NovelToon NovelToon

Perjalananku Menuju Mu, Suamiku

Trauma

"Lo itu Three B, Nggak pantas buat gue yang Tripel H " kata-kata itu kembali terlintas dipikiran Chelsy saat melihat sebuah foto muncul di akun media sosialnya. Seketika moodnya langsung berubah dan dadanya terasa begitu sesak.

"Gue harus cari udara segar" gumam Chelsy sambil berjalan keluar dari tenda miliknya. Di luar tenda, dia sudah dihadapkan dengan pemandangan lampu-lampu yang berjejeran di sepanjang jalan bumi perkemahan yang membuat malam terasa semakin indah dan bercahaya.

Chelsy yang mengenakan pakaian pramuka lengkap itu melangkah menuju deretan lampu tersebut. Matanya tertuju pada sebuah kursi yang berada didekat pohon yang dilingkari dengan lampu warna-warni.

“Gue harus kesana, sayang jika terlewatkan” ujar Chelsy yang langsung berlari menuju kursi tersebut dengan senyum lebar di bibirnya.

Bruukk…….

Chelsy tidak menyadari ada sebuah lubang dihadapannya, akibatnya kaki kirinya masuk ke lubang tersebut dan lutut kaki kanannya tergores ke tanah, sehingga kaki dan lututnya sedikit terkilir dan terluka. Chelsy berusaha untuk keluar dan bangkit, namun rasa sakit di kaki dan lututnya membuat dia terjatuh lagi.

“Tolong” berusaha berteriak tapi suara itu tidak cukup keras untuk dapat terdengar oleh orang lain. Menengok kanan kiri, mencoba melihat seseorang yang bisa membantunya. Dan tatapannya terhenti pada seseorang yang berdiri sedikit jauh darinya.

“Siapa pun itu, tolong!” Chelsy berusaha berteriak lebih keras agar bisa terdengar oleh orang tersebut. Orang tersebut perlahan menghampiri Chelsy, namun karena dia lupa memakai kacamata, dia tidak bisa melihat wajah orang tersebut.

"Apa bisa lo nolong gue untuk berdiri ??" ucap Chelsy yang masih terduduk memegang kakinya.

"Bisa" sambil mengulurkan tangannya. Chelsy pun meraih tangan itu dan berusaha berdiri. Seketika raut wajah Chelsy berubah saat melihat wajah itu sudah berdiri tepat dihadapannya, amarah pun mulai terlihat dimatanya dan dadanya menjadi sesak dua kali lipat.

"Kenapa? Apa gue membuat lo terkejut?" Ucap Andre dengan menaikkan alisnya. Suara itu membuat Chelsy sadar dan langsung melepaskan tangannya dari genggaman Andre. Chelsy membalikkan badannya dan melangkah menuju tendanya tanpa menghiraukan Andre.

"Gue yakin lo pasti enggak bisa ngelupain gue sampai sekarang. Dan gue juga yakin kalau lo enggak bisa menemukan seseorang yang bisa menggantikan posisi gue" Ucap Andre dengan tatapan sombong yang terpancar jelas dimatanya.

Chelsy menghentikan langkahnya dan memutar kembali badannya dengan perlahan, menghela napas dilanjutkan dengan sedikit tawa disudut bibirnya.

"Gue??” Menunjuk dirinya sendiri.

“Nggak bisa ngelupain lo??” tanya Chelsy dengan mengerutkan dahinya.

"Lo dengar baik-baik yaa, bisa ngelupain atau nggak itu bukan urusan lo. Yang pasti, hidup gue sudah bahagia karena orang seperti lo udah nggak ada di kehidupan gue, rasanya itu seperti keluar dari neraka" ucap Chelsy dengan polosnya tanpa rasa bersalah.

"Apa lo bilang?" ucap Andre dengan menunjuk tajam kearah Chelsy.

“Satu lagi, lo bilang nggak ada yang mau sama gue?” melirik Andre yang lagi menatapnya dengan amarah yang sangat bergejolak.

“Sebelumnya gue mau berterima kasih sama lo. Karena gue rasa lo masih terlalu peduli dengan hidup gue atau lo….?” Chelsy menghentikan ucapannya dan berjalan selangkah ke depan Andre.

“Apa?” Cetus Andre dengan tatapan yang bertanya-tanya.

“Atau lo yang sebenarnya belum bisa ngelupain gue?” pertanyaan itu membuat Andre terdiam tanpa kata - kata.

"Yang terakhir, gue merasa puas karena gue adalah satu – satunya orang yang berani mutusin lo, bukan lo yg mutusin gue" lanjutnya dengan nada yang lumayan keras, membuat telinga Andre semakin panas. Andre mengepalkan tangannya dan berjalan selangkah ke depan Chelsy.

