NovelToon NovelToon

Love and The Theater Of Revenge

Bab 1

Biasakan Like bab-nya😉...

Masukin list Fav juga ya🥰

Komentar positifnya biar Author

makin semangat Up, apalagi dapat hadiah🥰

So... I Hope Enjoy The Story

Typo bergentayangan, mohon di maklumi

...****************...

Vania Pov

"Ayo"

Pria itu menarik tanganku lalu mengajakku berlari menuju ruangan lain yang berada di lantai atas.

Altar pernikahan!.

Aku masih tak bisa bicara, sedang apa aku disini dan kenapa pria ini membawaku ke sini?!

"Menikahlah denganku, setidaknya kau dan keluargamu tidak akan malu karena kau gagal menikah" ucapnya, namun itu sebuah realita yang tak ingin ku dengar.

"Tapi....

Argghhh...

Dengan kasar pria itu menarikku, memaksaku untuk menggandeng lengannya dan berjalan menyusuri Altar dengan senyum paksa.

"Aku tidak akan pernah memaafkan mu Rachel, berani sekali kau membuatku malu di hadapan banyak orang"

Kau sudah mempermainkan ku terlalu jauh Marvin.

...****************...

...1 BULAN YANG LALU...

Semuanya sama saja seperti biasa, hari-hari yang dilalui Vania setelah berhenti dari pekerjaannya.

Bangun tidur, makan, nonton drama, tidur, bangun lagi, lalu tidur lagi. Hanya itu yang ia lakukan 2 bulan terakhir.

Mungkin ini terdengar template, anak dari pengusaha A di jodohkan dengan anak pengusaha B, ia berpikir itu hanya terjadi di dalam drama yang sering ia tonton, tapi kali ini hal konyol itu benar-benar terjadi dalam kehidupanku.

Tn. Benny terus saja memaksanya untuk menikahi anak dari kenalannya, Tentunya itu Vania tolak mentah-mentah.

Ayolah, ini sudah era digital... di abad ke 20 ini masih saja ada orang tua yang menjodohkan anaknya, tak bisa ku percaya. pikirnya

Dimana sebenarnya sudah bisa Vania tebak jika itu semua hanya sebatas hubungan bisnis dan berakhir dengan investasi.

Kenapa para orang kaya suka sekali menjadikan anak mereka tali kekang antar perusahan?!.

"Kak, saatnya makan malam" teriak Davina dari luar kamar, mendengar itu Vania bergegas mengikat rambutnya ala kuncir kuda seraya berjalan keluar kamar.

"Apa Ayah sudah pulang?"

"Hmm, memangnya kenapa?" sahut Davina.

Putri kedua dari pendiri Keylovy Company.

Vania seketika menghentikan langkahnya dan memohon pada sang adik agar dibawakan makanan ke kamar, tapi ternyata gadis licik itu menolak.

"Ayah menyuruhku memanggil kakak, agar aku bisa memastikan sendiri kalau kakak turun" sahutnya yang langsung menarik tangan Vania menuruni anak tangga.

Sebenarnya lebih seperti menyeret , hanya saja tidak kasar.

Argh, sudahlah Vania.. kamu terlambat

"Duduk, Ayah ingin bicara" ucap Tuan Benny dengan nada berat terdengar begitu serius.

"Sampai kapan kamu akan berpikir Vania! keuangan perusahaan sedang tidak baik, Jika kamu terus seperti ini dan mengulur waktu, Marvin mungkin akan berubah pikiran"

Aku bisa saja melawan, tapi kali ini ki tahan.. akan ku ulur waktu sebanyak mungkin sampai Marvin berubah pikirkan dan mencari wanita lain.

"Beri Vania waktu sedikit lagi Yah, ini tentang masa depan Vania... Vania tak ingin memiliki catatan perceraian karena menikah secara terburu-buru"

"Kalau kamu terus membuang waktu seperti ini, perusahaan kita akan benar-benar pailit!" jawab Ayahnya yang kini berdiri dan menatapnya dengan tatapan tajam.

Gadis itu hanya menunduk, dan mulai berpikir kenapa harus dia padahal didalam rumah ini masih ada satu lagi wanita yang belum menikah! Davina.

