NovelToon NovelToon

Pesona Sang Devil

Gadis Terunik

Bismillahirrahmanirrahim..

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, akhirnya saya bisa kembali lagi menulis.

Dan, biar saya menulis nya lebih semangat lagi boleh kan saya minta bantuan kalian tinggalkan jejak cinta kalian readers kesayangan di kolom komentar, scroll terus hingga pencet tanda 👍 biar jempolnya berubah merah 🤭 dan juga favorit, rate bintang lima nya.

Ehh, hampir lupa. Maaf 🙏🏻🙈😂 author mau minta vote tapi takut bengek 😅🤣🤣..

💖💖💖

Happy reading..

5 tahun kemudian.

"Indonesia aku datang kembali" Lili menghela nafas.

Setelah lima tahun kepergian Lili meninggalkan tanah kelahirannya waktu itu. Inilah kedatangan untuk pertama kali Lili menginjakkan kembali kakinya di bumi Pertiwi.

Akhirnya pesawat yang ditumpangi Lili mendarat di Bandara Soekarno-Hatta dengan selamat.

Lili menyeret koper ditangan kanannya. Berjalan keluar dari Bandara Soekarno-Hatta, tanpa ada yang menjemputnya. Itulah keinginan Lili.

Namun, tanpa diduga Lili. Tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggilnya dari kejauhan.

"Aulia Anastasia" seorang wanita memanggil nama Lili dengan lengkap dan sangat jelas di telinganya.

Wanita itu melambaikan tangannya ke wajah Lili.

"Eheem.. Apa kau melupakan temanmu ini?" sindir wanita cantik yang kini tepat berdiri dihadapannya.

Seketika Lili melepaskan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya.

Sejenak, Lili memperhatikan wanita yang tersenyum ramah kepadanya. Wajah yang tak asing bagi seorang Lili.

Lia? Kornelia?" Lili dengan lantang menyebutkan nama wanita yang sangat ia kenal.

"Kau tidak melupakan aku, bestie?" ucap Lia kembali.

"Tentu tidak, sahabat sejati yang masih tertinggal di sini" balas Lili terkekeh seraya memeluk sahabatnya itu.

"Bagaimana kabar kamu, Lili?" tanya Lia kemudian.

"Alhamdulillah, aku baik-baik saja. Bagaimana kabarmu juga, kawan? Seperti kamu sangat bahagia saat ini. Sangat terlihat jelas di wajah cantikmu itu, semakin bersinar" Lili menangkup kedua pipi Lia.

Lia tersenyum, melihat sahabatnya telah kembali di Negara nya sendiri. Matanya menahan berkaca-kaca, air bening itu sudah ingin menerobos keluar dari pelupuk matanya, menahan haru. "Tentu, Li. Aku sangat bahagia bisa bertemu kembali denganmu setelah kepergianmu waktu itu, tanpa memberikan alasan yang jelas. Kamu pergi begitu saja meninggalkan kami"

"Maaf"

Hanya kata itu yang keluar dari bibir merah milik Lili.

Kali ini mata Lili yang berkaca-kaca. Ingin rasanya menumpahkan semua isi dalam hatinya. Namun, ia tak ingin merusak momen yang sangat membahagiakan ini.

"Sebenarnya sudah lama aku ingin kembali ke sini, namun keadaan belum memberikan kesempatan. Belum ada waktu." Lili membalas ucapan Lia dengan senetral mungkin.

"Baru sekarang ada waktunya." tanya Lia kembali.

"Iya, ada tugas dari perusahaan untuk mengembangkan anak cabang perusahaan yang berada di Indonesia. Dan pimpinan menugaskan aku untuk meng-handle segara urusan di sini sementara waktu." Lili menjelaskan alasan kedatangannya kembali ke Indonesia.

