...Akhir menyakitkan yang terjadi, membawaku pada penyesalan yang nyata! Kenapa aku harus mengenalmu dari awal....
...-Kayla-...
...***...
Hari pernikahan harusnya menjadi hari membahagiakan bagi semua orang, tapi nyatanya itu tak berlaku bagi Kayla, hari pernikahannya malah menjadi bencana terpisahnya dua keluarga besar.
Perselingkuhan yang dilakukan calon suami membuat orang tuanya murka. Membatalkan resepsi tanpa perbincangan untuk menyelesaikan masalah. Lagipula ia juga tak sudi melanjutkan hubungan yang sudah dinodai dari awal.
Laki-laki yang beberapa saat lalu bercumbu dengan sekretarisnya sendiri saat resepsi akan dimulai. Kayla tidak marah, justru ia berterimakasih bisa melihat kesungguhan pria itu untuk meminangnya. Dan sekarang terbukti, pria itu sama sekali tak serius untuk menjadikannya seorang istri.
"Aku kembalikan cincin ini padamu."
Tamu undangan menjadi saksi bisu putusnya hubungan yang sudah terjalin antara keduanya. Sebelum pernikahan ini benar-benar sah, Kayla lebih dulu menangkap perselingkuhan calon suaminya dalam toilet gedung resepsi pernikahan.
"Jangan bercanda Kay---"
"Siapa yang bercanda disini?"
"Ini salah paham, apa yang kamu liat gak seperti yang kamu fikirkan. Aku bisa jelaskan semuanya, tapi aku mohon jangan batalkan pernikahan kita. Beberapa jam lagi resepsi akan dimulai dan kita akan sah jadi suami istri."
"Kamu benar, resepsi akan dimulai dan kamu sempat-sempatnya bercumbu dengan selingkuhanmu. Apa dayaku yang gak bisa terima itu?" tanya Kayla tenang.
Bisikan para tamu menggema sampai ke sudut ruangan. Gedung yang menjadi saksi berlangsungnya pernikahan kini dipenuhi cibiran dari semua orang.
"Bubarkan para tamu." titah Handoko, Ayah dari mempelai pria. Raut tenangnya tak menutup perasaan kecewa pada sang putra semata wayang, pewaris keluarga Handoko yang akan diwariskan sebagai hadiah pernikahan ini. Tapi sebelum memberikan perusahaan itu, mereka lebih dulu mengetahui fakta mengenai perilaku sang anak yang tidak lebih dari pria yang tak bisa menjaga perasaan calon istrinya sendiri.
"Kenapa kamu lakuin ini nak?" tanya Rania-Nyonya Handoko, paruh baya yang susah payah melahirkan sang anak justru dibuat malu didepan semua orang. Terlebih pada keluarga mempelai wanita, keluarga besar yang lama bersahabat dengan keluarganya sendiri.
"Maaf ma, aku khilaf."
"Sudah lah, saya rasa ini sudah jelas. Pernikahan ini batal dan putriku terlalu berharga untuk bersanding dengan pria tukang selingkuh sepertimu." suara tegas dari Hardi menyadarkan semua orang.
"Kita pergi." tambah Hardi, mengajak Anjani-istrinya yang terpuruk melihat pernikahan putri mereka yang batal. Hari ini sepertinya hari yang paling buruk untuk keluarga mereka. Mutiara yang mereka jaga justru diselingkuhi oleh pria yang memilih perempuan miskin. Perempuan yang ditolong oleh putri mereka sendiri.
"Mari pulang nona---" Kayla mengangkat tangannya, mengintruksikan untuk jalan lebih dulu karena ada yang harus ia urus sebelum pergi dari tempat ini.
"Nak, Mama---"
"Maaf Ma, aku rasa semuanya udah jelas. Lagipula aku gak mungkin nentang orang tuaku sendiri, mereka udah mutusin batalin pernikahan ini. Aku juga gak sudi lanjutin pernikahan yang udah salah sejak awal."
"Tapi Nak, apa gak bisa---"
"Sudahlah, kita gak bisa memaksa Kayla buat lanjutin pernikahan dengan pria yang suka selingkuh." potong Handoko.