Prakkkkkkk....

Tamparan itu membangunkan Chelsy dari mimpi buruknya.

"Astaghfirullah" ucap Chelsy dengan wajah berkeringat dan penuh ketakutan. Chelsy segera meraih segelas air di samping kasur lalu meminumnya.

Melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 05.30 Chelsy segera menuju kamar mandi dan bersiap untuk pergi kuliah.

Chelsy Olivia. Seorang mahasiswi yang sekarang menduduki semester 3 di universitas ternama di Jakarta. Chelsy merupakan seorang gadis yang memiliki tubuh kurus, kulit hitam manis serta berkaca mata. Tampilannya yang sederhana dan non make up membuatnya tidak terlalu dipandang di kampus.

*Kampus*

"Chel! Sini!" Arumi menepuk kursi disampingnya, mengisyaratkan kalau kursi itu telah disiapkannya untuk Chelsy. Arumi adalah sahabat Chelsy sejak semester 2. Chelsy pun berjalan menuju kursi yang telah disiapkan oleh sahabatnya itu.

"Assalamualaikum" seseorang masuk dengan langkah yang tegas sambil mengucapkan salam.

"Waalaikum salam" jawab semua mahasiswa karena yang masuk itu adalah dosen yang mengajar mereka pada hari ini.

"Saya ada rapat sekarang, jadi silahkan di buka bukunya! Baca dan kerjakan latihan yang ada di buku tersebut! Boleh kerjakan secara berkelompok. Minggu depan akan saya jelaskan untuk soal yang tidak di pahami. Apakah ada pertanyaan?" Ujar dosen yang berdiri di samping papan tulis.

"Maaf pak, untuk pembagian kelompoknya gimana pak??" tanya seorang mahasiswa dengan mengangkat tangannya.

"Pembagiannya berdasarkan Absen saja" jawab dosen itu dengan datar.

"Baik pak" dengan menganggukkan kepalanya.

"Apakah ada pertanyaan lagi?" Beliau bertanya lagi, namun semuanya hanya diam sambil menggelengkan kepala mereka.

"Baiklah mungkin pertemuan kita cukup sampai disini, silahkan kerjakan apa yang telah saya instruksikan. Assalamualaikum" ucap dosen itu sembari keluar ruangan.

"Waalaikum salam" jawab mereka dengan wajah berseri-seri yang terlihat jelas dari ekspresi mereka.

"Yes" beberapa mahasiswa berdiri sambil mengangkat tangannya. Mengungkapkan betapa senangnya mereka hari ini.

Disaat semuanya sibuk dengan pekerjaan mereka, Fuji datang menghampiri Chelsy yang sedang asik dengan pena dan bukunya. Fuji merupakan sahabat sekaligus keluarga jauh Chelsy menyukai dunia K-POP dan pandai make up.

"Selesai kuliah, kita pergi makan ya" bisik Fuji. Chelsy hanya menganggukkan kepalanya. Sementara Arumi hanya melirik dan kembali membuat tugasnya tanpa memperdulikan mereka. Arumi dan Fuji adalah kedua sahabat Chelsy yang enggak bisa disatukan dalam keadaan apapun.

Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 yang menandakan perkuliahan hari ini telah selesai dan semuanya keluar dari ruangan.

"Ayo Chel!" Fuji meraih lalu menggenggam tangan Chelsy.

"Gue pulang duluan Arumi" ucap Chelsy kepada sahabatnya itu. Arumi hanya terdiam karena rencananya untuk mengajak Chelsy pergi keduluan oleh Fuji.

*Cafe*

“Nasi goreng 2 mbak!”. Ucap Fuji ke pelayan cafe.

"Ditunggu ya kak" jawab pelayan cafe sambil menulis pesanan. Fuji hanya mengangguk mengiyakan.

Lalu berjalan menuju Chelsy yang sudah duduk disudut cafe dengan handphone ditangannya.

“Fuji!” suara itu menghentikan langkah Fuji. Perlahan Fuji membalikkan badannya dan…

“Arnold” dengan girang Fuji langsung menghampiri Arnold.

“Ngapain lo kesini?” lanjutnya

“Memberi nutrisi cacing-cacing yang lagi kelaparan di perut gue” jawab Arnold yang berusaha mendatarkan ekspresinya. Namun saat mereka saling menatap tawa pun pecah seketika.

“Ayo! lo gabung aja dengan gue dan sahabat gue. Disana!” Fuji menunjuk kearah Chelsy.

