajah saya? Mengapa Anda menatap saya seperti itu?" tanya Syafiqah terlihat gugup. Namun Afnan tak langsung menjawabnya karena Ikhsan kembali menepuk pundaknya.

"Ustadz? Apakah Anda baik-baik saja? Anda sedang melihat apa?" tanya Ikhsan, yang terlihat ia mengikuti arah pandangannya Afnan yang terlihat tidak ada apa-apa baginya.

"Apakah Antum, tidak melihat siapa-siapa dihadapan Ana?" tanya Afnan, tanpa melihat ikhsan sedikit pun. Karena saat ini ia sedang menatap Arwahnya Syafiqah.

"Eh! Apa maksudnya Ustadz? Memangnya ada apa didepan Anda?" tanya Ikhsan, yang entah mengapa tiba-tiba bulu kuduknya berdiri seketika.

"Akhwat (perempuan)!" jawab Afnan dengan singkat.

"Eh! Be-benarkah? A-apakah A-a-khwat itu masih didepan Antum?" tanya Ikhsan, yang nampaknya ia mulai ketakutan. Hingga tanpa sadar tangannya sudah melingkar di lengannya Afnan.

"Iya dia masih didepan Ana, menghalangi jalan Ana!" kata Afnan, yang tatapannya masih fokus kedepan. Mendengar perkataan Afnan, tubuh Ikhsan langsung bergetar.

"Hah! Astaghfirullah.. Berarti Anda bisa melihat hantu? Astaghfirullah.. Astaghfirullah...se-sejak kapan A-antum bisa lihat Arwah?" tanya Ikhsan, yang kini suaranya juga ikut bergetar.

"Ana juga tidak tahu! Tapi sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu, sebaiknya Antum diamlah!" kata Afnan, terdengar tegas.

"Ka-kalau begitu Sa-saya permisi saja deh! Assalammu'alaikum!" kata Ikhsan yang terlihat langsung lari tunggang langgang, menjauhi Afnan, yang masih berdiri ditengah-tengah koridor rumah sakit.

"Sekarang katakan apa mau Anda? Mengapa Anda menghalangi jalan saya?" tanya Afnan, dengan tatapan dingin terhadap Syafiqah.

"Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri dulu. Nama saya Syafiqah Ulfairah! Panggil saja saya Afiqah. Dan satu lagi, saya belum menjadi hantu. Karena tubuh saya masih ada didalam sana," kata Syafiqah, sembari ia menunjuk sebuah pintu bertuliskan ruangan Intensif. Mata Afnan pun mengikuti arah jari telunjuknya Syafiqah.

"Lalu apa hubungannya dengan Saya?" tanya Fahmi datar

"Saya juga tidak tahu! Hanya saja saya merasa senang saat Anda dapat melihat saya. Padahal saya tadi begitu putus asa, karena emua orang tak dapat melihat, termasuk Kakek saya," balas Syafiqah yang kini wajahnya terlihat begitu sendu. Bahkan matanya diujung matanya nampak sudah berkaca-kaca.

"Maaf Nona, saya tidak bisa lama-lama disini! Karena ada urusan yang harus saya kerjakan, untuk itu saya permisi, Assalamu'alaikum!" ujar Afnan, dan ia pun langsung berlalu pergi meninggalkan Syafiqah, yang terlihat semakin sedih saat melihat Afnan pergi.

Bahkan tangisnya langsung pecah, saat Afnan semakin menjauh. Dan bak seorang anak kecil ia langsung menjatuhkan diri ke lantai dan menangis begitu kuat, agar Afnan mendengarnya. Dan benar saja Afnan langsung menoleh ke arahnya. Ia nampak bingung saat melihat Syafiqah yang menangis meraung-raung.

"Haiiis... mengapa Aku bisa berurusan dengan arwah sih? Dan mengapa aku bisa melihatnya? Padahal aku tidak memiliki kemampuan untuk melihat hal yang goib deh!" gumam Afnan, yang terlihat masih bingung dengan apa yang terjadi saat ini. "Tapi kenapa aku merasa kasian ya sama wanita itu? Aah sudahlah, sebaiknya aku samperin lagi, sebenarnya ada apa sama dia," batin Afnan. Dan akhirnya ia pun kembali menghampirinya.

"Berhentilah menangis Nona! Dan apa yang sedang kamu tangisi hm?" tanya Afnan, saat ia telah berada dihadapannya Syafiqah.

"Sa-saya takut Tuan..." Syafiqah menghentikan perkatanya, seakan ia ingin menyebutkan nama Afnan, namun ragu.

"Afnan! Panggil saya Afnan" ujar Afnan yang seakan ia tahu, kalau Syafiqah ingin menyebutkan namanya.

"Iya Afnan, saya takut, bisakah saya ikut Anda? Karena saya bingung harus kemana," kata Syafiqah dengan mata yang terlihat begitu mengharapkan Afnan memenuhi keinginannya.

"Tidak bisa! Karena kita berbeda alam! Lagian apa yang kamu takutkan? Bukankah kamu sudah..." kata Afnan. Namun langsung dipotong oleh Syafiqah.

"Hantu! Anda mau bilang seperti itukan?" kata Syafiqah, membuat Afnan terdiam, "Afnan, kayaknya tadi saya sudah ngomongkan? Kalau Saya bukan hantu! Kalau Anda tidak percaya, mari ikut saya!" lanjutnya, seraya ia menarik tangan Afnan. Membuat Afnan tersentak dan merasa aneh, saat Syafiqah menarik tangannya yang terasa begitu nyata.

Sehingga saat Syafiqah menarik tangannya, dan membawanya menuju ruangan intensif. Afnan hanya diam dan membiarkan tangannya ditarik oleh Syafiqah dengan pasrah dan mengikuti langkahnya Hingga tangan keduanya terlepas ketika, Arwah Syafiqah menembus pintu ruang intensif tersebut. Sedangkan tubuh Afnan yang terhenti tepat didepan pintu saja.

Namun karena rasa penasarannya begitu besar akhirnya ia pun membuka pintu tersebut. Dan ia begitu terkejut saat melihat tubuh Syafiqah yang terbaring tak sadarkan diri ditempat tidurnya. Dengan tubuh yang terpasang berbagai peralatan medis. Afnan juga melihat monitor pendeteksi jantung yang menunjukkan kalau jantungnya Syafiqah masih berdetak. Dan saat melihat embun di alat pernapasan, membuat ia tahu kalau Syafiqah masih bernafas.

"Kamu sudah lihatkan Afnan? Kalau saya itu masih hidup, hanya saja kata Dokter, saya itu lagi koma. Jadi saya bukan hantu!" kata Syafiqah, yang saat ini ia sedang berdiri disisi ranjang, tempat tubuhnya terbaring.

Suara Syafiqah yang memecahkan keheningan diruang intensif, membuat Afnan yang terlihat masih tertegun melihat tubuh Syafiqah yang terbaring, langsung tersentak dan dengan spontan ia kembali menatap Arwahnya Syafiqah.

"Lalu kenapa Roh kamu bisa keluar?"

...⊶⊷⊶•❉্᭄͜͡💚❉্᭄͜͡•⊶⊷⊶...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!