Lia merasa sedih mengingat kejadian lima tahun lalu ketika Lili, sahabat karibnya itu tiba-tiba memutuskan untuk pergi ke Luar Negri, dengan alasan ingin melanjutkan pendidikan S2 nya di sana sambil bekerja. Hilang bak ditelan bumi, tanpa kabar sedikitpun. Lia merasa sangat kehilangan sahabat terbaiknya yang selalu menemani bersama dalam suka dan duka.

"Aku mencari kabar tentangmu. Aku berusaha terus menghubungi nomor teleponmu, namun nomor itu tidak pernah aktif. Dari mulai bertanya pada Mama kamu, hingga bertanya pada teman-teman. Tapi tidak ada satupun yang mengetahui keberadaanmu, saat itu"

"Maafkan aku, sahabatku. Aku tidak bisa menceritakan masalah itu kepadamu." Lili melepaskan pelukannya.

Lia menatap nanar ke arah Lili.

"Semoga perjuangan akan menuai hasil yang sangat memuaskan"

"Terimakasih doa nya, sahabat" balas Lili mengulum senyum manis di bibirnya.

Setelah meluapkan rasa kangennya. Lia mengajak Lili untuk berkunjung ke tempatnya. "Sekarang mampir dulu ke apartemenku, tidak boleh menolak! Ini keinginan sahabat yang harus dipenuhi, sekarang juga." Lia mengajak Lili mampir ke apartemennya, mencoba mengalihkan perhatian Lili.

"Tidak boleh menolak, ya?" balas Lili terkekeh.

"Harus! Sekarang juga, tidak boleh ditunda!"

Lili tidak bisa menolak permintaan sahabatnya itu. "Oke, sebagai permintaan maaf. Aku mengabulkan keinginan sahabatku ini"

"Ayo!!" Lia menggandeng tangan Lili dengan tidak sabaran menuju parkiran mobil.

***

Mobil yang dikendarai Lia dan Lili mulai meninggalkan parkiran Bandara Soekarno-Hatta. Kendaraan yang beratap itu mulai menyusuri jalanan kota Jakarta. Banyak jalan-jalan yang sudah dirubah. Dengan banyaknya pembangunan gedung perkantoran dan mall-mall semakin membuat padat jalanan di Ibukota ini.

Pandangan Lili tak lepas dari jalanan beraspal hitam itu. Ia berusaha untuk melupakan sejenak memori lima tahun silam yang membuat dirinya meninggalkan negara nya sendiri.

"Jangan melamun, nanti kesambet cowok pribumi" kekehan Lia membuyarkan lamunan Lili.

"Hehehe.. Hatiku telah tertambat di sana" balas Lili, menolak halus kekehan Lia.

"Ooh.. Rupanya sahabatku telah menemukan jagung rebus import" ledek Lia.

"Enak dong jagung rebus import, kalah dah jagung manis kang Arman" ledek Lili balik.

Lia menonyor kepala Lili. "Pasti lebih enak jagung manis milik kang Arman" dengus Lia.

"Udah pernah coba nih?" ledek Lili terus menggoda Lia.

"Ya belum. Hehehe"

"Kirain gitu" goda Lili lagi.

Lia manyun mendengar godaan Lili. "Kau kira aku sudah mencicipi jagung manis" kesalnya.

"Yakin belum?"

"Ihh.. Lili!"

"Hahaha.. Peace, damai-damai. Tak usah mengeluarkan taring gitu, napa"

"Nyebelin"

"Cius sebel sama si manis Lili?"

"Bawel!"

"Tapi ngangenin kan!"

"Selalu dan selalu ngangenin. Itulah ciri khas yang selalu melekat pada dirimu yang membuat kita merindukan sosok Aulia Anastasia" ujar Lia seraya menggenggam tangan kanan Lili.

Sosok gadis yang ceria, supel, ramah tidak sombong selalu memikirkan sahabatnya. Namun, setelah kejadian yang mengenaskan itu. Sudah tidak ada lagi sinar cahaya yang selalu terbit di wajahnya.

***

Dilain tempat.