“Chel!” teriak Fuji sambil melambaikan tangannya. Mendengar itu Chelsy yang lagi asik scroll tiktok menoleh, dia melihat Fuji bersama seorang pria tapi dia tidak memperdulikannya dan kembali melihat handphonenya. Mereka pun segera menghampiri Chelsy dengan berjalan berdampingan.

"Silahkan duduk" ucap Fuji kepada Arnold.

Arnold duduk tepat di hadapan Chelsy. Dengan sifat yang nggak peduli, Chelsy hanya fokus pada handphonenya tanpa melirik sedikitpun.

"Chelsy. Perkenalkan ini sahabat gue, Arnold Prananda. Dia anak organisasi di jurusan kita." Terkejut namanya di panggil, Chelsy pun segera meletakkan handphonenya dan melirik ke arah Arnold.

"Mm, Gue Chelsy, Chelsy Olivia" sambil menundukkan kepalanya. Dia tahu Arnold adalah ketua yang dipercaya untuk memimpin kelas pada semester ini. Siapa yang enggak kenal dengan Arnold, ketampanannya membuat para gadis tergila-gila saat melihatnya, tapi tidak berlaku pada Chelsy.

"Lo tahu Arnold? Chelsy tu anaknya nggak suka dekat kali dengan laki-laki, karena dia udah pernah di kecewakan. Jadi dia menutup dirinya." Bisik Fuji ke sahabatnya itu. Chelsy hanya diam melihat mereka yang sedang asik bercengkrama.

"Sahabat gue yang satu ini beda dari yang lain kok Chelsy" ucap Fuji dengan nada yang sedikit keras supaya Chelsy mendengar dan melihat kearahnya. Fuji sangat paham betapa dalamnya trauma sahabatnya itu terhadap laki-laki. Chelsy hanya menatap sahabatnya tanpa berkata apapun.

"Gue yakin lo nggak bakalan nyesel kalau berteman dengan dia." Lanjutnya tapi Chelsy justru memalingkan tatapannya.

"Semoga kita bisa menjadi teman suatu saat nanti" sambung Arnold dengan menatap Chelsy. Mendengar itu Chelsy hanya tersenyum kecil tanpa melihat kearah Arnold. Sedangkan Fuji hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya itu.

"Pesanan atas nama Fuji dan Arnold" ucap pelayan cafe. Mereka pun melambaikan tangan dan pelayan pun menuju meja mereka.

"Kapan lo pesan makanan?" Tanya Fuji kepada sahabatnya itu, saat pelayanan cafe meletakkan makanan mereka.

"Terimakasih buk" ucap mereka serempak. Pelayan mengangguk mengiyakan.

"Tadi sebelum gue manggil nama lo" jelas Arnold. Mereka pun makan bersama.

"Gue mau beli minuman, kalian mau nggak??" lanjut Arnold yang mulai bangkit dari kursinya.

"Gue mau, samakan aja dengan punya lo" ucap Fuji tanpa pikir panjang.

"Lo?" Tanya Arnold kepada Chelsy yang masih sibuk dengan handphonenya. Chelsy hanya menggelengkan kepalanya.

"Oke" Arnold langsung pergi tanpa bertanya lebih banyak, karena dia yakin Chelsy masih belum bisa menganggapnya teman.

Setelah beberapa saat, Arnold kembali dengan minuman di tangannya. Memberikan minuman kepada Fuji dan segera mengambil tas untuk pergi.

"Lo mau kemana?" tanya fuji saat melihat sahabatnya itu panik sendiri.

"Gue ada urusan. Gue pulang duluan ya" ucap Arnold sambil melambaikan tangannya.

"Oke, hati-hati" ucap fuji sedangkan dan Chelsy hanya senyum tanpa mengerti apa yang terjadi.

Setelah Arnold pergi, Fuji menatap sahabatnya itu. Dia berpikir apakah Arnold tersinggung dengan sikap Chelsy atau gimana. Tapi dia juga tahu Arnold bukan orang yang mudah tersinggung untuk hal yang sepele seperti ini.

"Lo nggak boleh kek gitu, dia baik kok, gue yakin lo akan betah berteman dengannya. Dan lo juga nggk usah khawatir dia udah punya pacar kok, jadi lo nggk usah takut lagi" Fuji mempertegas perkataannya dan berusaha menyakinkan Chelsy. Tapi Chelsy hanya senyum mendengar perkataan sahabatnya itu.

"Gue lebih takut lagi kalau dia punya pacar" gumam Chelsy dalam hatinya.

