NovelToon NovelToon

Istri Rasa Simpanan

Bab 1 IRS

Dimas dan Renata sudah berteman baik sejak masih sekolah menengah hingga saat ini, keduanya menjadi teman kuliah. Keduanya juga sering terlihat bersama, tapi sejauh ini hubungan kedua nya hanya sekeder berteman katanya. Padahal semua orang tau kalau salah satu dari mereka ada yang memendam perasaan lebih dari sekedar teman.

Keduanya sedang berjalan berdua menuju ruang kelas, hari ini ada kelas tambahan membuat mereka harus masuk kelas di hari minggu. Tapi seorang perempuan cantik mengalihkan perhatian keduanya.

"Kamu siapa?" Tanya Renata.

"Sila Derkain, saya mahasiswi baru." Jawabnya, perempuan manis itu bernama Sila ternyata.

"Ohh pindahan universitas mana?" Tanya Renata, secepat itu keduanya akrab. Itulah Renata, dia sangat pandai berbaur dengan orang lain, membuatnya sangat di sukai siswi lain tak terkecuali Reza, dia adalah teman Dimas.

"Universitas Bina Bangsa." Jawab Sila.

"Yaudah Lo duduk disini aja ama gue, jangan ama laki. Gue Renata gue manggil Lo Sisil aja kali ya?"

"Boleh kok, salam kenal ya Ren." Renata hanya mengangguk lalu tersenyum manis, membuat Sila juga ikut tersenyum.

"Sapa tuh?"

"Mahasiswi baru keknya, nape muka Lu kusut amat?" Tanya Reza pada Dimas yang memang wajahnya nampak kusut seperti benang layangan.

"Di hantam Mami, biasalah Za." Jawab Dimas, Maminya memang galak bukan main apalagi jika dia bersalah, sedikit saja. Tapi saat dia membawa Renata ke rumah, Maminya itu akan berubah 180 derajat.

"Wkwk, Lu nya sih kagak kapok-kapok. Udah tau Mami galak, masih aja balapan liar." Jawab Reza sambil terkekeh.

"Seru tau, taruhan nya menggiurkan. Nanti malem ikutan napa?" Ajak Dimas pada Reza. Ya, temannya itu memang penyuka balapan liar.

"Kagak ahh, takut mati muda gue." Jawab Reza.

"Cemen Lo Za, seru tahu."

"Kalau kalah terus buat apa?" Sindir Reza membuat Dimas mendelikan matanya pertanda tak suka.

"Aaahh males gue,"

"Dihh baperan Lu, Dim. Emang fakta nya Lo kalah terus, menang nya bisa di itung jari." Celetuk Reza.

Obrolan keduanya pun terhenti saat dosen datang, dia memanggil Sila ke depan dan memperkenalkan dirinya.

"Hallo, perkenalkan nama saya Sila Derkain. Saya pindahan dari universitas Bina Bangsa, senang bertemu kalian, semoga kita bisa berteman baik." Ucap Sila dengan menyunggingkan senyum manisnya.

Degg..

Dada Dimas terasa berdebar setelah melihat senyum manis Sila, ini pertama kali nya dia merasakan debaran itu di dadanya. Ini terasa aneh, apa dia mendadak punya penyakit jantung hingga merasakan hal semacam ini?

"Nape Lu oncom? Mendadak bengong." Tanya Reza membuat Dimas terhenyak.

"E-ehh kagak." Jawab Dimas, membuat Reza memicingkan matanya. Dia merasa aneh dengan tatapan mata Dimas pada Sila.

Singkatnya, bel berbunyi tanda jam istirahat datang. Renata mengajak Sila ke kantin untuk makan siang, di ikuti dua laki-laki ya siapa lagi kalau bukan Dimas dan Reza.

Renata duduk bersisian dengan Sila, begitupun Dimas dan Reza yang duduk berhadapan di depan mereka.

"Pesen apa nih?"

"Lu yang pesen ya Za?"

"Siap, apa aja nih?" Tanya Reza.

"Gue mie ayam baso aja deh." Jawab Renata.

"Samain aja." Ucap Dimas dan Sila barengan, membuat keduanya salah tingkah.

"Minum?"

"Es lemon tea." Jawab Renata.

"Aku teh tawar hangat."

"Gue samain aja sama Rere." Jawab Dimas, kebiasaan dia memanggil Renata dengan panggilan Rere.