Nando mengusap wajahnya, tak mengira aksi gilanya berdampak seperti ini. Apalagi melihat raut kecewa yang ditujukan kedua orang tuanya, ia sangat menyesal.
Tapi kejadian tadi adalah salam perpisahan untuknya pada Nina karena tak bisa melanjutkan hubungan mereka lagi. Hari ini dirinya dan Kayla akan menikah, itu sebabnya memutus racun yang menghancurkan hubungan mereka.
Tapi siapa yang menyangka, calon istrinya lebih dulu mengetahui semuanya. Ia memang salah, berselingkuh dibelakang kekasihnya selama ini. Tapi hubungannya dengan Nina tidak lebih dari main-main saja, tidak ada perasaan khusus untuk perempuan itu kecuali menuntaskan sikap liar sebelum terikat hubungan serius.
"Sayang maafkan aku..." bujuk Nando, walaupun ia tau kekasihnya Kayla tak mungkin memaafkan kesalahannya ini.
"Sayang..."
Kayla memilih abai, pandangannya terarah pada perempuan yang sejak tadi tertunduk. Sekretaris Nando yang ia bantu beberapa tahun lalu mendapat pekerjaan agar bisa menunjang hidup. Siapa yang menyangka dia tak lebih dari sebuah duri yang menusuknya dari belakang. Andai rasa empati tak hadir saat menemukan perempuan itu berjalan dibawah guyuran hujan dengan koper ditangannya. Andai waktu itu ia tak meminta Nando menjadikan dia sekretaris diperusahaan kekasihnya.
Tidak, banyak pemimpin perusahaan yang memiliki sekretaris yang lebih cantik dan memukau dari dia. Tapi mereka masih setia pada pasangannya sendiri, disini Nando yang salah, tak bisa menahan godaan bahkan dari wajah standar sekalipun.
"Setelah ini harusnya kamu tau apa yang harus dilakukan selanjutkan kan Nina?"
Sang empu yang merasa namanya disebut mendongak, menatap kedepan dengan raut bingung yang kentara.
"Keluar dari apartemenku, dan kembalikan uang yang kamu pinjam untuk mengobati penyakit orang tuamu sebelum esok hari."
"Tapi---aku belum punya uang sebanyak itu saat ini." cicitnya pelan.
"Kamu tau, aku gak peduli lagi. Rasa empatiku mati pada seseorang yang membutuhkan bantuan. Lagipula kamu memiliki kekasih kaya seperti Nando, kenapa harus bingung?"
Handoko maju "jangan harap uangku keluar sepeserpun untukmu, kalaupun anak gak tau diri ini mau membantumu saya gak masalah. Tapi itu harus uangnya sendiri, bukan uang perusahaan yang saya rintis sejak lama."
"Mama juga gak ikhlas kalau kamu bantu dia Nando, perempuan yang membuatmu buta dan menghianati perempuan sempurna seperti Kayla."
"Aku rasa gak ada lagi yang harus dibicarakan, kalau gitu aku pamit Om, Tante." sopan Kayla kemudian berjalan pergi meninggalkan tempat itu.
Hubungan yang dibangun selama lima tahun ternyata berakhir dengan cara menyedihkan seperti ini. Kayla fikir mereka akan berakhir pada ikatan pernikahan, nyatanya itu hanya angan yang tak akan pernah terjadi.
Hanya dengan pertemuan singkat dengan perempuan itu, kekasih yang harusnya menjadi suaminya sendiri berpaling begitu saja. Padahal yang memulai hubungan ini adalah Nando. Dan sekarang, dia juga yang menghancurkan hubungan ini.
Kayla menghela nafas kasar, gaun pengantin yang melekat indah pada tubuhnya tak ada artinya lagi. Padahal tadi ia cukup kuat, tapi kenapa air mata ini mengalir deras saat kakinya keluar dari gedung itu. Sekuat apapun mengenyahkan kenyataan ini nyatanya ia tak bisa. Apalagi bayangan saat melihat mantan kekasihnya bercumbu dengan perempuan itu.