Tugas

Hari ini tidak ada jadwal perkuliahan. Chelsy yang masih berbaring di kasurnya bingung mau melakukan kegiatan apa dihari libur ini. Dia memainkan handphonenya dan secara tidak sengaja dia melihat postingan temannya yang sedang joging. Seketika matanya tertuju pada jaket yang tergantung di belakang pintu kamarnya.

“Sepertinya gue harus menikmati suasana pagi ini deh” ujarnya sambil bangkit dari kasurnya. Membereskan kasur dan segera melangkah ke kamar mandi. Tidak membutuhkan waktu lama, Chelsy pun keluar dari kamar mandi.

“Gue harus pergi kemana ya?” lanjutnya. Bersiap tanpa tujuan yang jelas. Tidak lupa dia memasang handset di kedua telinganya. Melangkah keluar dari kos, langkah demi langkah masih membuatnya bingung harus kemana.

Kruukkkk....

Bunyi perutnya membuatnya berpikir ke suatu tempat. Berusaha berlari-lari kecil sembari olahraga menuju tempat yang ingin dia kunjungi. Tidak lupa dia memutar lagu kesukaannya dan di ikuti oleh gerakan mulutnya. Tidak sampai 10 menit, Chelsy pun sampai pada tujuannya.

"Lontong seporsi buk" ucapnya dengan setengah nafas yang mulai terputus-putus. Chelsy langsung duduk ketika melihat ada sebuah meja kosong di hadapannya dan segera. mengambil segelas air untuk melepaskan dahaganya.

Matanya melotot melihat gorengan kesukaannya berada di samping meja tempat duduknya. Tanpa pikir panjang dia pun langsung mengambil dan memindahkan ke mejanya.

“Ini lontongnya nak” ujar Ibu Yanti. Tempat sarapan pagi Chelsy ketika dia sedang malas memasak.

“Terimakasih buk” jawab Chelsy dengan mengalihkan pandangannya ke bu Yanti. Buk Yanti mengangguk mengiyakan, tidak lupa senyum tipis di bibirnya. Chelsy adalah salah satu pelanggan Buk Yanti, sehingga wajahnya pasti familiar di ingatan Buk Yanti.

Menikmati makanan yang ada dihadapannya dengan handphone ditangannya. Seperti biasa tanpa memperdulikan orang disekitarnya dan sibuk dengan diri sendiri. Tanpa dia sadari ada seseorang yang mendekati mejanya.

“Hai” seseorang menyapanya. Chelsy pun mengalihkan pandangannya ke orang tersebut.

“Iya?” raut kebingungan terlihat jelas diwajahnya.

“Apakah anda tidak mengenali saya?” cetus orang itu. Melihat ekspresi Chelsy yang masih menatapnya. Chelsy berusaha mengingatnya, tapi dia lupa dengan namanya.

“Sepertinya anda lupa dengan saya, saya Arya Bramantyo” lanjutnya.

“iya, saya lupa, maaf ya”. Ucap Chelsy. Chelsy langsung mengalihkan pandangan lagi. Gaya bicara Chelsy langsung berubah tergantung cara bicara orang kepadanya.

“Sendiri aja?, boleh gabung nggak?” ucap Arya yang langsung menggeser kursi di hadapan Chelsy tanpa menunggu jawaban dari Chelsy.

Melihat hal itu Chelsy hanya bergumam kecil “silahkan”.

"Kamu biasa makan disini ya?" tanya Arya melihat Chelsy yang tidak memperdulikannya. Chelsy hanya menganggukkan pertanyaan Arya.

"Saya juga sering ke sini, tapi saya tidak pernah melihatmu". Ucap Arya yang masih menatap Chelsy.

"Mungkin karena belum di pertemukan aja" Jelas Chelsy dengan menatap Arya dengan raut datarnya.

Rasa tidak nyaman dan gelisah membuat Chelsy terburu-buru menghabiskan makanannya. Sebuah ide melayang dipikirannya.

“Driiinnnggggg…”

Dering itu membuat Arya melirik Chelsy. Tapi itu bukan dering telepon, melainkan sebuah nada yang sengaja diputar Chelsy agar dia punya alasan untuk segera pergi dari Arya.

Berpura-pura bicara dengan seseorang dan terlihat sedikit terburu-buru, Chelsy langsung pergi meninggalkan Arya dan pamit dengan senyuman tipis diwajahnya.

“Akhirnya gue bisa lepas juga darinya” gumamnya dengan langkah besar menuju kosnya.

Matahari mulai menenggelamkan dirinya dan dinginnya malam membuat Chelsy merasa ingin tidur lebih awal. Segera menyiapkan bahan kuliah untuk besok dan….

"Astaga.. Tugas gue” mengoceh dengan sedikit kesal karena dia tidak bisa tidur cepat sesuai rencana awalnya.

