NovelToon NovelToon

Evelyn Story'S

Bab 1

"Baru pulang kamu, dasar anak tidak tau diri!" Baru saja menginjakkan kakinya ke dalam rumah, teriakan suara itu menghentikan langkah kaki Laura.

"Maaf pah, Laura habis dari toko buku." Laura menunduk tidak berani menatap wajah ayahnya yang datar itu . Dulu tatapan itu sangat lembut penuh kasih sayang, tetapi dalam sekejab semuanya berubah.

"Masuk kamar! jam delapan nanti ikut saya." Belum sempat Laura menjawab, Reza ayahnya berlalu dari ruang tamu.

Laura menatap nanar kepergian ayahnya, perlahan air matanya terjatuh di pipi mulusnya itu.

"Gak, gue gak boleh nangis pasti papa cuma belum bisa nerima semua ini." Lirih Laura dan berlalu ke kamarnya.

Di dalam kamar, Laura terdiam sambil memegang ponselnya. Tiba-tiba ada satu notifikasi pesan dari akun line nya.

Grizelle Ishana

Lau, nanti malem temenin gue bisa? gue harus datang ke acara pertunangan sodara sepupu gue

LauraQueen

Gk bs

GrizelleIshana

Mau kemana lo?

LauraQueen

D ajk bkp

GrizelleIshana

Ok next time

Laura hanya menatap datar room chat bersama Grizelle, satu-satunya sahabat yang selalu ada untuk Laura. Grizelle Ishana, biasa dipanggil Grizelle. Mereka berdua sudah bersahabat sejak awal masuk SMP.

Laura menghembuskan nafasnya yang terasa sesak, dia kembali mengingat perubahan sikap ayahnya semenjak bundanya meninggal beberapa bulan yang lalu.

Drtt....Drtt....

Kak Zahra is calling.

"Halo kak."

"Lau, kamu bisa ke rumah sakit sekarang?."

"Iya bisa, tunggu Laura kak."

Laura bergegas bersiap menuju ke rumah sakit, sesampainya di ruang tamu ia bertemu dengan Reza ayahnya.

"Pah, Laura pamit mau ke rumah sakit dulu."

"Ingat, kamu harus ikut saya nanti malam." Laura mengangguk, sebelum meninggalkan ruang tamu ia berhenti, kemudian berbalik-

"Setidaknya papa ke rumah sakit walaupun hanya lima menit, dia juga anak papa." Laura berujar dengan suaranya yang lirih.

Reza terdiam di tempatnya, memikirkan ucapan Laura tadi, tidak berlangsung lama dia mengembalikan wajah datarnya yang seakan penuh dendam.

Laura mengendarai mobilnya dengan kecepatan standar menuju rumah sakit, pikirannya berkecamuk.

Dua puluh menit kemudian, dia sampai di salah satu rumah sakit milik keluarga Narendra. Rumah sakit standart internasional, dimana pemiliknya merupakan pengusaha sukses di beberapa negara.

Laura berjalan sedikit cepat menuju salah satu ruangan VVIP di sana. Sesampainya di ruangan itu, Laura mengetuk pintu dan langsung masuk.

Pandangan pertama yang ia lihat adalah seorang lelaki yang terbaring lemah di atas brangkar dan disampingnya ada seorang dokter cantik yang tengah menemani disampingnya.

"Kenapa kak?." Tanya Laura sembari melangkahkan kakinya mendekat ke mereka.

"Tadi kakak periksa El, awalnya dia menggerakkan jarinya tapi hanya sedikit setelah itu tidak ada pergerakan lagi. Maafkan kak Zahra Lau."

Laura tersenyum dan memegang tangan Zahra.

"Kak Zahra tidak perlu meminta maaf, Lau harusnya berterima kasih karena kakak sudah merawat dia dengan sangat baik." Setelah mengucapkan itu, Laura beralih ke lelaki yang seakan damai dengan tidurnya. Merasa mereka berdua butuh privasi, Zahra menepuk pelan pundak Laura dan pergi ke luar.