"Kamu jahat Nando..." lirihnya "dua kali aku gagal nikah, apa itu artinya aku gak pantas untuk siapapun?"
Kayla menggigit bibir bawahnya, menahan isakan yang akan lolos begitu saja. Mungkin sebentar lagi akan ada berita tentang dirinya. Anak pengusaha sukses yang gagal menikah selama dua kali, dan kasusnya sama. Karena adanya orang ketiga. Sekarang ia malu bertemu dengan kedua orangtuanya, mereka terlalu berharga untuk menjadi orang tua dari anak yang memiliki kesialan dalam hidupnya.
"Kayla..." Nando memeluk tubuh kekasihnya dari belakang, kenapa akal sehatnya tak muncul sejak tadi. Kenapa ia harus melakukan tindakan seperti itu pada seseorang yang akan ia putuskan. Harusnya kata putus sudah mewakili hubungannya dengan Nina.
"Kalian sama." ucap Kayla dengan pandangan kosong.
"Maaf, aku minta maaf."
Kayla menghela nafas pelan, pelukan pada tubuhnya ia lepaskan. Bertepatan dengan datangnya sebuah truk, kakinya tiba-tiba berlari cepat menjemput mobil besar itu untuk menghantam tubuhnya.
Ia tau ini salah, tapi ini pilihannya.
BRUKKK.
Kejadian itu terlalu cepat, bahkan Nando tidak sempat menghentikan tindakan itu. Matanya membola dengan kaki yang melemas melihat tubuh kekasihnya terlempar beberapa meter dengan darah memercik membasahi aspal.
"KAYLAAAA." teriak Nando kesetanan.
Bersambung.
Saya sarankan pengaturannya seperti gambar dibawah supaya tulisannya kelihatan lebih rapi ya BESTie. Cuma saran aja sih.
Tidur sang pemilik wajah cantik harus terusik karena seseorang yang memeluk pinggangnya cukup erat. Tangannya ia gerakkan, mencoba menyingkirkan lilitan tangan yang membelit tubuhnya. Hingga tiba-tiba telapak tangannya menyentuh sesuatu yang keras, sebuah kulit yang memiliki beberapa bentuk kotak dengan tekstur yang sangat padat.
Matanya ia kerjapkan, mencoba mengembalikan alam bawah sadarnya untuk melihat sekitar. Dada bidang yang netranya ia lihat pertama kali membuatnya linglung.
Dada itu ia sentuh, memastikan ini nyata atau tidak. Bahkan tak jarang pipinya ia tepuk untuk menyadarkan rasa bingungnya. Tak menyangka saat bangun pertama kali setelah menghantamkan tubuh ke mobil truk adalah hal seperti ini. Kayla masih tak bisa mencerna semuanya, bahkan menganggap ini hanya mimpi. Hingga suara serak khas bangun tidur menyadarkan kediaman dirinya.
"Pagi sayang..."
"Nan---do"
"Iya sayang kenapa?"
Kilatan marah muncul dari kedua manik coklat itu. Nando benar-benar mempermainkan hidupnya sampai seperti ini, bahkan setelah penghianatan yang dilakukan, pria itu malah memanfaatkan tubuhnya yang terhantam truk untuk dibawah lari, diletakkan pada kamar asing dan tidur satu ranjang.
"APA YANG KAMU LAKUKAN PADAKU?"
"Tenang sayang." Nando mendekat, meraih tubuh perempuan itu untuk ditenangkan, tapi sebelum niatnya terpenuhi, tepisan kasar pada tangannya lebih dulu terasa.
"MENJAUH DARIKU."
"Tenang dulu Kayla, sebenarnya ada apa denganmu?" Nando berucap lembut, raut bingung tak bisa lepas dari wajahnya melihat tingkah perempuan itu. Sosok yang merupakan istrinya sendiri.