“Gue harus segera menyiapkan tugas ini" ucap Chelsy yang cemas karena tugas itu sama sekali belum di buatnya.

Chelsy berusaha menelpon teman-temannya, karena kalau harus berpikir sendiri ini membutuhkan waktu yang lama dan mungkin dia tidak akan tidur malam ini.

"Arumi gimana tugas lo? Udah selesai?" Ujarnya.

"Emang ada tugas tuch??" Gue aja nggak tau kalau ada tugas. Hahaha". Mendengar jawaban itu Chelsy hanya tertawa dan tidak bisa berharap banyak dari temannya itu.

“Okelah”. Langsung matiin dan segera menelpon Fuji.

"Fuji, tugas lo udah siap?" tanyanya dengan penuh harap.

"heheh. Belum" Jawaban yang sama pun kembali didengar Chelsy.

"Tapi gue coba tanya yang lain dulu" lanjutnya dan langsung mematikan tanpa menunggu jawaban Chelsy. Berusaha mencoba menyelesaikan soal-soal yang diketahuinya dan berharap ada keajaiban dari Fuji. Sudah 2 jam mengerjakan tugas, Chelsy mulai kewalahan.

Truuttt.... Truuuttt

Langsung meraih handphone dengan mata yang mulai kabur. Ternyata ada chat dari Fuji, seketika matanya langsung terang melihat isi chat Fuji.

^^^Fuji^^^

^^^"Gue dapat contekan dari Arnold nih, lo buat sekarang juga dan setelah itu tidur, jangan begadang😒"^^^

Chelsy

"Hehehe, makasi banyak Fuji" balasnya dengan senyum yang merekah, karena dia bisa tidur malam ini.

"Ternyata Arnold itu pintar juga ya" Gumamnya sembari menulis jawaban yang dikirimkan Fuji.

Ding...Ding

Jam alarm membangunkan Chelsy dari tidur nyenyak nya.

Berusaha bangkit dan segera menuju kamar mandi dan bersiap-siap ke kampus.

Chelsy menuju kelas hari ini dan pandangannya terhenti pada Arnold yang duduk disudut kelas dengan senyum tipis di bibirnya. Melihat itu, Chelsy membalas senyumnya karena mengingat tugas yang dikirim Fuji kemarin adalah jawaban dari Arnold, tanpa itu mungkin dia akan bergadang semalaman.

"Chelsy" suara itu mengalihkan pandangan Chelsy dan melihat sekitar untuk menemukan suara tersebut.

Lalu Arumi melambaikan tangannya, seperti biasa sebuah kursi kosong sudah tersedia disampingnya.

"Udah siap tugas lo? Tanya Arumi, karena tugasnya belum siap. Chelsy hanya mengangguk.

"Boleh gue lihat?" Tanyanya lagi. Chelsy segera mengeluarkan tugasnya dan memberikan kepada Arumi.

Karena Chelsy tau, Arumi nggak punya sahabat lain selain dirinya.

Perkuliahan berakhir setelah 2 jam berikutnya. Pulang perkuliahan Fuji yang menunggu di kursinya, mengajak Chelsy makan bareng lagi. Dan seperti biasa Arumi keduluan lagi oleh Fuji.

Mereka menuju sebuah cafe yang tidak terlalu jauh dari kampus. Fuji memesan dilanjutkan dengan mencari tempat yang kosong dan pandangannya terhenti pada sebuah kursi yang telah diduduki seseorang, yang mana seseorang itu tidak terasa asing olehnya.

Chelsy yang melihat itu hanya bisa bergumam "dia lagi". Fuji melangkah menuju kursi itu yang tidak lain adalah sahabatnya Arnold. Tidak bisa mengelak, Chelsy hanya bisa diam sambil mengikuti langkah Fuji.

"Woi Arnold, sendirian aja nih? Boleh gabung nggak?" Ketus Fuji

"Eh Fuji, Boleh, silahkan" ucap Arnold dengan sedikit melirik, karena dia lagi sibuk dengan beberapa kertas di depannya.

"Ngapain lo? Organisasi lagi?" Fuji memutarkan bola matanya.

"Ya, seperti biasa, setiap 1 tahun sekali kami mau merekrut beberapa orang untuk pengurus baru. Udah beberapa data yang gue baca, tapi gue masih kekurangan orang. Lo mau ikut gabung nggak Fuji??" Tanya Arnold.

"Ahhaha. Gue?? Nggk ada sedikit pun minat gue untuk masuk dalam kepengurusan" dengan wajah yang tidak berselera.

"Mmm.. siapa lagi ya?? Berusaha mengingat-ingat.