"KOSONGKAN SEMUA JADWALKU HARI INI!!" terdengar suara bariton dari ruangan CEO PT. GA GROUP.

Sejak kehilangan wanita cantik dan unik, waktu itu. Seorang Giordan Adhitama memutuskan bahwa hari Senin adalah hari berkabung baginya. Ia tidak ingin mengerjakan sesuatu di hari itu. Jadwal yang padat pun harus bisa diatasi oleh Ardo sang assisten pribadinya. Jiwa dan raga Gio telah tertutup dengan keunikan yang dimiliki gadis itu.

Gadis yang sangat misterius itu belum juga diketemukan nya hingga waktu lima tahun berlalu.

BODOH

Hanya kata itu yang selalu keluar dari mulut Gio, jika Ardo belum berhasil juga menemukan gadis yang telah merebut perhatian Gio.

"Ini sudah lima tahun, Ardo! Mana hasil kerjamu selama ini! Mau aku pecat kamu!"

Seorang gadis yang telah merubah dratis kehidupan seorang Gio. Ia menjadi pria arogan dengan tatapan mata yang sangat dingin dan keras hati. Tidak lagi ada kehangatan dan senyuman seperti dulu. Semua itu telah mati bersama gadis unik pujaan hatinya.

"Aku rela buta kedua mata ini, demi mendapatkan cintamu. Gadis terunik yang telah membawa pergi hatiku!" Kata Giordan Adithama.

🌟🌟🌟🌟🌟

Bersambung..

Maafkan Lili, Mama

Keesokan harinya.

Sinar mentari mulai masuk ke celah jendela kamar seorang wanita yang sedang terlelap. Tirai putih yang tersingkap tertiup angin mengeluarkan suara berisik yang mengganggu tidurnya.

Cahaya yang berwarna keemasan itu sudah mulai menghangat, menandakan pagi sudah berganti siang.

Lili membuka mata perlahan-lahan menyesuaikan cahaya yang masuk, tangannya meraba-raba nakas disebelah ranjang untuk mencari ponselnya. Belum sempat Lili meraih benda ajaibnya itu. Tiba-tiba suara berisik tanpa jeda itu telah mendahuluinya.

"Siapa sih yang mengganggu tidurku!" Lili mengembuskan nafas kasar. Ia berusaha bangun dengan malas untuk menerima panggilan telponnya di pagi buta.

"Hallo" Lili mengangkat panggilan teleponnya dengan malas dan tanpa melihat nama yang tertera.

"Pagi, Lili. Bagaimana kabar kamu di sana?" sapa seseorang dari sebrang telpon.

Lili menggangah tak percaya. "Bu Detti?"

Seketika mata Lili terbuka lebar, rasa kantuk yang sedari tadi masih melekat. Kini pergi entah kemana. Ia terduduk di pinggir ranjang masih dengan hot pant, rambut acak-acakan dan muka bantal. Terlihat jelas kalau dia baru terbangun dari mimpi.

"Lili, kamu masih tidur?"

"Eh, ah, tidak Bu Detti. Saya sudah bangun dari tadi" bohong Lili, malu jika harus menjawab baru bangun tidur. Tapi bagaimana lagi, perjalanan yang jauh membuat capek badannya.

"Baiklah. Ibu hanya memberitahukan bahwa pembukaan anak cabang yang di Surabaya itu terpaksa harus ditunda sementara waktu. Karena Presdir kita akan melangsungkan acara pernikahannya dalam waktu dua minggu lagi. Jadi untuk dua minggu yang akan datang itu, manfaat untuk kamu bisa bertemu kangen dengan keluargamu."

"Maksudnya gimana ya, Bu?"

"Kamu dibebaskan tugas untuk waktu dua minggu itu, Lili. Karena acara peresmiannya menunggu setelah acara pernikahan Presdir kita."

"Siap, Bu Detti"

"Kamu bisa juga berkoordinasi dengan Pak Ardo, assisten pribadi Presdir GA Group. Habis ini, saya akan mengirimkan no kontak Pak Ardo, ke WA kamu."