Padahal tadi malam mereka baik-baik saja, bahkan melakukan rutinitas layaknya pasangan pada umumnya. Hanya saja kejadian yang tak diinginkan terjadi, istrinya tiba-tiba terjatuh dalam toilet hingga tak sadarkan diri. Karena terlampau panik dirinya tentu menelpon dokter untuk memeriksa tubuh sang istri, dan pemeriksaan itu mengatakan kalau istrinya baik-baik saja, tidak mengalami sesuatu yang serius.
Tapi kenapa pagi ini tingkah istrinya terlihat berbeda? Seolah ada jarak yang membentangi mereka.
"Kenapa membawaku ke sini?" tanya Kayla berusaha tenang.
"Apa maksudmu?"
"Berhenti berbohong Nando, kenapa membawaku ke sini? Kamu gak bisa liat aku tenang? Bahkan memanfaatkan keadaanku yang gak sadar."
"Kamu memang gak sadar tadi malam, aku akui itu. Tapi kenapa aku gak bisa membawamu kesini? Tempat ini rumah kita, apa yang salah dengan itu?"
Kayla terkekeh pelan "rumah kita? Sejak kapan kamu dan aku jadi kita. Pernikahan itu udah batal, dan kamu yang buat semuanya jadi berantakan."
Nafas Nando tercekat, pandangannya menatap intens bola mata yang menunjukkan permusuhan. Ia tak mengerti situasi apa yang terjadi antara mereka berdua "kamu baik-baik saja?"
"Gak ada orang yang baik-baik saja saat calon suaminya melakukan perselingkuhan dihari mereka menikah."
"Kayla..." lirih Nando "kita udah nikah."
"A--apa maksudmu?"
Nando mengangkat tangannya, menunjukkan cincin pernikahan pada jari manisnya "kamu liat ini, cincin ini adalah bukti kalau kita udah nikah. Kamu juga punya cincin yang sama."
Kayla membatu, netranya melirik cincin yang terpasang apik pada jari manisnya. Ini tidak mungkin "gak, ini semua bohong. Gak mungkin aku nikah sama kamu."
"Aku gak bohong, kita udah nikah lima tahun yang lalu. Kamu gak lupa itu semua kan sayang?"
"Gak mungkin." Kayla enggan mengakui ucapan itu "aku gak mungkin nikah sama laki-laki tukang selingkuh."
Nando menghampiri istrinya, memegang pundak itu cukup erat "kamu lupa kalau kita udah nikah? Kamu lupa kalau lima tahun lalu kita nikah?"
"Kita gak pernah nikah." tekan Kayla, seraya menjauhkan tubuhnya pada pria yang sudah ia putuskan dihari pernikahan mereka.
"Kamu benar-benar lupa?" lirih Nando.
"Gak ada yang aku lupa, karena aku dan kamu emang gak pernah nikah. Jadi aku mohon berhenti berpura-pura dan merekayasa hubungan palsu ini."
Kayla tak mungkin percaya dengan omong kosong yang ada. Mustahil mereka menjadi pasangan suami istri padahal pernikahan itu sudah batal. Bahkan ia tak sudi lagi menjalin hubungan dengan pria didepannya, apalagi sampai ke jenjang serius.
"Kay..."
"Cukup." tekan Kayla.
Nando mengacak rambutnya frustasi, bingung harus menjelaskan dengan cara apa untuk meyakinkan istrinya "kamu gak percaya kalau kita udah nikah, oke aku akan kasih kamu bukti."
Buku nikah yang mereka buat lima tahun lalu dikeluarkan dari laci lemari, bahkan kartu keluarga yang sudah ada ia keluarkan untuk diperlihatkan pada sang istri "ini bukti kalau kita sudah menikah. Kartu nikah dan kartu keluarga cukup kan buat kamu percaya padaku?"
Bukan hanya itu, Nando berjalan menuju lemari kemudian dibuka lebar-lebar. Menunjukkan banyaknya helaian baju milik istrinya yang sudah berjejer rapi.
"Semua ini baju kamu, sekarang apa lagi yang harus aku perlihatkan agar kamu percaya? Apa bukti ini gak bisa buat kamu ingat semuanya?"
Kayla membuang pandangannya, enggan menatap dan percaya ucapan yang keluar dari mulut itu "aku gak percaya, sampai kapanpun kamu gak bisa buat aku percaya dengan omong kosong ini."
