NovelToon NovelToon

Si kembar Alensio

Bab 1

Josh tersentak kaget menatap sekeliling yang terasa asing. Dia pun kembali terkejut saat melihat wanita yang dikenalnya terlelap di sisinya. Apalagi saat melihat bahu mulusnya tanpa penutup, hanya sehelai selimut menutupi sebagian tubuh yang hampir terlihat belahan dada mulusnya yang terdapat bekas tanda kemerahan yang bisa ditebaknya kalau baru saja terjadi sesuatu diantara mereka.

Mata Josh kembali tersentak saat wanita itu membuka matanya perlahan sambil memegangi kepalanya yang terasa berdenyut nyeri.

"Ukh.." Keluh wanita itu yang membuka matanya perlahan. Dia pun ikut tersentak kaget mendapati wajah yang dikenalnya.

"John." Lirih wanita itu menatap Josh sendu. Tak ada gurat kesedihan atau penyesalan pada wanita itu. Josh mengernyit bingung mendapati reaksi wanita di hadapannya ini yang biasa saja. Padahal dia tahu wanita di hadapannya baru saja kehilangan kehormatannya di tangan adik kekasihnya.

Bruk

"Auw.." Josh tersentak kaget mendengar suara ringisan itu sontak berdiri mendekati tempat wanita itu jatuh.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Josh cemas membantu wanita itu berdiri.

"Terima ka...sih." Wanita itu membatu merasakan perasaan lain saat dia menerima uluran tangan Josh.

"Josh." Lirih wanita itu membelalakkan matanya tak percaya.

"..." Josh hanya terdiam seribu bahasa. Dia bingung untuk menjawab apa.

Jadi, sejak tadi dia mengira aku kak John? Batin Josh menatap wanita itu datar. Wanita itu terduduk lemas di tepi ranjang sontak menarik selimutnya lebih tinggi sebatas leher yang awalnya hanya sebatas dadanya.

"Lepas!" Sentak wanita itu terkejut, kesal, marah dan kecewa. Bayangan kejadian semalam berputar dibenaknya. Bagaimana dia berusaha merayu pria yang ternyata adik dari kekasihnya.

Awalnya wanita itu berniat memang menggoda kekasihnya untuk memberikan hal berharga dirinya sebagai peringatan anniversary hubungan mereka. Yang nyatanya kekasihnya itu selalu menolaknya diajak berhubungan intim karena tak mau merusak kekasihnya itu.

Atas dorongan sahabatnya Camila, wanita yang dipanggil Alexa itu bermaksud menyerahkan saat anniversary satu tahun hubungan mereka. Dengan memberikan obat perangsang pada kekasihnya dengan bantuan sahabatnya.

Tapi, kenapa dia jadi Josh? Batin Alexa berkecamuk merasa bersalah dan menyesal.

"Ke-kenapa.. kau.. disini..?" Guman Alexa menatap Josh yang hanya berani menatapnya sendu.

"Entahlah... aku tidak sadar..ada seseorang yang menaruh obat di minumanku semalam." Jawab Josh lemah.

Alexa menggeleng tak percaya. Dia sudah memastikan kalau obat dalam minuman itu untuk John tapi kenapa Josh yang meminumnya? Alexa mengusap wajahnya tak percaya. Tangis histeris terdengar di kamar itu.

"Maafkan aku John... maaf... aku mengkhianatimu.." Guman Alexa menyalahkan dirinya sendiri. Jemari tangan Josh terulur hendak menyentuh pundak Alexa ingin menghiburnya namun dia tak tahu apa yang harus dikatakannya. Semuanya sudah terlanjur terjadi. Dia pun tak bisa mengulang waktu.

"Maafkan aku." Bisik Josh lirih semakin membuat Alexa histeris.

.

.

"John." Panggil Jonathan pada anak sulung kembarnya.

"Yes, dad." Jawab John yang sudah bersiap untuk berangkat ke kantor pagi itu.

"Dimana adikmu? Semalam bukannya dia tidak pulang? Tumben?" Tanya Jonathan melihat hanya salah satu putranya yang muncul.