"Tolong pikirkan lagi sayang, Ayahmu akhir-akhir ini sering murung dan banyak pikiran karena perusahan sedang dalam masa krisis"

"Hutang di bank juga semakin membesar, bahkan para investor tiba-tiba menarik investasinya karena rumor yang beredar"

Benar, rumor yang dimaksud Ny. Mellia adalah rumor perusahaan yang memanipulasi harga saham.

Walau sudah melakukan konferensi pers masalah itu masih tak terbendung, sebenarnya bukan itu saja. Perusahaan sempat di selidiki karena kasus penggelapan yang bahkan sampai saat ini masih belum terbukti namun sentimen publik tidak berubah.

Seolah seseorang sedang melakukan pertunjukan di panggung keluarganya.

...****************...

Ditempat lain nampak seorang pria tengah asik mengobrol, jika dilihat dengan mata tel*njang pria ini terlihat seperti orang biasa dengan pakaian yang biasa-biasa saja.. Tapi siapa sangka dia pria yang di juluki sebagai pria terkaya diantara yang kaya. Elvino Oliver Harison.

Ada banyak wanita yang ingin duduk di sebelahnya bahkan mungkin ingin bersanding dengannya, tapi sayang pria itu sudah memiliki tunangan.

"Kau serius akan menikahi Rachel?" tanya pria yang duduk di meja yang sama dengannya.

"Itu keputusan Ayahku, mau bagaimana lagi?!"

"Tapi dari yang kudengar Marvin masih memiliki hubungan dengan Rachel" sahut Adam yang tak habis pikir.

Adam, Pria berusia 25 tahun itu kini menjabat sebagai kepala staf hukum sekaligus sekertaris pribadi Vino di HF.

Harison Foundation perusahaan yang berhasil masuk kedalam peringkat 10 besar dunia dan peringkat 1 di negaranya sendiri, sebuah negara yang kaya akan tambang berlian dan hasil bumi yang berlimpah, Ayrendel.

Bukan hanya sukses dalam sektor semi konduktor, Elektronik, software, medis, transportasi dan Game saja bahkan HF berhasil mendominasi dunia pendidikan dengan kepemilikan 100 persen atas HF Collage, HF High School, dan HF National University bahkan mereka terus melebarkan sayap di dunia bisnis dengan membuka beberapa anak perusahaan di luar maupun dalam negri

Saat mereka tengah asik mengobrol, Rachel datang dengan wajah datarnya.

"Kamu sedang merencanakan apa?" tanyanya dengan nada sedikit marah.

"apa?" sahut Vino terdengar acuh.

"Dengar Vin, kita sudah lama berteman.. Dan kamu tahu kalau aku menyukai Marvin, tapi kenapa sekarang tiba-tiba menerima perjodohan sialan ini?!"

"Kamu masih marah pada Marvin?" ujar Rachel lagi seraya menenggak segelas Wine yang ada di atas meja.

"Sepertinya kamu salah paham, aku hanya mengikuti ucapan Ayahku tidak ada urusannya dengan Marvin, bahkan dari yang kudengar dia akan segera bertunangan dengan putri direktur Keylovy Company"

"APA!"

"Kamu serius tak tahu itu!" ucap Vino sedikit kaget saat melihat ekspresi Rachel

"Bohong,kan! Kamu pasti berbohong"

"Tidak ada untungnya untukku berbohong."

Saat itu juga Rachel langsung bangkit dari duduknya dan melangkah pergi dari rooftop tempat Vino dan Adam bersantai.

Adam memicingkan matanya, "dari mana kau tahu kalau Marvin di jodohkan dengan Vania! Perasaan aku belum cerita"

"Jadi yang kukatakan tadi benar?!"

"Apa? Bagaimana- "aku hanya menebak-nebak, soalnya tadi sore aku mendengar gosip para karyawan" potong Vino seraya memanggil waiters dengan lambaian tangannya.

Mereka berdua melanjutkan untuk mengobrol sementara Rachel sudah sampai di kediaman keluarga Marvin.

...****************...

Ting ...

Message

📨From Eric.

"Kau serius tidak akan balik lagi?"

"Pak Nichole bisa saja membantumu agar bisa kembali?!"

"Apa keputusanmu sudah bulat?"