Untuk beberapa saat Nando merasa putus asa, hingga pandangannya terarah pada foto seseorang yang ada diatas nakas. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis kemudian membawa foto itu untuk diperlihatkan pada sang istri yang membatu ditempat.
"Kamu liat ini?" tunjuknya "dia anak kita, namanya Axel dan dia baru berumur 4 tahun. Kalau kamu gak percaya kita bisa ke kamar sebelah buat pastiin."
PRANG.
Foto itu Kayla tepis dengan kasar, terlalu muak mendengar penjelasan yang berisi omong kosong. Sampai kapanpun tak ada kata kita pada hubungannya dengan Nando. Apalagi sampai mendatangkan sebuah anak dari rahimnya sendiri.
"Berhenti membual."
"Kayla..." sedih Nando.
Cklek.
"Bunda sama Ayah kenapa? Kok ada bunyi-bunyi dari sini?"
Celetukan khas dari anak kecil menyadarkan Nando dan Kayla. Seorang anak laki-laki berpipi gembul bersandar pada pintu dengan mata yang masih merasakan kantuk. Kaki kecilnya mendekat kemudian merebahkan tubuh pada kasur yang kini terisi Kayla dan Nando dengan posisi saling berjauhan.
"Axel pinjam kasur Bunda sama Ayah buat bobok yaaa..."
"Dia Axel anak kita." ujar Nando menyadarkan keterdiaman Kayla.
Semua ini masih sulit dicerna oleh akal sehat. Baru kemarin ia merasa kecewa karena pernikahan yang batal, memilih mengakhiri hidup karena bisikan hati yang enggan bernafas didunia ini. Lalu kenapa saat membuka mata fakta mengejutkan tiba-tiba ada?
Menjadi istri dari pria yang melakukan perselingkuhan dihari pernikahan mereka, belum lagi adanya makhluk kecil yang sangat asing bagi dirinya.
Sebenarnya apa yang terjadi?
"Dan disini." Nando mengusap perut langsing istrinya "ada calon anak kedua kita, dua hari yang lalu kita ke dokter untuk memeriksa keadaanmu yang pusing dan mual-mual. Dokter memeriksamu dan mengatakan kalau kamu sedang mengandung."
"Omong kosong." sentak Kayla.
Kayla masih dirumah ini, bangunan yang disebut tempat tinggal antara dirinya dan Nando. Apa yang terjadi tak akan pernah ia anggap serius, hanya saja ia bingung harus membuat keputusan apa. Yang paling penting, berapa hari ia tak sadarkan diri setelah mencoba mengakhiri hidup dengan cara menabrakkan tubuh pada mobil truk?
"Kayla..."
"Aku butuh sendiri." tekannya, sebelum pria itu menyentuh pundaknya.
Mentari sudah nampak, bahkan jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Tapi ia masih belum bangkit dari posisinya dari dapur ini. Keadaan yang tak bisa diterima oleh akal dan logika membuatnya haus, memilih kearah dapur untuk meminum segelas air, berharap otak terbebas dari rasa pusing yang membelenggu.
"Kamu sebaiknya mandi, aku akan mengantarmu ke dokter untuk memeriksa kondisimu." lembut Nando.
"Aku baik-baik saja, jadi berhenti membuatku seperti orang yang kehilangan akal. Aku gak akan tertipu dengan pernikahan palsu ini."
"Mau sampai kapan kamu begini? Kamu gak mungkin menyangkal ini terus menerus Kayla. Kamu dan aku sudah menikah, sekarang kamu istriku dan kita sudah memiliki anak. Bahkan sekarang kamu mengandung anak kedua kita."
"Berhenti berbohong Nando."
Ia tak bisa dikelabui seperti ini, bahkan rasa percaya itu tak ada dalam hidupnya. Pria yang mengaku sebagai suaminya tak lebih dari seorang penipu ulung, merekayasa cerita palsu untuk membuatnya percaya dengan semua ini.