"Oke, gue pesenin dulu." Reza pun bangkit dari duduknya dan pergi memesan makanan untuk mereka berempat.

"Kenalin gue Dimas Fahrian, Lu sape?"

"Sila Derkain, panggil aja Sisil." Jawab Sila, lalu membalas jabatan tangan Dimas.

Renata diam memperhatikan reaksi keduanya, Dimas menatap Sila dengan tatapan hangat nan lembut, beda saat dia menatap nya atau saat menatap gadis lain, apa mungkin Dimas sudah menyukai Sila? Tak mungkin kan? Tapi cinta pada pandangan pertama itu nyata, dia mengalami nya sendiri.

Dia ingat saat pertama kali melihat Dimas yang terlihat sangat tampan saat menggunakan seragam SMA, disaat itu Dimas adalah murid pindahan baru, persis seperti Sila saat ini. Dia bahkan ingat saat hatinya berdebar tak karuan dan jantung berdetak kencang saat dia melihat Dimas tertawa. Apa mungkin ini juga terjadi pada Dimas dan Sila? Tapi Sila terlihat biasa saja.

"Bengong Lu, napa?" Tanya Dimas.

"Kagak, gue cuma kepikiran tugas aja." Jawab Renata bohong, mau bagaimana lagi. Hampir 4 tahun memendam rasa cinta sendirian tanpa orang tau, membuatnya harus ekstra hati-hati menjaga ekspresi nya agar tak terlihat mencurigakan.

"Gimana kalo kita kerja kelompok?" Usul Reza yang baru saja kembali duduk setelah memesan makanan.

"Gue sih boleh-boleh aja, tapi gimana Lo bertiga aja." Jawab Renata santai, padahal dia adalah mahasiswi yang pandai, setiap ada tugas mereka pasti kerja kelompok atau meminta tolong pada Renata, termasuk Dimas. Dia langganan bolos, jadi sering meminta Renata mengerjakan tugas nya.

Tentu saja Renata dengan senang hati mengerjakan nya untuk Dimas, karena dia menyukai pria itu sudah sangat lama.

"Gimana Lo, Sil?" Tanya Renata.

"Boleh, rumah Lo dimana Re?"

"Di jalan gagal move on, gang 3." Jawab Renata santai.

"Oke, besok liburkan? Besok aja kerja kelompok nya gimana?" Usul Sisil.

"Boleh, gue tunggu di rumah ya."

Ketiga nya pun kompak menganggukan kepala nya, dan tak lama kemudian makanan yang mereka pesan sudah datang dan mereka pun makan dengan lahap. Renata sesekali menangkap gelagat aneh dari Dimas, dia terlihat mencuri pandang pada Sisil yang fokus makan.

'Apa Dimas beneran suka sama Sisil ya?' Batin Renata, kalau iya bagaimana?

Tapi kalau iya pun dia bisa apa, benar kata orang kalau masalah hati itu sulit berubah. Renata harus benar-benar menyiapkan mental nya, mau bagaimanapun hubungan nya dengan Dimas hanya sebatas teman, tak lebih. Itu membuat posisi nya serba salah.

"Makan, bengong Lu." Cetus Dimas, membuat Renata cengengesan.

"Belakangan ini Lu sering bengong, napa Re?" Tanya nya.

"Biasalah Dim, duit gue ilang lagi." Jawab Renata.

"Ilang? Perasaan Lu sering banget ilang duit." Kali ini Reza ikut nimbrung dalam obrolan, karena bukan sekali dua kali gadis itu mengeluh uang bulanan dari bibi nya hilang tanpa jejak.

"Kamu lupa kali Re?" Ucap Sisil.

"Nggaklah Sil, aku tuh kalo beli apapun pasti di catat sama harga nya, jadi gak mungkin aku lupa." Jawab Renata.

"Udahlah, gak usah mikirin duit. Mikirin tugas aja, nanti gue bantu."

"Makasih Za, tapi gue gak mau ngerepotin Lu terus, gue bisa kerja paruh waktu kok." Jawab Renata. Dia merasa tak enak pada Reza, pemuda itu terlalu sering membantunya, tanpa Renata tau kalau sebenarnya Reza menyukai nya sejak lama.

.....