Aku hanya bisa menghela nafas dan memilih mengabaikan pesan dari Eric, pria pintar dari tim khusus tempatku bekerja sebelumnya.

Ting ...

📨From Eric

"Vania!!!"

Drrttt....

Maaf Eric, tapi keputusanku sudah bulat.. tak ada gunanya aku kembali ke kepolisian jika tujuan hidupku saja sudah tak seperti dulu lagi, tak ada alasan untukku terus bertahan. Pikirku itulah alasan paling pas yang bisa ku katakan pada mereka.

"Ada kak Marvin di bawah, lebih baik kakak turun sekarang"

Anak itu kebiasaan tak pernah mengetuk pintu sebelum masuk, jika saja bukan adikku sudah ku smackdown dia.

Aishhh, kenapa pria itu harus datang! Apa maunya sekarang? Apa dia akan mempercepat perjodohan konyol ini?!.

Sedari tadi gadis bodoh itu terus saja bergumam dan terus ber overthingking tentang Marvin.

"......"

"Mau apa kau datang kesini?" ucapku sontak pria bersetelan jas itu mendongakkan wajahnya dan menatap ke arah ku lalu tersenyum manis.

"Ya ampun, pangeran mana yang mau datang ke sini" gumamku dalam hati "sadar Vania sadar"

"kau masih sama ternyata" gumam pria itu seolah ia sudah mengenal lama diriku.

"Maksudmu?"

"Kau lupa dengan kakak tampan di seberang rumah?" ujarnya hingga membuatku kembali berpikir, tapi aku tak ingat sama sekali.

"Vania mengalami kecelakaan satu tahun yang lalu, jadi cukup banyak hal yang dia lupakan" timpal ibu yang datang dengan nampan berisi teh.

Pria itu nampak kaget saat mendengar penuturan Nyonya Mellia.

"Ibu, kenapa membahas hal itu" kesalku.

"Tak apa Tante, mungkin aku bisa membantu Vania mengembalikan ingatannya" sahut Marvin terlihat bertekad, lalu ia bangkit dari duduknya.

"Aku ijin mengajak Vania pergi Tante"

Marvin langsung menarik tanganku hingga aku tak sempat bicara.

"Kau mau membawaku kemana?"

"Bukankah sudah kubilang, aku akan membantu memulihkan ingatanmu"

"kau bahkan melupakan diriku, bagaimana bisa aku membiarkan itu" gumamnya pelan namun terdengar oleh indera pendengarku.

Marvin mulai melajukan mobilnya keluar dari kawasan rumah menuju tempat yang terasa asing bagiku.

...****************...

Next Preview.

"kau...

Arghhh....

Kepalaku rasanya seperti dipukul hebat .

...****************...

"Satu hal yang perlu di ingat! Jangan percaya pada tokoh siapapun!!!"

Ilustrasi Pemeran

*Vania Mauren Keylovy

*Davina Clarista Keylovy

*Benny Addison Keylovy & Camellia Latasha Mauren

*Elvino Oliver Harison

*Justin William Harison

*Freya Zeline Harison

*Fernan Harison & Violetta Zeline Eloise

*Maria Franca Fissolo & Giovanni Ferrero

*Rachel Franca Ferrero

*Marvin Miller Smith

*Yocelyn Smith

*Franklin Adam Smith & Luvena Ertha

.

.

.

.

.

Bab 2

Ini benar-benar terlihat asing bagiku, lelaki itu mengajakku turun tepat didepan mansion besar dengan nuansa eropa klasik.

"ini dimana?" tanyaku sambil melihat ke sekeliling, hanya ada 2 mansion besar yang saling berseberangan tapi hanya satu mansion yang berpenghuni.

Tiba-tiba Marvin menarik tanganku namun respect langsung ku tepis, "tolong jaga batasan anda"

"Ah, maaf.. Dulu kau sering merengek ingin berpegangan tangan denganku,"

"Omong kosong apa yang dia katakan" gumamku dalam hati, lalu melangkah lebih dulu dan melihat kedalam melalui celah di pagar depan.

"seharusnya aku menemukanmu lebih cepat lagi, dan kau tidak akan melupakanku seperti ini" ucapnya berdiri tepat di sampingku.

"Apa kita pernah dekat?"