"Aku mohon percaya padaku." lirih Nando dengan wajah putus asa.
"Sekarang kita dimana? Aku ingin pulang ke rumah orang tuaku." final Kayla, tak ada alasan melanjutkan drama murahan yang dilakukan mantan kekasihnya. Ia akan mundur dan membiarkan pria itu melakukan apa yang diinginkan dirumah ini, tanpa adanya dirinya.
"Kamu gak bisa meninggalkanku dengan Axel. Kalau aku ada salah aku minta maaf, kalaupun kamu gak bisa maafin aku setidaknya ini untuk Axel. Jangan biarkan dia sedih karena mengetahui Bundanya melupakannya."
"Aku gak peduli, kamu ataupun Axel bukan urusanku. Urus hidup kalian sendiri. Dan berhenti membuatku masuk ke dalam drama murahan ini."
"Bagaimana mungkin kamu bisa mengatakan itu, Axel anak kita. Dan dia darah daging kamu sendiri Kayla."
"Dia bukan anakku."
"KAYLA." bentak Nando.
Tubuh Kayla tersentak, keseimbangan tubuhnya pudar bersama rasa pening yang menghantam kepalanya. Sekuat tenaga ia berusaha mempertahankan kesadarannya, tak ingin terlihat menyedihkan untuk kedua kalinya didepan pria itu. Tapi percuma, rasa sakit yang menghantam kepalanya tak bisa dihindarkan, tubuhnya terhuyung kebelakang bersamaan dengan ucapan samar yang terdengar khawatir.
"Sayang bangun..."
...***...
Cahaya lampu menusuk netrnya saat membuka mata. Kayla memijat kepalanya pelan, meneliti sudut ruangan yang diyakini rumah sakit. Hingga pandangannya terarah pada bocah gembul yang sibuk mengupas apel dengan tangan mungilnya.
"Tanganmu akan terluka jika memegang pisau seperti itu."
"Bundaaa." riang anak itu, tubuh kecilnya ia dekatkan pada brankar untuk mendekati sang Bunda yang baru sadar. Tangan kecilnya berusaha diletakkan pada dahi itu dengan kening mengernyit dibuat seserius mungkin "Bunda udah sehat, gak sakit lagi kan? Gak pusing juga kan? Bunda mau Axel ambilin apel?"
Celotehan nyaring berhasil membuatnya terdiam. Kayla tak tau apa yang terjadi dengan perasaannya. Hanya saja ia terhibur melihat wajah cerah dari anak yang Nando klaim menjadi anak mereka.
"Kamu--hmm, Axel sendiri?"
"Tadinya ada Ayah, tapi sekarang gak ada karena mau ketemu dokter. Bunda kangen Ayah? Mau Axel panggilin?"
"Minum." titahnya mengalihkan topik, Kayla masih tak bisa menerima pria itu disekitarnya. Bahkan mendengar namanya saja ia enggan.
"Axel ambilin dulu, Bunda tunggu ya. Gak lama kok, bentar ajaaa."
Air minum yang sudah disiapkan pihak rumah sakit Axel ambil diatas meja. Kaki pendeknya melangkah pelan dengan gelas kaca yang sudah terisi air. Saking hati-hatinya wajah itu terlihat tegang karena takut menjatuhkan gelas yang dipegangnya menggunakan kedua tangan. Ekspresi itu terlihat lucu dimata Kayla saat ini.
"Bunda Bundaaaa, ini." sodornya hati-hati.
Kayla terkekeh pelan, mengambil gelas itu dengan tangan mengelus gemas surai lembut yang sebatas alis "terimakasih."
"Sama-sama Bunda."
Cklek.
"Kamu sudah bangun?"
Kayla melirik sekilas kemudian mengalihkan pandangan kearah lain, gelas kaca ditangannya ia letakkan diatas meja. Bentakan itu tak bisa ia lupa begitu. Setelah perselingkuhan yang terjadi untuk pertama kalinya, pria yang biasanya bersikap lembut juga membentaknya begitu saja. Sekarang semuanya semakin jelas. Pria itu bukan lagi pria yang sama saat mereka bertemu pertama kali dibangku kuliah.