🌷🌷🌷🌷

Bab 2 IRS

Setelah kelas selesai, seperti biasa Renata pulang bareng Dimas. Karena rumah mereka satu arah dan jarak nya juga tak terlalu jauh. Dimas memakaikan helm ke kepala Renata seperti biasa, seperhatian itu Dimas pada Renata, itulah yang mungkin membuat Renata baper dan menyukai Dimas sepihak. Tapi berbeda dengan Dimas, dia hanya menganggap kalau Renata hanya sebatas teman saja, tak lebih. Dimas tak memiliki perasaan apapun pada gadis itu.

"Gue duluan sama Dimas, Lu sama Reza aja ya Sil?"

"Emang rumah Lo dimana?" Tanya Dimas.

"Di jalan kenangan." Jawab Sisil.

"Searah tuh Za, bareng aja."

"Iya Dim, yaudah pulang sono." Ucap Reza, Dimas hanya mengangguk dan segera melajukan motornya menjauhi kawasan kampus.

Renata menyandarkan dagu nya di pundak Dimas, dia juga melingkarkan tangan nya di pinggang Dimas, bagi keduanya itu sudah biasa. Berpelukan di motor, sudah seperti pasangan kekasih, padahal hanya berteman.

"Re, menurut Lo Sisil gimana?"

"Asik sih Dim, cuma baru ketemu sekali aja kita gak bisa tau sifat asli orang, Dim. Kenapa?" Tanya Renata.

"Cantik, Re."

Degghh..

Hati Renata terasa sakit, lalu dia tak anggap? Selama ini Dimas tak pernah memandang nya sebagai wanita?

"Kok diem kenapa?"

"Nggak Dim." Jawab Renata lesu. Hati nya masih terasa cukup sakit mendengar pujian langsung dari mulut Dimas untuk Sisil, gadis yang baru pertama kali dia temui.

Sepanjang perjalanan, Renata hanya diam membuat Dimas heran, dia menghentikan laju motornya di pinggir jalan, tepat di depan stand yang menjual aneka jenis es krim, karena Dimas tau kalau sahabat nya itu menyukai makanan dingin dan manis itu.

"Lo kenapa Re? Pucet, sakit Lo?"

"Kagak, gue cuma pusing aja dikit." Jawab Renata.

"Jajan es krim gak?"

"Nggak deh, langsung pulang aja." Pinta Renata, Dimas hanya bisa menuruti permintaan Renata tanpa tahu apa yang membuat perubahan mood gadis itu.

'Renata kenapa? Dia mendadak jadi pendiam, perasaan aku gak ada salah ngomong kan?' Batin Dimas. Padahal perkataan nya yang dengan terang-terangan memuji gadis lain di depan Renata yang notabene nya menyukai Dimas sejak lama.

Singkatnya, Dimas dan Renata sampai di kostan nya, Renata tinggal sendirian karena orang tua nya sudah meninggal, setiap bulan akan ada paman dan bibi nya yang mengirimi uang dan menjenguk Renata rutin.

"Mampir dulu, Dim?"

"Pengen kopi, ada?" Tanya Dimas.

"Alah ngomong kopi, biasanya juga minum anggur!" Cibir Renata.

"Ya kan gue lagi sama Lo, gak mungkin gue mabuk disini." Jawab Dimas sambil cengengesan.

"Yaudah masuk, gue ganti baju dulu ntar gue buatin kopi nya." Ajak Renata, Dimas menurut lalu mengikuti Renata masuk ke dalam, duduk di kursi sederhana yang ada di ruangan tengah. Sudah biasa baginya keluar masuk kost an Renata.

Tak lama, Renata keluar dengan celana hotpants dan tangtop ketat yang membalut tubuh sempurna nya. Paha putih nya terekspos, membuat Dimas menganga. Ini pertama kalinya dia melihat Renata yang begitu sexy, selama hampir 4 tahun berteman dia baru menyadari kalau Renata itu cantik dengan body yang aduhai.

"Usap tuh iler, jorok amat." Cetus Renata membuat Dimas panik dan langsung mengusap bibirnya dengan tissu, membuat Renata terbahak.

"Napa ketawa Lu?"

"Bisa aja di bohongin, lagian kenapa bengong gitu? Gue cantik? Baru sadar ya, terus selama ini Lo kemana aja?"

"Dihh kepedean Lo, jelek juga." Ucap Dimas dengan nada kesal nya.

"Ehh btw pengen kue gak? Gue kemarin nyoba bikin bolu resep bibi gue."

"Bawa aja sama kopi, Re." Jawab Dimas, Renata mengangguk dan pergi ke dapur membuatkan kopi untuk Dimas.