"Siapa yaaa.. gimana kalauuuuu... Chelsy?" tunjuk Fuji kepada sahabatnya itu.

"Hah?" dengan mata yang melotot.

"Chelsy yaa.. gue liat dulu biodatanya". Mencari biodata Chelsy di beberapa lembaran kertas.

"Bagus nihhh. Kenapa ini sampai kelewat dan nggak terlihat sama gue dari tadi..."lanjutnya

"Lo pernah ikut organisasi di SMA ya??" dengan raut yang sedikit terkejut.

"Gimana kalau lo gabung di pengurusan??" Lanjutnya.

"Waduhhh. Gue nggak paham dengan organisasi di kampus ini. Jadi gue nggak tau kalau gue bisa atau nggk". Jawab Chelsy.

"Lo tenang aja, kan ada gue juga disana, kalau lo nggak tau, lo bisa tanya gue kok". Bujuknya.

"Mmm... Boleh gue pikir dulu nggak?" Elak Chelsy.

"Boleh dong, Tpi gue harap jawaban lo sesuai dengan yang gue harapkan". Senyum tipis itu terlihat kembali oleh Chelsy di wajah Arnold.

"Pesanan atas nama Fuji sudah siap" teriak seorang pelayan. Fuji langsung berdiri dan menuju sumber suara tersebut dan kembali dengan membawa minuman itu.

"Sudah cukup dengan organisasi, sekarang kita habisin minum ini dulu. Supaya kita pulang lagi." Ketus Fuji yang dari tadi sudah mulai geram melihat sahabatnya yang asik ngomong tentang organisasi saja.

Organisasi

Menikmati pemandangan malam sambil mendengarkan musik, memunculkan khayalan Chelsy akan seseorang dimasa lalunya. Namun sebelum khayalannya terlalu jauh, dia dikejutkan oleh sebuah telepon dari nomor yang tidak dikenal.

"Hai Chelsy, Gimana keputusan lo??, Lo jadi gabung di pengurusan kan??" Mendengar itu, pikirannya hanya tertuju pada seseorang.

"Arnold, Darimana lo dapat nomor gue?" Tanya Chelsy dengan raut kebingungan.

"Heheh, sorry ya, tadi gue minta ke Fuji, Jadi gimana??" Tanyanya lagi.

"Maaf ya. Kek nya gue nggk bisa deh" jawab Chelsy dengan berat hati. Karena Arnold sudah berusaha membujuknya sedangkan Chelsy menolak ajakannya.

"Kenapa??" tanya Arnold memastikan alasan Chelsy.

"Gue nggak bisa cepat berinteraksi dengan banyak orang, jadi gue takut aja". Jelasnya dengan berusaha meyakinkan Arnold.

"Lo tenang aja, lo nggak perlu cepat berinteraksi dengan banyak orang, cukup dengan gue aja. Nanti dengan sendirinya lo bakal bisa berinteraksi dengan yang lain kok".

Arnold juga berusaha menyakinkan Chelsy.

"Mm.. oke lh gue bakalan coba dan gue akan berusaha ngelakuin yang terbaik yang gue bisa" dengan jawaban pasrah bercampur segan karena Arnold sudah membantunya.

"Oke. Terimakasih ya. Semoga kita bisa menjadi teman dengan adanya kepengurusan ini. Dan satu lagi, jangan lupa lo save nomor gue. Hehehe". Canda Arnold sebelum menutup telepon. "Hehe.. Ok Arnold" Jawabnya sebelum Arnold mematikan telepon.

Chelsy nggak tau apakah keputusannya ini benar atau salah, karena yang terlintas di benaknya tadi hanya gimana caranya supaya dia bisa melupakan masa lalunya. "Mungkin dengan keputusan ini gue bakalan menjadi lebih sibuk, sehingga tidak sempat memikirkan dia lagi" gumamnya.

*Kampus*

Perkuliahan berjalan seperti hari biasa. Namun hari ini Chelsy merasa sedikit lemah seperti kehilangan tenaga. Dan berniat pulang sesegera mungkin. Berusaha untuk berdiri, namun belum beberapa langkah dari kursinya, seorang senior datang dari luar menyuruh mereka masuk kembali, karena ada yang harus di sampaikan.

"Sebelumnya saya minta maaf kepada semuanya, karena mengundur waktu pulangnya". Ucap senior itu melangkah kedalam ruangan dan berdiri ditengah-tengah mereka.

"Bagi yang mendaftar jadi pengurus, harap jangan pulang dulu, karena kita akan mengadakan tes wawancara setelah zuhur nanti, sekian." lanjutnya sambil berjalan keluar meninggalkan ruangan.