Laura tersenyum nanar melihat lelaki tampan di depannya itu.

"Abang, abang masih betah ya tidurnya abang gak rindu sama Lau?." Ujar Laura dengan air mata yang perlahan mengalir.

"Abang El tau, sekarang papah sangat benci Laura tapi semoga papa gak benci abang ya." Tangis Laura pecah setelah mengucapkan kalimat itu. Dia menahan sesak didadanya ketika mengingat perlakuan Reza sekarang.

Elvan Aristides Rafisqy Fathaan, kerap dipanggil Elvan. Dia merupakan kakak laki-laki dari Laura.

...~ 𝙺 𝚎 𝚗 𝚣 𝚘 ' 𝚁 𝚊 ~...

Laura menepati janjinya untuk datang menemui ayahnya di suatu tempat yang ternyata di sebuah restoran. Laura mengedarkan pandangannya ke segala arah mencari keberadaan Reza, sampai pandangannya bertumpu di suatu titik dimana Reza tengah berbicara dengan seorang wanita yang sangat Laura kenal.

"Pa." panggil Laura, tapi pandangannya terus menatap ke arah dua wanita didepannya.

"Kamu sudah datang, silahkan duduk." Ujar Reza dengan wajah datarnya, padahal yang Laura lihat tadi Reza sedang tertawa dengan dua wanita itu.

"Kenapa tante Karen bisa bersama papa?." Tanya Laura karena rasa penasarannya yang cukup tinggi. Karena yang Laura tau Karen itu adalah sahabat baik almarhum mamanya.

"Mulai sekarang aku adalah mama tiri kamu." Bukan Reza yang menjawab melainkan wanita yang didepannya itu.

DEG

Laura mematung ditempatnya, dia berusaha mencerna baik-baik setiap ucapan yang keluar dari mulut wanita itu. Laura beralih menatap papanya dengan tatapan yang kecewa.

Karena tidak tahan dengan suasana yang sedikit canggung, gadis seusia Laura buka suara.

"Hai kak, kita akan menjadi saudara." Laura hanya menatap datar ke arah Fira dan Karen, apa tidak cukup bagi papanya sudah menyakiti hati Laura dengan membenci kehadirannya? Apa ini cara papanya melampiaskan kesepian di hatinya?

"Tante, kenapa tiba-tiba menikah dengan papa? Bukannya tante sahabat baik mama?." Tanya Laura.

"Maaf Lau, tapi ini semua kemauan papa kamu." Ucap Karen polos.

"Pa." Panggil Laura lirih, dia mengabaikan Fira yang terlihat ceria saat menatap dirinya.

Reza mengerti tatapan bingung dan kecewa Laura yang ditujukan kepadanya itu, Reza benci tatapan itu tatapan yang selalu mengingatkan dirinya dengan seseorang yang tidak mungkin bisa lagi dia gapai.

"Kurang jelas? Dia akan menjadi mama tiri kamu, dan Fira ini akan menjadi saudara tiri kamu. Saya harap kamu menerima mereka, mereka berdua akan tinggal bersama kita mulai sekarang dan Fira juga akan sekolah di tempat yang sama dengan kamu menjadi adik kelas kamu."

Laura hanya terdiam menyimak semua ucapan yang terlontar dari mulut Reza, dia masih tidak menduga papanya akan melakukan hal ini.

"Saya izin pamit." Tanpa mendengar jawaban dari mereka Laura beranjak dan meninggalkan restoran itu dengan hati yang kecewa.

"Kak Laura!." Panggil Fira, tetapi Laura enggan menoleh karena dia masih tidak bisa menerima semua ini.

Laura berhenti dibalik pilar di dalam restoran itu, dia menoleh ke tempat Reza. Dia melihat Reza yang seakan bahagia bersama mereka, Laura melihat ayahnya sangat bahagia seperti keluarganya dulu.

Sesampainya di luar restoran, Laura dikagetkan dengan keberadaan Grizelle.

"Lau, lo ngapain di sini? sama Kavin lo?." Tanya Grizelle.