"Entahlah. Mungkin sedang bersenang-senang." Jawab John asal sambil duduk di kursi makan.

"Selamat pagi pa. Selamat pagi kak John." Sapa Hana juga sudah bersiap untuk ke kampus.

"Selamat pagi princess papa." Jawab Jonathan pada putri bungsunya.

"Pagi honey." Balas John menyapa adik kesayangannya.

"Dimana kak Josh?" Tanya Hana merapikan hijabnya agar tak kotor saat sarapan.

"Mungkin menginap di rumah temannya." Jawab John.

Mereka pun mulai makan sarapan mereka dengan hening tanpa ada yang berani bicara, itulah yang diterapkan dalam keluarga itu. Untuk tidak bicara apapun saat makan sedang berlangsung. Sesuai dengan nasehat mendiang nyonya besar di mansion besar itu.

.

.

"Ayo kuantar pulang!" Ajak Josh setelah mereka sama-sama selesai membersihkan diri.

"Josh!" Panggil Alexa lirih menundukkan kepalanya sambil meremas kedua jemari tangannya karena gugup.

"Ya?" Josh menoleh menatap Alexa masih dengan tatapan datar dan kaku.

"Bisakah kita melupakan apa yang terjadi semalam?" Tanya Alexa yang lebih mirip dengan permintaan.

Deg

Dada Josh terasa mencelos mendengar ucapan lirih Alexa. Hingga akhirnya dirinya mampu mengendalikan dirinya dan menunjukkan wajah dinginnya.

"Tentu." Jawab Josh singkat tanpa mau berbasa-basi, dia pun sontak membalikkan tubuhnya meninggalkan kamar hotel itu.

Entah kenapa Alexa merasa apa yang dilakukannya salah. Respon Josh tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Dia pun menghela nafas panjang dan berat mengikuti langkah Josh keluar dari kamar hotel dengan langkah pelan karena masih merasakan nyeri di area pangkal pahanya karena kejadian semalam.

.

.

Kini keduanya berada di dalam mobil perjalanan menuju mansion keluarga Alexa. Josh melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Hanya keheningan yang ada di dalam mobil mereka. Josh yang merasa dadanya kecewa dan entah kenapa terasa sesak karena penolakan dari gadis yang dibuatnya semalam menjadi seorang wanita. Yang notabene adalah kekasih kakak kembarnya itu.

Meski sebenarnya rasa bersalah sangat besar karena telah menodai kekasih kakak kembarnya tanpa sengaja itu. Dia sendiri bingung bagaimana menghadapi kakaknya nanti jika hal ini sampai terdengar oleh kakaknya. Di keluarga Alensio selalu ada kedamaian. Tak ada diantara mereka yang berusaha untuk membuat keluarga mereka pecah.

Sehingga sebisa mungkin harus mengalah jika terjadi perselisihan diantara keluarga mereka. Jika bisa diselesaikan secara kekeluargaan, kenapa harus dengan perselisihan. Begitulah nasehat mendiang mommy mereka dulu. Dan Josh rasanya semakin merasa bersalah terhadap mendiang mommy nya.

"Stop! Disini saja!" Pinta Alexa saat sudah berada di depan gerbang mansion keluarga Ramirez.

Ya, Alexandra Gottardo Ramirez, gadis yang sejak semalam menjadi wanita. Adalah putri sulung dari keluarga Ramirez. Wanita keturunan Brazil Mexico dan Indonesia. Neneknya orang Indonesia dan kakeknya asli dari Brazil, papanya indo Brazil dan ibunya orang Mexico yang sudah meninggal tujuh tahun lalu. Setelah dua tahun Kematian ibunya, ayahnya menikah lagi dengan wanita berkebangsaan tanah air dan memiliki seorang putri selisih tiga tahun dengannya.