"Siap, Bu Detti. Saya tunggu perintah Bu Detti selanjutnya."

"Selamat berlibur dan bertemu kangen dengan keluarga kamu di Indonesia, Lili."

"Terimakasih, Bu Detti. Telah mempercayakan tugas ini kepada saya."

"Sama-sama, Lili. Tetap jaga diri baik-baik di sana." pesan Bu Detti kepada Lili, yang sudah dianggap seperti putri kandungnya sendiri.

Tuuuuutt..

Panggilan terputus.

Bu Detti adalah pimpinan Lili yang berada di London. Semenjak dirinya bekerja di Perusahaan GA Group, belum pernah dia bertemu sekali pun dengan Presdir GA Group yang di London. Karena semua tugas nya telah dipercayakan kepada Bu Detti.

***

Lili POV

Aku berdiri di depan jendela kamar apartemen, menikmati pemandangan pagi ini di kota Jakarta. Hiruk pikuk lalu lalang orang yang mulai berangkat untuk mengais rezeki. Aku hanya bisa terdiam terpaku mengenang masa lalu yang kelam itu.

Andaikan malam itu, aku tidak menginjakkan kaki ke apartemen Adam calon suamiku. Untuk memberikan kejutan di hari bersejarah dalam hidupnya. Mungkin kejadian naas itu takkan terjadi.

Dan laki-laki gila itu tidak merenggut harta yang paling berharga milikku, mungkin saat ini aku sudah menjadi wanita yang paling bahagia di negeri ini.

Ya, wanita yang paling bahagia mendampingi seorang Adam Demitri, pengusaha muda yang sukses dengan segala bisnisnya.

Tak terasa bulir bening telah menetes di pipi. Aku harus pergi menjauh dari orang yang aku cintai dan sayangi. Bahkan aku harus merelakan dan mengikhlaskan cinta pertamaku dan menghancurkan hari pernikahan yang tinggal menghitung hari. Undangan telah tercetak dan tersebar, gaun pengantin yang sangat cantik untuk kupakai di hari yang bahagia itu. Semua nya hanya tinggal angan-angan dan kenangan yang tak mungkin aku lupakan.

Hanya cincin ini yang bisa menemani hari-hari sepiku di negari orang. Keputusan sepihak yang aku buat pasti membuat orang-orang yang aku sayangi sangatlah kecewa. Apalagi Adam yang tak tau alasan dari permasalahan ini.

Tiba-tiba aku pergi menjauh dari sisi Mama, Adam dan sahabatku. Aku merasa kotor di hadapan mereka semua. Aku tidak bisa menjaga kehormatanku.

Dan kembali air mata menetes, mewakili hati yang sangat pedih. Akan kah aku mampu, jika harus bertemu kembali dengan mereka.

Mama, aku sangat merindukanmu. Rindu akan pelukan hangat mu di setiap hariku. Rindu senyumanmu, yang selalu mengantarkan semangat pagiku untuk meraih kesuksesan. Rindu masakanmu, yang terlezat dari restoran manapun.

Aku rindu semua tentang Mama. Apakah Mama baik-baik saja di sana? Maafkan Lili, Mama.

Lili POV end.

***

Giordan Adhitama POV

Dimana dirimu gadis unik? Kenapa kau tak pernah muncul kembali di hadapanku, hingga kini? Kau menghilang bagaikan ditelan bumi. Aku sudah gila karena dirimu. Harum wangi tubuhmu itu, telah menjadi canduku. Aku rela buta demi untuk mendapatkan cintamu, gadis unik.

Maafkan aku yang telah mengambil dengan paksa kehormatanmu. Aku telah dijebak oleh seseorang yang ingin menghancurkan hidupku. Muncullah di hadapanku sekarang ini, aku akan mempertanggungjawabkan perbuatanku kepada dirimu.