"Hmm, dulu aku tinggal diseberang dan kau tinggal disini.. kita sering berangkat sekolah bersama, tapi saat lulus sekolah menengah pertama keluargamu tiba-tiba pindah dan itu terakhir kali aku mengetahui kabar tentang kalian"

Matanya terlihat jujur saat menjelaskan hal tadi, apa aku bisa mempercayai ucapan pria ini.

"Kita pacaran?" tanyaku blak-blakkan, tapi Marvin hanya tersenyum sambil menatapku, lalu mengusap lembut kepalaku.

"Sifatmu tidak berubah ternyata" ujarnya sambil tertawa kecil, lalu sekali lagi ia menarik lenganku.. tapi anehnya kali ini aku tidak menepisnya dan begitu ringan kakiku melangkah mengikuti langkahnya.

Sementara itu tak jauh dari mobil Marvin, terlihat sebuah sedan hitam berhenti dengan satu pengemudi di dalamnya.

Ckrek...

Ckrek...

Drttt....

📞"saya akan segera menemui Nona"

📞"............................."

📞"Baik, Nona"

Panggilan berakhir, pria itu nampak turun dari mobil dan perlahan mendekati pagar rumah kediaman Marvin.

"......"

"Kenapa kau terlihat bertekad melakukan hal ini?!"

"Kita akan segera menikah, jadi aku harus mengembalikan ingatanmu"

Aku menatapnya dengan ekspresi yang aneh, "aku tak pernah sekalipun mengatakan jika aku menyetujui perjodohan konyol ini"

"Kenapa, kau berpikir ini konyol?"

"kau tidak berpikir ini konyol? Sekarang sudah abad ke 20 semuanya sudah ada pada zaman teknologi yang canggih, siapa yang akan melakukan perjodohan di tahun 2025 ini?!"

"Padahal aku sangat senang saat mengetahui wanita yang di jodohkan denganku ternyata adalah dirimu"

Entah kenapa aku merasa suasananya tiba-tiba menjadi canggung, tapi itu hanya berlaku untukku ia sama sekali tak canggung setelah mengucapkan kalimat tadi.

Aku memilih pergi melihat tempat lain agar rasa canggung itu hilang.

"Apa tidak ada siapapun yang menghuni rumah ini?"

"Hanya penjaga yang tinggal disini, kadang pelayan datang untuk bersih-bersih"

Kepalaku respek mengangguk, sambil terus melangkah pelan.

"Maaf jika pertanyaan ini membuatmu tak nyaman, tapi... Apa yang membuatmu berakhir dengan kecelakaan? Dan kapan itu terjadi?"

Seketika langkahku terhenti, kepalaku tiba-tiba pusing seperti dipukul menggunakan besi dengan begitu kuat.

Arrghhh...

Tubuhku terasa lemas, pandanganku bahkan mulai kabur aku hanya bisa mendengar samar-samar teriakan Marvin yang berakhir dengan dengungan.

...****************...

"Bagaimana bisa dia melakukan ini padaku?"

Wajah Rachel terlihat begitu emosi dan penuh amarah.

Ia melempar lembaran foto itu kedalam perapian hingga terbakar hangus.

"Sekarang mereka dimana? Apa masih di rumah itu?"

"Sepertinya masih Nona, saya tidak melihat Tuan Marvin keluar sebelum saya pergi"

"Siapkan mobil, kita pergi sekarang!"

"Mau pergi kemana?" ucap seorang pria diikuti seorang wanita yang sedang menuruni anak tangga.

"Bukan urusan papah" sahutnya lalu melangkah pergi namun sayang bodyguard sudah lebih dulu menghadangnya di depan pintu.

"Yak! Kalian ingin di pecat! Lepas!!! Lepaskan aku sekarang atau kalian ku pecat!!!"

"Kalian tidak mendengar ku!!!"

"DIAM RACHEL!!!" seketika suasana langsung hening setelah tuan Gio mengeluarkan suaranya.

"Dengar Rachel, berhenti menemui Marvin.. Perjodohanmu dengan Vino sudah di atur, jadi jangan menciptakan rumor aneh"

"Vino dan Rachel berteman Pah, apa Papah harus sejauh ini!"