Tak butuh waktu lama, secangkir kopi dan sepiring kue bolu yang sudah di iris tersaji di meja kecil dekat kursi.

"Keliatan nya sih enak, tapi gak tau deh." Dimas mencomot satu potong kue itu dan memakan nya.

"Enak Re, gak terlalu manis." Puji Dimas, membuat Renata tersenyum puas.

"Lain kali belajar bikin brownies ya, gue sama Bunda suka soalnya."

"Eehh kangen bunda deh, udah lama gak main ke sana." Cetus Renata.

"Ya kenapa? Bunda nanyain terus."

"Bilangin sama Bunda, nanti gue main lagi kesana kalau udah bisa bikin brownies." Jawab Renata.

"Sini deh Re." Pinta Dimas. Renata yang tak mengerti maksud Dimas pun mendekat dan duduk di samping pemuda itu.

"Lo jangan pake baju ketat gini kalau keluar ya?"

"Kenapa gitu?"

"Bisa ngundang cowok jahat deketin Lo, Re." Jawab Dimas tenang.

"Ohh iya Dim, gue gerah sih kalo di rumah."

"Gapapa kalo di rumah." Ucap Dimas, lalu mengusap kepala Renata dengan lembut.

Cupp...

Renata menoleh saat merasakan benda kenyal nan basah mengecup pipi nya, Dimas tersenyum lalu meraih dagu Renata dan tanpa ragu mencium bibir Renata.

Gadis itu mematung, bahkan saat bibir Dimas bergerak pun dia tetap diam tak membalas ciuman Dimas, dia terlalu shock saat ini.

Ciuman bibir itu berlangsung beberapa detik, sebelum akhirnya Dimas melepaskan ciuman nya, lalu tersenyum dan menyeruput kopinya juga memakan kue bolu buatan Renata.

'Oh my god, first kiss gue!'

Renata meraba bibirnya yang masih terasa basah, bahkan rasa ciuman itu masih membekas. Inikah rasanya ciuman pertama? Apalagi ciuman nya dengan orang yang kita sukai ternyata sangat membahagiakan.

"Nape senyam-senyum? Ciuman gue enak gak, Re?"

"Lu apa-apaan sih? Gak sopan tau cium orang tanpa izin." Ketus Renata, padahal dalam hatinya dia bersorak kegirangan.

"Tapi Lu diem aja tuh."

"Y-ya kan gue terkejut, Dimas." Renata mencoba mengelak, tapi sialnya wajah nya malah memerah.

"Tapi wajah Lu merah, Re." Goda Dimas membuat Renata bertambah malu saja.

"Dahlah, kalau udah selesai pulang sana." Usir Renata.

"Dihh ngusir, suka-suka gue lah mau disini sampe kapan."

"Ini rumah gue ege!"

"Lu disini ngontrak kali." Cetus Dimas membuat Renata tak bisa berkata-kata lagi.

Dimas terkekeh saat melihat Renata hanya diam, sesekali dia menyenggol lengan Renata. Tapi gadis itu hanya melirik dengan ujung mata nya saja, lalu kembali menatap ke depan.

"Re, nanti malem gue mau balapan. Ngikut gak?" Tanya Dimas.

"Nggak ahh, bisa gak sih hobi Lu tuh ganti ke yang lebih bermanfaat gitu?"

"Namanya juga hobi Re, udah di banting nyokap juga tetep aja ikutan." Jawab Dimas.

"Taruhan nya apa?"

"Duit 5 juta doang." Jawab Dimas.

"Dapet duit gak seberapa tapi nyawa taruhan nya, Dim. Buat apaan sih? Lagian nyokap Lu kan mampu ngasih Lu duit segitu."

"Sensasi nya beda dong Re, bangga kalo menang."

"Serah Lu dah, buruan balik. Gue mau tidur nih, capek."

"Elahh, giliran tidur aja cepet." Renata mendelik lalu menepuk kuat lengan Dimas membuat pria itu tergelak, dia berdiri lalu memilih pulang saja.

"Gue balik dulu, kalo ada apa-apa telepon gue Re."

"Siap." Jawab Renata sambil tersenyum.

Dimas pun pergi dari rumah kontrakan Renata dengan motor sport nya, tanpa setau nya Renata berjingkrak-jingkrak kesenangan. Dia bahagia bukan main saat Dimas mencium nya, apa ini tanda nya kalau Dimas juga mulai menatap nya? Tidak! Jangan terlalu berharap dulu, nanti kecewa.