"Kenapa harus hari ini sih?" Gumam Chelsy dengan raut wajah yang kecewa. Arnold yang melihat wajah Chelsy berusaha menghampirinya.

"Lo kenapa?" Ucap Arnold dengan penasaran.

"Nggak papa" menutup lelahnya dengan senyum di bibirnya.

"Jangan lupa datang untuk wawancara nanti dan jangan sampai telat" tegas Arnold

"Oke, lo tenang aja, gue nggak bakalan telat, kan gue udah bilang, kalau gue akan ngelakuin yang terbaik." Ujar Chelsy dengan nada sedikit rendah.

"Lo sakit?" tanya Arnold mendengar suara Chelsy yang terdengar pelan.

"Nggak kok, gue cuma sedikit lemas aja, setelah makan nanti juga bakal baikan kok" jelasnya.

"Ya udah, gue juga lapar nih, bareng aja ke kantin gimana?" Menawarkan tanpa melepaskan pandangannya.

"Hah??" Seketika wajah Chelsy langsung terlihat seperti tidak lagi sakit.

"Lo pasti nggak mau kan??" Menebak dengan ekspresi yang di tunjukkan Chelsy.

"Maaf ya, gue mau pulang aja, mau istirahat sebentar, soalnya masih lama menuju jam 2" ucap Chelsy.

"Mau gue anterin?" Basa basi Arnold karena dia yakin Chelsy pasti nggak akan mau.

"Nggak gue jalan aja" berjalan keluar sambil melambaikan tangan. Chelsy sebenarnya nggak mau pulang, karena kalau pulang dia pasti akan tertidur dan nggak akan terkejar untuk kembali ke kampus. Chelsy berusaha mencari makanan untuk memulihkan kekuatannya.

Chelsy melihat jam di pergelangan tangannya dan sudah menunjukkan jam 2 siang. Wawancara sudah dimulai, satu persatu masuk ke ruangan. Menunggu giliran, Chelsy berusaha tenang agar tidak gugup saat berada di dalam.

"Chelsy Olivia, Silahkan masuk" teriak senior kepada kerumunan banyak orang. Mendengar hal itu, Chelsy langsung masuk kedalam. "Bismillah" gumamnya sembari membuka ruangan.

"Silahkan perkenalkan diri dulu" ucap pewawancara.

"Saya Chelsy Olivia, angkatan 15, semester 3" jawab Chelsy

"Kenapa kamu mau bergabung di pengurusan?" Tanya pewawancara lagi.

"Saya sudah pernah masuk organisasi di SLTA, seperti OSIS dan Bantara. Jadi saya tidak ingin pengalaman saya terhenti sampai disana, saya ingin lebih mengembangkan melalui kepengurusan ini". Walaupun sebenarnya ada maksud lain di balik tujuannya itu.

"Saya akan berusaha melakukan yang terbaik semampu saya" lanjutnya.

"Oke, berdasarkan bidang yang ada di jurusan kita, apa keahlian yang kamu punya berdasarkan bidang tersebut?"

"Saya suka mengedit video, mungkin itu bisa mengarah kepada bidang infokom". Jawab Chelsy.

"Baik, terimakasih Chelsy. Untuk hasil kelulusannya akan diumumkan besok ya". Ucap pewawancara.

"Baik. Terimakasih" meninggalkan ruangan dan langsung pulang.

Pagi ini Chelsy telat bangun, karena semalaman dia habis nonton drakor, sehingga dia harus berlari-lari menuju kampus supaya tidak terlambat. Kerumunan orang di suatu titik menghentikan langkah Chelsy.

Chelsy??" Panggil Fuji diantara keramaian itu.

"Iya, kenapa ramai kali disini?" Tanyanya kepada Fuji yang kelihatannya begitu senang.

"Ada pengumuman yang lulus dalam kepengurusan, dan nama lo termasuk didalamnya" sambil memegang tangan Chelsy menuju papan pengumuman itu. Karena udah terlambat, Chelsy sampai lupa kalau ada pengumuman.

Melihat namanya ada disana, dia nggak tau harus berekspresi seperti apa, apakah dia harus senang atau tidak. Tapi satu hal yang harus di ingatnya, bahwa dia harus melakukan yang terbaik karena dia sudah sampai pada tahap ini.

"Wah, pelantikannya tinggal 3 hari lagi" ucap Fuji sambil menunjuk note yang ada di bawah pengumuman tersebut.

Chelsy hanya tersenyum.

Menuju ruang perkuliahan dan di sana sudah ada Arnold yang menunggu di depan pintu.