Sudah dua tahun dia menjalin hubungan John Terry Alensio. Putra kembar sulung keluarga Alensio. Mereka John, Josh dan Alexa adalah satu kampus namun beda beberapa tahun di atas Alexa. John seniornya di kampus dengan fakultas jurusan yang sama yaitu menajemen bisnis. Karena John harus melanjutkan bisnis keluarga Alensio. Begitu juga Alexa, yang perusahaannya notabene adalah peninggalan mendiang ibunya. Yang sekarang diurus oleh ayahnya.

Sedangkan Josh lebih memilih kuliah kedokteran dan sekarang menjadi direktur utama di rumah sakit milik keluarga Alensio yang juga merangkap sebagai dokter bedah jantung. Setelah melihat sang mommy sakit-sakitan karena penyakit jantung yang dideritanya hingga membuat membuat Josh berkeinginan untuk menjadi dokter spesialis jantung.

"Terima kasih."

Cklek

Blam

Alexa keluar dari mobil mulai memasuki gerbang mansion keluarganya.

Josh menatap datar wanita yang yang tak lain kekasih kakaknya itu. Dia pun melajukan mobilnya meninggalkan mansion keluarga Ramirez. Sesuatu di atas jok mobil tempat Alexa duduk tadi membuat Josh menginjak rem mobilnya cepat.

Seketika Josh langsung mundur berhenti tepat di depan gerbang mansion keluarga Ramirez.

"Selamat pagi tuan!" Sapa penjaga gerbang mungkin lebih tepatnya sekuriti mansion tersebut.

"Bisa minta tolong pak?" Pinta Josh ragu.

"Oh, tuan muda John?" Ucap sekuriti itu menunduk sopan setelah mendekati mobil dan ternyata adalah kekasih nona majikannya. Dan hal itu membuat Josh lagi-lagi mengernyit merasa kesal namun menahannya karena lagi-lagi dia dikira kakak kembarnya.

.

.

TBC

Apa kabar para pembacaku...

Saya penulis Arazy, kembali lagi dengan cerita baru.

Ini sequel novelku "Dua suami" ya?

Cerita anak kembar Jonathan dan Karina.

Semoga masih ada yang mau membaca karya saya.

Mohon dukungannya

Beri like, rate dan vote nya...

Terima kasih 🙏🙏

Bab 2

"Silahkan masuk tuan!" Ucap sekuriti itu membuka gerbang tanpa menunggu ucapan Josh.

Josh pun terpaksa melajukan mobilnya masuk ke dalam halaman mansion itu. Dia pun keluar dari dalam mobil setelah memarkir mobilnya sedemikian rupa.

Namun sebelum dirinya sempat menutup pintu mobilnya, suara benda jatuh dari dalam mansion membuat Josh terkejut. Dia bisa menebaknya kalau itu bukan benda jatuh melainkan suara tubuh jatuh tersungkur, entah karena didorong, jatuh ataupun terbentur. Menjadi dokter hampir lima tahun membuat Josh sensitif dengan suara.

Josh segera melangkah cepat menuju mansion besar itu. Dan secepat itu pula dia mendengar suara teriakan seseorang yang sedang memarahi seseorang.

"Mau jadi apa kamu pagi hari baru pulang?" Teriak wanita paruh baya itu yang ternyata adalah ibu tiri Alexa. Ayahnya hanya bisa diam menatap kecewa pada putri sulungnya. Apalagi saat melihat begitu banyak tanda merah di sekitar lehernya yang tidak hanya sedikit.

"Maaf ibu." Lirih Alexa terduduk lemas sambil memegangi pipinya yang terasa ngilu akibat tamparan ibu tirinya. Tidak hanya baru ini dia mengalami kekerasan mental dari ibu tirinya. Bahkan dia sudah kenyang dengan sindiran, ejekan dan olokan dari ibu tiri dan saudari beda ibu itu.

"Siapa yang melakukan padamu nak?" Tanya ayah Alexa lirih sarat akan kekecewaan yang sebenarnya tak tega melihat putrinya ditampar oleh istrinya. Namun dia tak menyalahkan karena perbuatan putrinya memang sudah diluar batas.

"I-itu..."