🌷🌷🌷🌷🌷

Bab 3 IRS

Dimas memarkir motor nya langsung di garasi, Mami Erika langsung menyambut kedatangan putra semata wayang nya itu dengan senyuman merekah di bibirnya, tapi saat melihat Dimas hanya sendirian, senyuman itu langsung pudar begitu saja.

"Sore Mami ku yang cantik." Goda Dimas pada Mami nya, lalu mengambil salah satu tangan Mami nya dan mengecup punggung tangan nya dengan lembut.

"Mana Renata? Katanya mau kesini, kok kamu sendirian?" Tanya Mami Erika. Maklum lah, sudah cukup lama Renata tak bertamu ke rumah ini, wajar saja jika Mami Erika merindukan sosok gadis cantik nan periang itu.

"Elah Mami, anak nya pulang bukan nya di sambut, di tanyain udah makan apa belom, ehh ujug-ujug nya nanyain Renata."

"Ya kan katanya Rere mau main kesini hari ini, Dimas."

"Renata nya capek katanya, dia juga mau belajar dulu bikin kue brownies buat Mami." Hibur Dimas, benar saja Mami Erika langsung tersenyum.

"Duhh benar-benar definisi calon menantu idaman ya Renata itu, sampe repot-repot mau belajar cuma buat bawain kue kesukaan calon mertua nya." Celoteh Mami Erika membuat wajah Dimas masam seketika.

"Mami, ayolah Dimas sama Renata cuma teman aja gak lebih, jadi jangan terlalu berharap banyak." Peringat Dimas, Mami nya ini selalu saja menyinggung soal Renata yang pantas menjadi istrinya, padahal dia tak memiliki perasaan apapun pada gadis itu, hanya menganggap nya sebagai sahabat, itu saja tak lebih.

"Tak ada yang tahu jodoh, Nak. Bisa saja kalian berjodoh kan? Lagipula usia mu sudah 24 tahun, sudah cukup dewasa untuk bisa melihat mana yang baik dan mana yang buruk."

"Dimas masih kuliah semester enam Mi, nanti aja masih banyak waktu buat ngurus dunia percintaan. Sekarang Dimas laper mau makan, Mami masak apa?" Tanya Dimas, seolah tak peduli dengan apa yang di ucapkan oleh sang Ibu.

Lihat aja di meja, nanti malem Mami mau arisan di komplek sebelah, kamu jangan kemana-mana ya, jagain rumah."

"Okey." Jawab Dimas, Mami Erika pergi menjauh dari Putra nya yang tengah makan dengan lahap itu, Dimas tersenyum penuh arti, itu artinya dia tak perlu repot-repot mengiba untuk sebuah izin keluar malam dengan ancaman-ancaman mematikan yang pasti akan di lontarkan sang Ibu jika dia berani menentang.

Malam harinya, Mami Erika sudah bersiap untuk pergi ke arisan ibu-ibu komplek. Dengan dandanan sederhana dan tas kecil yang dia tenteng membuat Mami Erika terlihat sangat anggun di usia nya yang tak lagi muda.

"Mami pergi dulu, jam 10 pulang. Ingat jangan kemana-mana, awas ya kalo sampe Mami pulang kamu gak di rumah."

"Iya Mami, Dimas ngerti. Lagian Dimas mau kemana malem-malem gini?"

"Pokoknya awas kalo Mami pulang kamu gak ada di rumah, Mami potong uang jajan kamu sama semua fasilitas kamu!"

"Isshh Mami, iya Mi." Jawab Dimas. Mami Erika pun pergi dengan langkah terburu-buru karena dia sudah hampir terlambat.

Dimas tersenyum lalu pergi ke kamar nya mengambil jaket kulit dan helm, tak lupa kunci motor. Dia mengunci pintu dan pergi dengan motor gede nya itu, secepat kilat motor gede itu melesat jauh meninggalkan rumah karena Dimas mengemudikan nya dengan kecepatan tinggi. Tapi sebelum itu, dia sempat mengabari Renata kalau dia akan berangkat ke arena balap liar itu. Meski awalnya Renata tak mengizinkan, tapi akhirnya dia juga tak bisa apa-apa lagi selain membiarkan.

"Re, gue mau berangkat buat balapan itu." Izin Dimas pada Renata.