"Kau juga berteman dengan Marvin, kalau begitu apa bedanya"

"Marvin dan Vino itu berbeda Pah!"

"Apa yang berbeda? Jika kamu dan Marvin bisa memiliki hubungan, maka itu juga berlaku untuk Vino"

"Pah!"

"Keputusan Papah sudah bulat, bulan depan kalian akan menikah."

Tak ada pembantahan, Tuan Gio melangkah menuju ruang makan tapi tidak dengan Nyonya Maria yang masih memberi support untuk putrinya.

Setelah Rachel pergi ke kamarnya, baru Nyonya Maria menyusul suaminya.

...****************...

"Terimakasih" ucap seorang pria pada staf farmasi setelah menerima obat yang ia tebus.

Ia melangkah menuju pintu keluar sambil memegang handphone di tangan kanannya.

Drrttt....

📞"Iya, Yah"

📞"kamu masih di rumah sakit?"

📞"masih, ada apa?"

📞"Tolong kamu jemput dokter Jessica, Freya tidak mau kerumah sakit malam ini, jadi sekalian kamu pulangnya sama dokter Jessica saja"

📞"Baiklah"

Dengan patuh dan tanpa penolakan, Vino berbalik untuk menuju lift dan menemui dokter Jessica.

Tapi langkahnya tercekal karena suster berlari menghampiri pasien yang sedang berada tepat di belakangnya.

Vino hanya menoleh sekilas, lalu ia melanjutkan langkahnya, acuh pada keadaan sekitar.

Sementara itu Marvin meletakkan Vania di atas banker dorong dan membawanya bersama suster ke UGD.

"Apa yang terjadi?" tanya dokter yang sedang bertugas saat itu.

"Saya tidak tahu dok, tadi dia merasa kepalanya sakit dan tiba-tiba pingsan"

Dokter mengangguk dan memulai pemeriksaan.

"Detak jantung pasien melemah dok!" seru suster.

Sontak Dokter langsung melihat ke arah EKG (Elektrokardiografi) dan detak jantung Vania terus melemah.

Dokter dan suster secara bergantian memberikan CPR sebelum akhirnya Dokter meminta suster memberikan 1 ampul Epinefrin karena Vania mengalami henti jantung.

Marvin begitu takut dan cemas saat mendengar dokter mengatakan Vania mengalami henti jantung.

"Apa yang terjadi?" tanya Tuan Benny yang datang bersama istri dan putri keduanya.

"Maafkan Marvin om, tadi kami keluar sebentar dan Vania tiba-tiba pingsan" Ucap Pria itu mencoba menjelaskan apa yang terjadi sebelumnya.

Saat semua orang sedang cemas dengan keadaanku, aku merasa jika diriku sekarang berada di tengah jalan.

"Aku akan segera kembali, tolong simpan rekaman CCTV yang berhasil kita dapatkan"

"Ini semua salahmu, seharusnya kau tidak menyelidiki hal ini"

"Rekanmu tewas karena ambisimu! Kau harus ingat itu sampai kapanpun"

Ada begitu banyak bisikan di telingaku, tapi entah kenapa aku sama sekali tak bisa menggerakkan kakiku, padahal lampu merah akan segera berganti.

"Seharusnya kau tidak menggali lebih dalam, kau akan terluka jika mengetahui lebih banyak"

"Pergilah"

"Lari Vania........"

Tin...Tin...Tin...

Sorotan cahaya lampu begitu menyilaukan, teriakan orang semakin kencang dan truk besar itu semakin dekat.

Bughhh....

Semuanya terlihat gelap,

"Syukurlah detak jantungnya kembali" gumam dokter tersenyum lega.

"Bagaimana dok?" tanya Tuan Benny yang sedari tadi terlihat begitu cemas.

"Apa sebelumnya pasien pernah mengalami kecelakaan?"

Keluarga Vania sontak langsung mengangguk, dan menjelaskan jika Vania mengalami amnesia pasca trauma setelah mengalami kecelakaan sekitar 1 tahun yang lalu.

Dokter hanya mengangguk paham, "untuk sementara pasien akan di rawat dan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui kondisinya"

"Baik, dok" sahut Tuan Benny

Setelah dokter pergi, Marvin meminta suster untuk memindahkan Vania keruangan lain.

"......"