"Enggak, gue lagi ketemu sama seseorang. Lo sendiri kenapa ada di sini? Bukannya lo ada ke acara pertunangan sepupu lo itu?."

"Awalnya sih gitu, tapi mereka membatalkan acara pertunangannya karena pihak wanita yang kabur entah kemana."

Laura hanya membulatkan mulutnya. Kemudian dia pamit pergi  kepada Grizelle, Grizelle merasa ada yang aneh dari gerak gerik Laura, dia melanjutkan langkahnya masuk ke dalam restoran biarlah besok dia bertanya di sekolah kepada Laura.

...~ 𝙺 𝚎 𝚗 𝚣 𝚘 ' 𝚁 𝚊 ~...

IG: yndwrdn05

...Maaf jika masih ada penulisan kata yang salah dan alur yang acak, cerita ini murni dari karya aku sendiri semoga kalian suka❤️...

Bab 2

Sesuai ucapan Reza semalam, ternyata ia benar-benar membawa Karen dan Fira tinggal di rumahnya. Buktinya sekarang mereka bertiga tengah sarapan di meja makan tanpa menunggu dirinya.

"Ayo kak kita sarapan bareng." Ajak Fira. Laura hanya menatap datar ke arahnya, lalu tatapannya berubah sendu kepada Reza.

"Pa, Laura pamit berangkat." Reza mengacuhkan Laura, Laura hanya tersenyum menanggapinya sudah selama enam bulan berlalu Laura selalu mendapat perlakuan Reza yang seperti itu.

"Laura, tidak sarapan dulu? mama sudah masak buat kamu." Seru Karen, berusaha bersikap sebaik mungkin di depan Reza.

Laura tidak menggubris Karen, dia sedang menunggu bekal makanan yang tengah disiapkan oleh bi Ani pembantu keluarga Laura yang sudah mengabdikan setengah usianya di dalam keluarga Fathaan.

Merasa diacuhkan oleh Laura, Karen semakin berusaha mencari perhatian di depan Reza.

"Laura, setidaknya kamu bawa makanan ini ke sekolah supaya makanannya tidak terbuang sia-sia." Ucap Karen dengan dramatis.

Laura hanya diam, dia masih belum bisa menerima sahabat baik mamanya menggantikan posisi nyonya di rumah itu. Dulu Laura sangat menyukai Karen karena almarhum mamanya, tapi sekarang Laura merasa ada suatu hal yang direncanakan oleh Karen.

"Simpan saja masakan tante." Jawab Laura datar.

"Tapi kan mama-."

Brakk.....

"Aku sudah bilang, simpan saja makanan itu dan jangan pernah tante harap tante bisa menggantikan posisi mama!." Bentak Laura.

"Laura!!." Kali ini suara Reza yang membentak.

Laura menunduk, dia tidak pernah bisa berani melawan papanya. Dia tidak mau mengecewakan mamanya, dan dia juga tidak mau di buang oleh Reza.

Sesakit apapun fisik dan batin Laura, itu tidak akan pernah bisa membuat Laura benci ataupun melawan kepada Reza karena mamanya tidak pernah mengajarkan seperti itu.

Reza berjalan menghampiri Laura dan,

Plakkkk

Reza menampar keras pipi Laura, Laura merasa sudut bibirnya mengeluarkan darah tetapi dia hanya diam menunduk.

"Saya tidak pernah mengajarkan kamu untuk tidak sopan kepada orang yang lebih tua apalagi dia itu mama kamu."

"Maaf pa, tapi papa pasti tau tidak akan pernah ada orang yang bisa menggantikan mama sekalipun dia adalah sahabat baik mama. Laura pamit pa." Dengan enggan Laura mengambil tangan Reza dan mencium punggung tangannya kemudian Laura berlalu dari hadapan mereka dengan suasana hati yang buruk.

Di teras rumah ternyata sudah ada bi Ani yang menunggu Laura dengan sekotak bekal makanan di tangannya. Bi Ani menatap sendu ke arah anak majikannya itu yang sudah ia anggap seperti anak kandungnya sendiri.