Cklek

"Saya yang akan bertanggung jawab." Ucap seseorang dari luar pintu membuat semua orang yang ada di ruang tamu itu serentak menoleh ke arah suara. Begitu juga Alexa yang langsung menggelengkan kepalanya menatap Josh yang saat itu juga menatap nanar wajah Alexa yang sembab karena tangisan.

"Tuan muda Alensio!" Seru Leonardo Ramirez ayah Alexa. Ibu tiri Alexa, Maria Farah Ramirez juga terkejut saat melihat siapa yang berani masuk tanpa permisi.

Leonardo segera menghampiri Josh yang saat itu mendekati Alexa membantunya berdiri.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Josh tanpa memperdulikan protes Alexa lewat tatapan matanya yang dingin saat dia mengatakan akan bertanggung jawab.

Alexa berdiri dengan bantuan Josh, saat melihat pipi Alexa yang memerah mencetak lima jari, entah kenapa membuat Josh emosi. Namun karena dirinya sedari kecil sudah pandai mengendalikan diri, dia pun mencoba untuk tidak berteriak melampiaskan emosi.

"Apa maksud anda tuan muda Alensio?" Tanya Leonardo yang masih belum mengetahui kalau putrinya telah menjalin hubungan kekasih dengan John kakak Josh. Dia hanya tahu kalau putrinya memang bekerja sebagai sekretaris CEO di perusahaan keluarga Alensio sebelum dia siap mengurus perusahaan miliknya yang masih diurus ayahnya.

Namun karena Maria diam-diam sudah menyelidiki putri tirinya itu dia tahu kalau mereka memiliki hubungan sepasang kekasih. Hingga dia semakin benci dan marah. Padahal dia berharap kalau putri kandungnya yang akan menjadi kekasih atau bahkan calon istri CEO Alensio grup. Dan dia pun juga tak memberi tahu suaminya karena suaminya sibuk mengurus perusahaannya.

"Semalam tuan muda meminta bantuan untuk menyelesaikan pekerjaan yang mendesak. Jadi saya baru pulang pagi." Sela Alexa tanpa memberi kesempatan pada Josh untuk mengatakan yang sebenarnya. Dan Josh pun menelan semua perkataannya karena bisikan Alexa tentang janji bahwa dia tidak akan mengatakan pada siapapun tentang apa yang terjadi pada mereka semalam.

Meski Josh kesal dengan keteguhan wanita itu namun dia tak bisa berkata lagi. Dia pun juga memang sudah berjanji dan lelaki sejati tidak akan mengingkari janjinya. Josh pun hanya mengiyakan apa yang dikatakan Alexa.

"Begitukah tuan muda?" Tanya Leonardo.

"Itu benar tuan." Jawab Josh berbohong karena ingin menepati janjinya.

"Lalu? Leher itu?" Tanya Maria mendekati keduanya karena sepertinya suaminya akan terperdaya oleh putrinya. Padahal Maria tahu betul hubungan keduanya. Namun tak ada yang tahu diantara mereka selain Alexa kalau tuan muda itu adalah Josh adik dari John. Karena Josh tak pernah diekspos di media.

Dia memilih menyembunyikan dirinya dari publik. Yang publik tahu hanya keluarga Alensio memiliki putra kembar yang entah sekarang dimana putra kembar bungsunya. Semua itu juga atas permintaan Josh sendiri. Josh pun mengikuti permainan Alexa meski tidak setuju untuk berbohong.

"Ah, i-ini... tadi.."

"Tadi dia tidak enak badan, jadi aku menyuruh seorang OB untuk mengurusnya. Yang katanya itu adalah kerikan, entahlah. Dan dia pun tertidur pulas karena tak tega membangunkannya, akhirnya saya membiarkannya tidur di kantor saya." Jelas Josh menyela Maria.

Leonardo pun mengangguk setuju, saat mendiang istri pertamanya masih hidup, ibunya sering memberikan pengobatan seperti itu pada istrinya. Jadi Leonardo tahu betul hal itu meski Maria sebenarnya tidak terima dengan penjelasan itu. Namun dia tak berani protes karena tak mau membuat masalah dengan tuan muda Alensio.