"Kamu sendirian saja?"

Vino mengangguk, mereka terus mengobrol mengenai kondisi adiknya.

Ia melihat para suster sedang mendorong branker dorong keluar dari ruang UGD.

"Marvin!"

"Oh, Vino" sahutnya untuk sekedar menjawab sapaan Vino.

"Siapa?"

"Tunanganku, aku pergi dulu" jawabnya menepuk pelan pundak Vino lalu segera menyusul keluarga Vania.

Vino menoleh dan melihat gadis itu sedang tak sadarkan diri.

"Ayo!" seru Jessica, sontak Vino mengalihkan pandangannya dan pulang bersama teman masa kecil sekaligus dokter keluarganya.

...****************...

Setelah menutup pintu, Jessica mendatangi Vino yang sedang berdiri di dekat pagar pembatas.

"Apa tidak ada cara lain untuk menyembuhkannya?"

"Freya masih tidak mau bicara denganku, aku sudah membujuknya berkali-kali... dari yang bisa ku simpulkan sekarang, ini ada hubungannya dengan bullying atau hal semacamnya yang lebih parah"

"Aku sudah menyuruh Adam untuk menyelidiki sekolah, tapi tidak ada yang aneh.. kau tahu sendiri Freya sekolah di HF High School keamanan di sana ketat jadi tidak mungkin hal itu terjadi" jawab Vino di angguki setuju oleh Jessica yang paham betul bagaimana keamanan di tempat itu

"Apa akhir-akhir ini dia sering berulah lagi?" lanjutnya bertanya pada pria di sampingnya itu.

Vino menggeleng "Terakhir kali aku melihat Freya hanya melamun sendirian di kamar, dan beberapa saat kemudian dia langsung berlari menuju lemari seolah sedang berlindung dari seseorang"

Jessica menghela nafasnya, sudah hampir 1 tahun kondisi Freya masih sama, walau untuk saat ini kondisinya ada sedikit perubahan, tapi gadis itu masih belum bisa di katakan sembuh.

Ada trauma besar yang ia sembunyikan dan hal lain yang membuatnya tak berani speak up.

"Aku tak bisa sembarangan menyimpulkan, karena tidak mengetahui kondisi sebenarnya... sejauh ini hanya bisa ku berikan resep untuk gangguan paniknya, jadi biarkan dia tetap tenang dan aku akan terus berusaha untuk membujuknya bicara" jelas Jessica diangguki paham oleh Vino.

"Terimakasih Jes" ucap Vino dan hanya di iyakan oleh Jessica.

...****************...

Lanjut gak nih....

.

.

.

.

.

Bab 3

Vania Pov

Ingatan itu masih berbekas di pikiranku, hingga aku memberanikan diri dan bertanya alasan di balik kecelakaan ku pada Ibu

Tapi ibu hanya menjawab seadanya, "kecelakaan lalu lintas"

"Kamu tidak perlu memikirkan itu, yang penting kamu sembuh dan pulang ke rumah lanjutnya sambil mengupas buah apel untukku.

Bersamaan dengan itu, pintu terbuka dan memperlihatkan Ayah bersama Marvin yang baru saja selesai dari luar.

Selama 2 hari aku berada di rumah sakit Marvin terus berada di sisi ku, selayaknya seorang kekasih yang mengkhawatirkan pasangannya.

Apa kau luluh Vania?, tidak.. Itu hanya sekilas pikiranku.

Aku bangun dan menyandarkan tubuhku di punggung ranjang bersama dengan bantal sebagai penyangga.

"Aku harus pulang karena ada urusan kantor, dan hari ini kau sudah bisa pulang" ucapnya seraya mengacak lembut pucuk kepalaku.

Dia membuatku tiba-tiba malu karena di ruangan itu masih ada keluargaku.

Aku hanya diam, dan tersenyum kikuk mempersilahkannya pergi.

"Mari Om, Tante, Davina" pamitnya sopan sambil tersenyum manis.

Sebenarnya Vania bodoh jika tidak menerima perjodohannya dengan Marvin.

"Hati-hati..."

"Dan, terimakasih" lanjut ku lalu ia tersenyum menanggapi ucapanku sebelum akhirnya benar-benar keluar.