"Non yang sabar ya, nanti tuan pasti akan sadar dengan sendirinya." Ujar bi Ani sambil mengelus kepala Laura dengan penuh rasa kasih sayang.

"Makasih bi, Laura berangkat dulu jangan pernah bosen tinggal di sini ya bi nanti Laura sendirian." Seru Laura dan langsung memeluk bi Ani, bi Ani menahan tangisnya agar tidak membuat Laura menjadi tambah sedih.

"Bibi obatin dulu luka non Laura ya." Bi Ani melepas pelukannya dan menyentuh pipi Laura yang memerah dengan perlahan.

Laura tersenyum dan menggeleng. "Biarkan seperti ini bi, biar papa bisa lega sudah menyalurkan rasa kesepian ditinggal mama."

Bi Ani tersenyum, dia merasa bangga dengan Laura karena sekasar apapun perlakuan Reza, tidak pernah sedikitpun Laura menaruh dendam kepada papanya itu.

"Satu hal yang harus non tau, tuan itu sangat menyayangi non Laura hanya saja tuan masih belum siap dengan semua ini non yang sabar nanti kebahagiaan pasti non Laura dapatkan lagi."

Laura mengangguk dan berpamitkan kepada pembantunya itu. Setelah kepergian Laura, bi Ani menghampiri suaminya yang bekerja sebagai sopir pribadi keluarga Fathaan. Adrian atau yang dipanggil Adri suami bi Ani sekaligus sopir disana adalah saksi perjalanan kehidupan keluarga Fathaan selama bertahun-tahun.

"Kasian non Laura, mana sekarang tuan tidak peduli dengan keadaan tuan muda Elvan." Ujar bi Ani.

"Sudahlah kita berdoa saja semoga keluarga ini hangat seperti dulu lagi." Seru pak Andri.

...~ 𝙺 𝚎 𝚗 𝚣 𝚘 ' 𝚁 𝚊 ~...

Laura sampai di sekolahnya, sekolah yang cukup terkenal di kota itu. Salah satu sekolah yang dimiliki keluarga Narendra.

"Woy, bengong aja lo." Entah datang darimana tiba-tiba Grizelle mengageti Laura.

"Sial, lo ngagetin gue aja!." Dengan wajah datarnya Laura menatap Grizelle yang tengah cengengesan dengan susu youghurt rasa pisang ditangannya.

Laura menggelengkan kepala melihat tingkah Grizelle yang menyebalkan, tetapi Laura sangat menyayangi Grizelle karena Laura tidak pernah menusuk dia dari belakang dan Grizelle juga adalah tempat cerita bagi Laura.

"Udah sih natapnya Lau gue ngeri tau, btw gue bawain donat nih buatan bunda katanya buat lo." Grizelle menyerahkan satu box donat ke arah Laura, Laura menerimanya dengan senang hati. Bunda Grizelle memang sangat baik dengannya, mungkin Grizelle sudah menceritakan masalah keluarganya itu tidak masalah bagi Laura, yang terpenting Grizelle tidak membuka aib keluarganya di depan teman sekolah.

"Bilang makasih buat bunda."

"Hem." Grizelle mengangguk dan menarik tangan Laura, tetapi Laura diam ditempatnya. Grizelle mengikuti arah pandang Laura ke satu siswi yang Grizelle yakini dia murid baru.

"Lah, itu kan pak Adri supir pribadi keluarga lo? Itu siapa Lau yang turun dari mobil om Reza?." Grizelle tidak mendapat jawaban dari Laura, lalu Grizelle sadar ada yang berbeda dari pipi Laura.

"Lau, plis lo jujur sama gue lo dipukul lagi sama om Reza?." Grizelle mengguncang bahu Laura karena tatapan Laura terkunci dengan siswi tadi. Grizelle memang mengetahui sikap kasar Reza kepada Laura, berkali-kali Grizelle menyuruh Laura agar tinggal di rumah pemberian orang tuanya sendiri tapi Laura tetap bersikeras ingin tinggal bersama Reza.