Alexa hanya melongo tak percaya mendengar penjelasan Josh yang terdengar tidak masuk akal menurutnya. Namun entah kenapa dia merasa lega dan kedua orang tuanya bisa menerima penjelasan itu.

"Mari masuk ke dalam tuan!" Ajak Leonardo merasa bersalah karena sesaat sebelumnya menyalahkan putrinya.

"Maaf tuan, saya sudah terlambat bekerja, jadi saya langsung pamit. Saya kembali karena mengantar ponsel nona Alexa yang tertinggal di mobil saya." Jelas Josh yang diangguki Leonardo. Dia terpaksa merelakan kepergian tuan muda Alensio itu karena dia tahu betul kalau pria itu sangat sibuk.

"Baiklah tuan, maaf telah menahanmu. Dan berpikir buruk tentangmu juga." Jawab Leonardo merendah. Josh hanya menganggukkan kepalanya dan pergi meninggalkan mansion itu dengan diantar Leonardo, tak lupa dia menatap sekejap pada Alexa yang juga sedang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

.

.

'Kau dimana sayang?' Isi pesan John pada Alexa pagi itu karena tak mendapatkan kekasihnya berada di meja kerjanya yang tak jauh dari ruangannya. Biasanya dia akan melihat kekasihnya itu sudah di meja sekretaris menyambutnya datang.

'Kau sakit?' Tak ada jawaban bahkan tidak ada tanda-tanda ponsel kekasihnya aktif. Karena sudah dua kali dia menghubungi ponsel kekasihnya namun tidak aktif.

'Hubungi aku jika sudah membaca pesanku! Aku mencemaskanmu... juga... merindukanmu.' John senyum-senyum sendiri membaca pesannya.

Tok tok tok

"Masuk!" Titah John setelah meletakkan ponselnya di mejanya.

"Meeting segera dimulai sepuluh menit lagi tuan." Beri tahu Evan asisten pribadi John.

"Oh ya, Van!" Tanya Johan saat berdiri dia mengingat sesuatu.

"Ya tuan."

"Kau tahu dimana Alexa?" Tanya John sambil merapikan jasnya yang masih rapi.

"Nona Alexa?" Evan sendiri bingung kenapa tuan mudanya bertanya karena setahunya selain sekretaris Alexa adalah kekasih tuannya. Jadi, bukannya seharusnya John lebih tahu tentang kekasihnya itu? Batin Evan bertanya-tanya.

"Kau tak tahu dia belum datang hari ini? Mungkin kau tahu kalau dia izin sakit atau ada keperluan mungkin?" Tanya John sambil melangkah keluar ruangannya diikuti Evan.

"Maaf tuan, saya akan mengeceknya di pihak HRD.

"Tidak perlu." Jawab John yang langsung tahu kalau asistennya itu pasti tidak dimintai izin cuti dari kekasihnya membuat John kembali bertanya-tanya apa yang terjadi dengan kekasihnya.

Setelah merayakan anniversary mereka semalam, kekasihnya izin pulang lebih dulu. Itulah yang dikatakan sahabat kekasihnya Camila. Dan John langsung percaya karena mereka sangat akrab. Namun John tak bisa menghubungi ponsel kekasihnya dan berniat menghubunginya lagi saat tiba di mansionnya nanti. Namun dia lupa karena langsung tertidur pulas entah kenapa semalam dia merasa mengantuk.

.

.

TBC

Bab 3

Josh sudah berada di ruang kerjanya di rumah sakit. Meski dia datang sedikit terlambat, tapi siapa yang akan mengomentarinya, toh dia adalah pimpinan. Pewaris rumah sakit milik keluarga Alensio yang terkenal itu. Pekerjaan Josh hari ini tak ada yang masuk ke dalam otaknya. Pasalnya bayang-bayang wajah Alexa yang ditampar tadi sedikit mempengaruhi pikirannya.

Josh tak mengira jika hubungan kekasih kakaknya itu tidak begitu baik dengan anggota keluarganya. Buktinya dia diperlakukan buruk seperti itu meski berada di depan ayahnya.