Tuhan, berikan aku petunjuk di mana gadisku berada. Aku sangat merindukannya, dan aku yakin dia pasti masih hidup di dunia ini. Firasatku tak akan membohongiku.

Aku sangat mencintaimu gadis unik, yang telah membawa pergi hatiku.

Giordan Adhitama POV end.

***

"Aaaaaarrrggghh," teriak Giordan frustasi sambil mengacak rambutnya, ketika ia memasuki apartemennya.

Ia berjalan ke dapur untuk mengambil air minum dalam lemari es. Setelah menuangkan air dari botol ke gelas yang dipegangnya.

Terasa sejuk tenggorokannya, setelah teraliri air putih yang membasahi.

Hawa dingin dan sepi di dalam apartemen mewah miliknya, hanya Gio yang menempatinya. Tidak ada orang lain pun yang berani menginjakkan kaki nya di apartemen itu, terkecuali Ardo.

"Hallo, ada apa kamu mengganggu waktu sendiriku, Ardo!" bentak Gio.

"Maaf, Tuan Muda. Saya telah lancang mengganggu waktu istirahat, Tuan Muda. Tapi saya ada informasi yang penting buat Tuan Muda," balas Ardo dengan sedikit gugup.

"Berita baik atau buruk yang kamu bawa, Ardo!" tanya Gio.

"Ada berita baik dan buruk, Tuan Muda"

"Berita baiknya saja kau ucapkan buat hatiku senang dan berita buruknya, aku akan tutup telingaku."

"Cepat katakan!"

"Baik, Tuan Muda. Berita baiknya adalah tentang keberadaan gadis unik yang Tuan Muda cari selama ini dan berita bur---" Ardo belum menyelesaikan ucapannya, namun Gio telah memotong pembicaraan itu.

"Dimana gadis itu, sekarang!"

"Dia berada di kota Jakarta, Tuan Muda."

"Bawa cepat dia ke hadapanku, Ardo!"

"Baik, Tuan Muda. Dan untuk berita buruknya adalah ---."

"Aku tidak ingin mendengarkan nya, Ardo!"

"Tapi ini sangat penting, Tuan Muda."

"Sepenting apa berita buruk itu, aku tidak perduli! Aku hanya butuh gadisku! Paham kamu!"

"Ini perintah Nenek Sofia, Tuan Muda."

"Nenek Sofia!"

"Iya, Tuan Muda."

"Apa perintahnya?"

"Pernikahan Tuan Muda harus dipercepat, kalau tidak. Tuan Muda akan dicoret dari KK, penerima harta warisan dari Nenek Sofia."

"Aarrrggghh.."

Tuut.. Tuut.. Tuut..

🌟🌟🌟🌟🌟

Bersambung..

Jangan lupa tetap goyangkan jempolnya agar tombol 👍 berganti warna merah dan tinggalkan jejak cinta kalian di kolom komentar. Terimakasih 🙏🏻💖

Kafe Mantan

Happy reading...

☘️☘️☘️☘️

📩 Lili jangan lupa jam lima sore aku tunggu di Kafe Mantan.

Pesan WhatsApp dari Lia tadi pagi untuk mengajak ketemuan lagi.

Dan kini Lili sedang duduk sendirian menunggu kedatangan Lia, sahabatnya. Ia asik mengamati orang-orang yang berlalu lalang. Angin sepoi-sepoi menghembuskan dedaunan kering dari rantingnya, burung-burung bercanda beterbangan di angkasa menambah keindahan sore hari menjelang senja.

Jam kerja pun telah berakhir, karyawan dan karyawati juga sudah mulai meninggalkan tempat kerjanya. Semakin menambah kemacetan jalanan Ibukota.

Lili hanya bisa tersenyum tipis dan menerawang jauh melihat sepasang sejoli yang sedang bercanda gurau dengan penuh kebahagiaan di sebrang tempat duduknya, saat ini.