Laura hanya menganggukkan kepalanya, dan berlalu dari hadapan Grizelle. "Untung gue sayang, coba kalau enggak." Dengan kesal Grizelle menyusul Laura yang sudah berjalan di koridor.

"Lauraa lo belum jawab yang tadi itu siapa." Cerca Grizelle. Tiba-tiba Laura menarik Grizelle masuk ke dalam toilet, karena pergerakan yang tiba-tiba kepala Grizelle terbentur pintu masuk di toilet.

Dukkkk

Awwwsss, ringis Grizelle.

"Lo jahat banget sumpah, udah jidat gue luas malah kepentok lagi." Grizelle mengelus-ngelus kepalanya yang berdenyut sementara Laura hanya terkekeh pelan, percayalah Grizelle ikut senang karena bisa membuat Laura tersenyum walaupun dirinya harus tersakiti dulu.

"Sory." Seru Laura lirih.

"Abaikan saja, setelah lo narik gue kayak tadi harusnya ada hal penting yang mau lo kasih tau ke gue."

Laura menarik nafasnya pelan.

"Dia sodara tiri gue."

"Hah, sejak kapan? Kenapa bisa?."

"Bokap diem-diem nikah lagi sahabat almarhum mama."

"Whatt???. Kok bisa?."

"Gue juga gak tau, yang jelas tante Karen bawa anaknya juga tinggal bareng di rumah."

"Jadi kalian tinggal satu atap?."

"Mau gimana lagi, aku masih menghargai tante Karen sebagai sahabat mama, asal jangan pernah coba-coba gantiin posisi mama." Laura mengepalkan tangannya setelah mengucapkan kalimat itu.

Grizelle menatap sendu ke arah Laura, tetapi dia segera mengubah kembali ekspresi wajahnya karena Laura paling benci dikasihani.

"Yaudah mending sekarang kita ke kelas udah hampir bel, tenang aja rahasia lo aman sama gue kecuali adik tiri lo sendiri yang mau ngumbar ini semua." Laura mengangguk dan percaya dengan Grizelle, karena memang sejauh ini Grizelle cukup bisa menjaga rahasianya dengan baik walaupun dia memiliki sifat yang lumayan bar-bar.

...~ 𝙺 𝚎 𝚗 𝚣 𝚘 ' 𝚁 𝚊 ~...

IG: yndwrdn05

Bab 3

Setelah dari kantin mereka berdua berjalan di koridor kelas sambil bercanda ya hanya Grizelle saja, sementara Laura sesekali menanggapi, tidak sengaja Grizelle melihat pacar Laura bersama dengan Fira.

"Sejak kapan pacar lo deket sama sodara tiri lo?."

Laura mengedikkan bahunya acuh, tidak munafik dia juga cukup kaget dengan sikap pacarnya hari ini. Setelah beberapa hari yang lalu sekolah mereka dihebohkan dengan datangnya murid baru, sekarang kembali ricuh dengan kedekatan seorang ketos dan murid baru yang tidak lain ketosnya adalah pacar Laura.

Kavindra Aydin Rafeyfa Zhafran atau yang akrab dipanggil Kavin. Kavin adalah ketos di sekolah itu dan juga kapten basket yang banyak dikagumi siswi seantero sekolah. Kavin menjalin hubungan dengan Laura hampir dua tahun dan keluarga mereka juga cukup dekat. Tetapi semenjak kedatangan Fira, Laura merasa Kavin lumayan dekat dengan adik tirinya itu.

"Apa perlu gue samperin Kavin Lau?." Grizelle membuyarkan lamunan Laura.

"Udah gak perlu capek-capek." Laura melangkahkan kakinya pergi menuju kelas.

...~ 𝙺 𝚎 𝚗 𝚣 𝚘 ' 𝚁 𝚊 ~...

Jam istirahat adalah jam yang ditunggu-tunggu semua murid. Seperti halnya Laura dan Grizelle yang sudah duduk manis dengan semangkuk mie ayam didepannya.