Apa dia bukan ayah kandungnya? Tidak mungkin. Batin Josh menatap datar dan dingin berkas kerja yang hanya ditatapnya itu sejak dia datang ke ruangannya.

Tok tok tok

"Masuk!" Titah Josh membuyarkan lamunannya.

"Maaf dok, meeting segera dimulai setengah jam lagi." Beri tahu salah seorang staf rumah sakit yang menjadi sekretarisnya.

"Ya?" Jawab Josh mengernyit seolah pikirannya sedang blank. Apalagi dia sempat mengingat kejadian semalam yang begitu panas.

"Maaf dok. Hari ini kita akan membahas pasien VVIP di kamar anggrek 5A pemasangan ring pada jantungnya." Jelas sang staf yang melihat sang direktur melupakannya.

"Kita berangkat." Jawab Josh yang akhirnya ingat.

.

.

Alexa membuka matanya perlahan, setelah sarapan yang diantar oleh maidnya. Dia tadi beranjak ke kamar dan merebahkan tubuhnya. Tanpa sadar dia pun tertidur pulas karena merasa lelah. Lelah fisik dan pikirannya. Dia mencoba mencari ponselnya yang sejak semalam mati yang ternyata terletak di nakas sebelah ranjangnya.

Alexa mencoba menyalakan ponselnya dan langsung diberondong dengan beberapa panggilan tak terjawab juga pesan masuk hingga puluhan kali. Terdapat banyak pesan dari sahabatnya Camila juga kekasihnya John.

Rasa bersalahnya pun mulai menghinggapi dirinya saat mengingat kenapa dia menghindar dari kekasih yang sudah menjalin hubungan dengannya itu setahun terakhir ini. Rasa kotor pada tubuhnya membuat Alexa berpikir untuk minta mengakhiri hubungan mereka saat ini saja. Namun rasa cintanya begitu besar pada sang kekasih hingga dia tak rela untuk melepasnya. Namun dia juga tak tega untuk terus berada di sisinya karena rasa kotor dan jijik pada tubuhnya.

Perlahan dia membaca satu persatu pesan yang masuk ke dalam ponselnya berisi pesan manis dan penuh kasih sayang serta perhatian yang diberikan sang atasannya di kantor itu. Atasan sekaligus kekasihnya itu begitu mencintainya dan melindungi dirinya. Selama mereka pacaran tidak ada kedekatan yang intim hanya sebatas ciuman bibir dan pegangan tangan.

Meski kadang-kadang sang kekasih menciumnya menggebu penuh hasrat namun dia langsung bisa mengendalikannya. Dan katanya dia ingin menikmati saat malam pertama pernikahan mereka. Kebahagiaan mana yang Engkau dustakan Tuhan. Di saat keluarganya tak menghendaki dirinya ada di dalam keluarga. Kekasihnya begitu sangat mencintainya dan menghargainya.

Namun sekarang, dia telah kotor dan jijik pada dirinya sendiri. Karena telah tidur dengan adik kekasihnya yang dikira kekasihnya.

Seandainya aku tak mendengar kata-kata Camila? Hal ini pasti tidak akan terjadi kan? Batin Alexa menyesal. Meski sebenarnya penyesalannya tidak ada gunanya.

Maafkan aku John. Maaf...hiks...hiks...Batin Alexa berkecamuk antara ingin mengakhiri hubungan mereka atau tetap melanjutkannya tanpa mengatakan apapun pada kekasihnya. Bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Toh, Josh sudah berjanji akan melupakannya dan tak akan mengatakan pada siapapun.

Dering ponsel Alexa membuatnya terkejut sontak melempar ponselnya hingga jatuh ke lantai. Alexa mengelus dadanya pelan saat melihat ponselnya kembali berdering. Untung saja ponselnya tidak rusak meski layarnya terlihat retak.