"Andaikan kisahku tak berakhir dengan Adam. Mungkin saat ini aku bisa menikmati senjaku dengan bahagia bersama orang yang aku cintai. Semoga tidak ada yang memisahkan pasangan sejoli itu hingga ajal menjemput dan mempertemukan nya kembali di Surga Allah" guman dan doa Lili dalam hati.

Tangannya bergerak membuka galeri foto dalam ponsel yang di genggam nya. Ia terus menscroll foto-foto itu, dan berhenti pada satu foto yang penuh dengan kenangan dalam hidupnya.

"Apakah masih ada rindu yang sama di hatimu? Aku sangat merindukanmu. Satu nama yang selalu terukir di hatiku."

Lili memejamkan matanya sejenak, ia merasakan irama detak jantung yang sedang bergejolak. Tak terasa air mata mulai merembes berjatuhan di pipi mulusnya.

"Kenapa hari itu datang, Ya Allah? Kenapa harus aku yang Engkau berikan ujian hidup ini? Dia lelaki brengsek yang paling aku benci! Andaikan aku tidak bertemu dengan dia, pasti aku telah bersanding denganmu, Adam!"

Disaat Lili tengah larut dalam lamunan dan perasaan yang mengharukan. Tiba-tiba saja dari arah belakang tubuhnya, ada seseorang yang memeluknya dengan hangat dan memanggil namanya.

"Lili sedang apa?" Lia telah datang di Kafe Mantan untuk bertemu dengan Lili.

Perlahan Lili mengusap air mata yang tersisa di pipi dan membuka matanya. Ia menoleh kebelakang untuk melihat orang yang sedang memeluknya. Senyuman Lili terbit setelah mengetahui bahwa Lia, sahabat nya yang ditunggu dari tadi telah datang.

"Lia, bikin kaget aku aja" cemberut Lili.

"Udah lamakah?"

"Barusan." jawab Lili tersenyum.

"Barusan apa udah satu jam?" kekeh Lia.

"Hehehe.. Lumayan sambil menikmati senja di negri sendiri" balas Lili.

"Kamu udah pesankan aku makanan dan minuman, Li?"

"Belum, Lia"

"Ya udah, biar aku pesan sendiri" jawab Lia sembari memanggil pelayan kafe.

***

Sambil menikmati makanan yang telah disajikan pelayan Kafe Mantan. Lia dan Lili mengobrol dengan bersenda gurau.

"Kamu mau minta tolong apa, Lia? Tadi pagi kamu bilang ada hal penting." tanya Lili.

"Tolong bantu aku, ya Lili. Untuk menghandle sementara waktu tugas kantor wedding organizer ku, dalam waktu satu minggu ini." ujar Lia.

"Apa kau sudah gila!"

"Please, Lili. Bantu aku, ya. Kamu hanya mengawasi dan menemani karyawanku saja, nanti mereka yang mengurusnya untuk berbagai keperluan calon pengantin."

"Sungguh diluar jangkauan, Lia."

"Aku yakin kamu pasti bisa membantu aku dalam menyelesaikan tugas ini."

"Ini bukan bidang aku, Lia."

"Please, Lili. Kali ini kliennya berasal dari keluarga Sultan. Dia menginginkan resepsi pernikahannya digelar dengan sangat mewah."

"Kalau aku gagal? Bisa hancur nanti reportasi kamu, Lia."

"Please, help me" Lia menangkupkan kedua tangan nya di dada memohon pada Lili, agar mau membantunya.

"Aku tau kinerja kamu, Li."

"Tapi, ini sungguh berbeda, Lia."

"Aku nggak mau tau bagaimana cara nya. Kamu harus bantu aku!"

"Maksa nih ceritanya!"

"Pasti!"

"Hmmm"

Ketika asik berdebat dengan Lia, tanpa sengaja manik mata Lili menangkap sosok laki-laki berwajah tampan yang menusuk jantungnya. Bola mata beriris coklat milik Lili memperhatikan pria yang memiliki dada bidang, hidung mancung, dan juga sepasang mata beriris hitam legam sangat serasi dengan penampilan rambut hitam yang terpangkas rapi.