Harusnya perselingkuhan itu sudah menjadi bukti, apalagi bukti itu semakin jelas saat bentakan kasar keluar begitu saja. Ia semakin yakin tak mungkin ada kita antara mereka berdua, apalagi sampai berakhir ke pelaminan seperti yang diucapkan Nando berkali-kali.
"Kamu sudah merasa lebih baik?"
"Iya."
"Syukurlah."
Nando meraih tubuh sang anak untuk didudukkan diatas pahanya, tangan istrinya berusaha ia raih, tapi lagi-lagi penolakan kasar yang ia dapat. Untuk saat ini ia tak akan membebani otak istrinya. Tak ingin kejadian tadi pagi terulang kembali, janin yang ada dalam perut itu masih terlalu rentan. Ia tak ingin mereka berdua kenapa-napa hanya karena dirinya yang tak bisa mengerti kondisi sang istri.
"Dokter bilang anak kita baik-baik saja."
"Berhenti berbicara omong kosong, gak ada yang namanya anak antara aku dan kamu. Bahkan sampai kapanpun."
Nando tersenyum masam, bibirnya berusaha menampilkan senyum tipis pada situasi sekarang ini "sebaiknya kamu istrihat, kita akan pulang sore nanti."
"Kemana?"
"Kerumah kita."
"Aku akan pulang ke rumah orang tuaku."
"Bunda mau ke rumah Kakek dan Nenek? Axel boleh ikut ke sana?" pertanyaan polos itu menyadarkan keduanya. Kayla menghela nafas kasar, beberapa saat ia sampai tak sadar bocah 4 tahun itu masih berada disini. Diatas pangkuan Nando.
"Gak kok, Bunda cuma bercanda. Lagian Bunda masih sakit kan?" lembut Nando, surai anaknya ia elus kemudian dikecup berulang-ulang "kalau bukan aku, kamu bisa kan ikut denganku demi Axel?"
Kayla terdiam, netranya tak sengaja bersitatap dengan manik cerah yang kini mengerjap lucu. Bibir anak itu tiba-tiba menunjukkan kurva indah, tersenyum manis sambil menatapnya bahagia.
"Bunda lucu."
Nando terhenyak "kok Axel bilang Bunda lucu? Padahal Bunda diam aja dari tadi."
Axel terkekeh pelan, mendongak untuk menatap sang Ayah "tadi Bunda gak kedip-kedip Ayah, jadi lucu aja. Emang Bunda kenapa gak kedip natap Axel? Axel ganteng kan?" tanyanya polos.
"Ganteng tapi gantengan Ayah."
"Kok gitu?"
"Kan Ayah yang buat Axel, jadi gantengnya nurun dari Ayah. Makanya lebih gantengan Ayah." goda Nando.
"Tapi kan...."
"Tapi kenapa?"
Axel mengerucutkan bibirnya, ingin membantah tapi tak tau harus mengatakan apa. Ucapan itu terdengar mutlak dan tak bisa disangkal, bahkan ia pernah bermimpi jika besar nanti memiliki wajah yang tampan seperti sang Ayah. Belum lagi perut keras yang memiliki kotak-kotak seperti roti.
"Bunda, gantengan Axel atau Ayah?"
Pertanyaan polos itu menyadarkan Kayla dari keterdiamannya. Terlalu sibuk memperhatikan percakapan antara Ayah dan anak. Ia sampai terbuai, bahkan beberapa saat lupa kalau semua ini hanya sandiwara yang diciptakan Nando untuk mengelabuinya.
"Kalian bisa keluar kan? Aku butuh istirahat." dingin Kayla, kemudian menidurkan tubuhnya dengan posisi membelakangi keduanya.
"Bunda marah?" lirih Axel.
"Bunda gak marah sayang, Bunda cuma mau istirahat." tutur Nando, memeluk tubuh anaknya penuh sayang kemudian menatap nanar punggung istrinya.
Bersambung
.
.
.
.
Gimana part ini guys?
Instagram: siswantiputri3
Facebook: Tidak Tidak
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!