Nama kekasihnya tertera di layar ponsel membuat Alexa ragu untuk menjawabnya. Takut dengan apa yang akan dijawabnya nanti jika kekasihnya bertanya tentang dirinya. Meski sebelumnya dia akan dengan semangat mengangkat panggilan itu. Namun sekarang karena dipenuhi rasa bersalah, Alexa pun mengurungkan niatnya untuk mengangkat panggilan itu.

Hingga kelima kali panggilan tetap membuat Alexa tak mampu menjawabnya. Berpura-pura tidak tahu dengan panggilan ponselnya. Besok, dia akan mencari alasan lain untuk menjawab semua pertanyaan kekasihnya itu saat di tempat kerja.

.

.

John menatap ponselnya dengan raut wajah cemas. Apalagi sudah lima kali dia melakukan panggilan namun tidak diangkat sama sekali oleh pemilik ponsel di seberang. Entah kenapa perasaannya tiba-tiba cemas dan tidak baik.

Sejak semalam dia mencoba bersabar karena kekasihnya tidak ada kabarnya membuat John cemas. Namun dia mencoba berpikir positif mungkin kekasihnya sibuk dan tertidur karena banyaknya pekerjaan yang dibebankan padanya sebagai sekretarisnya.

"Kemana kau sayang?" Guman John masih menatap ponselnya. Dia pun menghela nafas panjang meletakkan kembali ponselnya melanjutkan makan siangnya.

Padahal beberapa saat lalu pesannya sudah terlihat dibaca, namun entah kenapa tidak langsung dibalas oleh kekasihnya. Semakin membuat John cemas saja. Sedangkan hubungan mereka masih belum terekspos di media. Karena permintaan kekasihnya untuk tidak diketahui orang banyak. Meski awalnya John tidak setuju. Namun John sudah memperkenalkannya pada keluarganya tapi belum dalam keluarga kekasihnya.

.

.

Esok pagi.

Alexa masuk kantor seperti biasanya. Pesan dan panggilan dari kekasihnya diabaikan. Selain bingung mau menjawab apa. Dia pun memutuskan untuk bersikap biasa seperti tak terjadi apa-apa. Dan berencana untuk mengakhiri hubungannya dengan kekasihnya.

Suatu saat kekasihnya itu akan tahu meski dia menyembunyikan darinya serapat apapun. Seperti pepatah mengatakan sepandai-pandainya bangkai disembunyikan pasti akan tercium juga.

Alexa menghela nafas panjang sebelum dia turun dari mobilnya untuk masuk ke dalam gedung perusahaan tempatnya bekerja. Mencoba melupakan segalanya meski rasa sesal terus menggerogotinya.

"Baby!" Seru seseorang dari belakang tubuh Alexa saat dia hendak membuka pintu mobilnya.

Deg

Detak jantung Alexa semakin cepat saat mengenali suara yang memanggilnya itu. Alexa memejamkan mata sejenak mencoba mengendalikan dirinya. Kemudian dia membuka matanya dan menghembuskan nafas pelan.

"Selamat pagi tuan." Sapa Alexa dengan formal membuat John mengernyit heran melihat reaksi kekasihnya. Namun saat beberapa karyawan berlalu lalang beberapa di sekitarnya membuat John berdehem pelan.

"Ehm. Selamat pagi. Kau sudah baik-baik saja?" Tanya John ikut bersikap formal apalagi asistennya terus mengikutinya sejak tadi.

"Saya baik tuan. Maaf, kemarin saya tidak membuat surat izin. Ada urusan mendadak yang harus saya lakukan." Jawab Alexa menundukkan kepalanya sopan.

"Tentu." Jawab John singkat menatap kekasihnya yang terlihat berbeda.

"Aku ke atas dulu." Pamit John meski dirinya ingin sekali memeluk erat tubuh kekasihnya yang dirindukannya meski baru kemarin mereka tidak bertemu. Namun entah kenapa serasa sudah sangat lama tidak bertemu.

Alexa menghela nafas panjang menatap nanar punggung kekasihnya. Rasa bersalah kembali menyeruak meski rasa cintanya melebihi segalanya.

Maaf sayang, maafkan aku. Batin Alexa sendu.

.

.

TBC

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!