"Arnold, Chelsy lulus menjadi pengurus". Ucap Fuji yang menghampiri Arnold.

"Wah, hebat, Selamat ya Chelsy" Ucap Arnold yang sudah menunggu dari tadi.

"Iya, makasi Arnold" jawabnya.

"Lo sendiri gimana? Gue nggak sempat liat nama lo, karena terlalu bahagia melihat nama Chelsy ada disana". Lanjut nya

"Gue juga lulus, apa jabatan lo Chelsy?" Tanya Arnold.

"Nggak tau, nggak ada gue lihat tadi, lo sendiri?" Tanya Chelsy.

"Lo itu sekretaris bidang infokom. Kalau gue ketua bidang tentang kemahasiswaan." Ucapnya

"Sekretaris?" Cemas, karena dia nggak tau mengenai itu.

"Lo tenang aja, kalau bingung lo bisa tanya ke gue" Arnold yang melihat perubahan wajah Chelsy langsung bicara, sepertinya dia mengetahui penyebab perubahan raut wajah itu.

"Heheh... Oke" ujarnya

"Udah-udah, sekarang kita masuk lagi, ngapain bicara di pintu. Selamat buat kalian berdua" ucap Fuji kepada kedua sahabatnya.

"Thanks" ucap mereka serentak. Mereka saling menatap kemudian tertawa.

Mereka segera masuk dan memulai perkuliahan.

"Chelsy, nanti sepulang kuliah kita pergi makan ya" bisik Arumi mengajak Chelsy untuk pergi bersama setelah beberapa kali gagal. Chelsy pun menganggukkan.

Truuutttt....

Dering hp Chelsy mengalihkan perhatiannya dari buku yang di hadapannya, meraih hp, ternyata ada group baru di WhatsApp nya.

"Kita akan mengadakan rapat sebelum pelantikan, diharapkan semuanya hadir. Untuk jam dan lokasi nya menyusul". Chelsy mendapat pemberitahuan yang ternyata dari group pengurus. Membaca hal itu, Chelsy teringat janjinya kepada Arumi. Dia tidak bisa menepati janjinya karena ada acara pengurus. Lagi-lagi Arumi gagal makan bersama Chelsy.

Semua sudah berkumpul di sebuah ruangan, rapat pun dimulai dan dipimpin oleh sekretaris pengurus. Dikarenakan akan diadakan pelantikan serentak, maka setiap jurusan harus memilih satu warna untuk jilbab mereka, dan tidak diperbolehkan sama dengan jurusan lain. Hal itu dilakukan untuk mewujudkan kekompakan dan keserasian didalam jurusan.

“Apakah ada usulan dari rekan-rekan semua mengenai warna jilbab yang akan kita kenakan untuk pelantikan minggu ini?” mulai Salsa selaku sekretaris pengurus.

“Hitam”

“Maron”

“Navy”

Teriak beberapa orang yang ada didalam ruangan. Semuanya mengusulkan warna yang menurut mereka terbaik. Mereka pun masih memikirkan warna yang mereka rasa bagus.

“Pink” teriak seorang yang membuat semua mata tertuju kepadanya. Tawa pun pecah seketika, bukan karena warna yang disebutkan, tapi karena melihat siapa yang menyebutkan warna itu.

“Pink?” Ucap seseorang yang masih tertawa, karena usulan dari Leo. Ya orang yang berteriak warna pink itu adalah Leo, laki-laki humoris dari divisi kemahasiswaan.

Beberapa warna telah disebutkan, namun karena hanya 1 warna yang dibutuhkan, maka voting pun dilakukan.

“Bagi yang setuju dengan warna yang saya sebutkan, silahkan angkat tangan” ucap Salsa.

“Namun setiap pengurus hanya boleh satu kali mengangkat tangannya.” Lanjut Salsa.

“Hitam?” teriak Salsa, sambil menghitung orang yang mengangkat tangan.

“16” Gumamnya

“Maron?”

“8”

“Navy?”

“6”

“Pink?” Semuanya diam tanpa ada yang mengangkat tangan.

“Yahh, usulan dari Leo nggak ada yang milih?” Ucap Salsa yang sedikit mengejeknya.

“Gue nggak peduli sih, karena nggak ada pengaruhnya juga buat Gue”. Ucap Leo

“Baiklah untuk urusan Jilbab udah selesai. Untuk rapat selanjutnya, setelah kita pelantikan. Diharapkan program kerja dari setiap bidang sudah ada, minimal untuk setengah kepengurusan”. Ucap Salsa.

“Jangan lupa untuk memakai almamater” ujar Salsa mengingatkan semuanya. Semuanya meninggalkan ruangan rapat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!