"Yakin Dim? Jangan pergilah, perasaan gue gak enak."

"Enakin aja lagi, udah ya gue pergi dulu." Pamit Dimas lagi.

"Yaudah terserah Lu, hati-hati."

"Okey Re." Jawab Dimas lalu mematikan sambungan telepon nya.

Dimas benar-benar pergi untuk balapan di jalanan sepi. Disana sudah banyak peserta dan panitia balapan, meski sering sekali ada polisi yang datang membubarkan pasukan penyuka balapan liar itu, tapi yang namanya remaja sangat sulit di atur dan tak ada jera nya.

"Hai Dimas.." Sapa seorang perempuan dengan pakaian seksi. Dia adalah panitia balapan itu, hadiah nya memang tak besar tapi cukuplah untuk membeli bakso satu gerobak.

"Hai juga." Jawab Dimas, kepribadian nya yang mudah bergaul membuat nya di sukai oleh banyak wanita, bahkan tak jarang banyak perempuan yang menggoda nya, tentunya godaan mereka pasti tertuju ke arah ranjang.

"Siap buat balapan hari ini?"

"Siap dong." Jawab Dimas percaya diri. Tapi disini, suasana persaingan sangat terasa. Apalagi Dimas adalah peserta yang paling di sukai karena kepribadian nya, membuat peserta lain merasa iri.

"Kita mulai balapan nya.." Seru panitia lain dengan menggunakan toa, para peserta pun langsung bersiap di garis start, tak terkecuali Dimas.

Dua orang di samping kanan dan kiri Dimas tampak mengode, jelas mereka punya niat jahat pada Dimas, dan pria itu tak menyadari nya.

Deru mesin motor bising mulai mengisi kesunyian malam.

"Siap, 1.... 2.... 3.." Bendera di kibarkan dan para pembalap pun langsung melesat meninggalkan garis start.

Dimas memacu motornya dengan kecepatan tinggi, membuatnya berada di posisi pertama saat ini. Tapi dua orang tadi tak tinggal diam, mereka memepet Dimas dan salah satu dari mereka menendang motor Dimas hingga membuat nya kehilangan kendali dan menabrak pohon di sisi jalan.

Brakk..

Dimas terjatuh, helm nya pecah dengan luka di tangan dan kaki, dia langsung tak sadarkan diri dengan tubuh yang berlumuran darah. Panitia langsung menghentikan balapan dan menolong Dimas, membawa nya ke rumah sakit terdekat.

"Kita kasih tahu siapa?"

"Cari aja ponsel nya di saku, terus telepon siapapun yang terakhir Dimas telepon." Saran yang lain, dia langsung menurut dan ternyata Renata lah yang terakhir Dimas hubungi.

Panitia itu menelpon nomor Renata, cukup lama tapi tanpa jawaban, karena malam sudah sangat larut, pasti Renata sudah tertidur.

"Gak di angkat."

"Coba terus sampe di angkat." Perintahnya, lagi-lagi orang itu menurut dan kembali menghubungi nomor Renata.

Di rumah, Renata sedang tidur nyenyak, dia bermimpi indah karena tadi siang dia mendapat ciuman mesra dari pujaan hatinya.

Tapi mimpi nya itu terganggu karena suara ponsel yang berbunyi nyaring. Dia membuka mata nya yang masih terasa berat, lalu melihat siapa yang menelpon nya selarut ini. Renata menggeser ikon berwarna hijau.

"Hallo, kenapa Dim?"

"Ini Nona Renata?"

"Iya, ini siapa? Dimana Dimas?" Tanya Renata.

"Maaf, saya panitia balapan yang di ikuti Dimas."

"Lalu?"

"Dimas mengalami kecelakaan fatal, saat ini kami membawanya ke rumah sakit di jalan anggrek." Jelasnya membuat Renata menganga, ternyata firasat nya tak berbohong, apa yang dia khawatirkan benar-benar terjadi.

"Saya kesana sekarang!" Putus Renata, lalu mematikan sambungan telepon nya. Dia bangkit dari tidurnya dan mengganti pakaian nya lalu segera pergi.

Dia memesan ojol yang melayani 24 jam, setelah mendapatkan nya, Renata langsung berangkat, tak peduli akan dingin nya malam, yang dia tahu, dia harus cepat ke rumah sakit dan menemui Dimas.

"Semoga saja kamu baik-baik saja, Dim."

....

🌷🌷🌷🌷

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!