"Demi apa tuh bu gendut, ngasih materi kayak ngasih ceramah. Untung kepala gue gak pecah, lain kali harus antisipasi nih sama bu gendut." Omel Grizelle. Sementara Laura menikmati mie ayamnya dengan tenang.

"Tumben Kavin gak nyamperin lo?." Tanya Grizelle kepo.

"Dia lagi sibuk sama urusan osis mungkin."

"Iya juga ya."

Laura mengabaikan Grizelle dan melanjutkan makan kembali.

"Maaf akhir-akhir ini aku sibuk." Entah datang darimana tiba-tiba Kavin menarik kursi yang ada di samping Laura.

"Hm." Jawab Laura seadanya.

Kavin mengacak-ngacak rambut Velyn, entah kenapa dia sangat mencintai gadis yang didepannya itu.

"Setelah ini aku harus rapat lagi di ruang osis, weekend kita jalan mau?." Tanya Kavin dengan nada lembut.

"Jemput ke rumah jam sembilan." Laura menjawab dengan sedikit senyuman tipis di wajahnya, dan itu membuat Kavin sangat gemas kepada Laura. Laura mampu membuat Kavin menjadi baper dengan perilakunya.

Tanpa mereka perdulikan di depan mereka Grizelle sedang menatap mereka berdua dengan intens, bukan Grizelle iri tapi dia sedikit waspada dengan Kavin yang akhir-akhir ini dekat dengan Fira.

"Yaudah aku masuk kelas dulu, kamu yang semangat belajarnya." Kavin berdiri tidak lupa dia mengelus pelan kepala Laura dengan sangat lembut, diperlakukan seperti itu membuat tubuh Laura meremang dia sangat sayang kepada Kavin dan mendapat perlakuan lembut Kavin seperti tadi, perlahan bisa menghilangkan rasa curiganya beberapa hari ini.

"Hm." Laura mengangguk dengan rona merah dipipinya.

Grizelle yang hendak berbicara tiba-tiba dia mengurungkan niatnya karena melihat rona bahagia diwajah Laura. Dia tidak mau merusak suasana hati sahabatnya, biarlah untuk saat ini Grizelle melihat hubungan keduanya baik-baik saja.

"Gue udah kenyang!." Seru Laura, membuyarkan lamunan Grizelle.

"Ckkk, makanan lo udah habis beg*!." Grizelle mengumpat sahabatnya itu.

"Gue mau balik kelas, lo masih belum selesai?."

"Rabun mata lo Lau? nih mangkok udah kosong sejak kehadiran pacar lo itu." Sungut Grizelle kesal.

"Oh, yaudah bayar!."

"Uangnya?."

Laura mengeluarkan satu lembar uang lima puluh ribu untuk makanan mereka berdua, kebiasaan Grizelle memang selalu memintra traktir kepada Laura kata Grizelle 'kapan lagi lo mau traktir gue kalau bukan sekarang?' Laura hanya menggelengkan kepalanya jika mengingat itu.

Grizelle adalah definisi orang kaya tapi miskin, tapi dia hanya meminta traktir kepada Laura saja karena menurut Grizelle, hanya Laura yang pantas dijadikan bossy seperti itu.

"Gue heran sama lo, padahal keluarga lo lebih kaya dari keluarga gue." Ujar Laura.

"Mau gimana lagi Lau, gue harus belajar hemat buat masa depan gue."

"Sok-sok an!." Laura mencibir Grizelle.

"Gak percayaan amat sama gue, eh nanti pulang sekolah liat abang El yuk udah lama gak kesana gue."

"Boleh aja, tapi pulangnya gak gue anterin."

"Jahat banget lo jadi sahabat."

"Irit bensin." Laura sengaja menggoda Grizelle.

"Sok-sok an mau hemat juga lo."

"Gue mau belajar jadi wanita masa depan yang baik dan hemat." Setelah itu Laura meninggalkan Grizelle yang cengo ditempatnya.