"Marvin pria yang baik, Ayah tidak mungkin salah pilih.. Jadi pertimbangkan kembali ucapan Ayah sebelumnya"

"Akan ku mempertimbangkan" sahutku, entah kenapa jawaban itu membuat Ayah sedikit tersenyum sambil menepuk pelan pundakku, bahkan Ibu dan Davina juga ikut tersenyum.

Tapi masih ada yang mengganjal dalam pikiranku, selama ini aku tak pernah berusaha mencari tahu alasan dan bagaimana aku mengalami kecelakaan.

Setelah kehilangan ingatanku, semuanya berubah... Rasanya sudah tak ada lagi yang seru.

Apa aku harus menyetujui perjodohan itu, dan hidup selayaknya wanita diluar sana dengan pernikahan yang bahagia?!.

...****************...

"Apa ada perkembangan?"

Adam hanya bisa menggeleng pelan, tanda tak ada yang bisa ia katakan kali ini.

Vino menghela nafasnya, lalu menyandarkan tubuhnya di kursi sambil memijat pelipisnya.

"bagaimana dengan Wein?"

"Sama sekali tidak ada catatan mengenai keberangkatannya keluar negri, jalur darat maupun laut, bahkan kapal illegal sekalipun"

"Jika seperti ini terus, kondisi adikku tidak akan ada perubahan"

"Tapi sepertinya kita belum menemui jalan buntu" seru Adam menatap Vino dengan mata yang berbinar, seolah baru saja dapat jack pot.

"maksudmu?"

"Wein menghilang satu tahun yang lalu, tepat saat semuanya dimulai... Ada satu detektif yang juga mencari keberadaan Wein, aku baru saja mendapat pesan dari sepupuku" ujarnya memperlihatkan sesuatu pada Vino.

"Lalu dimana detektif itu sekarang?"

"Dari informasi yang ku dapatkan, dia sedang tugas di luar kota.. Aku sudah meminta orang-orang kita untuk melacak keberadaannya"

"Bagus, kita harus mendapatkan informasi darinya..."

"Tapi, apa alasan Wein di selidiki oleh detektif?!" tanya Vino penasaran.

"Dari yang kudengar, Wein masuk kedalam daftar saksi atas kasus pembunuhan berantai yang menewaskan 11 orang wanita muda yang sempat heboh satu tahun terakhir"

"Apa pembunuhnya berhasil di tangkap?"

"Sepertinya tidak, kasusnya tiba-tiba di tutup karena kabarnya pelaku melakukan bunuh diri dengan terjun dari lantai 30"

"Apa ini ada kaitannya" gumam Vino dalam hatinya.

"Apa menurutmu Wein dibunuh sebelum pelaku bunuh diri?!"

"Kalau begitu faktanya, untuk apa dia susah-susah bunuh diri"

"Hmmm, benar juga"

"Ah sudahlah, yang penting kita bisa mendapatkan informasi tentang Wein... Aku tak sabar menguliti pria itu hidup-hidup" ucap Vino dengan kedua tangan yang saling mengepal kuat.

...****************...

"Bagaimana keadaannya suster?" tanya dokter.

"Tidak ada perubahan dok, saya rasa hanya keajaiban yang bisa menolongnya"

Dokter hanya bisa diam sambil menghela nafasnya setelah melakukan pemeriksaan, lalu keluar bersama suster.

...****************...

📞"Maaf Tuan, Nona Rachel ingin menemui anda"

📞"biarkan dia masuk"

Tut...tut...tut...

Marvin menutup telpon, dan menunggu Rachel masuk.

"Ada apa?"

"Kamu sedang berpikir apa? Bagaimana dengan hubungan kita?"

"Bukankah kamu dijodohkan dengan Vino" jawab Marvin terkesan datar dan dingin.

"Tapi aku tidak pernah mengatakan jika aku menyetujuinya, tapi kamu malah sebaliknya! Kamu menyetujui pernikahan dengan Vania,kan!"

"Aku menyetujuinya karena kasian dengan Ayahnya, terlebih Papah juga menyuruhku untuk menikahi Vania"

"Tapi...

Ssttt.... Marvin menghentikan ucapan Rachel dengan meletakkan jari telunjuknya di bibir wanita itu.