Pria itu kini, sedang duduk bersebrangan dengan meja Lili.

"Betulkah itu, dia?" lirih Lili dengan ekspresi wajah yang sangat ketakutan. Tubuhnya bergetar hebat, keringat dingin mulai bercucuran di kening mulusnya. Pompaan jantung yang begitu cepat, iramanya tak lagi beraturan. Ingin rasanya ia menghilang dari pandangan pria itu. Masa lalu yang ingin dilupakan, kini telah terbuka lebar di hadapannya.

"Hai, Lili. Ada apa? Apa yang kau rasakan saat ini?" tanya Lia menelisik ke dalam manik Lili. Karena Lia menangkap gelagat aneh pada sahabatnya itu.

"Aku sedang tak baik-baik saja, Lia. Perutku tiba-tiba merasa mual, ingin mengeluarkan semua makanan yang ada dalam lambungku." ucap Lili dengan suara bergetar dan juga wajah yang pucat pasi.

"Apa kau salah makan?" tanya Lia lagi.

"Aku mau ke toilet sebentar. Kamu tak usah menghawatirkan aku, Lia. Lanjutkan saja makanmu itu." ucap Lili dengan sedikit berlari. Tanpa ia sadari, lengannya menyenggol nampan yang berisi piring dan gelas kotor dibawa oleh pelayan Kafe. Hingga pecah berhamburan ke lantai Kafe.

"Maaf, aku terburu-buru. Nanti aku kembali untuk menggantinya." Lili berlari ke arah toilet yang disediakan oleh Kafe Mantan, dengan menutup mulutnya.

Lia yang kaget dengan kegaduhan itu segera menghampiri pelayan Kafe yang sedang membersihkan lantai dari pecahan piring dan gelas.

"Astaga, ada apa dengan Lili? Sampai pucat pasi wajahnya" bathin Lia mencari jawabannya sendiri.

"Maafkan teman saya ya, mbak. Dia lagi nggak enak badan, jadi terburu-buru ke toilet. Nanti saya akan menggantikannya semua." jelasi Lia pada pelayan Kafe tersebut.

"Iya, mbak. Tidak apa-apa. Nanti mbaknya langsung menemui manajer saya saja." jawab pelayan Kafe itu, sambil terus membersihkan lantainya.

***

Di dalam toilet Kafe Mantan.

Lili berdiri di depan cermin besar di atas wastafel dan menangis sesenggukan.

"Kenapa dia harus hadir kembali dalam hidupku, Ya Allah. Takdir apa yang sedang Engkau tulis untukku? Waktu lima tahun belum cukup kah untuk melupakan semuanya? Serasa dunia ini sempit, hanya selebar daun kelor! Kenapa Engkau masih memberikan dia nafas, Ya Allah. Masih pantaskah orang seperti dia menginjakkan kakinya di bumi ini! Ataukah aku yang terlalu hina di dunia ini? Apakah hanya orang-orang yang berduit, yang lebih pantas menduduki jagat raya ini dengan segala cara yang mereka inginkan. Menghalalkan segalanya untuk memenuhi kelakuan bejatnya yang minim akhlak!" Lili terus saja mengeluarkan kata-kata yang mendefinisikan seorang pria yang telah membuat kehidupannya hancur.

BRAKK..

"Lili, ada apa dengan kamu?"

"I am fine, Lia"

"Apanya yang baik-baik saja! Lihat aku, Lili!" teriak Lia, membalikkan badan Lili kehadapan.

"Kau menangis, Lili?"

🌟🌟🌟🌟🌟

Bersambung..

Selamat malam.. Selamat beristirahat, jangan lupa kalau sudah membacanya pencet tombol 👍 hingga berubah warna merah dan juga tinggalkan jejak cinta kalian di kolom komentar. Terimakasih 🙏🏻🥰

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!