"Woy Laura! Lo gak akan miskin cuma karena beli bensin buat anterin gue beg*!" Teriak Grizelle di koridor kelas, membuat beberapa murid di sana memandangnya aneh. Bukannya malu Grizelle malah berlari menyusul Laura yang lumayan jauh di depannya.

"Malu-maluin gue lo!." Kesal Laura.

"Biar lo gak seenaknya sama gue, masa seorang Grizelle Ishana harus jalan kaki ke rumah."

"Gue yakin bunda pasti ngasih lo uang saku yang banyak. Jadi nanti lo pulang naik taxi aja."

"Lo udah tau kalau gue lagi hemat." Ucap Grizelle lesu.

Laura menyerah berdebat dengan Grizelle pasti tidak akan ada ujungnya.

...~ 𝙺 𝚎 𝚗 𝚣 𝚘 ' 𝚁 𝚊 ~...

Sesuai perjanjian mereka berdua, mereka akan mengunjungi Elvan di rumah sakit. Sesampainya di parkiran sekolah, Laura dan Grizelle berpapasan dengan Kavin dan Fira.

Laura berusaha berpikir positif, tapi tidak dengan Grizelle yang sudah kesal di hatinya.

"Vin, lo mau kemana sama Fira bisa barengan gitu?." Bukan Laura yang bertanya, melainkan Grizelle yang memang mempunyai rasa kepo akut.

"Dia kan anggota osis baru dan pengganti sekretaris gue, jadi gue mau beli bahan keperluan osis sama dia." Jelas Kavin, tapi pandangannya mengarah ke Laura yang menatapnya dengan tatapan datar dan tersirat akan rasa kecewa di dalamnya.

"Yaudah kalian hati-hati." Laura bersuara tanpa menatap Kavin dan Fira.

"Kamu mau kemana sama Grizelle?." Tanya Kavin.

"Jenguk abang El." Jawab Laura singkat.

Kavin menghampiri Laura dan memegang pundak Laura.

"Aku izin ya sayang, nanti malam aku hubungi kamu dan besok kita liat abang El sama-sama." Ujar Kavin dengan nada lembutnya, dia mengelus pipi Laura yang lembut seperti bayi. Laura yang diperlakukan seperti itu merasa ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan diperutnya, dia sangat yakin jika Kavin tidak akan pernah menghianatinya.

Laura mengangguk mengiyakan dan menarik Grizelle masuk ke dalam mobilnya.

"Kenapa lo diem aja sih liat mereka berduaan." Kesal Grizelle.

"Gue gak mau larang-larang Kavin Zel, seharusnya dia tau apa yang gue suka dan gak suka."

"Lo gak takut nanti Fira ngambil Kavin?."

"Gue gak pernah takut kehilangan orang yang gak setia sama gue Zel." Jawab Laura santai. Untuk sekarang dia masih sangat percaya kepada Kavin, tapi tidak tau untuk selanjutnya semoga saja Kavin tidak bermain api dibelakangnya.

Masih di parkiran.

"Kak, aku takut kak Laura marah sama aku karena kita pergi berdua."

Kavin mengangkat sebelah alisnya bingung, seakan mengerti tatapan Kavin, Fira melanjutkan ucapannya lagi. "Iya kalian kan pacaran nanti kak Laura salah paham."

"Gue percaya sama Laura, dia orangnya gak seperti itu lagian kita cuma mau beli bahan buat mading setelah itu lo pulang naik taxi."

Setelah mengucapkan itu, Kavin berjalan menuju motornya yang diparkir. Kavin sangat mencintai Laura dan sebaliknya juga seperti itu, jadi Kavin tidak mau menghancurkan hubungannya sendiri dengan Laura. Kavin berencana setelah lulus sekolah ia akan melamar Laura menjadi calon istrinya.

Diam-diam tanpa sepengetahuan Kavin ada orang yang mengepalkan tangannya menahan amarah di dalam dirinya.

...~ 𝙺 𝚎 𝚗 𝚣 𝚘 ' 𝚁 𝚊 ~...

IG: yndwrdn05

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!