"Aku hanya memanfaatkannya untuk mengakusisi Keylovy Company dengan harga murah" ucapnya seraya menyandarkan bokongnya di tepi meja, menatap kearah wanita cantik di depannya.

Rachel sedikit tertegun, lalu beralih menatap mata Marvin untuk mencari kebenaran di matanya.

"Jadi kamu menyetujuinya bukan karena menyukainya?"

"Tentu sayang, aku tidak akan pernah melepaskan mu..." jawabnya seraya mengusap lembut surai pipi Rachel.

Tentunya Rachel langsung luluh, niatnya untuk marah tertahan saat Marvin berlaku lembut padanya.

Sedari awal hubungan mereka baik-baik saja dan tetap menjalin hubungan selama hampir 1 tahun terakhir.

Pria yang Rachel pikir tak akan bisa ia taklukkan ternyata kini menjadi kekasihnya.

"Aku akan mencari cara agar perjodohanku dengan Vino dibatalkan secepat mungkin" ucapnya sambil mengalungkan manja kedua tangannya di leher Marvin.

"Tapi bagaimana dengan Vania?"

Marvin hanya tersenyum, lalu membisikkan sesuatu hingga membuat wanita itu tersenyum.

...****************...

Sudah satu minggu sejak hari itu, tapi bisikan-bisikan itu terus saja ia dengar melalui mimpi dan terulang bagai deja vu.

Tapi hari ini Vania mencoba untuk lebih rileks lagi, karena dalam dua minggu ke depan pernikahan akan dilangsungkan.

Semua berjalan dengan lancar, orang tua Marvin juga menyukai Vania, rasanya ia tak pernah berpikir hal ini terjadi dalam kehidupannya.

Jauh sebelum Vania mengalami kecelakaan, keduanya adalah sepasang kekasih, hanya saja Vania berakhir dengan kecelakaan hingga membuat semua memorinya dengan Marvin terhapus

Semuanya terasa mudah, bahkan Vania mulai respect dan mencoba untuk membuka diri pada pria yang akan menjadi suaminya nanti.

Sebenarnya ia terlalu naif, dengan statusnya sebagai mantan detektif.

"Ayah mau kemana?"

"Penandatanganan kontrak"

"Secepat itu?"

"Hmmm, terimakasih sayang... Karena keputusanmu, perusahaan bisa tertolong dan kita tidak jadi melakukan PHK besar-besaran" ucap sang Ayah tersenyum manis pada putrinya itu, sudah lama aku tak melihat senyum itu.

"Syukurlah," jawab Vania.

Setelah Ayahnya pergi, ia juga pergi untuk melakukan fitting gaun pengantin.

Sayangnya Vania hanya pergi sendiri karena Marvin juga hadir dalam acara yang Ayahnya katakan tadi.

...****************...

Gadis itu mencoba beberapa gaun pengantin yang menurutnya pas.

"Aduh Mah, kenapa aku harus kesini juga"

"Hush, apa sekali saja kamu tidak bisa menuruti ucapan Mamah"

Kenapa mereka berisik sekali, gumam gadis itu dalam hati sambil mencuri pandang ke sekitar.

"Anda sangat cantik dengan Dress ini Nyonya" ucap salah satu pegawai.

"Benarkah"

Ia mengangguk, lalu membantu Vania untuk berbalik menghadap cermin besar yang ada di belakang.

"Baiklah, saya pilih yang ini" ucapnya sambil menatap penampilannya sendiri di cermin.

Selesai mengganti pakaian, kakinya melangkah menuju kasir untuk melakukan pembayaran.

Tapi sialnya tiba-tiba ada orang yang menyerobot antrian.

"Dasar anak ini, kamu itu bisa mengantri tidak" tegur wanita yang berdiri di belakang pria itu.

"Maaf ya, silahkan" ucapnya seraya menarik pria itu ke sisinya untuk membiarkan Vania melakukan pembayaran.

Gadis itu hanya membalas dengan senyum ramah walau dalam hati sebenarnya kesal.

Namun tanpa Vania sadari, pria tadi terus menatapnya dengan tatapan aneh, seolah ia pernah bertemu dengannya.

...****************...

Saran, jangan lewat satu episode ya gengs, karena pasti ada clue per episode😂

.

.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!